You are on page 1of 4

KHUTBAH IDUL ADHA 1431 H

Tempat: Halaman Sekolah Manajemen Telkom, Jln. Surapati Cicaheum Bandung

Oleh: Ir. H. M. Umar Dany

Hadirin jama’ah Idul Adha Rahimakumullah

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb Pencipta, Pemilik
dan Pengatur alam semesta raya. Pujian yang pantas diberikan kepada-Nya, pujian yang banyak,
sepenuh langit dan bumi, serta sepenuh apa yang Allah kehendaki. Pujian tak terbatas, yang tidak
diberikan kepada siapa pun. Semua pujina itu mutlak milik Allah SWT. Ketika manusia mengharapkan
pujian dari manusia lain, berbuat riya, Rasulullah SAW bersabda bahwa riya itu termasuk syirik kecil,
yang akan membakar amalan bagaikan api membakar kayu.

Shalawat dan salam semoha senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah member
contoh dan tauladan bagaimana hidup yang benar, bagaimana hidup di bawah naungan risalah-Nya,
juga semoga shalawat dan salam diberikan kepada keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya
hingga akhir zaman, amin ya rabba ‘alamin.

Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Pada hari ini kaum muslimin berkumpul untuk mengagungkan asma Allah, membesarkan keagungan-
Nya dan memuji kekuasaan-Nya. Pada hari ini kaum muslimin bersimpuh di depan ke-Agungan-Nya,
di hadapan keMahaBesaran-Nya dan merasakan getaran kebesaran-Nya. Pada hari ini pula kaum
muslimin di seluruh dunia serentak mengumandangkan kalimah thayyibah sebagai wujud
kerandahan diri mereka di hadapan Allah SWT.

Hari kemarin jutaan ummat manusia dari berbagai penjuru negeri, dari berbagai belahan bumi telah
melakukan wukuf di padang Arafah, melaksanakan aktivitas puncak ibadah haji, melantunkan dzikir,
istigfar, takbir dan berbagai doa-doa disampaikan kepada Allah azza wa jalla. Saat ini mereka
bersiap-siap untuk menuju ke Mina melempar jumrah aqabah.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu

Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Setiap Idul Adha kita selalu diingatkan dengan kisah Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya, siti Hajar
dan Nabi Ismail AS, yang diabadikan Allah SWT dalam bentuk ritual ibadah haji dank urban, agar
menjadi tauladan bagi seluruh ummat manusia sepanjang zaman.

Nabi Ibrahim dalam usia yang sudah lanjut belum juga dikaruniai seorang putra. Sekian lama Nabi
Ibrahim AS memohon dan berdoa kepada Allah SWT, “Robbi habli minasshalihin.. rabbi habli
minasshalihin.. rabbi habli minasshalihin.” Ya Allah Ya Tuhanku karuniakanlah kepadaku anak yang
shaleh, yang pada akhirnya Allah mengabulkan permohonan dan doa Nabi Ibrahim. Beliau
dianugerahi seorang anak, yang bernama Ismail.

Setelah memperoleh anak, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa keluarganya, Siti
Hajar dan Ismail ke tempat yang jauh. Mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh. Akhirnya
mereka berhenti di suatu tempat yang gersang, tandus dan tidak ada siapa-siapa. Nabi Ibrahim
berhenti, menurunkan Siti Hajar dan anaknya, Ismail saat itu juga. Nabi Ibrahim bersiap hendak
melanjutkan perjalanan meninggalkan mereka berdua. Pada saat akan ditinggal oleh suaminya, Siti
Hajar memegang tali kekang unta yang dikendarai Nabi Ibarahim AS, sambil berkata, “Ya Ibrahim,
kemanakah engkau hendak pergi? Mengapa kami ditinggalkan di tempat yang menakutkan ini?”
Ibrahim tidak menjawab. Lalu Siti Hajar bertanya lagi, “apakah ini perintah Allah?” Ibrahim
menjawab bahwa ini perintah Allah. Mendengar jawaban Ibrahim itu, Siti Hajar hanya menjawab:
“Sekarang saya mengerti dan Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Jawaban yang luar biasa, padahal Siti Hajar saat itu akan ditinggal sendirian bersama anaknya di
tempat yang gersang, kering. Kepasrahan kepada Allah yang luar biasa diperlihatkan oleh Siti Hajar.
Dengan hanya berbekal keyakinan kepada Allah, bahwa ini merupakan perintah Allah, Siti Hajar
dengan ikhlas dan rela menerima keputusan itu, ditinggal pergi suaminya. Sepeninggal Nabi Ibrahim,
tinggallah sSiti Hajar bersama anaknya, dengan bekal seadanya. Lama kelamaan, perbekalan mereka
habis sama sekali. Pada saat bayi Ismail menangis kehausan, Siti Hajar berusaha mencari air, ia
berlari ke sana ke mari. Siti Hajar terus berlari dan berlari tanpa mengenal lelah, di tengah terik
padang pasir, di antara dua bukit shafa dan marwah sampai 7 kali berulang-ulang. Akhirnya Siti Hajar
kembali ke tempat anaknya, tanpa membawa hasil. Namun tatkala Siti Hajar kembali ke tempat
anaknya berada, terlihatlah ilehnya air di dekat kaki Ismail. Subhanallah.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu

Mata air itulah yang selanjutnya dikenal dengan sumur zamzam. Usaha Siti Hajar berlari tidak
mengenal lelah di antara Shafa dan Marwah, diabadikan Allah menjadi salah satu bagian dari ritual
ibadah haji yang dikenal dengan sa’i. Peristiwa ini akan selalu dikenang oleh ummat manusia sampai
akhir zaman.

Kisah monumental berikutnya, tatkala Ismail beranjak remaja, pada saat usia Ismail telah
menampakkan tanda-tanda kedewasaan, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS melalui mimpi
beliau untuk menyembelih anaknya, Ismail. Sebagai seorang manusia, Ibrahim dikenal sebagai sosok
pemberani. Beliau hadapi Raja Namrudz tanpa rasa takut. Hatinya tidak bergeming sedikitpun
tatkala ia diancam akan dibakar. Beliau ikhlaskan nyawanya tatkal api sudah mulai berkobar. Hanya
karena kehendak Allah SWT pulalah, api tidak membakar dirinya.

Meskipun Ibrahim AS dikenal sosok pemberani, tetapi manakala dihadapkan pada ujian kali ini Nabi
Ibrahim AS merasakan bahwa in merupakan ujian yang cukup berat. Betapa tidak? Anaknya tercinta,
anak yang telah lama dinanti-nantikan, anaknya yang telah lama didamba-dambakan sebagai
pelanjut risalah perjuangannya, saat ini harus disembelih. Nabi Ibrahim memerlukan waktu 3 hari
untuk menyampaikan perintah ini kepada anaknya, Ismail tercinta.

Namun, tatkala perintah ini disampaikan kepada Ismail, sungguh ia mendapatkan jawaban yang luar
biasa. “Ia menjawab, ‘Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu

Jawaban yang luar biasa ini keluar dari mulut seorang anak remaja, penuh dengan ketaatan dan
kepasrahan kepada Allah SWT. Walaupun pada akhirnya Allah menggantikan Ismail dengan seekor
kibasy (kambing) yang besar, namun Ismail telah memperlihatkan bahwa ia siap mengorbankan
nyawa sekalipun, demi melaksanakan perintah Allah. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi
Ibrahim kepada Ismail ini, diabadikan dalam pelaksanaan ibadah haji dan kurban. Bukan hanya oleh
mereka yang pergi berhaji saja, tetapi juga peristiwa ini diabadikan oleh semua manusia yang
melaksanakan ibadah kurban pada setiap Idul Adha.

Hadirin Rahimakumullah

Bahagianya Ibrahim AS demi melihat anaknya Ismail, memiliki mentalitas dan aqidah yang luar biasa.
Hari itu Ibrahim AS menyaksikan sendiri anaknya telah tumbuh sesuai dengan doanya.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu

Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Kesiapan melaksanakan perintah Allah yang luar biasa pada diri Ismail walaupun usianya masih belia,
tidak mungkin terjadi begitu saja, kecuali ia telah mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang
tepat dan benar. Siapa lagi kalau bukan sosok ibunya, Siti Hajar? Walaupun ia seorang diri
mengarahkan, mendidik dan membina Ismail, namun ternyata Ismail telah menjadi sosok yang
memiliki mentalitas dan akidah yang luar biasa. Betapa hebat dan mulianya Siti Hajar, sehingga
sangat pantas usaha dan kepasrahan dari Hajar diabadikan dalam ritual ibadah haji, dikenang
sepanjang masa.

Keinginan untuk membersihkan diri, menjadi jiwa yang taat kepada Allah SWT diperlihatkan oleh
para jamaah haji ketika mereka melempar jumrah diiringi dengan doa “Ya Allah jadikanlah kami haji
yang mabrur dan ampunilah dosa-dosa kami.” Siapa yang dilempar oleh mereka? Tidak lain adalah
para syaithan yang senantiasa menggoda manusia untuk ingkar kepada Allah. Keinginan untuk tidak
tergoda oleh syaithan itu disimbolkan dengan cara dilempar berkali-kali. Jadi bilamana ada orang
yang pulang dari berhaji ia masih bersekutu dengan syaitan, masih menyediakan hatinya digoda oleh
syaithan, maka ia masih jauh dari haji mabrur.

Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Bila pada saat itu amanah risalah terpikul pada pundak Nabi Ibrahim AS, bersama keluarganya, maka
pada saat ini, amanah risalah Allah tersebut terpikul pada pundak kita. Tanggung jawab Al-Islam
berada pada pundak kita. Tanggung jawab Al-Islam berada pada tangan kita. Di tengah-tengah
suasana keterpurukan saat ini, berbagai penyimpangan terjadi di berbagai sisi kehidupan.
Merajalelanya pornografi, perilaku seks bebas, prostitusi, narkoba, perjudian, dan masih banyak
penyimpangan di sekitar kita. Saat ini pada hari yang suci dan mulia yang dipenuhi dengan
keberkahan merupakan saat yang tepat bagi kita untuk menetapkan kembali niat dan tekad kita
menjadikan figure Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS, sebagai potret ketauladanan. Semangat
melaksanakan perintah Allah yang diperlihatkan oleh Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS, apapun
jenis perintahnya, baik perintah ringan maupun perintah yang berat hingga nyawa sekalipun
taruhannya mereka laksanakan dengan sungguh-sungguh. Mereka laksanakan semua perintah-Nya
dengan segenap jiwa raganya tanpa diiringi keraguan sedikitpun . Bila semangat untuk
melaksanakan perintah sudah menjadi dasar pertimbangan seseorang, maka kesenangan yang
bersifat duniawi sudah tidak lagi menjadi ukuran. Ia akan mampu meninggalkan semua yang menjadi
larangan Allah SWT, kendati pun larangan tersebut berbenturan dengan kesenangannya,
berbenturan dengan hawa nafsunya dan berbenturan dengan hobinya.

Semangat dalam menjalankan perintah yang diiringi dengan keyakinan kepada Allah yang besar,
bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang melaksanakan perintah-Nya, jangankan kita
yang berada di sini di Indonesia, yang memiliki kekayaan yang berlimpah, ditengah-tengah padang
pasir yang gersang dan tandus pun, Allah keluarkan mata air untuk bisa hidup. Allah suburkan kota
Mekkah, Allah sediakan berbagai kebutuhan untuk penduduk kota Mekkah. Semua ini diawali
dengan ketaatan dan kepasrahan ketiga hamba Allah: Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail AS.

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS. 65: 2-3)

Inilah cara agar kita bangsa Indonesia dapat keluar dari semua keterpurukan ini, yakni kembali
kepada jalan Allah, kembali kepada ketaatan dan kepasrahan dalam melaksanakan perintah dan
tuntunan-Nya.

QS. Al-A’raf: 96: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu

Hadirin Jamaah Idul Adha Rahimakumullah

Selanjutnya, marilah kita tundukkan kepala kita dengan segala kerendahan hati, untuk memanjatkan
doa ke hadirat Allah SWT, Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.

You might also like