You are on page 1of 4

Wilhelm Conrad Roentgen (1845-

1923)
Kata Kunci: radiasi, sinar katoda, sinar X, ultraviolet
Ditulis oleh Nolly Dwi SB pada 13-10-2007

Bisakah pembaca bayangkan andaikata dunia tak punya


alat Roentgen? Nyaris mustahil! Wilhelm Conrad Roentgen si penemu sinar X
dilahirkan tahun 1845 di kota Lennep, Jerman. Dia peroleh gelar doktor tahun
1869 dari Universitas Zurich. Selama sembilan belas tahun sesudah itu, Roentgen
bekerja di pelbagai universitas, dan lambat laun peroleh reputasi seorang ilmuwan
yang jempol. Tahun 1888 dia diangkat jadi mahaguru bidang fisika dan Direktur
Lembaga Fisika Universitas Wurburg. Di situlah, tahun 1895, Roentgen membuat
penemuan yang membuat namanya kesohor.

Tanggal 8 Nopember 1895 Roentgen lagi bikin percobaan dengan sinar katoda.
Sinar katoda terdiri dari arus elektron. Arus diproduksi dengan menggunakan
voltase tinggi antara elektrode yang ditempatkan pada masing-masing ujung
tabung gelas yang udaranya hampir dikosongkan seluruhnya. Sinar katoda sendiri
tidak khusus merembes dan sudah diberhentikan oleh beberapa sentimeter udara.
Pada peristiwa ini, Roentgen sudah sepenuhnya menutup tabung sinar katoda
dengan kertas hitam tebal, sehingga biarpun sinar listrik dinyalakan, tak ada
cahaya yang bisa terlihat dari tabung. Tetapi, tatkala Roentgen menyalakan arus
listrik di dalam tabung sinar katoda, dia terperanjat melihat bahwa cahaya mulai
memijar pada layar yang terletak dekat bangku seperti distimulir oleh sinar lampu.
Dia padamkan tabung dan layar (yang terbungkus oleh barium platino cyanide)
cahaya berhenti memijar. Karena tabung sinar katoda sepenuhnya tertutup,
Roentgen segera sadar bahwa sesuatu bentuk radiasi yang tak kelihatan mesti
datang dari tabung ketika cahaya listrik dinyalakan. Karena ini merupakan hal
yang misterius, dia sebut radiasi yang tampak itu "sinar X." Adapun "X"
merupakan lambang matematik biasa untuk sesuatu yang tidak diketahui.

Tergiur oleh penemuannya yang kebetulan itu, Roentgen menyisihkan


penyelidikan-penyelidikan lain dan pusatkan perhatian terhadap penelaahan hal-
ihwal yang terkandung dalam "sinar X." Sesudah beberapa minggu kerja keras,
dia menemukan bukti-bukti lain seperti ini: (1) sinar X bisa membuat sinar
pelbagai benda kimia selain "barium platinocyanide." (2) sinar X dapat
menerobos melalui pelbagai benda yang tak tembus oleh cahaya biasa. Khusus
Roentgen menemukan bahwa sinar X dapat menembus langsung dagingnya tetapi
berhenti pada tulangnya. Dengan jalan meletakkan tangannya antara tabung sinar
katoda dan layar yang bersinar, Roentgen dapat melihat di layar bayangan dari
tulang tangannya. (3) sinar X berjalan menurut garis lurus; tidak seperti partikel
bermuatan listrik, sinar X tidak terbelokkan oleh bidang magnit.

Bulan Desember 1895 Roentgen menulis kertas kerja pertamanya mengenai sinar
X. Laporannya dalam waktu singkat menggugah perhatian dan kegemparan.
Dalam tempo beberapa bulan, beratus ilmuwan melakukan penyelidikan sinar X,
dan dalam tempo setahun sekitar 1000 kertas kerja diterbitkan tentang masalah
itu! Salah seorang ilmuwan yang penyelidikannya langsung bersandar dari hasil
penemuan Roentgen adalah Antoine Henri Becquerel. Orang ini, meskipun
maksud utamanya menyelidiki sinar X, justru menemukan fenomena penting
tentang radioaktivitas.

Secara umum, sinar X bekerja bilamana energi tinggi elektron mengenai sasaran.
Sinar X itu sendiri tidak mengandung elektron, tetapi gelombang elektron
magnetik. Oleh karena itu pada dasarnya dia serupa dengan radiasi yang dapat
terlihat mata (yaitu gelombang cahaya), kecuali panjang gelombang sinar X jauh
lebih pendek.

Penggunaan sinar X yang paling dikenal –tentu saja– di bidang pengobatan dan
diagnosa gigi. Penggunaan lain adalah di bidang radioterapi, di mana sinar X
digunakan untuk menghancurkan tumor ganas atau mencegah pertumbuhannya.

Sinar X juga banyak digunakan di pelbagai keperluan industri. Misalnya, bisa


digunakan buat ukur tebal sesuatu benda atau mencari kerusakan yang
tersembunyi. Sinar X juga berfaedah di banyak bidang penyelidikan ilmiah, mulai
dari biologi hingga astronomi. Khususnya, sinar X menyuguhkan para ilmuwan
sejumlah besar informasi yang berkaitan dengan atom dan struktur molekul.

Kendati begitu, orang janganlah berlebih-lebihan menilai arti penting Roentgen.


Memang benar, penggunaan sinar X membawa banyak manfaat, tetapi orang tidak
bisa berkata dia telah merombak keseluruhan teknologi kita, seperti halnya
penemuan Faraday atas pembuktian elektro magnetik. Begitu pula orang tidak
bisa bilang penemuan sinar X benar-benar merupakan arti penting yang mendasar
dalam teori ilmu pengetahuan. Sinar ultraviolet (yang panjang gelombangnya
lebih pendek ketimbang cahaya yang tampak oleh mata) telah diketahui orang
hampir seabad sebelumnya. Adanya sinar X –yang punya persamaan dengan
gelombang ultraviolet, kecuali panjang gelombangnya masih lebih pendek– masih
berada dalam kerangka fisika klasik. Di atas segala-galanya, saya pikir layak
menempatkan arti penting Roentgen di bawah Becquerel yang penemuannya lebih
punya makna penting yang mendasar.

Roentgen tak punya anak, karena itu dia dan istrinya mengangkat anak seorang
gadis. Tahun 1901 Roentgen menerima Hadiah Nobel untuk bidang fisika, yang
untuk pertama kalinya diberikan untuk bidang itu. Dia tutup usia di Munich,
Jerman tahun 1923.

Sinar X Tingkatkan Risiko Kanker


Fransiska Ari Wahyu - detikinet

<p>Your browser does not support iframes.</p>

ilustrasi (ist.)
<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?
n=ad79472d&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE'
target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?
zoneid=45&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=ad79472d'
border='0' alt='' /></a>
Washington - Pengambilan gambar organ dalam pasien
dengan menggunakan sinar X dan computed tomography (CT) scan memang
dapat menghasilkan gambar yang jelas. Namun, penggunaan sinar X berisiko
memicu kanker.

Sebuah tim peneliti dari Wake Forest University di Carolina Utara meneliti
sebuah rumah sakit di Amerika Serikat yang menangani pasien trauma. Dari
penelitian ditemukan bahwa pemberian dosis radiasi yang diberikan kepada para
pasien penderita trauma itu ternyata berlebihan, sehingga dapat mempertinggi
risiko terkena kanker. Demikian dikutip detikINET dari Canada, Selasa
(4/3/2008).

James Winslow dan tim peneliti lainnya menemukan bahwa rata-rata orang yang
tinggal di AS mendapatkan sinar radiasi sebanyak 3 millisievert. Sedangkan
pasien trauma mendapatkan sinar radiasi sebanyak 40 millisievert.

"Para dokter seharusnya memikirkan risiko jangka panjang dan keuntungan


memeriksa pasien dengan menggunakan radiasi pada level tinggi baik untuk
memeriksa kepala, leher, dada, rongga perut dan tulang panggul," ujar Winslow.
Lebih lanjut Winslow menambahkan,"Alternatif yang dapat ditempuh untuk
megurangi efek radiasi tersebut misalnya dengan mengurangi dosis radiasi saat
mengambil gambar, menggunakan metode pengambilan gambar lainnya, seperti
ultrasound (dengan gelombang suara) dan resonansi magnetik.

You might also like