You are on page 1of 31

DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN

HEPATITIS B AKUT
Diagnosis
• Pada stadium pra-ikterik, dapat dikacaukan
dengan penyakit infeksi lain, dengan penyakit
abdomen akut yang perlu pembedahan,
terutama apendisitis akut, dan dengan
gastrointeritis akut. Hal yang paling membantu
adalah: cairan empedu dalam urin, pembesaran
hati yang nyeri dan kenaikan transaminase
serum. Pemeriksaan serologi petanda viral
sangat diperlukan
• Pada stadium ikterik, perbedaan perlu dibuat
dengan kolestasis yang perlu dibedah
• Diagnosis hepatitis viral akut dibedakan dari
ikterus karena obat-obatan dari riwayat
penyakitnya.
• Biopsi hati melalui jarum mungkin diperlukan
pada kasus problematik. Usaha untuk
diagnosis melalui pembedahan tidak
diperlukan. Pada stadium pasca-ikterik untuk
membedakan diagnosis komplikasi organik
dari yang non-organik, memerlukan
pemeriksaan rutin untuk diagnosis hepatitis
kronik, termasuk biopsi hati
Penatalaksanaan
a.Terapi umum
1. istirahat
dalam keadaan akut perlu istirahat
2. diet
Disesuaikan dengan kebutuhan
Makanan berjamur ( tempe ) atau
mengandung zat pengawet di hindari
Medikamentosa
Kortikosteroid jangka pendek sebelum terapi
interferon.pemberian steroid pada pasien hepatitis B
yang kemudian di hentikan mendadak akan
menyebabkan flare up yang di sertai dengan kenaikan
kadar ALT
*Interferon ( IFN ),yaitu kelompok protein
intraseluler yang normal ada dalam tubuh dan
diproduksi oleh berbagai macam sel.
• lamivudin adalah suatu enantiomer ( - ) dari 3
tiasitidin yang merupakan suatu analog
nukleosid,nukleosid berfungsi sebagai bahan
pembentuk pregenom, sehingga analog nuklepsid
bersaing dengan nukleosid asli.khasiat lamivudin
untuk menghambat fibrosis.
• Timosin yaitu suatu jenis sitotoksin yang dalam
keadaan alami ada dalam ekstrak pinus.
Pemberian timosin pada hepatitis B dapat
menurunkan replikasi VHB dan menurunkan kadar
atau menghilanhkan DNA VHB,dan tidak
mempunyai efek samping.
* Levamisol
* Suramin
* Asiklovir
* Gansiklovir
* Vidabirin
* Foskamer
* Fialuridin
• Ursodeoksikolikasid ( tidak blh diberikan kalau ada sumbatanduktus
kholedokus eksteahepatik
• Kolestatis berkepanjangan diberi vit larut dalam lemak ( A,D,E,K )
dan terapi simtomatis untuk menghilangkan rasa gatal yaitu
kolestiramin
• Obat obatan hepatoprotektor : curcumin 3x1 tablet,skizandrin,silimarin
PENANGANAN
HEPATITIS B KRONIS
Ada 2 kelompok terapi :
1. Kelompok imunomodulasi
- Interferon
- Timosin alfa 1
- Vaksinasi terapi

– 2. Kelompok terapi antivirus


• - Lamivudin
• - Adefovir dipivoksil
Tujuan pengobatan
• Mencegah atau menghentikan progresi jejas hati dengan
cara menekan replikasi virus atau menghilangkan infeksi
• Titik akhir pengobatan yang sering dipakai adalah
hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara
menetap (HBeAg dan DNA VHB).
• Pada pasien Hepatitis B Kronik HBeAg negatif, respon
terapi hanya dapat dinilai dengan px DNA VHB.
• Dengan terapi antiviral, dicapai penurunan kadar ALT
menjadi normal.
TERAPI IMUNOMODULATOR
• INTERFERON
– Interferon adalah kelompok protein intraselular yang
normal ada dalam tubuh dan diproduksi oleh berbagai
macam sel.
– Interferon alpha, diproduksi oleh limfosit B.
– Interferon beta, diproduksi oleh monosit fibroepitelial.
– Interferon gamma, diproduksi oleh limfosit T.
– Pemberian interferon bertujuan untuk menghambat
replikasi virus hepatitis B, menghambat nekrosis sel hati
oleh karena reaksi radang, dan mencegah transformasi
maligna sel-sel hati.
Indikasi pengobatan interferon :
• Untuk pasien dengan HBeAg dan DNA HBV
positif.
• Untuk pasien hepatitis kronik aktif
berdasarkan px histopatologi.
• Diberikan IFN leukosit pada hepatitis kronik
aktif dengan dosis sedang 5-10 MU/m2/hari
selama 3-6 bulan.
• Dapat juga pemberian IFN limfoblastoid 10
MU/m2 3x seminggu selama 3 bulan lebih.
Efek samping IFN
• Gejala seperti flu
• Tanda – tanda supresi sumsum tulang
• Flare-up
• Depresi
• Rambut rontok
• BB turun
• Gangguan fungsi hati
Kontra indikasi IFN
• Sirosis dekompensata
• Depresi atau riwayat depresi di waktu yang
lalu
• Adanya penyakit jantung berat
TERAPI ANTI VIRAL
• 1. Lamivudin
– Adalah suatu obat nucleoside yang bekerja
memperlambat reproduksi VHB baru dan mencegah
terjadinya infeksi hepatosit sehat yang belum terinfeksi.
– Tidak seperti interferon, senyawa-senyawa kelompok
nucleoside tidak mempunyai efek langsung yang
diketahui pada imun sistim.
– Keuntungan utama dari lamivudin adalah keamanan,
toleransi pasien serta harganya yang relatif murah.
Kerugiannya adalah seringnya timbul kekebalan.
– Kombinasi dari lamivudine dan interferon, diberikan
bersama, adalah tidak lebih efektif daripada lamivudine
sendirian.
• 2. Adefovir Dipivoksil
– Suatu obat nukleosid oral yang menghambat enzim
reverse transcriptase, dimana mekanismenya
hampir sama dengan Lamivudin.
– Dengan dosis 10-30 mg tiap hari selama 48
minggu.
• 3. Analog nukleosid yang lain, misal Famciclovir dan
entericitabine (FTC).
Indikasi terapi anti viral
• Untuk pasien dengan ALT > 2x nilai normal tertinggi
dengan DNA VHB positif.
• Untuk ALT 2-5 kali nilai tertinggi dapat diberikan
Lamivudin 100 mg tiap hari atau IFN 5 MU 3x seminggu.
• Untuk ALT ≥ 5x nilai normal tertinggi dapat diberikan
Lamivudin 100 mg tiap hari. Pemberian IFN tidak
dianjurkan.
• Lama terapi IFN diberikan sampai 6 bulan sedangkan
Lamivudin sampai 3 bulan setelah serokonversi HBeAg.
PENCEGAHAN
• Imunisasi terhadap hepatitis B pada bayi baru
lahir.
• Hindari hubungan badan dengan orang yang
terinfeksi.
• Hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian
bersama jarum suntik.
• Hindari pemakaian bersama sikat gigi ataupun
alat cukur.
KOMPLIKASI
HEPATITIS B KRONIS
SIROSIS HATI
• GEJALA
– Gejala gastrointestinal yang tidak khas, seperti anorexia,
mual, muntah dan diare.
– Asites, hidrotoraks, edema.
– Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya
atau kecoklatan.
– Hepatomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena
fibrosis.
– Kelainan pembuluh darah, seperti kolateral-kolateral di
dinding abdomen dan toraks, wasir, dan varises esofagus.
– Kelainan endokrin, seperti impotensi, amenore, spider nevi
dan eritema, hiperpigmentasi.
– Jari tabuh.
• PENYEBAB
– Malnutrisi
– Alkoholisme
– Virus hepatitis
– Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan
vena hepatika
– Penyakit wilson
– Hemokromatosis
– Zat toksik
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Peninggian SGOT dan SGPT
– Gangguan faal hati (penurunan kadar albumin
serum, peninggian kadar globulin serum,
peninggian kadar bilirubin direk dan indirek)
– Waktu protombin yang memanjang
– Natrium serum menurun.
– Adanya anemia
– Untuk melihat kelainan secara histopatologi,
dilakukan biopsi hati
• PENATALAKSANAAN
– Tirah baring sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan
demam.
– Diet rendah protein, bila ada asites diberikan diberikan diet
rendah garam atau dengan pengobatan diuretik berupa
spironolakton 50-100mg/hari.
– Pengendalian cairan asites, diharapkan penurunan BB
1kg/2hari atau balance cairan negatif 600 - 800 ml/hari.
– Mengatasi infeksi dengan antibiotik, pengobatan dengan
interferon, pengobatan fibrosis hati.
– Memperbaiki keadaan gizi.
– Vitamin B kompleks.
KLASIFIKASI CHILD
parameter Child A (minimal) Child B (sedang) Child C (berat)

Bilirubin <35 35-50 >50 mumol/dl

Albumin >35 30-35 <30 mg/dl

Asites tidak ada terkontrol sulit dikontrol

Defisit neurologik tidak ada minimal koma

Nutrisi baik cukup kurang

Mortalitas Child A pada operasi sekitar 10-15%, Child


B 30%, dan Child C diatas 60%.
KARSINOMA HATI
• Karakteristik klinis :
– Nyeri atau perasaan tak nyaman di kuadran kanan atas
abdomen.
– Teraba pembengkakan lokal di hepar.
– Tidak adanya perbaikan pada asites, perdarahan, varises
atau pre-koma setelah terapi yang adekuat.
– Pasien hepatitis kronik dengan HbsAg atau HCV positif.
– Keluhan rasa penuh di abdomen, disertai perasaan lesu,
penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.
– Keluhan gastrointestinal, seperti anoreksia, kembung,
konstipasi atau diare.
– Sesak nafas akibat besarnya tumor yang menekan
diafragma atau sudah ada metastasis di paru.
– Sebagian besar pasien sudah menderita sirosis hati, baik
yang masih dalam stadium kompensasi, maupun yang
sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati.
– Temuan fisik tersering adalah hepatomegali, splenomegali,
asites, ikterus, demam dan atrofi otot.
KRITERIA DIAGNOSTIK
• Kriteria sito-histologis
• Kriteria non-invasif (khusus untuk pasien sirosis hati)
• Kriteria radiologis  Koinsidensi 2 cara imaging (USG / CT-
spiral / MRI / angiografi) :
– lesi fokal >2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
• Kriteria kombinasi  satu cara imaging dengan kadar AFP
serum :
– Lesi fokal >2 cm dengan hipervaskularisasi arterial
– Kadar AFP serum ≥ 400 ng/ml
TERAPI
• Pilihan terapi berdasarkan ada tidaknya sirosis hati,
jumlah dan ukuran tumor, serta derajat perburukan
hepatik.
• Untuk pasien non sirosis dengan fungsi hati normal,
pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik.
• Tranplantasi hati
• Ablasi tumor perkutan, dengan injeksi etanol
perkutan (PEI).
• Terapi paliatif, dengan transarterial embolization /
chemo embolization.
• Terimakasih……………

You might also like