You are on page 1of 7

Manajemen Sumber Daya Manusia

“ Upah Insentif “

Nama : Dewi Nurika Sari


NIM : 0811015068
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Kelas : FKM B

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2010
INSENTIF

Insentif merupakan imbalan langsung dibayarkan kepada karyawan karena


kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Dengan mengasumsikan bahwa
uang dapat digunakan untuk mendorong karyawan bekerja lebih giat lagi, maka
mereka yang produktif lebih menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil
kerja. Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk motivasi bagi karyawan
agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk mencapai
produktivitas kerja yang tinggi.
Mangkunegara (2000), mengatakan pengertian insentif adalah suatu
penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak pemimpin perusahaan
kepada karyawan agar mereka bekerja dengan motivasi yang tinggi dan
berprestasi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Insentif dapat menjadi rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan
tujuan untuk mendorong karyawan agar bertindak dan berbuat sesuatu untuk
tujuan perusahaan. Menurut Sarwoto (1996 : 144) “Insentif adalah sarana
motivasi, dapat berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja
kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar
untuk berprestasi bagi perusahaan”.

JENIS-JENIS INSENTIF

1. Berdasarkan unit keluaran (Piece Rates)


a) Straight Piecework Plan (upah per potong proporsional)
Sistem ini yang paling banyak digunakan. Dalam hal ini
pekerjaan dibayar berdasarkan seluruh produk yang dihasilkannya
dikalikan tarif upah perpotongan. Untuk menentukan waktu standar
dilakukan penyelidikan waktu untuk menentukan waktu standarnya.
Contoh : Dalam keadaan normal para pekerja bisa menghasilkan
200 unit selama 8 jam. Ini dipakai sebagai jumlah
standar untuk menentukan tarif. Jadi, kalau upah umum
per-harinya adalah Rp. 500,00 maka tarif per potong /
unitnya adalah Rp. 500,00 : 200 = Rp.2,50. Jadi kalau
ada seorang karyawan yang bias menghasilkan 240 unit
dalam 8 jam maka ia akan menerima 240 x Rp. 2,50 =
Rp. 600,00. Tetapi kalau ada seorang karyawan yang
dalam satu hari kerja hanya bias menghasilkan 180 unit,
ia tetap menerima upah minimal yaitu Rp. 500,00. Cara
semacam ini dimaksudkan untuk melindungi karyawan
yang kurang mampu berprestasi.
b) Taylor Piecework Plan (upah per potong taylor)
Cara ini mengatur tarif yang berbeda untuki karyawan yang
bekerja diatas dan dibawah output rata-rata. Mereka yang berhasil
mencapai output rata-rata atau melebihinya akan menerinma upah
perpotongan yang lebih besar daripada mereka yang bekerja dibawah
rata-rata.selisih pembayaran diterima oleh tiap-tiap karyawan
dimaksudkan untuk memacu karyawan agar mereka bisa bekerja
minimal sesuai dengn standar.
Contoh : Standar produksi = 200 unit selama 8 jam kerja. Untuk
mereka yang bias mencapai standar atau melebihinya
akan menerima upah Rp. 2,50 per potong. Sedangkan
yang dibawah standarakan menerima hanya Rp. 2,00 per
potong. Jadi kalau A menghasilkan 240 unit ia akan
menerima 240 x Rp. 2,50 = Rp.600,00. Sedangkan kalau
B hanya menghasilkan 180 unit ia hanya akan menerima
180 x Rp. 2,00 = Rp. 360,00. Selisih yang besar ini
dimaksudkan untuk memacu karyawan agar mereka
minimal sesuai standar.
2. Berdasarkan waktu (Time Bonuses)
a) Halsey Plan
Dalam sistem ini perusahaan menetapkan bahwa apabila ada yang
mampu menyelesaikan pekerjaan dibawah waktu standar maka akan
menerima premi sebesar 50% dari waktu yang dihemat. Alasannya
adalah tidak adanya standar kerja yang tepat sekali.
Contoh : Standar produksi per 8 jam kerja adalah = 200 unit. Tarif
per unit = Rp. 2,50 dan per hari kerja = Rp. 62,50. Jadi
per hari kerja = Rp. 500,00.
Jadi, kalau A menghasilkan 300 unit dalam satu hari
kerja, maka upahnya adalah :

Upah Pokok = 8 (jam) x Rp. 62,50


= Rp. 500,00

300−200
Premi¿ x 8 x 50% x Rp. 62,50
200
= Rp. 125,00

Jadi, upah yang diterima = Upah Pokok + Premi


= Rp.500,00 + Rp. 125,00
= Rp. 625,00
b) 100% Premium plan
Dalam sistem ini perusahaan menetapkan waktu standar
penyelesaian produk serta upah per jam kerjanya. Apabila karyawan
mampu menyelesaikan pekerjaannya dibawah standar premi sebesar
100% dari waktu yang telah dihematnya
Contoh : Sesuai dengan contoh di atas upah pokok yang diterima
adalah Rp. 500,00.
300−200
Premi ¿ x 8 x 100% x Rp. 62,50
200
= Rp. 250,00

Jadi, upah yang diterima = Upah pokok + premi


= Rp. 500,00 + Rp. 250,00
= Rp. 750,00
c) Rowan Plan
Perusahaan terlebih dahulu menetapkan waktu standart untuk
penyelesaian produk serta menetapkan upah yang akan diberikan per
jamkerja. Apabila dalam yang telah ditetapkan perusahaan ada
diantara karyawan tersebut mampu menyelesaikan produk diatas
standart yang premi yang ditetapkan maka karyawan tersebut akan
mendapatkan premi. Besarnya premi yang akan diterima adalah
sebesar kelebihan diatas standart dibagi jumlah keseluruhan yang
dihasilkan dikalikan upah pokok yang diterimanya.
Dengan menggunakan contoh di atas, maka upah yang akna
diterima oleh A adalah :

Upah pokok = Rp. 500,00

300−200
Premi ¿ x 8 x Rp. 62,50
3 00
= Rp. 167,50

Jadi, upah yang diterima = upah pokok + premi


= Rp.500,00 + Rp. 167,50
= Rp. 667,50
d) Emerson Plan
Dalam sistem ini, perusahaan menggunakan tabel efisiensi yang
dapat digunakan untuk menetapkan besarnya premi yang akan
diterima karyawn. Pada sistem ini perusahaan juga menetapkan
standart produk yang akan dihasilkan karyawan dibayarkan dengan
melihat tabel efisiensi perusahaan.
Untuk system upah ini sebelumnya telah dibuat terlebih dahulu
suatu indek efisiensi. Misalnya table indek efisiensi sebagai berikut :
Indeks Efisiensi
(%) Premi
>65 0
65 - 70 2
71 - 75 4
76 - 80 6
81 - 85 8
86 - 90 10
91 - 100 15
102 - 110 20
111 - 120 25
121 - 130 30
131 - 140 35 dst
Jadi, dalam contoh di atas, dimana indek efisiensi A adalah :
300−200
133,3 %= x 100 %
300

Maka, ia akan menerima upah :

Upah pokok = Rp. 500,00

Premi = 35% x Rp.500,00

= Rp. 175,00

Jadi, Upah yang diterima = Upah Pokok + Premi


= Rp.500,00 + Rp. 175,00
= Rp. 675,00

3. Upah Insentif Kombinasi


Upah insentif adalah kombinasi antara waktu yang di hemat dana
aktivitas kerja. Misalnya karyawan A dan B adalah dosen. Dosen A
selain mengajar, aktivitasnya yang lain adalah menulis buku,
mengadakan penlitian, pengabdian masyarakat, dan kegiatan-kegiatan
lain. Karena aktivitasnya yang banyak, ia dapat mengumpulkan kum
yang ditentukan dalam jangka 2 tahun. Dengan demikian, ia dapat
memperjuangkan akreditasnya ke golongan dan pangkatnya yang
lebih tinggi. Sedangkan dosen B, dalam jangka waktu 2 tahun
akrtivitasnya (menulis buku, penelitian pengabdian masyarakarat, dll)
kurang sehingga ia tidak dapat memperjuangkan akreditas
golongannya.
Cara kombinasi ini merupakan motivator yang positif bagi para
karyawan untuk meningkatkan gairah kerja, kreativitas, dan
pengembangan diri menuju tenaga yang profesional.

You might also like