You are on page 1of 2

Sejarah Tufting

Pembuatan karpet dimulai sejak 1895, yaitu


ketika Catherine Evans terinspirasi oleh
sebuah pusaka keluarga dan kemudian
membuat bedcover (semacam selimut)
pertama kali dengan teknik hand-tufting. Lima
tahun kemudian ia menjual bedcover serupa
(dengan yang pertama) seharga 2,50 dolar.
(Demikian boleh dibilang konstruksi karpet
dimulai saat ini, karena teknik tufting dan
pewarnaan oleh Evans, yang kemudian akan digunakan untuk pembuatan karpet.)

Evans pindah ke Dalton dari daerah pedesaan di Whitfield County. Popularitas dari
bedcover berkembang di sana, dan ketika ia mulai menerima banyak pesanan untuk
karyanya tersebut, Evans pun meminta bantuan beberapa tetangganya agar membantunya
memenuhi pesanan pelanggan-pelanggan barunya.

Dengan menggunakan desain-desain quilting (selimut kapas), Evans mendemonstrasikan


kepada para penolongnya cara menempelkan pola pada kain dan membuat sulaman
berbentuk rumbai-rumbai (tufting stitches). Melalui ini, Pabrik Manufaktur Evans didirikan
pada 1917 dan dijalankan oleh Evans sampai tahun 1963 ketika pabrik tersebut dijual.

Tempat pembuatan bedcover terdahulu diadakan di rumah masing-masing masyarakat.


“Pabrik” ini menyediakan kain sprei berpola cap dengan benang tenun untuk dijual kepada
ibu-ibu dan anak-anaknya yang melakukan pengerjaan bedcover tersebut. Tufting itu sendiri
sebenarnya merupakan teknik sederhana menjahitkan benang ke kain (sebagai dasar),
yang mana ketika dicuci, jahitan benang-benang tersebut akan menyusut pada sekitar
tumpukan yang menyebabkannya terlihat seperti “tumbuh” dan terdiam sehingga
membentuk rumbai-rumbai kecil.

Akhir tahun ‘20an dan awal tahun ‘30an, pembuatan karpet secara mekanik membawa
kerajinan dari rumah-rumah ke pabrik-pabrik, sehingga industri tekstil rumbai pun sukses
berjalan.

Mesin tufting pertama adalah Singer 31-15, yang biasanya digunakan untuk menjahit tekstil
berbahan padat dan berat seperti tenda dan seragam-seragam kerja, namun kemudian
diubah menjadi mesin khusus untuk tufting.

Sekitar tahun 1940 kira-kira, mesin-mesin tufting diproduksi secara luas. Pelopor-pelopor
dari mesin tufting karpet sekarang yang rata-rata berukuran besar, kerabat-kerabat
terdahulunya digunakan untuk menghasilkan terusan gulungan-gulungan kain rumbai atau
permadani-permadani kapas. Segenap masyarakat mengklaim kredit untuk
mengembangkan mesin praktis pertama, dan beberapa paten dikeluarkan untuk berbagai
penemu, namun saking banyaknya sangat sulit untuk menyebutkan masing-masing nama
penemu.

Hingga tahun 1954, hanya kapaslah yang pada saat itu digunakan untuk karpet tufting.
Benang rayon, wol, nilon dan akrilik menyusul kemudian dan menjadi serat-serat karpet era
modern, akan tetapi proses penenunannya membuat harganya menjadi mahal dan lama
untuk diproduksi.

Berkat datangnya serat-serat buatan dan mesin tufting besar berjarum majemuk, telah
menjadikan perubahan dramatis pada industri karpet. Bermacam-macam gaya, pola dan
warna tersedia dengan harga yang lebih terjangkau oleh anggaran belanja sebagian besar
penduduk. Lebih dari 500 juta yard karpet dibuat sulam rumbai tiap tahunnya, dan 65% dari
mereka berasal dari Dalton, kawasan Georgia.

Industri Karpet

Karpet rumbai selebar 12 kaki yang pertama diproduksi pada awal tahun 1950an. Selama
sisa-sisa dekade tersebut, kemajuan dari mesin-mesin tufting dan hasil terakhirnya terus
berlanjut. Yang terpenting dari penemuan-penemuan pada dekade ini adalah alat-alat
pelengkap pola/motif. Alat-alat ini lah yang telah menjadikan mesin-mesin tufting mampu
memproduksi berlipatganda motif-motif pilar tinggi dan geometris dan beberapa pola lainnya
pada satu lembaran karpet, hal yang sebelumnya hanya bisa dilakukan pada karpet tenun.
Dengan adanya banyak pola yang lebih rumit ini dan kerapatan jarak pola yang semakin
meningkat, karpet-karpet hasil produksi mesin tufting pun sudah boleh ditandingkan secara
sukses dengan karpet-karpet tenun. Sejak tahun 1965 lebih dari 85% dari karpet lebar yang
dijual di Amerika Serikat disulam rumbai. Hingga saat ini, dengan sedikit modifikasi, loop
dan karpet jenis cut-pile dapat dihasilkan oleh mesin yang sama, dan alat-alat pelengkap
motif yang dihasilkan melalui teknik komputerisasi. Cara-cara ini dilanjutkan untuk
menduplikasi secara lengkap kepadatan dan pola-pola dari karpet tenun.

You might also like