Professional Documents
Culture Documents
Makalah individu
Filsafat Sains, t.a. 2004/2005
Program MM, Pasca Sarjana
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Oleh:
Duma M S Hutahaean
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan siswa belajar adalah untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal
sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Akan tetapi kemampuan, cara belajar demikian pula kepribadian siswa yang satu
dengan yang lainnya sangat berbeda. Ada siswa yang kecerdasan intelektual dari
hasil test IQ nya kurang, sedangkan kesungguhan siswa dalam belajar baik, ternyata
prestasi belajarnya tetap kurang memuaskan. Ada pula siswa yang kecerdasan
intelektualnya cukup baik dan tidak menunjukkan kesulitan dalam belajar, memperoleh
prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektualnya. Bahkan ada
siswa yang kecerdasan intelektualnya sangat superior, tetapi secara akademik
memperoleh prestasi belajar yang tidak optimal bahkan jauh di bawah potensi yang
dimilikinya. Mengapa siswa berpotensi akademik sangat superior ini tidak dapat
memunculkan prestasi sesuai kecerdasan intelektualnya?
1
Kita tahu bahwa hasil belajar siswa ditentukan antara lain oleh gabungan antara
kecerdasan intelektual siswa dengan kebutuhan belajar. Motivasi ditentukan oleh
kebutuhan. Jadi salah satu faktor penyebab tidak munculnya potensi siswa sesuai
kecerdasan intelektualnya, karena tidak diperolehnya motivasi dalam diri siswa yang
menjadi sumber motivasinya.
Jika seseorang termotivasi, maka muncullah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapai hal-hal yang semula tidak terduga. Untuk itu perlu diciptakan proses
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar atau mengeluarkan potensi
belajarnya dengan baik sehingga memperoleh prestasi yang maksimal.
Oleh karena itu dalam makalah ini, kami ingin membahas lebih jauh tentang
proses pembelajaran yang memotivasi prestasi belajar siswa di sekolah.
2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam makalah ini kami rumuskan
masalah yaitu :
Bagaimana proses pembelajaran yang memotivasi prestasi belajar siswa di sekolah?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1. KONSEP BELAJAR
Sejumlah ahli memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat
keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Diantaranya
Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang
terjadi dalam diri seseorang melalui latihan dan pembelajaran, sehingga terjadi
perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang
dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh
sendiri.
Belajar menurut pandangan B.F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skinner
dalam belajar ditemukan hal-hal berikut : (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons belajar; (2) respons si pelajar; dan (3) konsekuensi yang
3
bersifat menggunakan respons tersebut, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun
teguran atau hukuman.
Menurut Jerome S. Bruner (1960), proses belajar dapat dibedakan dalam tiga
fase yaitu : (1) informasi; (2) transformasi dan (3) evaluasi.
Sedangkan menurut Robert M. Gagne (1970), belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan
menjadi kapabilitas baru. Jadi belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
4
dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri dan (7) belajar mengalami,
menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar,
meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar,
namun baik secara eksplisit maupun implisit diantara mereka terdapat kesamaan
makna, yaitu definisi maupun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada “Suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu”. Hal-hal mendasar dalam pengertian belajar adalah belajar itu
membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan; perubahan itu
pada dasarnya diperolehnya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha
yang disengaja.
2. KONSEP PEMBELAJARAN
Proses pembelajaran menurut Dunkin dan Biddle berada pada empat variabel
interaksi yaitu : (1) variabel pertanda berupa pendidik (guru); (2) variabel konteks
5
berupa siswa (peserta didik), sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses berupa
interaksi peserta didik dengan pendidik dan (4) variabel produk berupa perkembangan
peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu :
(1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran dan
(2) kompetensi metodologi pembelajaran.
3. PENGERTIAN MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang telah dikembangkan. Dari teori-teori motivasi yang
ada, ada yang lebih menekankan pada “Apa” yang memotivasi seseorang yaitu
motivasi kebutuhan.
6
eksternal seperti kebutuhan untuk dikenali dan diakui, kedudukan atau status dan; (5)
Kebutuhan aktualisasi diri yaitu mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki,
pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, ekspresi serta kebutuhan estetis
yang ada di puncak hierarki.
4. PRESTASI BELAJAR
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang dicapai
dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan lain-lain. Sedangkan prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru.
Prestasi itu tidak sama dengan mptivasi. Jika motivasi merupakan salah satu
faktor dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang, prestasi
adalah evaluasi dari hasil perilaku seseorang termasuk didalamnya bagaimana baik
7
dan buruknya seseorang menyelesaikan tugas-tugasnya. Berarti motivasi dan prestasi
memiliki hubungan yang ditunjukkan pada formula berikut ini :
P = f (K x M x S x U)
dengan : P = Prestasi
K = Kemampuan
M = Motivasi
S = Kesempatan/Peluang
U = Usaha
f = fungsi
Prestasi belajar siswa ditentukan antara lain oleh gabungan antara kecerdasan
intelektual dan motivasi belajarnya.
Jadi motivasi merupakan hal yang penting untuk meraih prestasi, karena motivasi
merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan yang
menumbuhkan perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Ini berarti bahwa
meskipun siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, jika tidak diikuti dengan
motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektualnya, maka prestasi belajarnya akan kurang memuaskan. Oleh
karena itu agar tercapai prestasi yang maksimal, perlu diciptakan proses pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa guna memenuhi kebutuhan ekstrinsik maupun
instrinsiknya.
Peran guru dalam memotivasi siswa agar berprestasi pada mata pelajaran yang
diajarnya sangatlah besar. Oleh karena itu guru perlu menciptakan beberapa bentuk
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar, diantaranya :
8
Membuat pelajaran bermakna dapat ditempuh dengan jalan mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-
nilai hidup di masyarakat akan melatih siswa berfikir kreatif dan inovatif serta
menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi untuk hal-hal yang lebih menantang.
Perlu juga ditunjukkan kepada siswa bahwa materi pelajaran itu bermanfaat bagi
kehidupannya di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan teori belajar dari Carl R. Rogers
dan Taksonomi Bloom.
Oleh karena itu peran guru terhadap siswa adalah memberi bantuan, motivasi,
membangkitkan semangat dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam
rangka mencapai target-target yang disusun oleh siswa sendiri untuk mencapai
prestasi belajar yang maksimal.
9
Pembelajaran yang efektif apabila menempatkan siswa sebagai subyek didik
dan bukan sebagai obyek. Guru lebih berperan sebagai fasilitator saja dalam posisi
“tut wuri handayani” dan harus lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk
berinteraktif dalam proses pembelajarannya serta mengembangkan suasana
demokratis.
Agar materi ajar lebih mudah diserap oleh siswa serta belajar itu menjadi suatu
hal yang menyenangkan serta memberi semangat, guru harus menggunakan metode
dan media yang bervariasi, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta
perkembangan kemajuan informasi dan teknologi. Hal ini sesuai dengan teori
pembelajaran dari Dunkin dan Biddle.
Tiap siswa menghendaki rasa aman, perlindungan diri dari kegelisahan atau
tekanan yang diterimanya. Siswa akan lebih bersemangat dalam belajar apabila guru
mampu menimbulkan suasana belajar yang disertai rasa aman. Hal ini sesuai dengan
teori kebutuhan dari Maslow.
Hubungan antar pribadi yang baik, antara guru dengan siswa dan antar siswa,
akan menimbulkan kepuasan belajar bagi siswa yang akan memotivasi siswa untuk
belajar lebih baik lagi. Karena setiap individu ingin menjadi anggota kelompok sosial.
Adanya hubungan yang hangat antara guru dan siswa serta antar siswa akan
terjalin rasa persaudaraan, rasa memiliki dan hormat menghormati serta saling
10
pengertian dalam derajat yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan dari
Maslow, Herzberg dan David Mc. Clelland.
Demikian pula hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak mentaati
peraturan belajar dengan hukuman yang mendidik dan proporsional juga akan
menimbulkan motivasi untuk taat pada peraturan belajar. Hal ini sesuai dengan teori
kebutuhan Maslow dan Herzberg dan teori belajar Skinner.
Bila siswa belajar dalam suasana yang memberikan kejelasan tentang masa
depannya, hal ini cenderung akan memberikan kepuasan belajar yang akan
memotivasinya untuk belajar lebih baik lagi. Pengembangan diri misalnya :
kesempatan belajar lebih lanjut, pelayanan pembelajaran berdasarkan kemampuan
akademis siswa, kompetisi secara sehat, pembelajaran pengayaan, dan lain-lain.
Pengembangan diri ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif dan dapat
merealisasikan potensinya secara penuh. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan
aktualisasi diri dari Maslow.
Agar siswa termotivasi dalam belajar, apa yang menjadi minat dan
kegemarannya harus mendapat penyaluran.
Hal ini juga sebagai kebutuhan keseimbangan kerja otak. Di satu sisi siswa harus
bekerja keras dalam belajarnya, di sisi lain bakat dan minat siswa perlu disalurkan
11
melalui kegiatan ekstrakurikuler , misalnya : PMR, Seni Musik, kepramukaan, seni
drama, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan aktualisasi diri dari
Maslow.
9. TANAMKAN OPTIMISME
Guru harus menanamkan jiwa optimisme kepada siswa, yakni sikap yang
berkeyakinan bahwa semua yang sudah diupayakan dengan baik, nantinya akan
berhasil. Hal ini sangat mendorong motivasi siswa untuk mengupayakan segala
sesuatu dengan baik agar diperoleh hasil yang maksimal.
Misalnya seorang yang cacat fisik, umumnya mereka banyak yang pesimis
karena keberadaannya sehingga mereka hanya dapat melakukan sesuatu yang
menurutnya dapat dilakukan. Tetapi jika mereka mempunyai optimisme yang kuat,
bukan tidak mungkin mereka akan mencapai kemampuan melebihi kemampuan orang
pada umumnya, seperti Tony Malendes yang tidak memiliki tangan tetapi dia dapat
memainkan gitar menggunakan kakinya, melebihi kemampuan gitaris pada umumnya.
Dengan demikian, jika kita memiliki optimisme yang tinggi, pasti akan berhasil.
12
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
13
DAFTAR PUSTAKA
5. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia .
Jakarta : Balai Pustaka.
14