You are on page 1of 5

IRI HATI (IRSYA)

Mungkin banyak orang yang bertanya mengapa saya memilih judul ini ? marilah
saya jelaskan mengenai iri hati itu ? yang dimaksud dengan iri hati dalam
“Sarasamuccaya, Sloka 88” dikatakan bahwa iri hati adalah orang yang tabiatnya
menginginkan atau sangat menghendaki milik orang lain, menaruh dengki iri hati pada
kebahagiaannya”. Jadi disini jelas bahwa ketika kita menginginkan milik orang lain,
merasa marah atau benci terhadap apa yang telah dimiliki orang lain beserta
kebahagiaanya dan juga menaruh rasa benci terhadap kehidupan yang kita alami yang
mungkin saja jauh lebih baik dari pada kehidupan berjutaan orang yang ada di muka
bumi ini yang hidup dalam kemiskinan, yang hidup dalam kelaparan, bencana alam ,
peperangan ataupun hidup dalam kebodohan yang mereka ciptakan sendiri, maka kita
adalah orang yang tidak bahagia karena keirihatian kita sendiri.
Saya sudah sering melihat banyak orang yang memiliki pendidikan yang tinggi,
pengetahuan akan agama yang luar biasa, namun ia tetap juga terseret dalam arus
derasnya sungai keirihatian, ia tidak dapat melepas atau keluar dari arus itu, sebagai
contoh mengapa negeri yang kaya seperti kita ini tidak makmur, tidak
berperikemanusiaan dimana banyak terjadi ketidak adilan hukum dimana-mana, semakin
bertambahnya berita yang menyatakan orang miskin meninggal karena tidak mampu
membayar biaya rumah sakit, atau semakin bertambahnya orang, mata hatinya tertutup.
yaitu Mengapa orang berniat dan sungguh-sungguh ingin melakukan korupsi walaupun
itu menyengsarakan rakyat ? salah satu jawabannya ialah itu karena untuk memenuhi
nafsu keirihatiannya itu terhadap apa yang dimiliki orang lain, mungkin saja tetangganya
lebih kaya darinya atau lebih sukses darinya dari segi materi. Mungkin ia pun berpikir
kalau orang lain bisa korupsi dan menjadi kaya tanpa ketahuan, mengapa saya tidak dapat
melakukannya ?
Kebanyakan orang di Indonesia mengukur factor keberhasilan seseorang dari segi
materi yang diperoleh orang tersebut bukannya dari segi intelektualitas, emosionalitas
atau spritualitas pada seseorang. seberapa banyak kekayaan yang dimilikinya, berapa
besar dan mewah rumah yang dimilikinya, berapa banyak mobil yang ia punya, dan
terkadang seberapa cantik istri yang dimilikinya. Bukannya seberapa cerdas orang
tersebut, seberapa baik dan bahagianya orang tersebut atau bagimana dengan anak-anak
apakah cerdas dan berakhlak mulia atau hanya suka hura-hura dan menghamburkan uang
orang tuanya,
Nah para hadirin disinilah letak dari cikal bakal timbulnya rasa irihati ini, ketika
seseorang selalu merasa kekurangan entah itu kurang tampan atau kaya, hal ini cenderung
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan adharma, ingatlah saudara bahwa “
sadarilah apapun yang terjadi disekitar anda adalah hasil dari apa yang anda lakukan
entah itu kebahagiaan ataupun kesengsaraan jadi jangan pernah sekali-kali menyalahkan
orang lain atau bahkan Tuhan atas kesengsaraan yang sedang anda alami” tidak ada
kebahagiaan yang datang begitu saja dari Tuhan jika orang tersebut tidak berhak dan
layak untuk menerima kebahagiaan itu.
Iri hati dan ego layaknya kuda liar, disisi lain dapat mengantarkan kemanapun
tujuan anda, namun disisi lain dapat mencelakakan diri anda didalam perjalanan menuju
tujuan hidup anda “Moksatham Jagaditha ya caiti Dharma” kebahagiaan didunia dan
akhirat. Iri hati dalam perspektif negative merupakan penghalang terbesar kita menuju
kebahagiaan, kemajuan intelektualitas ataupun kebebasan kita, orang yang dipenuhi
irihati dalam pengetian negative akan mudah putus asa, penuh penyesalan, dan tidak akan
mampu bangkit dari kejatuhannya. Ia akan terdorong kepada perbuatan yang cenderung
untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya walaupun itu
menyengsarakan orang-orang dan semua makhluk hidup yang ada disekitarnya
Iri hati dari segi positif merupakan suatu pendukung terbesar dan terhebat yang
mendorong diri kita untuk terus maju, dalam pengertian disini artinya adalah kita hanya
perlu mengarahkan rasa iri hati kita kepada hal-hal yang positif misalnya ketika kita
melihat orang lain sukses kita merasa iri dengan kesuksesannya kita pun menjadi terpacu
untuk bekerja lebih baik, berlatih lebih banyak, belajar melebihi waktu, dan berjuang
menjadi orang yang lebih baik ketika kita melihat orang yang jauh lebih bijaksana dari
pada kita, perlu saudara ingat bahwa “orang menjadi sukses bukan karena banyaknya
kegagalan dan kejatuhan yang alaminya, namun berapa kali orang tersebut mampu berdiri
dan melangkah maju dari kejatuhan dan kegagalan yang dialaminya”.
Nah ini lah yang perlu kita upayakan mengarahkan rasa iri hati kita kepada hal-
hal yang positif sehingga hidup kita pun menjadi lebih bermakna.
Dalam Bhagavad Gita sloka V-24 :
Yo ‘ntah-sukho ‘ntar-aramas
Tathantar-jyotireva yah,
Sa yogi brahma-nirvanambrahma-bhuto ‘dhigacchati
Artinya :
Dia yang menemui kebahagiaan pada dirinya, dan tenteram pada dirinya, cahaya pada
dirinya, hanya yogi semacam ini yang menjadi suci, mencapai nirvana bersatu dengan
ILahi.
Melalui sloka ini Tuhan berpesan agar hendaknya seseorang haruslah berpuas diri dan
mensyukuri apa yang ada. Janganlah selalu menginginkan sesuatu diluar kemampuan
anda karena sesungguhnya itulah sumber keirihatian dan penderitaan. Layaknya kata
pepatah “janganlah selalu melihat keatas dalam berjalan (melihat orang-orang yang jauh
lebih sukses), oleh sebab orang tidak akan jatuh karena batu yang besar melainkan batu
kerikil yang kecil, sehingga hendaknya dalam berjalan selalu lah melihat jalan yang ada
dibawah (orang-orang yang kurang mampu, miskin, bodoh, dsb). Singkatnya syukuri apa
yang ada. hanyalah orang yang selalu bersyukur ialah orang yang kaya sesungguhnya.
Dengan begitu keirihatian pun akan lenyap dengan perlahan.
Dalam Bhagavad Gita sloka III-35 :
Sreyan sva-dharmo vigunah
Para-dharmat sv-anusthitat,
Sva-dharme nidhanam sreyah
Para-dharmo-bhayavahah
Artinya :
Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tidak sempurna dari pada
dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik; lebih baik mati dalam tugas sendiri
daripada tugas orang lain yang sangat berbahaya.
Dalam hal ini pula Tuhan berpesan bahwa “sesungguhnya setiap orang memperoleh
kesempatan yang berbeda-beda entah itu sejak ia dilahirkan ataupun sesudah ia dewasa,
maka sadarilah bahwa kesempatan yang datang pada dirimu itu adalah istemewa dan oleh
karenanya berbuatlah yang terbaik demi kesempatan yang datang kepadamu dan
janganlah berpikir untuk irihati terhadap kesempatan yang ada pada orang lain, lebih baik
mati dalam tugas sendiri daripada tugas orang lain yang sangat berbahaya, janganlah
mensia-siakan kesempatan yang datang padamu, dan memilih melaksanakan kesempatan
yang ada pada orang lain”, dengan kita memiliki prinsip hidup seperti ini maka tidak ada
alasan bagi kita untuk iri hati kepada orang lain dan karenanya syukurilah apa yang ada
karena sesungguhnya manusia diciptakan telah memiliki bagiannya masing-masing
sesuai dengan karma wasana dan kita masih memiliki hidup yang berharga ini.
Jadi disini kita sudah dapat melihat betapa besarnya pengaruh rasa iri hati
terhadap kehidupan kita, apakah kita akan menemui orang dengan wajah yang tersenyum
atau dengan wajah yang penuh kebencian yang disebabkan rasa dengki dan iri hati,
semua itu tergantung pilihan Anda ?.
Semoga tulisan ini dapat membantu dalam memahami arti pentingnya makna dari
suatu kehidupan.

Anak yang selalu didik untuk mendapatkan uang akan berpikir bahwa kemuliaan hanya
akan didapatkan oleh nya jika bergelimpangan harta.
Anak-anak disekolah selalu berorientasi untuk mendapatkan nilai yang bagus,
karena dengan mendapatkan nilai yang bagus maka akan mendapatkan universitas yang
bagus untuk dapat menjadi insinyur-insinyur dan dokter-dokter. Karena dengan menjadi
dokter kita akan mendapatkan banyak uang dan kemuliaan pun akan kita dapatkan. Orang
tua selalu mendidik anaknya untuk mendapatkan uang dan lupa untuk mengisi jiwa
anaknya dengan makna kehidupan, moral dan etika. Mereka menganggap kemuliaan
hanya akan didapatkan dengan memiliki materi yang melimpah.
Ingatlah kebanggaan yang sejati bukan berasal dari pengetahuan yang
dimilikinya, bukan karena uang, bukan karena kedudukan dan status. Namun
kebanggaan yang sejati berasal dari keikhlasan kita untuk berbakti kepada Tuhan, selalu
membuat-Nya tersenyum. Kita sudah cukup bangga dengan materi apa yang kita miliki
dan melupakan bahwa sesungguhnya kita adalah bhakta dari Tuhan.
Persamaan terdapat pada level pertama dari umat manusia yaitu jiwa, sedangkan
perbedaan itu terdapat pada level kedua yaitu hanya ada dipermukaan saja.
Makna spiritualitas lebih dalam dari penggunaan istilah agama. Karena
spiritualitas mencermin persamaan umat manusia dihadapan Tuhan tanpa adanya
perbedaan SARA.
Kekerasan hanya akan mengendalikan tubuh manusia saja bukan pikirannya.
Pikiran hanya dapat diubah melalui pemahaman, saling pengertian dan pengetahuan.

You might also like