You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan cara mencampurkan agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air, semen Portland atau bahan pengikat
hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan tambah lain dengan
perbandingan tertentu.
Campuran beton bilamana dituang dalam cetakan kemudian dibiarkan
maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi oleh peristiwa reaksi
kimia antara air dan semen, dan hal ini berjalan selama waktu yang panjang, dan
akibatnya campuran itu selalu bertambah keras setara dengan umurnya.
Kekuatan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung pada sifat-sifat
bahan dasarnya, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan maupun
cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan cara
perawatan selama proses pengerasan (Tjokrodimuljo, 1996).
Beton dapat didefenisikan sebagai campuran antara semen Portland atau
semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa
bahan tambahan membentuk massa padat. Secara umum beton merupakan hasil
reaksi antara semen hidraulik dengan air (SK. SNI T-15-1990-03 dalam Mulyono,
2004). Definisi beton dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Definisi Beton


Beton Pengisi + Bahan Pengikat
Beton Semen Portland Agrerat (halus dan kasar) + Pasta semen Portland
Mortar Agregat halus + Pasta
Pasta Semen + Air
Sumber : (Mulyono, 2004)

5
6

Beton merupakan bahan yang memiliki kuat tekan yang tinggi. Bila dibuat
dengan cara yang baik, kekuatannya akan menyamai batuan alami
(Tjokrodimuljo, 1996). Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, maka dari itu
untuk mengimbangi kondisi kuat tarik beton yang rendah tersebut, suatu struktur
beton perlu diperkuat dengan baja tulangan, yang kemudian disebut dengan
struktur beton bertulang.
Beton dalam keadaan mengeras mempunyai nilai kuat tekan yang tinggi.
Dalam keadaan segar beton mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan.
Selain itu beton juga tahan terhadap serangan korosi. Secara umum kelebihan dan
kekurangan beton adalah (Mulyono, 2004) :
1. Kelebihan
a) Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi,
b) Mampu memikul beban yang berat,
c) Tahan terhadap temperatur yang tinggi,
d) Biaya pemeliharaan yang kecil.
2. Kekurangan
a) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah,
b) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi,
c) Berat,
d) Daya pantul suara yang keras.
Perencanaan campuran beton yang akan digunakan dalam pelaksanaan
konstruksi beton harus memenuhi syarat-syarat kekuatan, keawetan, kemudahan
pelaksanaan dan ekonomis. Campuran beton pada umumnya menggunakan
agregat dengan volume 60% sampai dengan 70% dari volume totalnya. Harga
agregat relatif murah, maka dari itu dianjurkan agar menggunakan bahan ini
sebanyak mungkin agar beton yang dihasilkan ekonomis dan pemakaian banyak
agregat dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton.
7

B. Bahan Penyusun Beton


1. Semen Portland
Semen Portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak
digunakan dalam pekerjaan beton. Di dunia sebenarnya terdapat berbagai
macam semen, dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu
sesuai dengan sifat-sifatnya yang khusus.
Kualitas semen sangat mempengaruhi kualitas beton, yang mana
semakin besar pemakaian semen maka beton semakin kuat, namun jika terlalu
banyak juga tidak menjamin kekuatan yang baik (Nugraha dan Antoni, 2007).
Jenis dari semen bermacam-macam oleh karena itu semen yang
digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan
dan spesifikasi teknik yang diberikan.
Perbedaan sifat jenis semen yang satu dengan yang lainnya dapat
terjadi karena perbedaan susunan kimia maupun kehalusan butir-butirnya.
Bahan pembentuk semen terdiri dari 4 senyawa pokok sebagaimana diuraikan
berikut ini :
a. Trikalsium Silikat (C 3 S)
Senyawa ini segera mulai berhidrasi dalam beberapa jam jam dengan
melepas sejumlah panas. Kuantitas yang terbentuk dalam ikatan
menentukan pengaruh terhadap kekuatan beton pada awal umurnya,
terutama pada 14 hari sebelumnya.
b. Dikalsium Siklat (C 2 S)
Senyawa ini bereaksi dengan air lebih lambat, sehingga hanya
berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari.
c. Trikalsium Aluminat (C 3 A)
Senyawa ini berhidrasi dan bereaksi sangat cepat, sangat berpengaruh
pada panas hidrasi tertinggi dan memberikan kekuatan setelah 24 jam.
d. Tetra Kalsium (C 4 AF)
Senyawa ini kurang begitu besar pengharuhnya terhadap kekuatan dan
sifat-sifat semen keras lainnya.
8

Kandungan unsur kimia semen Portland terdiri dari bahan-bahan yang


mengandung kapur, silica, alumina, dan oksida besi, sebagai mana yang dapat
dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Susunan Unsur Semen Portland


Oksida Persen
Kapur (CaO) 60 – 65
Silika (SiO2) 17 – 25
Alumina (Al2O3) 3–8
Besi (Fe2O3) 0,5 – 6
Magnesia (MgO) 0,5 – 4
Sulfur (SO3) 1–2
Soda/potash (Na2O+K2O) 0,5 – 1
Sumber : (Tjokrodimuljo, 1996)

Semen Portland didefenisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan


dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium hidrolik, yang umumnya
mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Suatu semen jika diaduk
dengan air akan terbentuk adukan pasta semen, dan jika ditambah lagi dengan
kerikil/batu pecah disebut beton (Mulyono, 2004).
Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi
suatu massa yang kompak/padat. Selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga
diantara butiran agregat. Walaupun semen hanya mengisi 10% saja dari
volume beton, namun karena merupakan bahan yang aktif maka perlu
dipelajari maupun dikonrol secara ilmiah (Tjokrodimuljo, 1996).

2. Air
Air merupakan salah satu bahan yang penting dalam pembuatan beton
karena menentukan mutu dalam campuran beton. Fungsi air pada campuran
beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan
9

berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin campuran agregat dan


semen agar mudah dikerjakan. Air diperlukan pada pembentukan semen yang
berpengaruh pada sifat dapat dikerjakan (workabality) dari adukan beton,
kekuatan, susut dan keawetan betonnya.

3. Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Walupun namanya sebagai bahan
pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
mortar/betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting
dalm pembuatan mortar/beton.
Untuk mendapatkan beton yang baik, diperlukan agregat yang
berkualitas baik pula. Agregat yang baik untuk pembuatan beton sebaiknya
memenuhi persyaratan (Tjokrodimuljo, 1996) sebagai berikut :
a. Butir-butirnya tajam, kuat dan bersudut.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % untuk agregat halus dan 1 %
untruk agregat kasar.
c. Tidak mengandung zat organis.
d. Tidak mengandung garam yang menghisap air dari udara.
e. Bersifat kekal, tidak hancur atau berubah karena cuaca.
f. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat
dalam campuran beton ada lima (Landgren, 1994 dalam Mulyono, 2004)
antara lain :
a. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beeton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
b. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton yang
telah dibuat.
10

c. Berat jenis agregat


Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat
sebagai kontrol
d. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh terhadap berat jenis.
e. Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat
pencampuran.
Cara membedakan jenis agregat yang paling baik banyak dilakukan
adalah didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai
ukuran butir-butir besar disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang
berbutir kecil disebut agregat halus. Dalam pelaksanaanya agregat umumnya
digolongkan menjadi 3 kelompok (Tjokrodimuljo, 1996) yaitu :
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm,
b. Kerikil, untuk besar butiran antara 5 mm dan 40 mm,
c. Pasir, untuk besar butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), berdasarkan berat jenisnya agregat
juga dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Agregat Normal
Agregat ini mempunyai berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. Umumnya
berasal dari granit, kuarsa, dan lain-lain. Beton yang dihasilkan adalah
beton normal dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa.
b. Agregat Berat
Berat jenis agregat ini lebih dari 2,8. Contoh agregat ini adalah magnetik
(Fe3O4), barites (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan biasanya
digunakan sebagai dinding pelindung dari radiasi sinar X.
c. Agregat Ringan
Agregat ini memiliki berat jenis kurang dari 2. Beton yang dihasilkan
biasanya digunakan untuk non-struktural. Selain ringan, beton yang
dihasilkan mempunyai sifat tahan api dan sebagai bahan isolasi yang baik.
11

Pada penelitian yang dilakukan digunakan 2 macam agregat yaitu,


agregat kasar dan agregat halus.
a. Agregat halus (Pasir Besi)
Secara umum agregat halus pasir besi terdiri mineral opak yang
bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti kuarsa,
kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. Mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, dan hematite.
Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan
ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal
dari batuan basaltic dan andestik vulkanik ( informasi mineral dan batu
bara, tekmira.esdm.go.id).
Kegunaan pasir besi selain untuk industry logam besi juga dapat
dimanfaatkan pada industri semen, peranan pasir besi dalam proses
produksi semen adalah sebagai pengatur suhu saat terbentuknya klingker
semen, (Ir Kardiyono Tjokrodimuljo, M.E,1996).
Oleh karena itu pasir dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu :
1) Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam,
bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam, tetapi biasanya
harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci.
2) Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butir agak
kurang karena butir yang bulat. Karena besar butirnya kecil maka
dipakai untuk memplester tembok.
3) Pasir laut
Pasir laut ialah pasir yang diambil dari laut. Butir-butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek,
karena banyak mengandung garam-garaman. Garam-garaman ini
menyerap kandungan air dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu
12

agak basah dan juga menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi


bangunan.
b. Agregat kasar
Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat
dengan besar butiran yang lebih dari 5 mm. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu beton, maka agregat kasar
perlu pada umumnya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Agregat kasar untuk beton seyogyanya berupa batu pecah yang
diperoleh dari semacam batu, sesuai ketentuan dan persyaratan dari
ASTM-C33.
2) Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang tidak porous atau
berpori. Dalam hal ini, porositas yang rendah merupakan faktor yang
sangat menentukan untuk menghasilkan suatu adukan beton yang
seragam (uniform), dalam arti mempunyai keteraturan atau
keseragaman yang baik pada mutu (kuat tekan) maupun nilai
slumpnya.
3) Dalam hal bentuk agregat, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
batu pecah dengan bentuk kubikal dan tajam ternyata bisa
mengahasilkan mutu beton yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan kerikil bulat.
4) Dalam hal ukuran maksimum agregat kasar, banyak penelitian
menunjukkan bahwa pemakaian agregat yang lebih kecil (< 15 mm)
bisa menghasilkan mutu beton yang lebih tinggi. Walaupun demikian,
pemakaian agregat kasar dengan ukuran maksimum 25 mm masih
menunjukkan tingkat keberhasilan yang baik dalam produksi beton
bermutu tinggi.
5) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih 1% (ditentukan
terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka
agregat perlu dicuci dulu sebelum digunakan dalam adukan beton.
13

6) Kekerasan dari butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan mesin


penguji keausan Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
besar dari 50%.
7) Agregat kasar perlu diusahakan sebisa mungkin diambil dari sumber
yang sama untuk satu pekerjaan yang sama, terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya.
8) Agregat kasar seyogyanya tidak mengandung unsur-unsur yang dapat
merusak beton seperti unsur-unsur reaktif alkali.
Agregat pecahan (kerikil maupun pasir) diperoleh dengan
memecah batu menjadi berukuran butiran yang dikehendaki dengan cara
meledakkan, memecah, menyaring, dan seterusnya. Agregat kasar yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu batu pecah. Batu pecah merupakan
butir-butir hasil pemecahan batu. Butir-butirnya berbentuk tajam, sehingga
sedikit lebih memperkuat betonnya.

C. Bahan Tambah Aditif Sika Viscocrete-10


Bahan tambah adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran
beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsinya adalah untuk
mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian bahwa kesalahan dalam dosis
penggunaan serta tata cara pemakaiannya dapat berpengaruh merugikan terhadap
kualitas beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Sika Viscocrete-10 termasuk bahan tambah kimia (chemical admixture),
yaitu bahan tambah berupa cairan yang ditambahkan pada campuran beton dalam
jumlah tertentu untuk mengubah beberapa sifat beton. Bahan tambah Sika
Viscocrete-10 termasuk Tipe F “ Water Reducing, High Range Admixtures” yaitu
bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 %
atau lebih, dan meningkatkan slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih.
Jenis bahan tambah ini adalah berupa superplasticizer, dosis yang disarankan
14

adalah 1% - 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan menyababkan


menurunnya kuat tekan beton.
Sika Viscocrete – 10 adalah generasi ketiga superplasticizer. Hal ini
terutama dikembangkan untuk produksi tinggi aliran beton. Khususnya cocok
untuk beton Mixes dengan transportasi waktu lama dan panjang untuk
dilaksanakan. Data teknis Sika Viscocrete-10 dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2. 3 Data Teknis Sika Viscocrete - 10


Dosis 0,5% - 1,8% dari berat semen
Berat Jenis 1.06 kg/l
Umur 12 bulan
Penyimpanan Di tempat yang teduh, kering
Kemasan 200 kg
Sumber : PT. Sika Indonesia

D. Pengujian Slump Dan Kuat Tekan Beton Dengan Penambahan Bertahap


Pozzofume Dan Superplasticizer
Hasil pengujian slump dan kuat tekan beton (Supartono, 1998) yaitu :
1. Dengan menggunakan bahan tambah (aditif) pozzofume dan superplastisier
pada campuran beton dengan dosis yang tepat, ternyata bisa menghasilkan
beton dengan W/C = 0,32 yang mencampai kuat tekan silinder rata- rata
65 – 70 Mpa, namun dengan kelecakan yang tinggi dengan nilai slump
mencapai 21 – 23 cm.
2. Dari hasil pengukuran nilai slump, ternyata dalam selang waktu 30 menit,
beton pozzofume tersebut telah mengalami slump loss sebesar 10 – 14 cm atau
telah kehilangan 45 – 65 % dari nilai slump awalnya. Dalam selang waktu 60
menit, pada adukan beton yang sama telah terjadi slump loss sebesar 15 – 18
cm atau telah kehilangan 70 – 85 % dari nilai slump awalnya.
3. Dengan menberikan tambahan ulang superplastisier setelah selang waktu 45
menit dan 90 menit dari saat pengadukan awal, ternyata kelecakan beton atau
15

nilai slump bisa ditingkatkan kembali sampai mendekati atau menyamai nilai
slump awalnya.

E. Resume Penalitian Yang Pernah Dilakukan


Penelitian yang di lakukan oleh Mukhba (2007) tentang Pengaruh
Penambahan Sika Viscocrete-10 sebesar 1,4% dari Berat Semen terhadap
Slump Loss dan Kuat Tekan Beton.
Dalam penelitian ini mix desaign menggunakan metode SNI dengan
menggunakan nilai fas 0,32 dan ukuran maximum agregat kasar 20 mm,
penggunaan Sika Viscocrete-10 sebesar 1,4 dari berat semen dimana
pengujianya dilakukan pada setiap variasi beton dengan interval waktu 25
menit, 50 menit dan 75 menit, pengujain kuat tekan beton dilakukan pada umur
28 hari.

Dari hasil penelitian, pada beton sebelum ditambah Sika Viscocrete-10


terjadi penurunan niali slump, sedangkan pada beton sesudah ditambah sika
viscocret-10 nilai slumpnya menjadi naik. Nilai slump tertinggi serta
persentase penurunan nilai slump tertinggi sama-sama terdapat pada menit ke
50, yaitu nilai slump tertinggi terdapat pada beton sesudah ditambah Sika
Viscocrete-10 sebesar 28,5 cm sedangkan persentase penurunan nilai slump
tertinggi terdapat pada beton sebelum ditambah Sika Viscocrete-10 sebsar
76%. Penambahan Sika Viscocrete-10 pada campuran beton menyebabkan kuat
tekannya menjadi naek, yaitu pada menit ke 50 sebesar 52,009 Mpa, pada
menit ke 75 sebesar 47,631 Mpa, sedangkan pada menit ke 25 kuat tekanya
menjadi turun yaitu sebesar 42,268%, oleh karena itu ketepatan pemakaian
dosis sama waktu yang diberikan serta proses pencampuranya sangat
mempengaruhi terhadap kekuatan beton yang dihasilkan.

You might also like