Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Penyediaan Lahan/Lokasi
Lahan yang dibutuhkan dalam usaha ternak itik potong tidak
terlalu luas, karena itik tidak termasuk ternak yang liar. Lokasi untuk
kandang itik seyogyanya dipilih yang agak tinggi dibandingkan dengan
kawasan sekitarnya, apalagi kalau di sekitarnya terdapat kolam sehingga
dampak kebasahan yang berasal dari kolam ke kandang dapat di kurangi
sekecil mungkin.Lokasi harus jauh dari kebisingan agar itik tidak stress
dan jangan dekat dengan rumah karena dikhawatirkan kotoran atau debu
atau bulu-bulu halus terbawa angin dan merusak kesehatan. Di usahakan
dengan areal yang dekat air (kolam). Karena itik salah satu ternak yang
suka air. Luas lahan yang dibutuhkan dalam usaha ini adalah seluas (50 x
50) m dengan perkiraan (25 x 25) m areal kandang, (10 x 10) kolam dan
selebihnya sebagi tempat areal sarana pendukung.
2. Persiapan Kandang
Terdapat berbagai macam kandang yang dapat dimanfaatkan untuk
ternak itik. Secara umum kandang di daerah tropis harus terbuka kearah
empat sisi sehingga pertukaran udara ke semua arah lancar. Hal ini
dianggap penting karena pertukaran udara itu sangat berguna untuk
mengendalikan suhu kandang yang pada siang hari cenderung meninggi.
Disamping itu, ventilasi juga berfungsi untuk memperlancar penguapan
sehingga mengurangi kebecekan dalam kandang. Bahan untuk pembuatan
kandang dibuat berupa bahan bekas (untuk mengirit biaya). Kerangka
bangunan dan lantai akan di buat dari bambo. Atapnya dari alang-alang,
rumbia, ijuk ataupun plastik bekas. Di dalam kandang harus ada tempat
pakan dan minum. Kandang terbagi dua, yaitu kandang untuk anak itik
dan kandang untuk itik dewasa. Untuk itik yang masih anakan di pelihara
dalam kandang boks yang terbuat dari papan atau bambo seluas I meter
persegi yang memuat 50 ekor anak itik. Untuk itik dewasa kandang yang
akan di gunakan kandang koloni dengan sistem ren. Kandang terbagi atas
dua bagian, satu bagian tertutup untuk tempat istirahat dan satu lagi
terbuka sebagai lahan umbaran sekaligus tempat pakan dan minum. Tipa
kandang di isi 60 sampai 100 ekor.
3m
Kandang Beratap 2m
Tempat
Minu
m
5m
Tempat
Pakan
......
Kandang
Umbaran 2m K.
Beratap
1m K. Umbaran
5m 2m
Bagan Kandang Ren: Tampak Atas dan Tampak Samping
2. Penyediaan Bibit
Bibit berkualitas merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam usaha
ternak itik potong. Denagn bibit berkualitas baik diharapkan itik potong yang akan
dipanen berukuran besar dengan bobot yang berat. Untuk itu, kami menawarkan
pemilihan bibit yang berasal dari telur dan sistem DOD. Jika memilih telur tetas
sebagai sumber bibit maka waktu yagn dibutuhkan hingga itik siap dipanen lebih
lama karena ada waktu penetasan tetapi lebih irit dari segi biaya. Pengadaan bibit
dengan sistem DOD maka waktu panen bisa lebih cepat. Selain itu, lebih mudah
menentukan ciri – ciri DOD yang berkualitas baik. Namun demikian, pemilihan
DOD sebagai bibit juga memiliki kelemahan, diantaranya harganya mahal dan
masih terbatasnya peternak yang menyediakan bibit DOD. Untuk mendapatkan
DOD yang berkualitas sebaiknya langsung kepada perusahaan pembibitan atau
penghasil DOD yang profesional dan berpengalaman. Dalam pebelian telur tetas,
ada beberapa hal yang diperhatikan;
a. Tempat membeli; Telur bisa dibeli dipertanakan yang menerapkan
sitem gembala atau peternakan yang ada kolamnya plus pejantan.
b. Umur telur; Untuk bibit, umur telur maksimal hannya tujuh hari.
c. Jumlah telur yang akan ditetaskan; Telur yang akan ditetaskan sebaiknya lebih
banyak daripada jumlah itik yang ingin dipelihara. Idealnya sebanyak 3 x lipat
karena dari sejumlah telur yang akan diambil,kemungkinan 80% yang bagus.
3. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan itik pedaging pada dasarnya tidaklah jauh berbeda dengan
itik petelur atau ayam. Kegiatan pemeliharaan bermula pada saat anak itik (meri)
baru saja menetas, baik melalui penetasan alami maupun penetasan dengan
menggunakan inkubator.
Seperti halnya memelihara ayam pedaging, pada itik pun dikenal
adanya fase- fase pemeliharaan. Fase- fase ini perlu diketahui karena akan
digunakan untuk dasar dalam berbagai praktek tatalaksana, misalnya dalam hal
penyediaan dan pemberian pakan, penyesuaian kebutuhan luasan lantai kandang,
dan sebagainya.Fase – fase pemeliharaan yang dimaksud tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Fase awal atau starter, antara umur 0 – 2 minggu.
b. Fase akhir atau finisher, antara umur 2 – 7 minggu.
Pemeliharaan itik potong biasaya diakhiri pada umur 7 – 8 minggu untuk
kemudian dipotong dan dipasarkan. Pemeliharaan akan dilanjutkan apabila
dimaksudkan untuk menghasilkan induk untuk pembibitan. Sistem pemeliharaan
itik yang kami tawarkan adalah sistem semi intensif, yaitu itik dilepaskan setiap
pagi di areal kolam yang sudah ada untuk mencari pakan. Pada siang hari, itik
kembali dimasukkan ke kandang dan diberi pakan tambahan. Pakannya diberi
berupa ramuan bahan pakan alami yang kaya akan provitamin A dan omega 3.
Tambahan pakan juga diperoleh dari kolam berupa keong, cacing, dan ikan- ikan
kecil. Untuk menekan pertumbuhan itik secara maksimal dan tepat didukung
dengan pemberian rasum yang sudah diracik.
4. Sistem Pemasaran
produksi itik potong akan dapat dilakukan pada minngu ke-7 dari usaha
dimulai. Sebelum dipasarkan itik tentunya terlebih dulu dipotong. Tahap-tahap
Pertumbuhan itik yang bisa ditekan selama 6-7 minggu sehingga pasca proses
pasca produksi adalah sebagai berikut;
a. Stunning atau proses iyik dipinsankan
b. Bleeding atau proses pengeluaran darah
c. Scalding atau proses pencelupan ke dalam air panas
d. Eviscerating atau proses pengeluaran jerohan atau viscera
e. Chilling atau proses pendinginan
f. Grading atau proses pengelompokan berdasarkan kualitas
g. Packaging atau proses pengepakan
h. Labeling atau proses pemberian label
i. Itik potong siap untuk dipasarkan.
Pemasaran itik potong dilakukan di pasar-pasar tradisional ataupun swalayan
melalui agen-agen. Transaksi pembelian dilakukan di tempat usaha kepeda agen-
agen dengan suatu kesepakan tertentu. Pemasaran juga dilakukan kepada
masyarakat secara langsung dengan cara menjajahkannya dengan tujuan supaya
untung yang diperoleh lebih besar.
Selain pemasaran daging, ada juga pemasaran bulu-bulu itik yang sudah
dipotong sebagai produk sampingan ke pabrik-pabrikuntuk di kelola menjadi
kasur, bantal. Shuttle cock dan lain sebagainya.
B. Analisis Biaya
Sebelum perhitungan biaya dan pendapatan dilakukan, beberapa asumsi
yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1. Jumlah itik potong yang di pelihara 400 ekor (waktu pemeliharaan 7
minggu/ 2 bulan)
2. Telur yang akan ditetaskan 400 butir (waktu pemeliharann 2,5 bulan)
3. Harga bibit DOD itik potong Rp 3.000,00
4. Harga jual itik potong Rp 22.500,00
5. Itik potong yang mati selama pemeliharaan 15 ekor
6. Biaya pembuatan kandang Rp 1.000 per ekor sehingga totalnya Rp
800.000,00
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dihitung biaya dan pendapatan
usaha ternak itik potong sebagai berikut.
a. Biaya Usaha
Bibit DOD 400 x 3.000,00....................Rp 1.200.000,00
Bibit dari telur 400 x 1.000....................Rp 400.000,00
Biaya pakan untuk starter.......................Rp 1000.000,00
Biaya pakan untuk grower......................Rp 4.000.000,00
Biaya obat dan vitamin...........................Rp 500.000,00
Biaya pembuatan kandang.....................Rp 800.000,00
Biaya penyusutan kandang....................Rp 400.000,00
Gaji kryawan..........................................Rp 450.000,00
Biaya listrik.............................................Rp 100.000,00
Biaya transportasi dan lain-lain...............Rp 200.000,00
Total biaya...............................................Rp 9.050.000,00
b. Penerimaan
Penjualan itik potong 785 x 25.000,00...Rp 19.625.000,00
c. Pendapatan
Penerimaan – total biaya.........................Rp 10.575.000,00
d. Return cost ratio (R/C)
R/C = Penerimaan = Rp 19.625.000,00 = 2,17
Total Biaya Rp 9.050.000,00
Dengan nilai R/C 2,17 maka usaha yang kami tawarkan ini layak
karena setiap penambahan biaya Rp 1.000,00 akan diperoleh tambahan
penerimaan sebesar Rp 2.170.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil analisis biaya yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
usaha ternak itik potong ini sangat layak untuk dilakukan karena sangat berpotensi
mendatangkan keuntungan yang besar. Selain mendapat keuntungan yang besar,
kegiatan usaha ini juga tidak terlalu sulit untuk dijalani. Yang penting dalam
pelaksanaannya harus tekun dan sungguh – sungguh. Akhir – akhir ini itik potong
semakin dikenal oleh masyarakat dan dapat dikatakan bahwa untuk golongan
unggas, itik potong merupakan sumber daging nomor dua setelah ayam, disusul
oleh burung puyuh, merpati, dan kalkun. Hal ini juga mendukung
berkembangpesatnya usaha ini. Keunggulan lainnya adalah prospek usaha
pemasaran ini sangat tinggi baik dalam pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri, biaya produksi untuk menghasilkan produk tidak terlalu besar, usaha itik
potong memiliki kontinuitas produksi yang baik sehingga usaha ini bisa terus
berlanjut, dan resiko pengusahaan itik potong tidak terlalu besar.
Dari keunggulan – keunggulan beternak itik potong yang telah disebutkan
di atas, diharapkan dapat membuka pikiran masyarakat juga untuk membuka
usaha ini karena sangat berpotensi mendatangkan keuntungan yang besar dan
dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Suharno, Ir. dan Khairul Amri. Beternak itik secara intensif. Penerbit
Penebar Swadaya. Tahun 1998
Redaksi Trubus. Beternak Itik CV. 2000-INA. Penerbit Penebar Swadaya. Tahun
1999
Prawoto; Peternak ternak itik. Desa Sitemu Kec. Taman Kabupaten Pemalang,
Jawa Tengah 52361
www.poultryindonesia.com
LAMPIRAN