You are on page 1of 16

A.

Judul

“PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MEMPRODUKSI

TEKS BAHASA INGGRIS ”

B. Pendahuluan

Dalam Standar Isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006), tujuan pembelajaran Bahasa

Inggris adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang membuat peserta

didik mampu merefleksi pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain,

mengungkapkan gagasan dan perasaan dan memahami beragam nuansa makna

2. Membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,

berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan budaya tersebut, membuat

keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi dan sosial dan

menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif pada dirinya

(Depdiknas, 2006)

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka jelas perlu diterapkan berbagai pendekatan yang

bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir analitis serta berkomunikasi untuk

memecahkan masalah sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu,

pembelajaran Bahasa Inggris harus dilaksanakan dengan menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan masalah

yang dihadapi peserta didik dalam kehidupannya sehari – hari.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang

dilakukan lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep gramatika

saja. Peserta didik kurang dipajankan kepada pengalaman berbahasa secara utuh.

Akibatnya, keterampilan memecahkan masalah di kalangan peserta didik tidak dapat

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 1


berkembang sesuai dengan harapan. Selain itu banyak peserta didik yang bersikap negatif

terhadap pelajaran bahasa Inggris. Peserta didik menganggap pelajaran bahasa Inggris

sebagai momok yang sulit untuk dipelajari apalagi untuk dikuasai dan ini berlangsung

turun temurun kepada generasi di bawahnya. Akhirnya, peserta didik tidak berani untuk

mempelajari pelajaran bahasa Inggris, sehingga membuat hasil belajarnya menjadi buruk.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris,

sehingga mampu menumbuhkembangkan keterampilan memecahkan masalah disatu pihak

dan pemahaman konsep peserta didik di pihak lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

pada pembelajaran Bahasa Inggris yaitu:

1 pembelajaran Bahasa harus disajikan secara menarik,

2 dirancang secara gradual mulai dari konsep yang mudah ke konsep yang lebih

sulit dari tempat yang dekat ke tempat yang lebih jauh, dari masalah kongkrit

ke masalah abstrak dengan contoh sehari-hari agar persyaratan prior

knowledge pada konstruktivisme dipenuhi,

3 memanfaatkan multi media,

4 melibatkan peserta didik secara aktif selama pembelajaran sehingga

menyeimbangkan antara proses dan content,

5 merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri,

6 menekankan pada pengertian dan bukan ingatan atau hafalan,

7 harus terpadu, melibatkan seluruh keterampilan berbahasa,

8 bentuk asesmen disesuaikan dengan bahan ajar dan lebih berorientasi pada

proses.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 4 ayat 3, menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 2


proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,

dan pada pasal 4 ayat 4, dinyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi

keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam

proses pembelajaran. Disamping itu PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, pada pasal 19 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.

Oleh karena itu peranan guru lebih bertindak sebagai mediator, fasilitator, dan motivator.

Pembelajaran yang dirancang tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolahnya,

sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan kontekstual, artinya menyentuh langsung

dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning). Pembelajaran berbasis masalah adalah alternatif model

pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan paradigma konstruktivistik.

Esensi dari model pembelajaran tersebut adalah adanya reorientasi pembelajaran dari

semula berpusat pada pengajar menjadi berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran

berbasis masalah memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir peserta didik dalam

aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam konteks

kehidupan dunia nyata yang kompleks.

Berpijak pada permasalahan tersebut di atas, melalui kegiatan Lesson Study berbasis

MGMP di Gugus 3 SMP Kabupaten Bandung, peneliti bersama guru – guru bahasa

Inggris di lingkungan Gugus 03 SMP Kabupaten Bandung berupaya mencari solusi serta

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 3


mengurai permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran bahasa Inggris untuk

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memproduksi teks.

C. Perumusan Masalah

Masalah yang ingin penulis kaji melalui penelitian ini ialah: “sejauh manakah penerapan

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan peserta didik

dalam memproduksi teks bahasa inggris?”

Pokok permasalahan tersebut lebih dapat diperinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1 Apakah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan

aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris?

2 Apakah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris?

3 Apakah Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan

pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris?

4 Bagaimana pendapat peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran Bahasa

Inggris Berbasis Masalah?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini penulis laksanakan di Gugus 03 SMP Kabupaten Bandung dengan tujuan

untuk mengidentifikasi:

1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris melalui

penerapan model pembelajaran berbasis masalah;

2 Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran Bahasa

Inggris melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah;

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 4


3 Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran Bahasa Inggris

melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah; dan

4 Mengetahui pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran Bahasa

Inggris berbasis masalah.

E. Manfaat Penelitian.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

1. Kontribusi Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan, dengan tema

yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa yang lain, sehingga dapat

dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

2. Kontribusi Praktis

a. Pemerintah Daerah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan kualitas guru

bahasa Inggris, sehingga dapat dihasilkan peserta didik-peserta didik yang

berprestasi dan berguna bagi kemajuan bangsa Indonesia.

b. Kepala Sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan

kebijakan baru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik

dengan menyediakan fasilitas belajar bahasa Inggris di sekolah.

c. Guru, sebagai ujung tombak proses pembelajaran, dapat menggunakan

hasil penelitian ini untuk memperluas wawasan dan pengetahuan penulis

mengenai model pembelajaran berbasis masalah sehingga dapat digunakan

untuk meningkatkan mutu proses dan mutu hasil belajar peserta didik sesuai

kondisi sekolahnya masing - masing.

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 5


F. Landasan Teori

1. Kompetensi Komunikatif

Kompetensi Wacana hanya dapat diperoleh jika peserta didik memperoleh kompetensi

pendukungnya seperti Linguistic Competence (kompetensi linguistik) Kompetensi Tindak

tutur dalam bahasa lisan atau kompetensi retorika dalam bahasa tulis (keduanya tercakup

dalam Actional Competence), Sociocultural Competence, dan Strategic Competence.

Setiap kompetensi diatas merupakan sub komponen dari declarative knowledge

(pengetahuan tentang seluk beluk bahasa) yang sangat membantu dalam mengidentifikasi

apa saja yang perlu dicakup oleh sebuah program pendidikan bahasa.

Discourse Competence atau kompetensi wacana lebih mengacu pada prosedur untuk

memobilisasi seluruh declarative knowledge dalam konteks komunikasi yang nyata untuk

menciptakan makna sesuai konteks kommunikasinya. Kemampuan ini biasa disebut

procedural knowledge.

Socio-cultural
Competence

Discourse

Competence

Linguistic Actional

Competence Competece
Strategic

Competence

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 6


Diagram diatas menunjukan bahwa kompetensi utama yang dituju oleh pendidikan bahasa

adalah Discourse Compentece atau Kompetensi Wacana.

2. Bentuk - Bentuk Teks untuk Tingkat SMP

Tujuan utama belajar bahasa Inggris adalah kompetensi berkomunikasi atau kompetensi

wacana, yaitu kemampuan memahami dan menghasilkan berbagai teks baik lisan muapun

tertulis sesuai dengan teingkat perkembangan peserta didik. Pemahaman dan penciptaan

berbagai jenis teks menjadi focus pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam Standar Isi

bentuk teks untuk tingkat SMP ini meliputi bentuk deskriptif, prosedur, recount, naratif,

dan report. Pembagian jenis teks kedalam kelas sebagai berikut:

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX


Dialog transactional dan Dialog transactional dan Dialog transactional dan
Interpersonal Interpersonal Interpersonal
Deskriptif Descriptif Naratif
Prosedur Recount Report
Naratif Prosedur

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan Problem-based

learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memajankan peserta didik

kepada masalah-masalah praktis dengan struktur rumpang (tidak sempurna) melalui

stimulus dalam belajar. PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: (1)

belajar dimulai dengan suatu permasalahan, (2) memastikan bahwa permasalahan yang

diberikan berhubungan dengan dunia nyata pembelajar, (3) mengorganisasikan pelajaran

di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab

sepenuhnya kepada peserta didik dalam mengalami secara langsung proses belajar

mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut peserta didik

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 7


untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau

kinerja (performance).

Proses pembelajaran dengan pendekatan problem-based learning dijalankan dengan 8

langkah, yaitu:

a. Menemukan masalah. Pembelajar diberikan masalah berstruktur ill-defined

yang diangkat dari konteks kehidupan sehari-hari. Pernyataan

permasalahan diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang pendek dan

memberikan sedikit fakta-fakta di seputar konteks permasalahan.

Pernyataan permasalahan diupayakan memberikan peluang pada peserta

didik untuk melakukan penyelidikan. Peserta didik menggunakan

kecerdasan inter dan intra-personal untuk saling memahami dan saling

berbagi pengetahuan antar anggota kelompok terkait dengan

permasalahan yang dikaji.

b. Mendefinisikan masalah. Peserta didik mendefinisikan masalah

menggunakan kalimatnya sendiri. Permasalahan dinyatakan dengan

parameter yang jelas. Peserta didik membuat beberapa definisi sebagai

informasi awal yang perlu disediakan. Pada langkah ini, peserta didik

melibatkan kecerdasan intra-personal dan kemampuan awal yang dimiliki

dalam memahami dan mendefinisikan masalah.

c. Mengumpulkan fakta-fakta. Peserta didik membuka kembali pengalaman

yang sudah diperolehnya dan pengetahuan awal untuk mengumpulkan

fakta-fakta. Peserta didik melibatkan kecerdasan majemuk yang dimiliki

untuk mencari informasi yang berhubungan dengan permasalahan. Pada

tahap ini, peserta didik mengorganisasikan informasi-informasi dengan

menggunakan istilah “apa yang diketahui (know)”, “apa yang dibutuhkan

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 8


(need to know)”, dan “apa yang dilakukan (need to do)” untuk

menganalisis permasalahan dan fakta-fakta yang berhubungan dengan

permasalahan.

d. Menyusun dugaan sementara. Peserta didik menyusun jawaban-jawaban

sementara terhadap permasalahan dengan melibatkan kecerdasan logic-

mathematical. Peserta didik juga melibatkan kecerdasan interpersonal yang

dimilikinya untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya, membuat

hubungan-hubungan, jawaban dugaannya, dan penalaran mereka dengan

langkah-langkah yang logis.

e. Menyelidiki. Peserta didik melakukan penyelidikan terhadap data-data dan

informasi yang diperolehnya berorientasi pada permasalahan. Peserta

didik melibatkan kecerdasan majemuk yang dimilikinya dalam

memahami dan memaknai informasi dan fakta-fakta yang ditemukannya.

Guru membuat struktur belajar yang memungkinkan peserta didik dapat

menggunakan berbagai cara untuk mengetahui dan memahami (multiple

ways of knowing and understanding) dunia mereka.

f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan. Peserta didik

menyempurnakan kembali perumusan masalah dengan merefleksikannya

melalui gambaran nyata yang mereka pahami. Peserta didik melibatkan

kecerdasan verbal-linguistic memperbaiki pernyataan rumusan masalah

sedapat mungkin menggunakan kata yang lebih tepat. Perumusan ulang

permasalahan lebih memfokuskan penyelidikan, dan menunjukkan secara

jelas fakta-fakta dan informasi yang perlu dicari, serta memberikan tujuan

yang jelas dalam menganalisis data.

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 9


g. Menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan secara kolaboratif.

Peserta didik berkolaborasi mendiskusikan data dan informasi yang

relevan dengan permasalahan. Setiap anggota kelompok secara

kolaboratif mulai bergelut untuk mendiskusikan permasalahan dari

berbagai sudut pandang. Pada tahap ini proses pemecahan masalah berada

pada tahap menyimpulkan alternatif-alternatif pemecahan yang dihasilkan

dengan berkolaborasi. Kolaborasi menjadi mediasi untuk

menghimpun sejumlah alternatif pemecahan masalah yang

menghasilkan alternatif yang lebih baik ketimbang dilakukan secara

individual.

h. Menguji solusi permasalahan. Peserta didik menguji alternatif pemecahan

yang sesuai dengan permasalahan aktual melalui diskusi secara

komprehensip antar anggota kelompok untuk memperoleh hasil pemecahan

terbaik. Peserta didik menggunakan kecerdasan majemuk untuk menguji

alternatif pemecahan masalah dengan membuat sketsa, menulis, debat,

membuat plot untuk mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya dalam

menguji alternatif pemecahan.

(Fogarty, 1997)

Guru membentuk kelompok-kelompok peserta didik yang jumlah anggotanya 4-5 orang.

Masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari permasalahan,

merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis untuk

penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan, dan menyajikan hasilnya

di depan kelas.

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 10


Guru berperan sebagai pembimbing dan menstimulasi peserta didik berpikir untuk

memecahkan masalah. Sebagai fasilitator, guru melatih kemampuan peserta didik

berpikir secara metakognisi.

Penilaian pembelajaran dengan problem-based learning dilakukan dengan authentic

assesment. O’Malley dan Pierce (1996) mendefinisikan authentic assesment sebagai

bentuk penilaian di kelas yang mencerminkan proses belajar, hasil belajar, motivasi, dan

sikap terhadap kegiatan pembelajaran yang relevan.

Self-assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap

usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai

(standard) oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar (Griffin dan Nix, 1991).

Peer-assessment adalah penilaian di mana peserta didik berdiskusi untuk memberikan

penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya

sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya (Griffin dan Nix, 1991).

Proses penilaian pembelajaran pemecahan masalah mencakup penilaian proses dan

produk, bertolak dari langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan problem-based

learning oleh Fogarty (1997), koheren dengan langkah-langkah penilaian autentik

pembelajaran kontekstual menurut Johnson (2002) serta tahap- tahap pemecahan masalah

menurut Dewey, Polya dan Krulik dalam Carson (2007).

G. Metodologi Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian kualitatif diskriptif. Penelitian

berusaha mendeskripsi fenomena dalam keadaan yang seadanya (natural setting).

Fenomena yang dimaksud adalah situasi pembelajaran yang dilaksanakan guru di

kelas. Situasi pembelajaran akan ditinjau dari 4 aspek yaitu 1) aktivitas belajar peserta

didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris, 2) keterampilan berpikir kritis peserta didik

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 11


pada mata pelajaran Bahasa Inggris, 3) pemahaman konsep peserta didik pada mata

pelajaran Bahasa Inggris, dan 4) pendapat peserta didik terhadap penerapan model

pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Masalah.

1. Metode Pengumpulan Data

Data bersifat kualitatif, yaitu berupa hasil deskripsi Silabus dan Rancangan Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas, jawaban kuesioner

dan hasil diskusi kelompok. Data berturut-turut dikumpulkan melalui pengumpulan

contoh silabus dan RPP yang digunakan guru untuk pembelajaran di kelas, perekaman

video pembelajaran di kelas, pengisian kuesioner dan pelaksanaan kegiatan diskusi

kelompok fokus.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini berupa: (i) Dokumen silabus dan RPP; (ii) Perangkat

perekaman video pembelajaran di kelas; (iii) F o r m a t O b s e r v a s i ( i v ) Kuesioner

untuk peserta didik; (v) Diskusi kelompok (peneliti dan guru bahasa Inggris).

3. Metode Analisis Data

Berbagai data yang dikumpulkan melalui metode dan instrumen di atas akan di

analisis khususnya yang terkait dengan pendekatan berbasis genre. Untuk masing-

masing metode dan instrumen akan dianalisis menjadi: (i) Deskripsi silabus dan

RPP; (ii) Deskripsi kegiatan pembelajaran di kelas; (iii) Rangkuman jawaban

kuesioner; (iv) deskripsi masalah dan kebutuhan hasil diskusi kelompok fokus.

Selanjutnya dari hasil masing-masing analisis data di atas akan dirangkum dan

disintesakan menjadi identifikasi masalah dan kebutuhan yang meliputi 4 aspek.

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 12


H. Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut :

No Deskripsi Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul Penelitian
2 Pembuatan Instrumen
Penelitian
3 Pengujian Instrumen
Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Ringkasan Eksekutif
7 Seminar Hasil Penelitian
8 Penulisan Laporan Penelitian
9 Penggandaan Laporan
Penelitian

I. PERSONALIA PENELITIAN

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 13


1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Muhammad Handi Gunawan, M.Pd

b. Golongan Pangkat/NIP : 197301132009121002

c. Jabatan Fungsional : Dosen

d. Jabatan Struktural : -

e. Fakultas/Program Studi :

f. Perguruan Tinggi :

g. Bidang Keahlian :

h. Waktu untuk Penelitian ini : 5 Bulan

2. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Agus Budiyanto, S.Pd

b. Golongan Pangkat/NIP : 197008312000121001

c. Jabatan Fungsional : Guru

d. Bidang Studi : Bahasa Inggris

e. Unit Kerja : SMP Negeri 3 Soreang

J. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 14


K. DAFTAR PUSTAKA

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 15


Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta)

Carson, Jamin, 2007, A Problem with Problem Solving: Teaching Thinking without

Teaching Knowledge. The Mathematics Educators, Vol. 17 No. 2, 7 - 14

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Undang Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Departemen Pendidikan Nasional, 2003, PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Inggris

Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Permen 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Fogarty, R. 1997. Problem-based learning and other curriculum models for the
multiple intelligences classroom. Arlington Heights, Illinois: Sky Light.

Mulyasa, E, 2009, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung, Rosda)

O’Malley J. Michael, et.al, 1996. Authentic Assessment for English Language


Learners : Practical Approaches for Teachers. Addison Wesley Publishing
Company

Proposal Penelitian LS MGMP 2011 16

You might also like