You are on page 1of 91

Budidaya Tanaman Anggrek

Sumber : http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/

A. ASPEK LINGKUNGAN
Secara alami anggrek (Famili Orchidaceae) hidup epifit pada
pohon dan ranting-ranting tanaman lain, namun dalam
pertumbuhannya anggrek dapat ditumbuhkan dalam pot yang diisi
media tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, seperti faktor lingkungan, antara lain sinar
matahari, kelembaban dan temperatur serta pemeliharaan seperti :
pemupukan, penyiraman serta pengendalian OPT.
Pada umumnya anggrek-anggrek yang dibudidayakan
memerlukan temperatur 28 + 2° C dengan temperatur minimum 15° C.
Anggrek tanah pada umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek
pot. Tetapi temperatur yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang diperlukan untuk anggrek berkisar
antara 60–85%. Fungsi kelembaban yang tinggi bagi tanaman antara
lain untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi. Pada malam
hari kelembaban dijaga agar tidak terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan busuk akar pada tunas-tunas muda. Oleh karena itu
diusahakan agar media dalam pot jangan terlampau basah. Sedangkan
kelembaban yang sangat rendah pada siang hari dapat diatasi dengan

1
cara pemberian semprotan kabut (mist) di sekitar tempat pertanaman
dengan bantuan sprayer.
Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan
menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial. Anggrek tipe
simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke
luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang
tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat
mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari
anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium sp., Cattleya sp.,
Oncidium sp. dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada
umumnya bersifat epifit.
Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik
tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke
atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua
ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp.,
Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp.
Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai
berikut :
 Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada
pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan
naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan
cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan
Oncidium sp. 60 – 75 %.

2
 Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan
membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp.,
Renanthera sp., Vanda sp. dan Arachnis sp. Tanaman anggrek
terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu
siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C.
Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar
memerlukan sedikit naungan.
 Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan
tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium
phalaenopsis.
 Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang
mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan
sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp

B. PERSILANGAN
Persilangan ditujukan untuk mendapatkan varietas baru dengan
warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan
bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong,
jumlah kuntum banyak dan tidak ada kuntum bunga yang gugur dini
akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Oleh karena itu
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, sebaiknya dan seharusnya
pedoman persilangan perlu dikuasai, antara lain :

3
 Persilangan sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah
penyiraman. Kuntum bunga dipilih yang masih segar atau setelah
membuka penuh.
 Sebagai induk betina dipilih yang mempunyai bunga yang kuat,
tidak cepat layu atau gugur.
 Mengetahui sifat-sifat kedua induk tanaman yang akan disilangkan,
agar memberikan hasil yang diharapkan, misalnya sifat dominasi
yang akan terlihat atau muncul pada turunannya seperti : warna,
bentuk, dan lain-lain.
 Bunga tidak terserang OPT terutama pada polen dan stigma.
 Setiap mendapatkan varietas baru yang baik, sebaiknya didaftarkan
pada “Royal Horticultural Society” di London, dengan mengisi
formulir pendaftaran anggrek hibrida dengan beberapa persyaratan
lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penyerbukan


(polinasi) adalah sebagai berikut :
 Sediakan sehelai kertas putih dan sebatang lidi kecil atau tusuk gigi
atau sejenisnya yang bersih.
 Cap polinia yang terdapat pada ujung column dibuka, dimana akan
terlihat di dalamnya polinia yang berwarna kuning.
 Ujung lidi/tusuk gigi dibasahi dengan cairan yang ada di dalam
lubang putih atau dengan sedikit air.

4
 Polinia diambil dengan hati-hati. Pegang kertas putih sebagai
wadah di bawah bunga untuk menghindari bila polinia jatuh pada
waktu diambil.
 Polinia kemudian dimasukkan ke dalam stigma (kepala putik).
 Beri label yang diikatkan pada tangkai kuntum (pedicel) bunga
yang berisi catatan tentang tanggal penyerbukan dan nama bunga
yang diambil polinianya.

Beberapa hari kemudian bunga yang telah diserbuki akan layu.


Apabila penyerbukan berhasil, dan bila tidak ada OPT, maka bakal
buah tersebut akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek ada
yang masak setelah tiga bulan sampai enam bulan atau lebih. Buah
yang masak akan merekah dengan dicirikan adanya perubahan warna
buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan.
Dalam memilih biji anggrek yang akan disemaikan dalam botol
perlu diperhatikan sebagai berikut :
 Biji yang berwarna keputih-putihan dan kosong adalah biji yang
kurang baik.
 Biji yang baik yaitu yang bulat penuh berisi, berwarna kuning atau
kecoklat-coklatan

5
C. PEMBIBITAN
Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui
dua cara yaitu, konvensional dan dengan metoda kultur in vitro.
Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah
sebagai berikut :
 Perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun
seperti Dendrobium, Oncidium, Cattleya, dan Cymbidium;
pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti
Dendrobium; pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan
tangkai bunga seperti Phalaenopsis, yang selanjutnya ditanam ke
media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan
kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata.
Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman
yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun
perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan
tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah
anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas.
 Perbanyakan generatif yaitu dengan biji. Biji anggrek sangat kecil
dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga
perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang
bersimbiosis dengan biji tersebut.

Untuk menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan seragam


diperlukan tanaman dalam jumlah banyak pula. Oleh karena itu

6
peningkatan produksi bunga pada tanaman anggrek hanya dapat
dicapai dengan usaha perbanyakan tanaman yang efisien. Pada saat ini
metode kultur in vitro merupakan salah satu cara yang mulai banyak
digunakan dalam perbanyakan klon atau vegetatif tanaman anggrek.
Kultur in vitro pertama kali dicoba oleh Haberlandt pada tahun 1902,
karena adanya sifat tanaman yang disebut totipotensi yang dicetuskan
oleh kedua orang sarjana Jerman Schwann dan Schleiden tahun 1830.
Metode kultur in vitro yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan
vegetatif (seperti : akar, daun, batang, mata tunas) dan jaringan-
jaringan generatif (seperti : ovule, embrio dan biji) pada media buatan
berupa cairan atau padat secara aseptik (bebas mikroorganisme).
Secara generatif, benih tanaman diperoleh melalui biji hasil
persilangan yang secara genetis biji-biji tersebut bersifat heterozigot.
Sehingga benih-benih yang dihasilkan mempunyai sifat tidak mantap
dan beragam. Dengan cara ini untuk mendapatkan tanaman yang sama
dengan induknya sangatlah sulit, karena persilangan anggrek telah
berkembang demikian luasnya. Namun dengan cara ini akan diperoleh
varietas baru.
Secara vegetatif yaitu menumbuhkan jaringan-jaringan vegetatif
atau kultur jaringan seperti akar, daun, batang atau mata tunas pada
media buatan berupa cairan atau padat secara aseptik. Dengan metode
ini dapat diharapkan perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara
cepat dan berjumlah banyak, serta sama dengan induknya

7
D. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN
1. Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam di sekitar rumah atau
pekarangan atau di kebun yaitu di bawah pohon atau dengan naungan
yang diberi paranet atau sejenisnya dengan pengaturan intensitas
cahaya tertentu atau di lahan terbuka. Oleh karena tanaman anggrek
mempunyai potensi ekonomis yang tinggi, maka untuk jenis-jenis
tertentu dapat ditanam di dalam rumah kaca (green house). Selain
untuk melindungi tanaman dari gangguan alam, juga akan
mengurangi intensitas serangan OPT.

2. Persiapan Media Tumbuh


Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai
aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah
didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya.
Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan
untuk pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman anggrek, kemasaman media (pH)
yang baik berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk
pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya
suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang
sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu,
potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.

8
Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot
anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan
dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai
dasar pot, karena punya kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
Moss yang mengandung 2–3% unsur N sudah lama digunakan
untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya
mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang
baik pula.
Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat
air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan,
serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk
pertumbuhannya.
Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga
dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat
baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah
didapat dan murah harganya. Dalam menggunakan serabut kelapa
sebagai media tumbuh, sebaiknya dipilih serabut kelapa yang tua.
Media tumbuh sabut kelapa, pakis, dan moss merupakan media
tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek Phalaenopsis
sp. Namun bila pakis dan moss yang tumbuh di hutan ini diambil
secara terus-menerus untuk digunakan sebagai media tumbuh,
dikhawatirkan keseimbangan ekosistem akan terganggu.

9
Serutan kayu atau potongan kayu kurang sesuai untuk media
anggrek karena memiliki aerasi dan drainase yang baik, tetapi daya
menyimpan airnya kurang baik, serta miskin unsur N. Proses
pelapukan berlangsung lambat, karena kayu banyak mengandung
senyawa-senyawa yang sulit terdekomposisi seperti selulosa, lignin,
dan hemiselulosa.
Media serutan kayu jati merupakan media tumbuh yang baik
untuk pertumbuhan anggrek Aranthera James Storie. Pecahan arang
kayu tidak lekas lapuk, tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri,
tetapi sukar mengikat air dan miskin zat hara. Namun arang cukup
baik untuk media anggrek.
Penggunaan media baru (repotting) dilakukan antara lain sbb :
 Bila ditanam dalam pot (wadah) sudah terlalu padat atau banyak
tunas.
 Medium lama sudah hancur, sehingga menyebabkan medium
bersifat asam, bisa menjadi sumber penyakit.

3. Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih
banyak air dibandingkan dengan yang sudah berbunga. Frekuensi dan
banyaknya air siraman yang diberikan pada tanaman anggrek
bergantung pada jenis dan besar kecil ukuran tanaman, serta keadaan
lingkungan pertanaman. Sebagai contoh adalah tanaman anggrek
Vanda sp., Arachnis sp., dan Renanthera sp., yaitu anggrek tipe
monopodial yang tumbuh di bawah cahaya matahari langsung,
10
sehingga membutuhkan penyiraman lebih dari dua kali sehari,
terutama pada musim kemarau.

4. Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya, anggrek selalu membutuhkan
makanan untuk mempertahankan hidupnya. Kebutuhan tanaman
anggrek akan nutrisi sama dengan tumbuhan lainnya, hanya anggrek
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-
gejala defisiensi, mengikat pertumbuhan anggrek sangat lambat.
Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup
mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman
diberi pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk yang digunakan
umumnya pupuk majemuk yaitu mengandung hara makro dan mikro.
Kualitas dan kuantitas pupuk dapat mengatur keseimbangan
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Pada fase pertumbuhan
vegetatif bagi tanaman yang masih kecil perbandingan pemberian
pupuk NPK adalah 30:10:10, pada fase pertumbuhan vegetatif bagi
tanaman yang berukuran sedang perbandingan pemberian pupuk NPK
adalah 10:10:10. Sedangkan pada fase pertumbuhan generatif yaitu
untuk merangsang pembungaan, perbandingan pemberian pupuk
NPK adalah 10:30:30.

Jika dilakukan pemupukan ke dalam pot maka hanya pupuk yang


larut dalam air dan kontak langsung dengan ujung akar yang akan
11
diambil oleh tanaman anggrek dan sisanya akan tetap berada dalam
pot. Pemupukan pada sore hari menunjukkan respon pertumbuhan
yang baik pada anggrek Dendrobium sp.

E. PANEN DAN PASCA PANEN


Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya
saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu
penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca
panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu
dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca
panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor yang
mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah
tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan
kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi
anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium,
pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.
1. Bunga Anggrek Potong
a. Ketuaan Bunga
Selama ini bunga anggrek dipanen setelah 75%-80% bunga
telah mekar terutama pada anggrek Dendrobium sp.
Adakalanya pada jenis anggrek tertentu, seperti Cattleya sp.,
bunga dipanen 3 sampai 4 hari setelah mekar, karena bunga
yang dipotong prematur akan gagal untuk mekar. Saat
pemanenan perlu diperhatikan penularan penyakit virus dari
12
satu pohon ke pohon lain. Sebaiknya alat pemotong hendaknya
disterilkan lebih dulu sebelum digunakan lagi pada pohon
berikutnya.
b. Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp. dan Paphiopedilum sp. dapat
bertahan selama 3 minggu pada temperatur 330–350 F (10 C) dan
6 sampai 7 minggu bila tetap di pohon. Jenis Cymbidium sp.,
Cattleya sp., Vanda sp., Paphiopedilum sp. dan Phalaenopsis sp.
umumnya bisa bertahan sampai 2 minggu kalau disimpan pada
suhu 5–70 C, sedangkan Dendrobium sp. potong cukup
disimpan pada temperatur 10–130 C.
c. Pasokan Air dan Hara
Bunga anggrek potong peka terhadap kekeringan. Air yang
hilang setelah bunga dipanen harus segera diimbangi dengan
larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang
diperlukan. Penggunaan berbagai senyawa kimia pengawet
yang dilarutkan dalam air dianjurkan untuk memperpanjang
kesegaran bunga potong.
d. Etilen dan Kerusakan Mekanis
Usahakan untuk menjauhkan bunga anggrek potong dari
sumber/tempat kebocoran gas, asap, pemeraman buah dan
kumpulan bunga yang sudah rusak dan layu. Ruangan untuk
penanganan pasca panen (sortasi/grading dan pengemasan)
hendaknya berventilasi baik. Kepekaan terhadap gas etilen
13
dapat dikurangi dengan pemberian suhu dingin, baik setelah
panen maupun setelah pengiriman. Bunga potong harus segera
dikeluarkan dari wadah pengemasnya dan diletakkan pada
ruangan dingin yang bersuhu cocok untuk bunga anggrek.
e. Penyakit
Bunga anggrek potong peka terhadap penyakit, tidak saja
karena berpetal agak rapuh, tetapi juga terdapatnya cairan madu
yang bergizi yang sangat baik untuk pertumbuhan patogen.
Kerusakan akibat penyakit ini dapat dihindari dengan
managemen kebersihan yang baik di rumah kaca maupun di
kebun, pengendalian temperatur, dan minimalisasi terjadinya
kondensasi pada bunga potong.
2. Tanaman Anggrek Pot Berbunga Indah
a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi, seperti warna bunga, jumlah
kuntum bunga dan waktu berbunga telah digunakan untuk
mengevaluasi kultivar baru industri bunga. Kriteria tersebut
merupakan faktor-faktor penting dalam menciptakan kultivar
baru. Pada masa yang akan datang kriteria toleransi terhadap
kondisi pengangkutan, tingkat cahaya interior yang rendah,
etilen dan pendinginan perlu pula dimasukkan ke dalam
penilaian.
b. Stadia Pertumbuhan

14
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga
indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan.
Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran
tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh
tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar
lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan
lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam
stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga
yang mekar masih rendah.
c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan selama siklus 2–3 minggu
terakhir untuk memperkuat warna bunga dan meningkatkan
kandungan karbohidrat tanaman, sehingga dapat
mengakibatkan ketahanan simpan. Semua tanaman pot
berbunga indah akan lebih tahan pada temperatur yang lebih
rendah dan kisarannya sangat tergantung pada jenis tanaman.
Selanjutnya tanaman berbunga yang ditempatkan pada
temperatur 270 C atau lebih tinggi, umumnya mempunyai
warna bunga lebih pudar, batang/tangkai lebih tinggi, daun
cepat menguning dan rontok.
d. Media
Media berstruktur remah yang mudah dibasahi kembali oleh
konsumen atau penata ruang sangat penting untuk
15
menghasilkan penampilan optimum dari tanaman berbunga
indah di dalam ruangan. Sejumlah gel polimer dapat digunakan
untuk mempertahankan kelembaban media dan mencegah
tanaman dalam ruangan menjadi kering. Irigasi dengan
menggunakan wetting agent pada saat pemasaran berguna
untuk memudahkan pembasahan kembali media.
e. Pemupukan
Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 1 sampai 3 minggu sebelum
pembungaan, diubah menjadi 0,5 : 1. Nisbah ini mencegah
masalah keracunan amonia dan meningkatkan masa simpan.
f. Kepekaan Terhadap Etilen
Tanaman pot anggrek berbunga indah peka terhadap etilen.
Gejala yang ditimbulkan adalah kerontokan daun, kuncup dan
bunga, dan kelayuan bunga, epinasti, peningkatan kerentaan
terhadap mikroba dan aborsi bunga / kuncup.
Salah satu cara efektif untuk mengurangi kepekaan terhadap
etilen, yaitu dengan menurunkan temperatur selama
pengangkutan. Cara lain yang digunakan secara komersial
adalah dengan penyemprotan daun menggunakan senyawa
antagonis terhadap etilen, sehingga dapat menekan produksi
etilen dalam bunga, serta mengurangi pengaruh buruk etilen.
g. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman yang berbunga indah serta
membiarkannya layu akan menurunkan umur peragaan.
16
Sebaliknya kelebihan air akan menyebabkan rusaknya akar,
sehingga tanaman cepat rusak. Sebaiknya tanaman diairi tiap
hari atau tiap dua hari sekali, tergantung pada tingkat cahaya,
temperatur dan kelembaban, juga ukuran dan media tumbuh.
Pengairan dilakukan terhadap media tanpa membasahi bunga
dan daun.
h. Cahaya
Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus
dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai
masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum,
pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan
tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot
berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah
maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang
bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung
dihindari.
Pengantar Persilangan Anggrek
http://www.anggrek.org

Anggrek bersifat hermaphrodit, yaitu pollen (serbuk sari) dan putik


terdapat didalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah
monoandrae (kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat)
sehingga anggrek termasuk tanaman yang mudah mengalami
penyerbukan. Penyerbukan dapat terjadi secara tidak sengaja oleh

17
alam, misalnya serangga. Jatuhnya serbuk sari ke kepala putik akan
menyebabkan terjadinya penyerbukan, proses ini lebih mudah terjadi
pada tipe bunga anggrek yang memiliki zat perekat pada putiknya
(discus viscidis). Bunga anggrek yang tidak memiliki zat perekat disebut
polinia, sedangkan bunga anggrek yang memiliki perekat disebut
polinaria.
Persilangan dilakukan dengan membuka alat kelamin bunga
(gymnostemium) anggrek. Lidi atau tusuk gigi ditempelkan pada
lempeng perekat di putik bunga, kemudian digunakan untuk
mengambil pollen. Pollen diletakkan di kepala putik (stigma).
Persilangan yang diikuti dengan penyerbukan diakhiri dengan
membuang lidah bunga untuk menghindari serangga menggagalkan
penyerbukan, dan memberikan label pada hasil persilangan tersebut.
Persilangan buatan yang dilakukan antar genus hanya baik
dilakukan untuk bunga dengan tipe pollen yang sama, yaitu antara
polinia-polinia (misal: Cattleya dengan Dendrobium) atau polinaria-
polinaria (misal: Vanda dengan Phalaenopsis). Selain itu, faktor
kesesuaian (compatibility) juga menentukan factor keberhasilan dalam
proses penyerbukan.
Pemilihan tanaman induk tentunya disesuaikan dengan hasil
yang diinginkan dalam suatu proses persilangan. Secara garis besar
tanaman induk harus sehat, yang dicirikan dengan penampilan fisik
segar, hijau, tumbuh tegak, kuat dan kokoh.

18
Untuk dapat menghasilkan persilangan yang diinginkan, maka
perlu diketahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman induknya. Sifat-
sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol) dan
sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bungan dan
proses pembungaannya. Sifat-sifat yang diturunkan oleh induk dari
hasil persilangan F1 (keturunan pertama) dapat bersifat dominan,
resesif ataupun dominan tidak sempurna yaitu mempunyai sifat antara
kedua induk (parental). Dalam menghasilkan persilangan yang
berkualitas, maka perlu diketahui hukum-hukum keturunan yang
dikemukakan oleh Mendel, yaitu:
1. Hukum Dominansi ; apabila tanaman A bersifat dominan terhadap
tanaman B, hasil persilangan A x B maka F1-nya akan mirip A
2. Hukum Segregasi (hukum Mendel) ; jika tanaman B dan C
mempunyai sifat dominan tidak sempurna maka F1 akan
mempunyai sifat campuran antara sifat tanaman B dan C. Apabila
F1 dilakukan penyerbukan sendiri, maka keturunan F2-nya
kemungkinan 50% bersifat BC, 25% bersifat B, dan 25% bersifat C
3. Hukum Dominansi Bebas ; jika tanaman D dan E bersifat dominant
sempurna, maka keturunan F1 akan sama dengan induknya, namun
pada keturunan F2 akan terjadi pemisahan sifat, yaitu sifat-sifat
yang baik akan diturunkan terpisah dengan yang tidak baik. Pada
hokum ini akan timbul kesulitan jika terjadi linkage dari gen-gen
pembawa sifat.

19
4. Linkage ; merupakan peristiwa yang menyalahi ketiga hukum
diatas, yaitu apabila semua gen penyandi sifat yang berbeda
terdapat dalam satu kromosom, sehingga sifat-sifatnya selalu
diturunkan bersama-sama.

Di Indonesia pada umumnya persilangan anggrek lebih mengarah


untuk menghasilkan warna bunga yang menarik, untuk itu sangatlah
perlu diperhatikan zat-zat dan organel pembentuk warna pada bunga
yaitu:
1. Anthocyanin, merupakan zat larut dalam cairan sel (sitoplasma).
Zat ini menimbulkan warna merah muda, merah tua, dan biru.
Warna-warna ini sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan cairan sel,
bila pH rendah akan muncul warna merah, sedangkan bila pH
tinggi akan muncul warna biru.
2. Anthoxanthin, merupakan zat kimia organik yang juga larut dalam
sitoplasma. Zat ini menimbulkan warna kuning muda hingga
kuning tua. Jika anthoxantin berada bersama-sama dalam
sitoplasma, maka kedua warna tersebut dapat tercampur.
Perubahan warna ini dikenal dengan sebutan ko-pigmentasi
3. Plastida pembawa pigmen warna berbentuk butiran, sehingga tidak
larut dalam sitoplasma seperti pigmen yang lain. Pigmen dari
plastida akan nampak jika anthocyanin dan anthoxanthin tidak
larut dalam sitoplasma.

20
Albinisme yang terjadi pada bunga anggrek seringkali memberikan
suatu nilai komersial yang tinggi. Albinisme umumnya terjadi jika
warna yang muncul tidak sesuai dengan kaidah keilmuan dalam
genetika tanaman. Hal ini dikarenakan adanya faktor gen atau
kromogen yang bersifat resesif atauupun resesif keduanya.
Teknik penyilangan anggrek mudah dipelajari, namun tingkat
keberhasilan penyilangan tersebut ditentukan oleh banyak aspek,
antara lain waktu penyilangan, umur bunga betina, mutu bunga jantan
sebagai penghasil pollen, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
factor keuletan dan pengalaman penyilang itu sendiri.

Sekilas Kultur Jaringan Anggrek


Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat,
bahkan hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan
negara-negara lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam
bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di negara
kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga
penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi
ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya
persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk
membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau
‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah
satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek
21
spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia. Potensi ini sangat
berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia,
khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang
memiliki nilai komersial tinggi. Potensi tersebut akan menjadi tidak
berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran
terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun
“terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik
oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu
melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies,
khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak
dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan
perbanyakan anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui
kuljar banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode
konvensional.
Secara prinsip, lab kultur jaringan dapat disederhanakan dengan
melakukan modifikasi peralatan dan bahan yang digunakan, sehingga
sangat dimungkinkan kultur jaringan seperti ‘home industri’. Hal ini
dapat dilihat pada kelompok petani ‘pengkultur biji anggrek’ di
Malang yang telah sedemikian banyak.
Beberapa gambaran dan potensi yang bisa dimunculkan dalam
kultur jaringan diantaranya adalah :
 Kultur meristem, dapat menghasilkan anggrek yang bebas
virus,sehingga sangat tepat digunakan pada tanaman anggrek
22
spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama penyakit, termasuk
virus.
 Kultur anther, bisa menghasilkan anggrek dengan genetik haploid
(1n), sehingga bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan
anggrek diploid (2n). Dengan demikian sangat dimungkinkan
untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu dengan
kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang
pada kondisi normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang
dominan
 Dengan tekhnik poliploid dimungkinkan untuk mendapatkan
tanaman anggrek ‘giant’ atau besar. Tekhnik ini salah satunya
dengan memberikan induksi bahan kimia yang bersifat
menghambat (cholchicine)
 Kloning, tekhnik ini memungkinkan untuk dihasilkan anggrek
dengan jumlah banyak dan seragam, khususnya untuk jenis
anggrek bunga potong. Sebagian penganggrek telah mampu
melakukan tekhnik ini.
 Mutasi, secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur
peluangnya 1 : 100 000 000. Dengan memberikan induksi tertentu
melalui kultur jaringan hal tersebut lebih mudah untuk diatur.
Tanaman yang mengalami mutasi permanen biasanya memiliki
nilai ekonomis yang sangat tinggi
 Bank plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara ‘in-vitro’
kita bisa mengoleksi tanaman anggrek langka tanpa harus memiliki
23
lahan yang luas dan perawatan intensif. Baik untuk spesies langka
Indonesia maupun dari luar negeri untuk menjaga keaslian genetis
yang sangat penting dalam proses pemuliaan anggrek.

Kenapa Penyakit bisa muncul pada Anggrek


Seperti halnya hewan dan manusia, tanaman pun bisa kena
penyakit. Penyakit dikatakan sebagai proses interaksi antara tanaman,
lingkungan, dan penyebab penyakitnya. Dengan demikian penyakit
tidak bisa menyerang karena merupakan proses atau interaksi, yang
bisa menyerang adalah penyebabnya. Jadi yang benar bukannya
“anggrek saya diserang penyakit” tetapi “anggrek saya diserang
jamur”.
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu
penyebab penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik.
Untuk yang bersifat abiotik (tidak hidup) misalnya polutan udara,
polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembapan yang ekstrim, oksigen
dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsur hara yang
tidak tepat dosis. Sedangkan penyebab penyakit yang bersifat biotik
(hidup) sampai sekarang dilaporkan ada 6 kelompok besar yaitu jamur,
prokariot (bakteri, molicutes), virus dan viroid, nematoda, protozoa,
dan tanaman tinggi parasitik. Penyebab yang bersifat biotik disebut
pula sebagai “patogen” yang berasal dari bahasa Latin “pathos” yang
berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat. Patogen
menyebabkan sakit pada gen sehingga ekspresi yang muncul adalah
24
sesuatu yang tidak normal pada tanaman. Tulisan berikut membahas
penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen.
Penyakit pada tanaman bisa muncul karena di suatu tempat ada
tanaman, patogen, serta lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit
dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu saja (tanaman,
patogen, lingkungan), salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi
syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi
oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka,
penyebab penyakit harus virulen (fit dan ganas), dan lingkungan
mendukung. Misal di hutan Kalimantan ada Dendrobium sp.,
kemudian ada bakteri Erwinia sp. yang ganas dan lingkungan di
sekitarnya sangat lembap, maka akan muncul penyakit busuk pada
anggrek tersebut. Segitiga penyakit ini hanya berlaku pada kondisi
alami seperti pada contoh anggrek di Kalimantan tersebut. Penyakit
muncul tanpa campur tangan manusia dan biasanya dalam
keseimbangan. Penyakit yang muncul bisa sangat parah namun juga
bisa sangat ringan. Hanya jenis-jenis tanaman yang mempunyai
ketahanan tinggi yang bisa tetap “survive” ketika ada gangguan
penyakit yang parah (sesuai dengan teorinya Darwin “survival of the
fittest”).
Ketika manusia mendapatkan manfaat dari tanaman kemudian
membudidayakan tanaman tersebut di luar habitat alaminya maka
konsep penyakit berubah dari segitiga penyakit menjadi segiempat
penyakit. Faktor “manusia” masuk menjadi salah satu penentu
25
munculnya penyakit. Anggrek yang kita budidayakan menjadi salah
satu komponen dalam segiempat penyakit ini. Manusia dengan segala
intelegensianya (tinggi maupun rendah, ataupun sebenarnya
intelegensianya tinggi namun tidak tepat tempat dan waktu) akan
dapat mempengaruhi ketiga faktor lainnya.
Pertama, manusia bisa membuat faktor lingkungan menyebabkan
timbulnya penyakit, lebih memperparah penyakit (karena
ketidaktahuannya) atau sebaliknya membuat faktor lingkungan
meniadakan penyakit. Contoh yang menyebabkan timbulnya penyakit
adalah: ketika memindah bibit anggrek dari botol dengan
menggunakan media tumbuh berupa cacahan pakis. Penyakit tidak
akan muncul kalau dia (manusia) menggunakan media tanam yang
steril atau tidak menanam bibit yang dari dalam botol sudah terlihat
nggak sehat (mungkin merasa sayang karena harganya yang mahal).
Ketika dia menyiram bibit dalam kompot secara berlebihan maka akan
menciptakan kondisi yang sangat lembap sehingga akan memperparah
penyakit yang tadinya hampir nggak kelihatan. Namun bila dia
bijaksana dengan memilih media yang steril, air sumur yang tidak
tercemar untuk menyiram, penyiraman secara hati2 dengan semprotan
yang halus, tidak terlalu membasahi media namun yang penting cukup
lembap, maka dia sudah berperan meniadakan penyakit.
Kedua, manusia bisa mempengaruhi tanaman sehingga tanaman
menjadi lebih mudah terkena (bukan terserang) penyakit atau bahkan
menjadi bebas penyakit. Ketika memindah bibit dari botolan maka
26
setelah mencuci bibit dengan air bersih kemudian dicelup dalam
larutan fungisida, manusia sudah menciptakan kondisi dimana
penyakit akan tidak muncul. Namun ketika menangani bibit tersebut
secara sengaja atau tidak menimbulkan luka pada bibit maka akan
besar kemungkinannya terkena penyakit. Ketiga, manusia bisa berbuat
apa saja terhadap patogen. Pencelupan bibit dalam larutan fungisida
tersebut di atas juga merupakan tindakan manusia terhadap patogen
agar patogen tidak bisa tumbuh pada permukaan tanaman. Dengan
demikian segiempat penyakit ini menggambarkan adanya penyakit
pada agroekosistem yaitu ekosistem pertanian, suatu sistem ekologi
yang dibuat manusia untuk menghasilkan tanaman. Ciri yang ada
dalam kondisi ini adalah adanya keseragaman (biasanya jenis
tanamannya) dan ketidakstabilan komponen biota anggota sistem
tersebut.
Konsep penyakit terus berkembang. Munculnya penyakit bisa
kapan saja pada fase pertumbuhan tanaman yang manapun juga.
Penyakit bisa muncul ketika tanaman masih kecil (dalam pembibitan),
remaja, dewasa, atau ketika berbunga. Dengan demikian faktor
“waktu” ikut menentukan munculnya penyakit. Di sini konsep
segiempat penyakit berubah menjadi piramida penyakit. Piramida
penyakit tersusun oleh empat bidang segitiga yang menyatu pada
ujungnya. Bidang segitiga pertama adalah tanaman, kedua adalah
patogen, ketiga adalah lingkungan, dan keempat adalah manusia. Garis
tinggi yang ditarik dari ujung piramid ke bawah ke pusat segiempat
27
yang terbentuk merupakan komponen waktu. Penyakit berkembang
dari ujung piramida yang kecil kemudian membesar ke bawah.
Manusia berperan agar penyakit yang muncul tetap kecil saja dan
terbatas di puncak piramid saja, jangan sampai membesar ke bawah
yang akhirnya akan merugikan.
Nah, kita bisa meniadakan penyakit pada anggrek budidaya
dengan menghilangkan salah satu dari ke empat komponen tersebut.
Pertama tidak menanam anggrek (meniadakan tanaman), nggak
mungkin to ya, wong kita pengin menikmati indahnya anggrek kok
nggak menanamnya (bisa juga sih dengan membeli yang sudah
berbunga; namun artinya tetap sama yaitu ”ada tanaman”). Tetapi
dengan tidak menanam anggrek maka tidak akan muncul penyakit
anggrek (wah ya jelas dhong, kok bikin bingung). Kedua, meniadakan
patogen dengan cara-cara yang ada, ketiga meniadakan lingkungan
yang mendukung penyakit, misal jangan terlalu lembap, lingkungan
bersih. Ke empat adalah meniadakan manusianya, jangan ikut campur
dalam budidaya (ini juga nggak mungkin ya). Dan yang nggak
mungkin lagi adalah meniadakan waktu atau memberhentikan waktu
sehingga proses interaksi patogen, tanaman dan lingkungan bisa
tertunda.

Tips menata anggrek species


Penataan anggrek spesies akan memudahkan bagi kita untuk
melakukan perawatan dan pemeliharaan sesuai dengan kebutuhan
28
anggrek itu sendiri. Penataan anggrek tidak hanya dilakukan atas dasar
estetika (keindahan) semata akan tetapi lebih pada upaya mengatur
faktor lingkungan tumbuh anggrek agar sesuai dengan kebutuhan
hidup si anggrek.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan identifikasi dan deskripsi terhadap anggrek2 yang kita
miliki. Identifikasi meliputi klasifikasi biologis…misal keterangan
genusnya, morfologi tanaman, misal daun sempit/lebar-tebal/tipis-
batang berair/sedikit berair dll, lingkungan asal/keterangan habitat
jika memungkinkan. Kegiatan identifikasi ini sepertinya memakan
cukup banyak waktu, akan tetapi sangat penting bagi kita untuk
mengenal kebutuhan hidup anggrek tsb dan juga untuk memudahkan
bagi kita untuk berkomunikasi dalam suatu forum ilmiah.
Langkah kedua, yaitu membuat penggolongan. Penggolongan ini
bertujuan untuk memilah-milah koleksi kita atas dasar kategori yang
kita inginkan. Misal, jika kita memiliki lahan luas maka penggolongan
dapat atas dasar genus anggrek. Golongan anggrek bulan
(Phalaenopsis) diberi tempat sendiri, lalu golongan anggrek
Dendrobium juga memiliki tempat sendiri dsb. Namun bila lahan yang
dimiliki sempit maka penggolongan didasarkan pada kondisi
kelembaban dan naungan, misal dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
lembab+naungan 75 %, intermediet+naungan 50 %, sedikit
lembab+sedikit ternaungi.

29
Nah!! khusus untuk penggolongan sesuai kondisi lingkungan
(kelembaban, naungan) maka ada kemungkinan dalam satu kategori
terdapat bermacam-macam genus anggrek.
Setelah koleksi anggrek dibagi-bagi sesuai kategori, maka langkah
berikutnya yaitu memodifikasi lahan sesuai dengan kategori yang telah
kita tentukan. Bila berdasarkan genus, maka tempat dibuat agar sesuai
untuk tumbuh genus anggrek tersebut. Misal genus anggrek
Phalaenopsis umumnya menyukai kondisi kelembaban cukup tinggi
dan intensitas cahaya yang rendah (naungan 75 %) maka tempat
tersebut kita rancang dengan pemberian paranet 75 %.

Bioinsektisida, pengendali hama ramah lingkungan


Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk
peningkatkan produksi pertanian yang dalam kasus ini adalah
pemeliharaan anggrek. Untuk megendalikan hama seringkali
digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal
akumulasi senyawa-senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan
manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya
pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen
serta menguntungkan petani, menjadi prioritas utama. Salah satu
alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit
pada serangga (bioinsectisida), yaitu jamur patogen serangga Beauveria
bassiana.
30
Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh
berbentuk benang-benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi
membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat
memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit
terhadap serangga inangnya.

Gambar oleh Destario Metusala 07

Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah


mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen
serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian
jamur B. bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng
batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin
akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek
seperti kutu gajah.
Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh
serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang
lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh
serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk

31
tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh
serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi
dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan
mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan
tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu,
miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga.
Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh
mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa
berwarna putih.
Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama
yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur
ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius)
dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta
hama kutu (Aphids sp.) pada tanaman sayuran.
Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai
pestisida hayati yaitu :
 Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan
serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga
penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.
 Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam
tanah maupun pada aliran air alami.
 Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
 Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

32
Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr
formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr air, tambahkan 3 sendok gula
pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan
formulasi B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat
dikembangbiakan secara konvensional, sehingga lebih menghemat
pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida
biologis dari jamur ini memberikan dampak positif terhadap
pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan lingkungan.
Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga
memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif.

Salah Penyiraman Bisa Berakibat Busuk Tunas Anakan


Tak ada salahnya berhati-hati saat anda melakukan penyiraman di
rumpun anggrek anda. Penyiraman yang kurang hati-hati dapat
menyebabkan pembusukan pada tunas anakan. Tunas anakan anggrek,
khususnya pada golongan dendrobium saat tumbuh akan membentuk
kuncup daun yang menyerupai mahkota pada bagian atasnya. Kuncup
yang menyerupai mahkota ini tak lain adalah ujung-ujung daun muda
yang belum membuka sempurna dan posisi ujung daun tegak keatas
dengan membentuk suatu cekungan/rongga sempit di bagian
tengahnya, persis menyerupai mahkota.
Tunas anakan yang membentuk kuncup mahkota ini sangat perlu
diperhatikan secara ekstra saat penyiraman. Air siraman dapat jatuh di

33
tengah kuncup mahkota dan tertampung sehingga membentuk
genangan di ujung tunas. Apabila didalam genangan ini terdapat spora
jamur, maka sel-sel ujung tunas dan pangkal kuncup daun akan sangat
mudah terinfeksi. Adanya air/kelembaban tinggi akan membantu
berkecambahnya spora jamur. Tak lama kemudian spora jamur akan
melakukan penetrasi dengan menembus dinding sel jaringan meristem
dari ujung tunas. Ujung tunas dan kuncup daun merupakan jaringan
meristem yang masih muda dan aktif membelah. Ciri dari sel meristem
adalah dinding selnya yang belum mengalami penebalan sempurna.
Keadaan ini menjadi sangat rentan apabila terinfeksi oleh benih jamur
atau bakteri. Didalam sel tanaman, sel jamur atau bakteri akan
merombak materi sel dan dinding sel menjadi senyawa-senyawa yang
lebih sederhana untuk memperoleh energi sekaligus sebagai materi
perkembangbiakan.
Saat ujung tunas mengalami pembusukan, maka daerah infeksi
menjalar menuju ke pangkal kuncup daun yang berhubungan
langsung dengan ujung tunas. Pada tahap ini akan tampak, ujung daun
muda menjadi kekuningan pucat, dan saat ditarik perlahan akan
dengan mudah terlepas. Pada bagian pangkal tampak coklat lunak dan
sedikit berlendir. Untuk mencegah penyebaran penyakit ke bagian
tanaman yang lain, umumnya tanaman memiliki mekanisme tersendiri
untuk menghambat jaringan pengangkut dengan semacam metabolit
sekunder. Hal ini supaya saluran dari tunas anakan menuju bulb
dewasa terhenti. Setelah pembuluh tersumbat oleh metabolit sekunder,
34
maka aliran makanan untuk tunas anakan yang sekaratpun terhambat,
sehingga dengan segera akan mati dan mengering. Saat tunas anakan
mengering, diharapkan sumber infeksi turut terisolasi pada jaringan
mati tersebut. Ujung tunas yang telah rusak tidak dapat tumbuh lagi,
sehingga tanaman dewasa akan menumbuhkan tunas anakan dari mata
tunas lainnya. Akan tetapi untuk lebih amannya, segeralah potong
tunas anakan yang terinfeksi pada pangkal bulb yang bersambungan
langsung dengan bulb dewasa dengan alat potong yang sudah diolesi
spritus/alcohol 70-90%/fungisida/dibakar pada bagian tajamnya.
Setelah dipotong, bagian potongan diolesi dengan
spritus/alcohol/fungisida kemudian dibiarkan di tempat yang kering
berangin.

Kenapa Kuntum Bunga Anggrek Rontok?


Melihat tonjolan kecil muncul dari tubuh tanaman anggrek kita
mungkin sudah sering kita alami. Akan tetapi akan sangat
membahagiakan bila tonjolan kecil tadi tumbuh menjadi sebuah tandan
bunga dengan calon kuntum yang berderet di sepanjang tandan bunga.
Setelah hari demi hari dilalui, calon kuntum semakin membesar dan
tiba tiba 1-2 buah calon kuntum menguning dan rontok….!!??
meskipun beberapa calon kuntum lainnya berhasil dewasa dan mekar
sempurna, namun dalam hati ada rasa penasaran, mengapa hal
tersebut terjadi

35
Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan rontoknya
calon kuntum bunga sebelum mekar. Berikut saya sari dari diskusi
temen-temen di milis anggrek mengenai kerontokan bunga anggrek :
 Bunga pertama yang muncul dari tanaman anggrek hasil kultur
jaringan pada umumnya mengalami kerontokan beberapa calon
bunganya, selain itu terkadang panjang tandannya pun hanya
pendek dan membawa sedikit kuntum. Hal ini karena tanaman
baru pertama kali memasuki fase generatif dalam daur hidupnya,
sehingga metabolisme hormon maupun akumulasi atp (energi)
masih belum sempurna.
 Kurang cahaya dapat menyebabkan kerontokan. Saat cahaya terlalu
rendah maka laju fotosintesis juga rendah, sehingga cadangan
makanan yang diperoleh hanya sedikit. Saat tanaman dipacu
pemupukan dengan formulasi untuk pembungaan, maka fisiologis
tanaman dirangsang untuk masuk pada tahap dimana fase generatif
lebih dominan. Akibatnya dengan cadangan makanan yang ada, si
anggrek tetap ngotot untuk memunculkan bunga. Akhirnya, setelah
tandan terbentuk, biasanya tandan bunga pendek, dan calon bunga
banyak yang berguguran. Hal ini terjadi karena calon-calon kuntum
bunga kurang mendapat suplai makanan dan energi. Calon bunga
juga merupakan jaringan hidup yang memerlukan energi dan
materi sel.
 Kekeringan akibat suhu tinggi juga salah satu penyebab kenapa
calon kuntum bunga rontok. Why?? karena saat suhu tinggi maka
36
penguapan air pun juga tinggi. Cadangan air (kelembaban) pada
media yang minim akan cepat hilang karena penguapan.
Penguapan tidak hanya terjadi pada media (evaporasi) tapi juga
terjadi pada permukaan tanaman anggrek itu sendiri (transpirasi).
Bila penguapan air berlangsung terus menerus, maka tanaman akan
kehilangan banyak air didalam selnya. Organ yang pertama kali
terkena efek buruk dari menurunnya kadar air dalam sel adalah
jaringan muda (meristem) seperti calon kuntum bunga, sehingga
sel-sel calon kuntum akan menyusut dan jaringan tampak berkerut
dan akhirnya gugur.
 Perubahan suhu mendadak. Perubahan suhu drastis yang
mendadak dapat menyebabkan perubahan fisiologis secara
mendadak seperti menurunnya aktifitas enzimatis dalam tubuh
tanaman. Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Turunnya
aktifitas enzimatis ini akan menimbulkan efek “stress” pada
tanaman anggrek sehingga berbagai gejala seperti daun menguning
dan rontok, calon kuntum bunga rontok dll. Tingkat suhu optimal
untuk aktifitas enzim sangat bervariasi tergantung spesies. Selain
itu, bagi anggrek dataran tinggi dalam keadaan memiliki calon
kuntum, kemudian mendadak dibawa ke dataran rendah, maka
penguapan air dalam tubuh tanaman akan drastis meningkat,
sehingga organ tanaman yang sensitif (calon kuntum, ujung akar
dll) akan menyusut dan layu. Hati-hati buat anggrek yang punya
calon kuntum dan dibawa perjalanan jauh dan lama menggunakan
37
mobil ber-ac atau ruang yang panas dan pengap, dikhawatirkan
saat keluar mobil, si tanaman akan “terkejut” oleh perubahan suhu
yang mendadak.
 Konsentrasi pupuk daun yang terlalu pekat. Konsentrasi pupuk
yang terlalu pekat selain berakibat buruk pada organ tanaman yang
lain, calon kuntum bungapun juga sangat peka terhadap kerusakan.
Apabila cairan pupuk daun yang terlalu pekat tersebut mengenai
calon kuntum bunga maka, cairan pekat tersebut akan dengan
mudah menembus dinding sel karena calon kuntum bunga
merupakan jaringan muda yang dinding selnya masih tipis. Setelah
menembus dindingsel maka cairan pekat akan menyebabkan
osmosis yang tidak terkendali, sehingga cairan sel akan keluar dari
dalam sel dan terjadilah plasmolisis. Membran sel akan berkerut
dan rusak sehingga lambat laun sel akan mati. Dari tampak luar,
akan terjadi pengeringan pada calon kuntum bunga kemudian
rontok.
 Invasi oleh lalat (lalat X, masih dalam pencarian tim litbang
web.anggrek.org) kemungkinan besar semacam imago serangga
dewasa mirip lalat buah atau kupu yang meletakkan telurnya ke
bagian kuntum sehingga larva akan memakan kuntum, atau si lalat
X tadi menghisap cairan sel dari calon kuntum.
 Serangan kutu gajah. Kutu gajah memiliki kebiasaan “mencicip-
cicip” jaringan jaringan muda untuk dia hisap cairan sel nya. Selain
itu, kutu gajah dewasa juga melakukan ritual yang sama untuk
38
menentukan posisi yang tepat untuk si buah hati tersayang. Setelah
memperoleh posisi yang tepat dia akan mengebor bagian itu untuk

 meletakkan telurnya. Bagian kuntum bunga yang masih muda


merupakan salah satu bagian favorit si kutu ini. Pas wawancara,
kata dia sih rasanya “manis”.
 Serangan penyakit. Serangan penyakit umumnya merupakan
pengaruh sekunder akibat faktor lingkungan yang mendukung.
Misal, kelembaban yang terlalu tinggi, sirkulasi udara yang tidak
lancar, celah celah pada calon kuntum yang basah (untuk waktu
yang lama). Semua hal tadi akan membangkitkan gairah si penyakit
untuk melakukan penetrasi ke jaringan muda dari calon kuntum
bunga yang notabene merupakan jaringan muda yang masih
“empuk” dan sensitif terhadap gangguan pada fisiologisnya.
 Pengaruh bahan-bahan zat kimia pengatur pertumbuhan seperti
hormon dll. Penggunaan yang kurang tepat dapat menyebabkan
ketidak seimbangan hormon endogen di dalam tubuh tanaman. Hal
ini akan berlanjut pada gangguan pada metabolisme enzimatis pada
tanaman, sehingga akan mempengaruhi pada pembelahan sel
maupun pada metabolisme penyediaan energi bagi tanaman. Dapat
juga menyebabkan peningkatan hormon etilen sehingga
dimungkinkan menyebabkan kerontokan calon kuntum bunga

39
Air Kelapa Pacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek
http://www.mindforum.com/

Air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan


pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh para
pedagang di pasar tidak ada salahnya untuk kita manfaatkan sebagai
penyubur tanaman. Selama ini air kelapa banyak digunakan di Lab
sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan
potasium (kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga
mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55
%. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium
(Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping
kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin
seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,
riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin
dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa.
Penelitian di National Institute of Molecular Biology and
Biotechnology (BIOTECH) di UP Los Baños mengungkapkan bahwa
dari air kelapa dapat diekstrak hormon yang kemudian dibuat suatu
produk suplemen disebut cocogro. Hasil penlitian menunjukkan
bahwa produk hormon dari air kelapa ini mampu meningkatkan hasil
kedelai hingga 64 %, kacang tanah hingga 15 % dan sayuran hingga 20-
30 %. Dengan kandungan unsur kalium yang cukup tinggi, air kelapa
40
dapat merangsang pembungaan pada anggrek seperti dendrobium dan
phalaenopsis.
Mulai sekarang, cobalah untuk menyisihkan sedikit air kelapa
yang kita minum untuk kita persembahkan kepada sahabat kita,
anggrek tercinta. Slamat mencoba dan jangan lupa untuk melaporkan
hasilnya sebagai evaluasi kepada teman-teman semua

Pupuk Organik Untuk Anggrek


http://www.orchid.or.jp/

Seringkali apabila kita memelihara anggrek jenis terestrial, litofit,


saprofit atau semi terestrial untuk menambahkan pupuk organik kedalam
media tanamnya sebagai sumber unsur hara makro dan miro dan juga dapat
untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah disekitar perakaran
anggrek. Selain itu jika kita kreatif, maka sumber bahan organik dapat kita
peroleh dengan mudah dari lingkungan sekitar kita, bahkan dari diri kita
sendiri (ups!!). Berikut saya sajikan nilai kandungan rata-rata pupuk organik
dari berbagai sumber bahan organik.
Jenis Pupuk N (%) P (%) K (%)
Kerbau 0,6-0,7 2,0-2,5 0,4
Sapi 0,5-1,6 2,4-2,9 0,5
Kuda 1,5-1,7 3,6-3,9 4,0
Domba 0,6-3,7 0,2-0,8 0,1-1,0
Ayam 1,0-2,1 8,9-10,0 0,4
Guano 0,5-0,6 23,5-31,6 0,2
Tinja Manusia 3,0-3,2 3,2-3,4 0,7
Kompos 0,5-0,7 1,7-3,1 0,3-0,5

41
Azzola 3,0-4,0 1,0-1,5 2,0-3,0
Daun lamtoro 2,0-4,3 0,2-0,4 1,3-4,0
Darah hewan kering 10,0-12 1,0-1,5 -
Jerami padi 0,8 0,2 -
Penggunaan pupuk organik juga memiliki kelemahan,
diantaranya ialah, diperlukan dalam jumlah yang sangat banyak untuk
memenuhi kebutuhan unsur hara dari suatu pertanaman (karena
kandungan hara relatif rendah), bersifat ruah, baik dalam
pengangkutan dan penggunaannya di lapangan, kemungkinan
menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang
diberikan belum cukup matang (tanaman justru akan menguning dan
merana). Oleh karena itu meskipun sangat dianjurkan, namun dalam
pemakaiannya juga harus cermat dan tepat.
Oh iya, berikut saya berikan pula beberapa informasi mengenai
karakterisasi kompos yang telah selesai mengalami proses dekomposisi
secara sempurna (matang) ditinjau dari kondisi fisik.
 Berwarna coklat tua sampai kehitam-hitaman
 Tidak dijumpai adanya lalat atau bau busuk yang masih menyengat
 Suhu pupuk sudah tidak tinggi/panas/hangat (pendinginan
merupakan indikator selesainya proses pengomposan, meskipun
bahan kompos telah dibalik dan disiram tetap tidak timbul panas)
 Struktur nya remah, pupuk menjadi media yang lepas-lepas dan
tidak kompak, sehingga sulit dikenali lagi bahan dasarnya.

42
Jika masih ragu, berikut tips uji tingkat kematangan pupuk
menggunakan perkecambahan benih.
Untuk menguji kematangan pupuk organik, botol bekas selai atau
botol minuman mineral yang dipotong setengah diisi pupuk yang
sudah disaring, benih tanaman tertentu (yang pernah saya coba yaitu
biji bayam liar) ditanam dan pertahankan kondisi pupuk tetap lembab.
Botol berisi pupuk dan benih diletakkan di tempat yang terang dan
terbuka. Karena benih sangat sensitif terhadap faktor tumbuh, maka
tingkat kematangan pupuk dapat diukur berdasarkan kecepatan
pertumbuhan benih.
 Pupuk matang : benih akan berkecambah setelah 2-3 hari dan
setelah 5-7 hari berwarna hijau dengan akar cukup panjang
berwarna putih.
 Pupuk segar : hanya beberapa benih yang tumbuh dan memerlukan
waktu yang lebih lama, daun berwarna hijau pucat, akar pendek
pertumbuhan tanaman kerdil, dan daun kadang-kadang berwarna
kuning kecoklatan
Pengenalan Fungisida
Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan
cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya
di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida
nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama
fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya
dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.
43
1. Fungisida Nonsistemik
Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan
didalam jaringan Tanaman. Fungisida nonsistemik hanya membentuk
lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat
fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah
infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau
miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Karena itu,
fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila
digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit. Akibatnya,
fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara
terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
2. Fungisida Sistemik
Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan
ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut
maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya
fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni
dari organ akar ke daun.

Kelebihan fungisida sistemik antara lain :


o Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi didalam jaringan
tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi cendawan yang
sudah menyerang di dalam jaringan tanaman.
o Fungisida ini dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman
kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga
44
bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada
coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh
hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.
3. Fungisida Sistemik Lokal
Fungisida sistemik local diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi
tidak ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya
akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak
sampai masuk hingga pembuluh angkut.
Menurut mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Multisite Inhibitor
Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat
beberapa proses metabolisme cendawan. Sifatnya yang multisite
inhibitor ini membuat fungisida tersebut tidak mudah
menimbulkan resistensi cendawan. Fungisida yang bersifat
multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini
umumnya berspektrum luas. Contoh bahan aktifnya adalah
maneb, mankozeb, zineb, probineb, ziram, thiram.
2. Monosite Inhibitor
Monosite inhibitor disebut juga sebagai site specific, yaitu
fungisida yang bekerja dengan menghambat salah satu proses
metabolisme cendawan, misalnya hanya menghambat sintesis
protein atau hanya menghambat respirasi. Sifatnya yang hanya
bekerja di satu tempat ini (spectrum sempit) menyebabkan
45
mudah timbulnya resistensi candawan. Contoh bahan aktifnya
adalah metalaksil, oksadisil, dan benalaksil

Insektisida Hayati
Budidaya anggrek tentunya akan mengalami interaksi baik dari
lingkungan abiotik (tak hidup) dan lingkungan biotik (hidup). Salah
satu bentuk interaksi biotic yaitu parasitisme, dimana anggrek berada
sebagai organisme yang dirugikan, sedangkan hama sebagai organisme
yang diuntungkan. Oleh karena itu, untuk melindungi tanaman
anggrek dari gangguan hama, kita dapat menggunakan berbagai cara
seperti pengandalian mekanis (efektif apabila hama sedikit dan
ukurannya besar) atau kimiawi (pestisida). Meskipun anggrek bukan
merupakan tanaman pangan, namun untuk mengurangi pemaparan
residu kimia sintetik pada lingkungan, kita dapat menggunakan
beberapa jenis pestisida hayati berikut.
1. Bawang putih (Alium sativum)
100 g bawang putih, 0,5 l air, 10 g sabun, dua sendok teh minyak
mineral (minyak bayi). Bawang putih diparut/digerus dan dicampur
minyak mineral, biarkan selama 24 jam. Sabun dilarutkan dicampur
bawang putih dalam minyak mineral secara merata kemudian disaring
dengan kain halus. Penggunaannya untuk setiap satu bagian campuran
dilarutkan kedalam 20 bagian air. Bahan ini efektif untuk beberapa
jenis serangga pengganggu. Meskipun demikian perlu juga diuji coba

46
dengan tingkat konsentrasi yang berbeda untuk mengetahui
konsentrasi yang paling efektif.

2. Kecubung (Datura stramonium)


1 kg daun pucuk kecubung segar, bunga dan biji dihancurkan,
kemudian direndam dalam 10 l air, dan cairan sabun. Rendaman ini
dibiarkan paling tidak selama 3-5 jam. Kemudian disaring dengan kain
lalu disemprotkan. Disarankan untuk ditambah sabun cuci cair sebagai
zat pembasah (surfactant).

3. Mindi (Melia azedarach)


150 g daun mindi segar diblender dalam 200 ml air, kemudian
dicampur kedalam 800 ml air biasa dan dibiarkan semalam. Larutan di
saring dengan kain kemudian dapat langsung disemprotkan. Dapat
juga menggunakan biji mindi segar. 0,25 kg biji mindi ditumbuk halus
kemudian dicampur dengan 1 liter air, selanjutnya disaring dan
dijadikan larutan sebanyak 5-7 liter. Dalam larutan ditambahkan pula 2
sendok teh sabun cuci cair. Ekstrak ini dapat mengusir belalang.

4. Nimba (Azedarachta indica)


Minyak biji nimba memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
hal membunuh, mengusir, dan meracuni serangga ataupun organisme
pengganggu lainnya seperti nematode dan cendawan. Minyak biji
nimba dapat diperoleh dengan mengekstrak biji menggunakan air. Biji
yang sudah dikumpulkan, dibersihkan dari daging buahnya, kemudian
dikeringkan agar tidak berjamur saat penyimpanan. Pada saat akan
47
digunakan, biji dikupas dari kulitnya, 25-50 g biji ditumbuk halus dan
direndam dalam 1 l air, ditambahkan pula dengan 2 sendok teh sabun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 500 g biji kering yang dan
mampudirendam dalam 400 l air dapat digunakan untuk lahan seluas
4000 m bertahan selama 2 minggu apabila tidak terkena hujan lebat.

4. Tembakau (Nicotiana tabacum)


1 kg daun tembakau (daun sisa-sisa) dirajang halus dan direndam
dalam 15 liter air, ditambah 2 sendok teh sabun cair kemudian
dibiarkan semalam. Setelah disaring dapat digunakan untuk
disemprotkan. Atau dapat pula setiap 200 g daun tembakau diblender
dan dilarutkan ke dalam 3 l air

4. Pepaya (Carica papaya)


1 kg daun papaya segar dirajang halus dan direndam kedalam 10
liter air kemudian ditambah 2 sendok makan minyak dan sabun cair.
Dibiarkan selama semalam, disaring dengan kain halus kemudian
disemprotkan.

Mari Memulai dengan Anggrek Merpati


Anggrek adalah tanaman yang identik dengan sifat kesabaran,
keuletan, ketekunan, dan pantang menyerah. Justru diperlukan
“ketangguhan” tersendiri untuk dapat menaklukan anggrek-anggrek

48
perkasa seperti Anggrek tebu misalnya (Grammatophylum speciosum).
Salah satu upaya untuk lebih mensosialisasikan kesadaran cinta
anggrek kepada generasi muda adalah dengan mengajak mereka
terlibat secara langsung dengan aktifitas memelihara anggrek. Dengan
melakukan praktek langsung, maka akan dimulailah kesadaran untuk
peduli terhadap kehidupan sang anggrek. Nah, untuk
mensosialisasikan gerakan tersebut, maka diperlukan petunjuk awal
untuk memulai hobi ini. Salah satu jenis anggrek yang sangat
direkomendasikan untuk dicoba untuk sekedar iseng oleh pemula
adalah Dendrobium crumenatum atau dikenal luas dengan nama
Anggrek Merpati
Dendrobium crumenatum atau yang lebih dikenal dengan nama
Anggrek merpati adalah salah satu jenis anggrek alam yang sangat
mudah pemeliharaannya. Anggrek ini memiliki cukup banyak variasi
dalam bentuk dan ukuran bunga. Warna khas nya yang putih bersih
ditambah aroma harum semerbak merupakan kelebihan anggrek ini
dibanding kerabatnya yang lain. Anggrek ini memiliki adaptasi yang
sangat luas mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Saat
musim berbunga tiba, seluruh kuntum umumnya akan mekar serentak.
Hanya saja, lama mekarnya tidak lebih dari 1 hari. Kelebihan lain
anggrek ini adalah toleran terhadap kekeringan, kemampuan
menghasilkan keiki (anakan) yang sangat tinggi, tingkat pertumbuhan
akar dan tunas yang cepat, serta tahan terhadap berbagai rentang
intensitas cahaya yang kuat.
49
Anggrek ini amat sangat dianjurkan untuk para pemula, bahkan
yang sekedar iseng sekalipun. Bagi temen-temen awam yang ingin
mengetahui dunia anggrek, tentu sangatlah penting untuk mencoba
memulai dengan anggrek ini. Bahkan kita akan dibuat keheranan
dengan ketangguhan anggrek ini untuk bertahan hidup. Sangatlah
pantas bila Dendrobium crumenatum si Anggrek merpati ditempatkan
pada posisi terhormat.
Apabila anda berminat untuk mencoba memeliharanya, cobalah
iseng-iseng mengamati kebun tetangga sebelah, apabila anda meminta
dengan baik-baik, saya sangat yakin anda akan diberi setidaknya 2-3
batang atau bahkan lebih. Apabila masih kesulitan juga, silahkan
bertamasya di kawasan pegunungan atau kawasan hutan, disana anda
akan banyak menemui pedagang anggrek menjual tanaman ini, atau
jika beruntung anda cukup memungut beberapa batang anggrek
merpati langsung dari pepohonan. Masih kesulitan juga ??!!…..dengan
sangat-sangat berbahagia rekan-rekan di milis anggrek akan berbagi
koleksi Anggrek merpatinya secara cuma-cuma alias gratis…mungkin
hanya mengganti ongkos kirim apabila tempatnya jauh. Merpati adalah
lambang kesetiaan, persahabatan, dan kesetiakawanan sosial…maka
selayaknyalah anggrek ini dijadikan simbol persahabatan antar
penggemar anggrek.
Informasi budidaya : Dendrobium crumenatum (Anggrek
merpati) dapat dipisah dengan mudah dari rumpunnya. Pisahkan
sedikitnya 2 batang besar atau 3-4 batang ukuran kecil. Kemudian
50
bungkus bagian pangkal batang bawah yang memiliki akar dengan
sedikit sabut kelapa yang sudah dibasahi terlebih dahulu. Setelah
dibungkus, tanaman ini di tempelkan pada sekeping pakis atau di
tanam dalam pot berisi potongan pakis/arang. Letakkan pada tempat
yang teduh selama 2-3 minggu, hingga akar baru telah tumbuh dan
tanaman tampak kuat. Pindahkan tanaman ditempat yang lebih terang
dengan terus memelihara kelembaban pada medianya. Saat tunas-
tunas baru telah tumbuh dan menjadi rumpun dewasa, maka puluhan
kuntum bunga akan segera menyemarakkan hasil jerih payah anda.
Tidak perlu khawatir terlalu lama menunggu, karena anggrek ini telah
dikenal memiliki laju partumbuhan yang cepat.
Cermat Merawat, Anggrek Bulan Tumbuh Sehat
http://www.sinarharapan.co.id

Keindahan anggrek bulan memang tak perlu diragukan lagi.


Berkat keelokannya itu, anggrek berjuluk butterfly orchid ini menjelma
sebagai primadona bisnis anggrek di Tanah Air. Namun apa jadinya
bila anggrek ini tak mau berbunga atau hanya berbunga sekali, dan
setelah itu ”ngambek” tak berbunga lagi. Tentu perasaan kesal dan
kecewa akan bercampur ampur aduk jadi satu.
Masalah lain muncul, yakni saat tak berbunga, anggrek bulan
yang kita miliki tak memancarkan keindahan seperti yang diharapkan.
Kondisinya tampak kurang segar dan sehat. Entah itu akar, batang,
daun ataupun bunganya. Semua itu timbul akibat cara perawatan yang
kurang tepat.
51
Menurut Lily Turangan, sebenarnya tak ada cara khusus untuk
menyiasati anggrek bulan itu agar tumbuh sehat dan rajin berbunga.
”Saya rasa cara merawat anggrek bulan sama saja seperti kita merawat
Dendrobium.” Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu kita cermati
agar tanaman tumbuh segar dan sehat.
Sebagai tanaman epifit, anggrek bulan sepanjang hidupnya di
alam bebas selalu ternaungi oleh ranting atau dahan pohon. ”Karena
itu, anggrek jenis ini hanya butuh intensitas matahari yang tak terlalu
kuat.cukup 20 sampai 50 persen saja,” ujar Lily.

Kebutuhan Sinar
Apabila cahaya yang didapat anggrek lebih besar dari angka itu,
akan timbul kerusakan pada sebagian atau seluruh jaringan tanaman.
Gejala terbakar akan segera terlihat terutama pada daun-daun yang
terkena langsung cahaya matahari. Biasanya gejala itu ditandai dengan
keluarnya warna cokelat kemerahan pada permukaan daunnya.
Kekurangan cahaya, pertumbuhan anggrek bulan pun tak bagus. Daun
akan layu, kuning, pucat dan rontok. Kalau sudah begini, jangan harap
tanaman ini akan mengeluarkan bunga. ”Untuk mendapat sinar redup
itu, pasangi saja kebun kita dengan jaring peneduh atau paranet,” ujar
Lily. Cara lain, tempelkan saja anggrek bulan pada batang pohon besar
dan tempatkan di sebelah timur. Cahaya mentari pagi sangat bagus
bagi pertumbuhannya.

52
Menurut Hadi Iswanto, umumnya anggrek memiliki kelembaban
nisbi (ratio humidity) cukup tinggi, yaitu 60 sampai 80 persen. Meski
begitu, tanaman berbunga indah ini tak menyukai udara yang kelewat
basah. Kondisi udara yang terlalu lembab justru jadi pemicu
munculnya penyakit busuk tunas dan daun. Anggrek bulan tumbuh
bagus bersuhu 13 derajat Celcius sampai 18 derajat Celcius pada
malam hari dan 18 derajat Celcius sampai 21 derajat Celcius (siang).
”Aturlah kelembaban yang cukup bagi si anggrek. Jangan sampai
tanaman kesayangan kita itu ada dalam kondisi yang terlalu kering.
Ingatlah, anggrek tidak mengisap air tanah seperti tanaman lain,
melainkan hidup dari mengisap kelembaban udara di sekitarnya,”
tambah Lily.
Untuk menjaga kelembaban udara, caranya bisa bermacam-
macam. Pertama, bisa dengan memberikan semprotan air di sekitar
tempat penanaman memakai sprayer. Atau meniru cara Lily, membuat
wadah air di bawah deretan papan penaruh pot anggrek bulan. Alhasil
terjadilah penguapan alami. Kelembaban udara pun terjaga.

Tak Cuma Bersih


Hal lain yang patut dicermati adalah penyiraman. Anggrek bulan
akan tumbuh baik bila kebutuhan airnya tercukupi. Frekuensi dan
banyaknya penyiraman yang diberikan tergantung pada jenis dan
besar kecilnya ukuran tanaman serta keadaan lingkungannya,” kata

53
Hadi. Tanaman yang sedang aktif tumbuh jelas butuh lebih banyak air
ketimbang anggrek yang sudah berbunga.
Air yang digunakan untuk penyiraman tidak sekadar bersih. Air
itu harus cukup mengandung mineral, pH netral dan tersedia
sepanjang tahun. Selain ikut dalam proses fotosintesis, air juga
berperan mengatur kondisi suhu. ”Cara pemberian air yang baik
adalah dengan sprayer. Air keluar dari sprayer berupa butiran-butiran
halus sehingga tidak menghanyutkan atau merusak media dan bagian
tanaman,” ujar pria kelahiran Surabaya ini.
Biasanya penyiraman pada anggrek bulan minimal dilakukan dua
kali sehari. Bila kemarau, frekuensinya ditambah jadi tiga kali.
Idealnya, kata Hadi, penyiraman dilakukan pada pagi sekitar pukul
07.00 sampai 09.00 dan 16.00 – 18.00 (sore). Hadi juga mewanti-wanti
agar anggrek bulan jangan terlalu berlebihan disiram air. Kelebihan
penyiraman akan berdampak buruk bagi pertumbuhan akar.
Buntutnya, akar jadi mudah busuk dan kehilangan daya serap.
Soal penyiraman beres, sekarang perhatikan aturan pemupukan
anggrek bulan. Ada beragam cara memupuk anggrek. ”Tapi yang
banyak dilakukan adalah pemupukan lewat daun karena lebih efektif
dibanding cara lain,” ujar Hadi menjelaskan. Alasannya, daun mampu
menyerap pupuk sekitar 90 persen, sedangkan akar hanya menyerap
10 persen. Lagi pula, kandungan unsur hara dalam pupuk bakal lebih
cepat tembus ke jaringan tubuh lewat pembuluh daun atau kutikula.
Pupuk yang digunakan untuk anggrek harus mengandung tiga unsur
54
hara penting, yaitu nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Pemberian
pupuk harus menyesuaikan fase pertumbuhan tanaman. Saat
pembibitan, paling tidak 60 persen kandungan pupuk itu didominasi
oleh unsur N. Menginjak usia muda, tanaman diberi pupuk dengan
konsentrasi N:P:K yang sebanding yaitu 30 persen. Sedang masa sudah
berbunga, unsur P berganti dominasi menjadi enam puluh persen.
Penggantian media tanam juga tak kalah penting. Ini dilakukan untuk
menjaga pertumbuhan dan pembungaan anggrek bulan tetap optimal.
”Bila tanaman sudah kelihatan terlalu padat dan punya banyak tunas
atau media tanam banyak ditumbuhi lumut dan dikerubungi semut,
itu berarti sudah saatnya kita mengganti media tanam,” tutur Hadi
yang meraih gelar sarjana pertaniannya di Surabaya.
Untuk mempercepat pembungaan anggrek bulan bisa dilakukan
dengan pelbagai cara. Sebut saja dari perlakukan sepanjang hari, suhu
rendah, pemberian zat pengatur tumbuh dan pengaturan intensitas
cahaya. ”Dari beberapa itu, pilihan paling praktis dan murah adalah
pengaturan intensitas cahaya,” ujar Hadi. (bay) 

55
BUDIDAYA ANGGREK
http://iptek.apjii.or.id/budidayaAnggrek.html

SEJARAH SINGKAT
Anggrek  merupakan  tanaman  bunga  hias  berupa  benalu  yang
bunganya  indah. Anggrek  sudah  dikenal  sejak  200  tahun  lalu  dan
sejak  50  tahun  terakhir  mulai dibudidayakan secara luas di
Indonesia.

JENIS TANAMAN
Jenis  anggrek  yang  terdapat  di  Indonesia  termasuk  jenis  yang
indah  antara  lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di
Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal
dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek
bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek
Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian  Jaya  serta  anggrek
Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah.
Tanaman anggrek dapat dibedakan berdasarkan sifat hidupnya, yaitu:
56
1. Anggrek  Ephytis  adalah  jenis  anggrek  yang  menupang  pada
batang/pohon  lain tetapi   tidak   merusak/merugikan   yang
ditumpangi.   Alat   yang   dipakai   untuk menempel   adalah
akarnya,   sedangkan   akar   yang   fungsinya   untuk   mencari
makanan adalah akar udara.
2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain  yang  tidak  merusak  yang  ditumpangi,
hanya  akar  lekatnya  juga  berfungsi seperti akar udara yaitu
untuk mencari makanan untuk berkembang. 3) Anggrek
tanah/anggrek Terrestris adalah jenis anggrek yang hidup di atas
tanah.

MANFAAT TANAMAN
Manfaat  utama  tanaman  ini  adalah  sebagai  tanaman  hias
karena  bunga  anggrek mempunyai  keindahan,  baunya  yang  khas.
Selain  itu  anggrek  bermanfaat  sebagai campuran ramuan obat-
obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut.

SENTRA PENANAMAN
Sentra   tanaman   anggrek   di   Eropa   adalah   Inggris,
sedangkan   di   Asia   adalah Muangthai.  Di  Indonesia,  anggrek
banyak  terdapat  di  Jawa  Barat,  Jawa  Tengah, Sumatra ataupun di
Irian Jaya.

SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
57
o Angin tidak dan curah hujan terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman anggrek.
o Sinar  matahari  sangat dibutuhkan  sekali  bagi  tanaman  ini.
Kebutuhan  cahaya berbeda-beda tergantung pada jenis
tanaman anggrek.
o Suhu  minimum  untuk  pertumbuhan  anggrek  adalah  12,7
derajat  C.  Jika  suhu udara  malam  berada  di  bawah  12,7
derajat  C,  maka  daerah  tersebut  tidak dianjurkan untuk
ditanam anggrek (di dataran tinggi Dieng).
o Tanaman anggrek tidak cocok dalam suasana basah terus
menerus, akan tetapi menyukai kelembaban udara di siang hari
65-70 %.

Media Tanam
Terdapat 3 jenis media untuk tanaman anggrek, yaitu:
 Media untuk anggrek Ephytis dan Semi Ephytis terdiri dari:
1. Serat Pakis yang telah digodok 2. Kulit kayu yang dibuang
getahnya 3. Serabut kelapa yang telah direndam air selama 2
minggu. 4. Ijuk. 5. Potongan batang pohon enau. 6. Arang kayu .
7. Pecahan genting/batu bata 8. Bahan-bahan dipotong menurut
ukuran besar tanaman dan akarnya. Untuk  anggrek  Semi
Epirit  yang  akarnya  menempel  pada  media  untuk  mencari
makanan, perlu diberi makanan tambahan seperti kompos,
pupuk kandang/daun- daunan.

58
 Media untuk anggrek Terrestria Jenis  anggrek  ini  hidup  di
tanah  maka  perlu  ditambah  pupuk  kompos,  sekam, pupuk
kandang, darah binatang, serat pakis dan lainnya.
 Media untuk anggrek semi Terrestria Bahan   untuk   media
anggrek   ini   perlu   pecahan   genteng   yang   agak   besar,
ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media
pecahan genting, serabut kayu, serat pakis dan lainnya. Derajat
keasaman air tanah yang dipakai adalah 5,2.

Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang cocok bagi budidaya tanaman ini dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
 Anggrek panas (ketinggian 0-650 m dpl) Anggrek  panas
memerlukan  suhu  udara  26-30  derajat  C pada  siang  hari,  21
derajat  C  pada  malam  hari,  dengan  daerah ketinggian  0-650
meter  dpl.  Contoh jenis anggrek ini adalah: Dendrobium
phalaenopsis, Onchidium Papillo, Phaphilopedillum Bellatum
 Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) Anggrek sedang pada
suhu udara siang hari 21 derajat C dan 15–21 derajat  C, pada
malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl
 Anggrek dingin (lebih dari 1500 m dpl) Anggrek dingin jarang
tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada suhu udara 15-21 derajat C
di siang hari dan 9–15 derajat C pada malam hari, dengan
ketinggian  1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.

59
6. PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
o Persyaratan Bibit Bibit anggrek yang baik, sehat dan unggul
mempunyai beberapa ciri, yaitu: bentuk batang kuat, pertumbuhan
pesat, daun subur, bunga lebat dan indah.
o Penyebaran Biji Bibit anggrek berasal dari biji yang disemaikan.
Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut:
a)  Peralatan yang digunakan untuk penyebaran biji harus bersih.
b)  Mensterilkan biji Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu
dengan 10 gram kaporit dilarutkan dalam 100 cc air kemudian
saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji dimasukan
dalam botol dan digojog 10 menit. (biji anggrek yang semula
kuning kecoklatan  berubah  warna  menjadi  kehijauan).
Kemudian  air  dibuang  dan diganti dengan aquades, digojog
berulang kali (2–3 kali).
c)  Penyebaran biji anggrek Botol-botol   yang   telah   disterilkan
dapat   digunakan   untuk   menyebaran   biji anggrek.  Sebelum
botol  dibuka,  leher  botol  dipanaskan  di  atas  lampu  spritus
untuk  menghilangkan  kuman.  Untuk  memasukan  biji
anggrek  ke  dalam  botol digunakan pipet yang dibersihkan
dulu dengan cara pemanasan di atas lampu spritus  sampai
merah  kemudian  dicelup  kedalam  spritus.  Botol  yang  telah
terbuka  kemudian  diisi  biji  anggrek  dan  diratakan  keseluruh
permukaan  alas makanan  yang  telah  disediakan.  Sebelum
60
botol  ditutup  kita  panaskan  lagi  di atas spritus kemudian
ditutup kembali.
o Teknik Penyemaian Benih
a)  Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji
anggrek, yang kosong berwarna putih dan yang isi kuning
coklat/warna lain.
b)  Mempersiapkan  botol  yang  bermulut  lebar  bersih  dan  tidak
berwarna  agar dapat meneruskan cahaya matahari yang
dibutuhkan dan mudah dilihat.
c)  Tutup  botol  dari  kapas  digulung-gulung  sampai  keras,  ujung
diikat  tali  untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa
yang dipotong potong. Kerapatan tutup  botol  menjaga  agar
bakteri/jamur  tidak  masuk  sehingga  tidak  terinfeksi atau
terkontaminasi.
d)  Mempersiapkan  lemari  kaca  (ent-kas)  yang  bersih  dari
bakteri/jamur  dengan kain yang sudah dicelup formalin udara
dalam lemari  disterilkan dengan kapas dipiring dituangi
formalin supaya menguap mensterilkan kaca (ent-kas).
e)  Pembuatan sterilsasi alas makanan dan untuk membuat alas
makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C
(NORTHEN) 12 yaitu: 1. Ca(NO3)2H2O : 1,00 gram 2. KH2PO4 :
0,25 gram 3. MgSO47H2O : 0,25 gram 4. (NH4)2SO4 : 0,25 gram
5. Saccharose : 20 gram 6. FeSO4 4H2O : 0,25 gram 7. MnSO4 :
0,0075 gram 8. Agar-agar : 15–17,5 gram 9. Aquadest : 1000 cc.
61
Pembuatan alas makanan diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH
meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper. Sterilisasi dengan cara
dipanaskan dalam Autoclaf yang sampai 110 derajat C selama
setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada
tempat bersih, dengan  posisi  miring,  sehingga  makanan
setinggi  1/2–2/3  tinggi botol (dari   alas   sampai   ke   leher
botol)   dan   didiamkan   selama 5–7   jam   untuk mengetahui
sterilisasi yang sempurna.
o Pemindahan Bibit
Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar,
tumbuh akar. Dalam  tingkat  ini  bibit  sudah  dapat  dipindahkan
kedalam  pot  penyemaian  yang berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16
cm yang berlubang. Siapkan pecahan genting, dan akar pakis warna
coklat, di potong dengan panjang 5–30  mm  sehingga  serabutnya
terlepas  satu  sama  lainnya.  Sebelum  dipakai terlebih  dulu dicuci
bersih  dan  biarkan  airnya  hilang.  Akar  pakis  setelah  dicuci,
direndam dulu dalam alas makanan selama 24 jam yang berupa:
a) Urea atau ZA : 0,50 mg b) DS, TS atau ES : 0,25 mg c) Kalium
sulfat atau K2SO4 : 0,25 mg d) Air : 1000 cc Alaternatif lain sebagai
alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran unsur
N, P, K perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk
kandang yang  telah  dicampur  pakis  dengan  perbandingan pakis:
pupuk  kandang  =  4:1. Selain  itu  dapat  digunakan  kulit  Pinus
yang  di  potong  kecil  sebesar  biji  kacang tanah,  yang  telah
62
direndam  dalam  alas  makanan  seperti  akar  pakis  selama  24
jam.  Untuk  isian  pot  ini  dapat  juga  digunakan  arang  kayu
bakar/serabut  kelapa yang dipotong-potong sebesar ibu jari. Pot
yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi pot/layah,
kemudian isi remukan   pakis   tersebut   setinggi   1   cm   di  bawah
tepi   pot/layah   (tidak   perlu dipadatkan). Pemindahan bibit ke
dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol
dengan  memasukkan  air  bersih  ke  dalam  botol.  Dengan  kawat
bersih  berujung seperti  huruf  U,  tanaman  dikeluarkan  satu
persatu  (akar  lebih  dahulu).  Setelah keluar   tanaman   dicuci
kaporit   1   %   kemudian   dengan   air   bersih.   Seedlings
(semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol
sudah terjadi kontaminasi   jamur   sebaik   lebih   dulu   direndam
di   dalam   antibiotic   (penicillin, streptomycin yang telah lewat
expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
o Pemindahan dari Pot Penyemaian Setelah tanaman pada pot
penyemaian cukup tinggi, maka tanaman dipindahkan ke  pot biasa
yang  berdiamater  4–6  cm, berisi  potongan  genting/batu bata
merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yang telah direndam
dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.
Pengolahan Media Tanam
Media tanam untuk tanaman anggrek tanah dibedakan:
1. Tanaman  dalam  pot  (dengan  diameter  7-30  cm  tergantung  dari
jenis  tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu
63
dipasang tiang di tengah-tengah pot,  kemudian  pot  diisi  pecahan
genting.  Anggrek  di  letakkan  di  tengah  dan akarnya  disebar
merata  dalam  pot,  kemudian  batang  anggrek  diikat  pada  tiang.
Pot diisi  pupuk kandang yang telah dicampur sesuai dengan
komposisi kira-kira 2/3 dari pot
2. Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam. Bak
terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm dan tinggi
bak 2 lapis batu   bata  merah.  Pembuatan   bak   ini   di   atas
tanah   untuk   menghindari   dari kebecekan, di tanah kering digali
sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran 40 cm x 2 m dan
jarak antara pembantas dengan yang lain 3 cm. Tiang penahan
dibuat  4  buah  yang  ditancapkan ke  dalam  tanah  dengan
ketinggian  masing- masing  1,5  m. Antara  tiang  satu  dengan
yang  lain  dihubungkan  dengan  kayu sehingga keempat tiang
tersebut merupakan suatu rangkaian.

Teknik Penanaman
Penanaman  tanaman  anggrek,  disesuaikan  dengan  sifat  hidup
tanaman  anggrek, yaitu:
1. Anggrek Ephytis  adalah  anggrek  yang  menupang  pada
batang/pohon  lain tetapi tidak  merusak/merugikan
yang ditumpangi  atau  ditempelin.  Alat  yang  dipakai untuk
menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang fungsinya untuk
mencari makanan adalah akar udara.

64
2. Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang menempel pada
pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya
akar lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari
makanan untuk berkembang.
3. Anggrek tanah/anggrek Terrestris.

Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman Penjarangan  dan  penyulaman
dilakukan  pada  tempat  yang  disesuaikan  dengan jenis anggrek,
yang sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
2. Penyiangan Untuk tanaman anggrek pada penyiangan pada waktu
pada kondisi di dalam botol kemudian   dipisahkan   ke   dalam pot-
pot   yang  sudah   disediakan   sesuai   jenis anggrek.
3. Pemupukan Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam
jumlah besar yang meliputi: C, H, O,  N,  S,  P,  K,  Ca,  Mg.
Untuk unsur  mikro  yaitu  unsur  yang  dibutuhkan  dalam jumlah
yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo, Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur
makro dan unsur mikro dapat diambil dari udara atau dari tanah,
berupa gas atau air dan garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
 Pemupukan untuk bibit (seedlings) dengan N, P, K.
Perbandingan N:P:K=6:3:1.    Unsur    N    lebih    banyak
dibutuhkan    untuk pembentukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Unsur N diambil dari pupuk ZA/urea,
untuk  P dipakai  pupuk  ES;  DS; TS, dan  K  dari  Kalium  Sulfat
65
(K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yang mengandung N, P, K:
1. Urea : 0,6 gram untuk 1 liter air 2. ES : 0,3 gram untuk 1 liter
air 3. ZK : 0,1 gram untuk 1 liter air
 Pemupukan untuk ukuran sedang (mid-size) dengan N, P, K.
Perbandingan   N:P:K=3:3:3   yang   sama   banyak   disini   tidak
memerlukan tambahan pupuk, maka dapat dususun sendiri
pupuk yang mengandung N, P, K dengan cara misalnya :
1. Urea : 0,3 gram untuk 1 liter air 2. DS : 0,3 gram untuk 1 liter
air 3. K2SO4 : 0,3 gram untuk 1 liter air
 Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size) Tanaman
yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K=
1:6:1.

Teknik pemberian pupuk buatan adalah:


 Dalam bentuk padat/powder yang dilakukan dengan
menaburkan secara hati- hati, jangan tersangkut pada
daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi dapat
terbakar.
 Disiramkan, yang  mana  anggrek  dapat  menyerap  air  dan
garam-garam yang terlarut di dalamnya. Cara ini banyak
dilakukan dimana-mana.
 Penyemprotan,    cara    ini    sangat    baik    apabila    terjadi
pembusukan    akar didalamnya, maka akarnya ditutup plastik.

66
Pupuk   kandang   yang   sering   digunakan   adalah   kotoran
kuda,   sapi,   kerbau, kambing,   ayam   dan   lain-lain.   Kebaikan
pemakaian   pupuk   kandang   selain mengandung   bermacam-
macam unsur   yang   dibutuhkan   oleh   tanaman   juga sangat
membantu dalam   penyimpanan   air,   apalagi   pada   musim
kemarau.
Keburukan dari  pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran
banyak bateri yang mengandung    jamur.    Untuk    itu
dianjurkan disangan    lebih    dahulu    untuk menghilangkan
jamur/bakteri   di dalamnya.   Pemupukan   tanaman   lebih   baik
dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada sore hari sekitar pukul
5.00 sore.

4. Pengairan dan Penyiraman Sumber air untuk penyiraman tanaman


anggrek dapat berasal dari:
 Air  Ledeng,  baik untuk  menyiram karena  jernih  dan  steril,
tetapi  pHnya  tinggi maka perlu diturunkan dengan menambah
suatu asam misalnya HCl. PH yang baik sekitar 5,6-6.
 Air sumur,    baik  untuk  menyiram  karena banyak
mengandung  mineral  dari tanah yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.
 Air    hujan,    yang    ditampung    didalam    tong-tong/bak
sangat    baik    untuk menyiraman.

67
 Air kali/air selokan, tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu
mengandung jamur, bakteri/lumut yang bisa mengganggu
anggrek/tidak.

Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin cukup baik. Hal
perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui sifat-
sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk
menyiram. Adapun macam  isian pot dan sifat diuraikan sebagai
berkut:
 Pecahan genting/pecahan batu merah, yang
mana mudah menguapkan air dan sifat anggrek yang tidak begitu
senang dengan air sehingga tidak mudah untuk lumutan.  Untuk
pecahan  genting lebih  kecil  daya  serapnya  lebih  banyak  dan
untuk siraman lebih sedikit.
 Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut
kelapa lebih baik untuk digunakan di  daerah  panas  karena
menyimpan  air,  tetapi kalau penggunaan  di  daerah dingin tidak
menguntungkan karena mudah busuk
 Remukan akar pakis yang hitam, keras dan baru
tidak mudah untuk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak
menyerap air. Akar pakis yang coklat dan lunak lebih mudah
menyerap dan menahan air.
 Potongan  kulit  pakis,  dimana  media  ini  sukar
sekali untuk  penyerapan  air, mudah terjadi penguapan. Jika
potongannya besar, penyerapan kecil dan jika potongan kecil
68
penyerapan air lebih banyak. Bagi tanaman yang sudah besar
pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan dan 1-3 hari
sekali pada musim hujan.

5. Waktu Penyemprotan

Pestisida Obat-obatan sebaiknya disemprotkan pada waktu pagi


hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00. Penyemprotan bagi
tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan sekali.
Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu
dilakukan berulang-ulang 3  kali dengan  jangka  waktu  tertentu
(untuk  kutu) daun seminggu sekali. Adapun jenis insektisida dan
dosis yang digunakan untuk hama antara lain:
a. Orthene 75 SP dosis 5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan
daun
b. Bayrusil 250 EC dosis 2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
c. Malathion dosis 3 gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
d. Kelthane dosis 2 gram/liter air, untuk kutu
e. Metadeks dosis dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter,
untuk keong dan bekicot air
f. Falidol  E.605  dosis  dibasahi  air,  dicampur  dedak  6-8  cc/10
liter,  untuk  keong dan bekicot air
Untuk hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
a)  Menyebarkan   obat   sekitar   pot   anggrek   dengan
mencampur   antara   obat Metadeks ke dedak halus di tambah

69
air sedikit. b)  Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP
dicampur dengan 1 liter air atau 6–8 cc   Folediol   E   605
kedalam   air   10   liter.   Kemudian   pot   tanaman   anggrek
direndam  dalam  larutan  tersebut  selama  beberapa  waktu
dan  diulang  satu minggu sekali.

HAMA DAN PENYAKIT


a. Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan jumlahnya
banyak; bekas serangan berupa bercak hitam dan merusak daun.
Pengendalian: digosok dengan kapas dan air sabun; apabila serangan
sudah parah, harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2 cc/liter.

b. Semut
Gejala:   merusak   akar   dan   tunas   muda   yang   disebabkan   oleh
cendawan. Pengendalian: pot direndam dalam  air  dan  ciptakan
lingkungan  bersih di  sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
c. Belalang
Gejala:  pinggiran  daun  rusak  dengan  luka  bergerigi  tak  beraturan.
Untuk  jenis belalang   berukuran   kecil,   perlu   pengamatan cermat.
Pengendalian:   segera semprotkan insektisida yang bersifat racun
kontak/yang sistematik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung
dimusnahkan/dibunuh.
d. Trips
70
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda;
menimbulkan bercak abu-abu  dipermukaan   daun   dan  merusak
bunga  hingga   bentuk   bunga   tidak menarik.  Pengendalian:   secara
periodik   dan   teratur   pot   anggrek  disemprot insektisida.
e. Kutu babi
Gejala:  kerusakan  yang  ditimbulkan  seperti  akibat  semut;  tapi tidak
menyerang tunas   daun. Pengendalian:   perendaman   dapat mengusir
kutu   dari anggrek
f. Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek. Pengendalian: dalam
jumlah sedikit cukup   diambil/dibunuh;   bila   jumlah   banyak   perlu
memakai   insektisida/dijebak dengan bubuk prusi
g. Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan atas menjadi
kuning dan lama   kelamaan   daun   mati. Pengendalian:   bila  sedikit
cukup   diambil   dengan menggunakan isolatip   lalu dibakar/
menggosok   daun   dengan   alkohol;   apabila banyak maka perlu
menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
h. Kumbang
Gejala:   yang   terserang   akan   berlubang-lubang   khusus   kumbang
penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan
tidak nampak dari luar; Larvanya   yang   menetas   dari   telur
merusak daun   anggrek.   Pengendalian: menyemprotkan   tanaman
yang diserang   dengan   menggunakan   insektisida sistemik secara
71
rutin; bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang  dengan jalan
memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.
i. Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga
yang sedang mekar. Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor)
dapat dibunuh dengan tangan; bila banyak dapat menggunakan
insektisida sistemik; tanaman yang telah diserang sebaiknya
dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
j. Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga
menyebabkan bintik putih/kuning;  tanaman  yang  diserang  lama
kelamaan  akan  gundul  dan  tidak berhijau daun lagi. Pengendalian:
semprotkan insektisida yang sama seperti untuk membasmi serangga
lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
k. Kutu tudung
Gejala:   daun   menjadi   kuning,   tidak   sehat,   lalu   berwarna   coklat
dan   mati. Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan
trips.
l. Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini
terbawa oleh biji anggrek   karena   tutup   botol   tidak   steril.   Gejala:
biji   anggrek   tidak   mampu berkecambah  dan  persemaian  dalam
botol  akan  gagal;  kecambah  yang  telah tumbuh  kalau  diserang
cendawan  ini  akan  mati/layu.  Pengendalian:  pada  awal serangan
72
media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali,
dilakukan dengan  steriil;  kalau  kecambah anggrek  terlanjur  besar,
segera  dikeluarkan  dari botol dan dicuci dengan fungisida lalu
kecambah ditanam dalam pot.
m. Penyakit rebah kecambah
Merupakan   penyakit   anggrek   selama   masih   dalam   persemaian.
Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil
bening pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai
pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah   hingga   ujung   akar,
kecambah   anggrek   akan   membusuk   dan   mati. Pengendalian: bibit
yang   sakit   sebaiknya   segera   dibuang,   dibakar   sampai musnah.
Pot   dan   kumpulan   kecambah   dikeringkan   dan   disemprot
dengan fungisida.
n. Penyakit bercak coklat Kecambah
jenis  Phalae-nopsis  sangat  peka  terhadap  bakteri  ini,  terutama pada
cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka
pada daun. Sentuhan  daun  yang  sakit  pada  daun    sehat  dapat
menularkan  penyakit  ini. Gejala: bercak kecil bening pada pucuk
daun. Dalam beberapa hari dapat meluas ke seluruh kompot, daun
kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit ini sangat ganas,
karena mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulit
penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada
jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
o. Penyakit bercak hitam
73
Pada  tanaman  anggrek  yang,  penyakit  ini  cepat  menular
malalui akar  dan  alat yang  tidak  sterill  Gejala:  timbul  warna  coklat
kehitaman  pada  bagian  tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke
atas sampai ke tunas dan ke bawah  hingga ujung  akar.  Tanaman
terlambat  tumbuh,  kerdil  dan  mengakibatkan  kematian.
Pengendalian:  bagian  yang  terserang  dipotong  dan  dibuang  atau
disemprotkan fungisida; alat-alat potong disiram alkohol/dibakar
sebelum digunakan.
p. Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia Solani. Gejala: akar leher membusuk
mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang
menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil dan tidak
sehat. Pengendalian: semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan
dibuang; bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).
q. Penyakit layu
Penyebab:   cendawan   Fusarium   Oxyporium.   Gejala:   mirip
serangan   penyakit busuk  akar,  namun  pada  rhizoma  terdapat
garis-garis,  atau  lingkaran  berwarna ungu.  Pada  serangan  berat,
seluruh  rizhoma  menjadi  ungu,  diikuti  pembusukan pada  umbi
batang,  tanaman  sangat  tidak  sehat.  Pengendalian:  bagian  yang
terserang   dibuang   lalu   bekasnya   disemprotkan   Benlate.  Tanaman
segera dipindahkan  ke  media  tanam  baru,  yang  masih  segar  dan
bersih.  Usahakan terdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
r. Penyakit busuk
74
Penyebab: cendawan Sclerotium Rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil
kecil berwarna coklat   pada   bagian   tanaman   yang   terkena
penyakit.   Pengendalian:   bagian tanaman  yang  sakit  dipotong  dan
dibuang.  Media  tanaman  dan  seluruh  pot didesinfektan dengan
larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 %
selama 1 jam.
s. Penyakit bercak coklat
Gejala:  bercak  coklat  pada  permukaan  daun,  lalu  menyebar
keseluruh  bagian tanaman.  Pengendalian:  membuang  semua  bagian
yang  sakit,  lalu  semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau
Physan 20.
t. Penyakit busuk lunak
Penyebab:  bakteri  Erwinia  Cartovora.  Gejala:  daun  dan  akar
membusuk  serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun
khusus pada rhizoma dan umbi batang,  penyebarannya  agak  lambat.
Penanggulangan:  peralatan  kebun  harus steril,  bagian  yang  sakit
dipotong  dan  dibuang.  Semprotkan  Physan  20,  pot tanaman
disemprot dengan formalin 4 %.
u. Penyakit bercak bercincin
Penyebab:  virus  TMVO  Gejala:  timbul lingkaran   atau   garis-garis
kekuningan   pada permukaan   daun.   Pengendalian: hanya  dengan
pencegahan  yakni membuang  bagian  tanaman  yang  sakit  serta
menstrerilkan semua alat potong.
v. Penyakit Cymbidium
75
Penyebab:  virus  Mozaic  Cymbidium.  Gejala:  semula  berupa  bercak
kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau
lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak  tadi  berwarna  coklat  atau
hitam  cekung.  Kadang  ada  gejala  kematian jaringan di tengah daun
yang dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan
adanya  bintik  jaringan  yang  mati.  Pengendalian:  hanya  bersifat
pencegahan  yaitu  membuang  bagian  tanaman  yang  sakit,  serta
mensterilkan segala alat yang dipakai.
w. Penyakit busuk hitam
Penyebab:  cendawan  Phytopytora  Omnivora.  Gejala:  muncul  warna
kehitaman pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya
daun mati. Pengendalian: semprotkan  fungisida  seperti  Baycor
Dithane  M-45,  Benlate,  Ferban,  Physan, Truban atau Banrot. Untuk
yang berbentuk tepung  gunakan dosis  2  gram/2  liter air.

PANEN
Ciri dan Umur Tanaman Berbunga
Umur tanaman anggrek berbunga, tergantung jenisnya.
Umumnya tanaman angrek dewasa  berbunga  setelah  1-2  bulan
ditanam.  Tangkai  bunga  yang  dihasilkan  kira- kira 2 tangkai dengan
jumlah kuntum sebanyak 20-25 kuntum pertangkai.
Cara Pemetikan Bunga

76
Untuk panen bunga anggrek perlu diperhatikan, pemotongan
dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal tangkai bunga dengan
menggunakan alat potong yang bersih
Prakiraan Produksi
Bibit anggrek   yang   sudah   dewasa   dan   sesudah   2   bulan
tangkai bunga   akan menghasilkan 2 tangkai dengan jumlah kuntum
20-25 kuntum/tangkai.
PASCAPANEN
Pengumpulan
Pengumpulan   bunga   anggrek   dilakukan   berdasarkan
permintaan pasar.   Jenis anggrek Dendrobium dapat dipanen dalam
bentuk: a) Tanaman muda untuk bibit b) Tanaman dewasa untuk
tanaman hias c) Bunga potong Tanaman muda untuk bibit biasa dijual
dalam bentuk pot kecil, sedangkan tanaman dewasa  biasanya tanaman
sudah  berbunga.  Untuk  bunga  potong    dipilih  tangkai yang
kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).
Penyortiran dan Penggolongan
Bunga  dipilih  yang  bagus,  tidak  kena  penyakit  ataupun  luka.
Selanjutnya  bunga dikelompokan sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan tingkat kesegaran atau ukuran bunga  dengan  maksud
untuk  mempertahanankan  nilai  jual  sehingga  bunga  yang bagus
tidak turun harganya.
Penyimpanan

77
Penyimpanan  bertujuan untuk  memperlambat  proses  kelayuan
bunga,  sehingga dilakukan pada saat: a) Bunga baru saja dipetik
sambil menunggu pemanen selesai. b) Bunga yang telah dipanen tidak
segera dijual atau diangkut. c) Bunga mengalami perjalanan sebelum
sampai ke konsumen. Agar bunga tetap segar perlu adanya
pengawetan dengan  tujuan agar penurunan mutu lebih lambat bunga
tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan cara
penempatan bunga dalam larutan pengawet atau air hangat (38–43
derajat C) selama 2 jam. Larutan bahan pengawet tersebut antara lain:
a)  Larutan seven up dengan kadar 30 %. b)  2 % larutan gula
ditambah 2 gram physan (termasuk fungisida) dan 1 gram  asam sitrat
per 10 liter. c)  2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline
sulfat dan 1 gram asam sitrat per 10 liter. d)  Larutan gula kadar 4–5 %
ditambah 0,2 gram quinolin per liter. Pengawetan  untuk  bunga  yang
dikirim  jauh  adalah  dengan  merendam  tangkainya dalam  larutan
gula  dengan  kadar  6–8  %  selama  24  jam  atau  dimasukan  dalam
kantong plastik dan kadar karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan
menggunakan es kering atau disimpan pada ruangan dengan kondisi
udara  antara 0–5 derajat C. 9.4.  Pengemasan dan Pengangkutan
Setelah   dilakukan   pembersihan,   pemilihan   dan   pengawetan
bunga   dendrobium potong dipak melalui cara: 1)  Setiap sepuluh
tangkai dibungkus  bagian pucuk dengan menggunakan kantong
plastik tipis, ukuran disesuaikan tergantung panjang tangkai. 2)  Setiap
pangkal tangkai dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong
78
plastik ukuran panjang 8 cm dan lebar 4 cm. 3)  Pembungkus  bunga
dan  pembungkus  pangkal  tangkai  digabungkan  selanjutnya diikat
dengan karet gelang. 4)  Bungkusan-bungkusan   bunga   disusun
bersilang   di   dalam   kotak   karton   yang berlubang sampai cukup
padat. 5)  Kotak karton ditutup rapat dengan menggunakan carton
tape. 10.  ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya bunga
anggrek Dendrobium dengan luas lahan 1,25 m x 12 m; Untuk satu
pohon/pot dapat menghasilkan bunga sebanyak 2–3 tangkai bunga
dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan
menjadi bunga potong pada umur 6–7 bulan dengan masa panen
optimal 4 kali. Pada panen ke 2 s.d.  ke  4  di  atas  umur  8  bulan;
dalam  satu  tangkai  bunga  terdapat  10-15  kuntum bunga. Analisis
dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga
mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp. 1000,-. 1) Biaya produksi 1. Bibit -
Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp.     320.000,- - Akar pakis: 5 ikat (42
lempeng /ikat) Rp.       75.000,- 2. Perlengkapan - Arang: 80 kg @ Rp.
1.250,- Rp.     100.000,- - Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp.
4.500.000,-

 
TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 15/ 17 Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
79
Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H.
Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id - Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp.       15.000,-
- Kerangka: 1 unit bambu Rp.     150.000,- 3. Pupuk - Furadan Rp.
20.000,- - Azodrin: 1 botol Rp.       12.500,- - Pupuk Urea: 5 kg @ Rp.
2.000,- Rp.       10.000,- - NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp.         5.000,-
Jumlah biaya produksi Rp.  5.207.000,- 2) Pendapatan: 3 tangkai x 10
kuntum x 400 pot x Rp.750,- Rp.  9.000.000,- 3) Keuntungan Rp.
3.793.000,- 4) Parameter kelayakan usaha 1. Rasio output/input = 1,73
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis Dalam usaha anggrek ini sangat
visibel dan modal akan kembali dalam waktu kurang lebih 8 bulan
sejak penaman dan apabila penjualan dimulai dari sejak dalam botol,
maka akan dapat mengurangi biaya operasional. Selain dari segi biaya
modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun untuk
berbagai  jenis  anggrek  diperkirakan  sekitar  5  juta  tangkai.  Jumlah
tersebut  diluar adanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.
11.  STANDAR PRODUKSI 11.1.Ruang Lingkup Standar meliputi
klasifikasi,  syarat mutu,  cara  pengambilan  contoh,  cara  uji,  syarat
penandaan dan pengemasan. 11.2.Diskripsi Standar mutu bunga
angrek potong ini di Indonesia tercantum dalam SNI 01–3171– 1992.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu Bunga angrek potongan antara lain
terdiri dari 3 jenis “Arathera James Storie” yang digolongkan dalam
empat jenis mutu, “Arachin Maggie Oie” dan “Oncidium Golden
Shower” yang masing-masing digolongkan dalam tiga jenis mutu.
80
a) Aranthera James Storie 1. Panjang  tangkai:  mutu  I=75  cm;  mutu
II=67,5  cm;  mutu  III=60  cm;  cara  uji dengan SP-SMP-287-1980.

 
TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 16/ 17 Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H.
Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id 2.  Minimum  jumlah  bunga:  mutu  I=7;
mutu  II=6;  mutu  III=6;  cara  uji  dengan organoleptik. 3.  Minimum
jumlah  kuncup:  mutu  I=2;  mutu  II=2;  mutu  III=2;  cara  uji  dengan
organoleptik. 4.  Minimum  jumlah  cabang:  mutu  I=3;  mutu  II=2;
mutu  III=1  ;  cara  uji  dengan organoleptik. 5.  Susunan   bunga
dalam   tangkai:   mutu   I=lengkap;   mutu   II=lengkap;   mutu
III=lengkap; cara uji dengan organoleptik. 6.  Bunga rusak karena
serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada; mutu II=tidak ada; mutu
III=tidak ada; cara uji organoleptik. b) Arachnis Maggie Oei 1.  Panjang
tangkai:  mutu  I=60  cm;  mutu  II=42,5  cm;  mutu  III=32,5  cm;  cara
uji dengan SP-SMP-287-1980. 2.  Minimum  jumlah  bunga:  mutu  I=8;
mutu  II=8;  mutu  III=8;  cara  uji  dengan organoleptik. 3.  Minimum.
jumlah  kuncup:  mutu  I=2;  mutu  II=2;  mutu  III=2;  cara  uji  dengan
organoleptik. 4.  Susunan   bunga   dalam   tangkai:   mutu   I=lengkap;
mutu   II=lengkap;   mutu III=lengkap; cara uji dengan organoleptik.
81
5.  Bunga rusak karena serangga/jamur/mekanis: mutu I=tidak ada;
mutu II=tidak ada; mutu III=tidak ada; cara uji organoleptik.
c) Onchidium Goldian Varientas Golden Shower 1.  Panjang  tangkai:
mutu  I=67,5  cm;  mutu  II=60  cm;  mutu  III=35  cm;  cara  uji dengan
SP-SMP-287-1980. 2.  Minimum jumlah bunga: mutu I=7; mutu II=7;
mutu III=7; cara uji dengan SP- SMP-288-1980. 3.  Minimum jumlah
kuncup: mutu I=5; mutu II=5; mutu III=5; cara uji dengan SP- SMP-288-
1980. 4.  Minimum  jumlah  cabang:  mutu  I=9;  mutu  II=7;  mutu
III=27;  cara  uji  dengan organoleptik. 11.4.Pengambilan Contoh
Contoh  diambil  secara  acak  dari  jumlah  kemasan  terkecil  dalam
lot  dan  contoh dengan rincian sebagai berikut: a) Contoh yang diambil
1, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 1 – 3. b) Contoh yang
diambil 3, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 4 – 25. c) Contoh
yang diambil 6, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 26 – 50.
d) Contoh yang diambil 8, untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot =
51 – 100. e) Contoh yang diambil 10, untuk jumlah kemasan terkecil
dalam lot = 101 – 150. f)  Contoh yang diambil 12, untuk jumlah
kemasan terkecil dalam lot = 151 – 200. g) Contoh yang diambil 15,
untuk jumlah kemasan terkecil dalam lot = 201 – lebih.

82
TTG BUDIDAYA PERTANIAN Hal. 17/ 17 Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H.
Thamrin 8 Jakarta 10340 Tlp. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952,
http://www.ristek.go.id Sedangkan     untuk     petugas     pengambil
contoh     adalah     orang     yang     telah berpengalaman/dilatih   lebih
dahulu   dan   mempunyai   ikatan   dalam   suatu   badan hukum.
11.5.Pengemasan 1) Cara pengemasan Pangkal tangkai bunga angrek
potongan dimasukan ke dalam tube berisi  cairan
pengawet/dibungkus   dengan   kapas   kemudian   dimasukan   ke
dalam   kantong plastik berisi cairan pengawet lalu dikemas dalam
kotak karton/kemasan lain yang sesuai. 2) Pemberian merek Pada
bagian luar kemasan diberi tulisan: 1. Nama barang/varietas anggrek.
2. Jenis mutu. 3. Nama atau kode produsen/eksportir. 4. Jumlah isi.
5. Negara/tempat tujuan. 6. Produksi Indonesia. 12.  DAFTAR
PUSTAKA 1) Osman,  Fiyanti,  Indah  Prasasti  (1989)  Anggrek
Dendrobium,  Jakarta  Penebar Swadaya IKAPI 219 hal. 2) Tim Red.
Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya  34 hal.
3) Agribisnis  Tanaman  Hias,  F.Rahardi,  Sri  Wahyuni,  Eko  M.
Nurcahyo,  Penerbar Swadaya 1993 4) Budidaya Tanaman Anggrek –
Departemen Pertanian  1987, 63 hal. 5) Merawat Anggrek , Sutarni M.
Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal. Jakarta, Februari 2000
Sumber :    Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
BAPPENAS
83
Anggrek Butuh Aerasi yang Cukup
http://speedytown.com/step/index.php/category/anggrek-bulan/
 

Sirkulasi udara dibutuhkan anggrek agar suplai makanan pada


akar dapat berjalan lancar. Untuk tanaman dewasa khususnya
dendrobium bisa memakai media tumbuh berupa potongan kayu
atau arang didalam wadah pot dan tersedia lobang dibagian
pinggirnya.
Karena pada umumnya tanaman anggrek adalah habitat akar
udara.
Jadi kondisi pot yang memiliki sirkulasi udara yang baik sangat
dianjurkan.
Dengan demikian akan mempengaruhi kestabilan anggrek
untuk berbunga pada saat-saat musim bunga dan menyebabkan
tanaman anggrek tumbuh lebih sehat dan segar.

84
May 12th, 2007 Posted by step | Anggrek Bulan | no comments
Anggrek Spesi
Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, untuk merawat
tanaman anggrek ini butuh keahlian khusus. Sangat berbeda dengan
pelaksanaan perawatan tanaman lain. Jenis-jenis yang bagus akan
sulit dicari, sulit dirawat, dan sulit dikembangkan. Ada beberapa
jenis anggrek yang sudah sering didengar, seperti dendrodium,
vandal, dan bulan. Untuk anggrek spesi diantaranya helix, mudii,
cylocsta, lasientera, anggerk besi, dan anggrek kribo atau disebut
spektabil. Karakter anggrek sendiri dibagi menjadi 5 yaitu :
Apipit, sandaran memakai media pot
terrestrial, anggrek tanah
semi terrestrial, akarnya berada diatas tanah
litopit, hidup dipermukaan batu-batuan
saprofit, hidup diatas tanah humus atau diatas kayu yang sudah
lapuk.
Tanaman anggrek sangat rentan terhadap penyakit, untuk
media yang menggunakan arang, kalau sudah berlumut sebaiknya
diganti karena kelembaban sudah tinggi dan rentan kena penyakit
akar tanaman. Dan bila tingkat keasaman sudah tinggi, bisa ditaburi
dengan kapur yang digunakan untuk cat tembok.
March 19th, 2007 Posted by step | Anggrek Bulan | one
comment
Penyiraman Anggrek
85
 

Lakukan penyiraman anggrek dengan menggunakan air sisa


pencucian beras. Karena kandungan dari air ini banyak mengandung
nutrisi yang baik untuk tanaman. Air beras ini bisa juga digunakan
untuk tanaman lain selain anggrek. Mediator yang sebaiknya
digunakan adalah arang yang dicampur dengan sedikit gabah padi
atau serabut kelapa. Air beras sama khasiatnya dengan melakukan
penyiraman pupuk yang dilarutkan dengan air, hanya saja biaya
yang dikeluarkan menjadi lebih murah, kaya nutrisi dan lebih alami
tanpa kandungan kimia yang bisa membahayakan tanaman anggrek.
February 16th, 2007 Posted by step | Anggrek Bulan | 2
comments
Anggrek Bulan

Konon katanya orang yang sudah berpetualang


tanaman, akhirnya kembali lagi ke tanaman anggrek.
Tanaman ini memang membutuhkan keahlian khusus

86
dalam perawatan dan budidayanya.Karena tanaman anggrek
termasuk jenis yang sangat sensitive.
RAGAM ANGGREK BULAN

Indonesia memiliki aneka flora yang khas dan unik. Salah satunya
adalah anggrek bulan. Karena kekhasannya, tak heran jika bunga
ini dianugerahi "gelar" sebagai Puspa Pesona Indonesia.

Tanaman anggrek (Orchidaceae) banyak jenisnya. Salah satu


yang banyak dicari orang adalah anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis). Anggrek ini termasuk dalam genus
Phalaenopsis. Ciri utama anggrek bulan adalah kelopak bunganya yang
lebar, dan warnanya putih.

Sekarang, banyak pehobi anggrek yang menyilangkan jenis-jenis


Phalaenopsis, sehingga dihasilkan anggrek-anggrek bulan hibrida
dengan corak dan warna beragam jenis. Selain warna putih, ada juga
yang berwarna merah bata, ungu berbintik-bintik, kuning dengan
corak ungu di tengahnya, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

Rasanya kurang tepat jika ada anggapan bahwa mengurus anggrek


perlu perhatian yang sangat teliti. Menurut Erny Hasan dari H&W
Orchids Taman Anggrek Indonesia Permai, mengurus anggrek
tidaklah sulit. "Karena anggrek termasuk tanaman bandel," jelas Erny.

87
Yang jelas, lanjut Erny, anggrek bulan menyukai sinar matahari yang
tidak terlalu menyengat. Anggrek bulan senang hidup di tempat yang
tidak terlalu basah, dengan kelembapan yang tidak berlebih. Kalau
terlalu basah tanaman malah mudah busuk, karena bisa timbul bakteri
yang akan menyerang ke akar. "Mudah, kok, menanam anggrek jenis
ini. Saking mudahnya, digantung begitu saja akan hidup," papar Erny
sembari tersenyum.

Idealnya, anggrek bulan ditanam di tempat yang memiliki


sirkulasi udara yang baik. Semakin bagus sirkulasi
udaranya, tumbuhnya akan semakin bagus pula. "Perbedaan
suhu yang ideal, kalau siang 30 derajat Celcius sedangkan
malam 23 derajat Celsius," imbuh Erny.

Untuk menghasilkan anggrek yang bagus, berikan fungisida


atau obat anti jamur agar tanaman tidak busuk, dan jangan
lupa untuk memberi insektisida. "Kalau pupuk, sih, harus diberikan
rutin seminggu dua kali," ujar Erny yang mengatakan anggrek tak
terlalu disukai hama. "Kalaupun diserang hama, anggrek akan tetap
bertahan hidup. Jadi, enggak terlalu susah tergantung perawatan."

Anggrek bulan termasuk tanaman yang rajin berbunga. Bahkan dalam


setahun anggrek bulan bisa berbunga hingga tiga kali.

88
Tips:
1. Anggrek bulan akan tumbuh baik jika kebutuhan airnya
tercukupi. Anggrek yang masih dalam tahap pertumbuhan
membutuhkan air yang lebih banyak dibandingkan anggrek
yang sudah berbunga.
 
2. Selain air berikan juga pupuk dan obat. Tak hanya pupuk bunga,
juga pupuk pertumbuhan. Jangan lupa, pupuk harus mengandung tiga
unsur hara penting, yaitu natrium, fosfor, dan kalium.

3. Makin besar daunnya, medianya harus dipindah ke tempat lebih


besar. Media terlalu kecil membuat anggrek tak bisa bernapas.

4. Media anggrek bisa apa saja, pakis atau di pot. Anggrek bulan
biasanya di pot dalam satu rangkaian.

PUNYA BANYAK NAMA


Orang awam sering kali salah mengartikan Phalaenopsis sebagai
anggrek bulan. Padahal, anggrek bulan hanyalah salah satu spesies
dari genus Phalaenopsis. Dalam genus ini terdapat kurang lebih 60
spesies. Jumlah varietasnya sekitar 140 jenis, enam puluh di antaranya
ada di negara kita.

89
Nama Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
phalaenos dan opsis. Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-
kupu. Sedang opsis artinya bentuk. Pada tahun 1825, Blume
- seorang ahli botani asal Belanda, menamakan genus
anggrek ini dengan Phalaenopsis. Nama itu muncul karena
saat pertama kalinya berjumpa di dalam hutan, ia mengira
telah melihat sekawanan kupu-kupu putih yang tengah
hinggap pada sebatang ranting.

Di Indonesia, anggrek bulan pertama kali ditemukan di Maluku.


Anggrek ini memiliki kelopak lebar berwarna putih dan filamen atau
antena khusus berwarna kuning muda yang menyembul dari bibirnya.
Dalam Keputusan Presiden tahun 1993, Presiden Soeharto menetapkan
anggrek bulan sebagai puspa pesona.

Anggrek bulan paling bagus dikembangkan di dalam rumah. Pada


beberapa anggrek silangan, untuk merangsang tanaman ini cepat
berbunga kembali, dapat dilakukan pemotongan batang bunga segera
setelah bunga pertama gugur.

Apabila berada di dalam rumah, sebaiknya diletakkan di balik jendela


dengan sinar yang cukup tapi tidak secara langsung. Angin sangat baik
bagi tanaman ini. Daun berwarna hijau menandakan sinar yang cukup.
Sedangkan berwarna hijau tua menandakan sinar yang kurang.
90
Anggrek bulan memiliki nama berbeda di beberapa daerah di
Indonesia. Misalnya anggrek menur (Jawa Barat), anggrek terbang
(Maluku), serta anggrek wulan (Bali).

91

You might also like