You are on page 1of 4

KONSEP PSIKOLOGI TENTANG EMOSI.

Manusia mempercayai bahwa tingkahlaku mereka dibangun tidak saja atsa perbuatan-
perbuatan yang sifatnya emosional, akan tetapi juga dari bekerjanya faktor-faktor intelek
yang menyebabkan adanya pengawasan yang seksama terhadap sambutan-sambutan dari
stimuli-stimuli yang emosional. Benarlah bahwa banyak sambutan yang dilakukan oleh
manusia diarahkan pada berpikir dan memutuskan secara obyektif; namun demikian ada
waktu-waktunya dalam kehidupan hampir semua orang di mana dorongan dan nafsu yang
bersifat emosional itu hampir sepenuhya mempengaruhi cara kita berpikir dan bertingkah
laku. Juga sering sekali tingkah laku kita sangat dikendalikan oleh perhatian dan
keinginan yang datangnya tiba-tiba, di mana jika ada sangat sedikit perhatian diberikan
untuk mem beri alsan lebih kuat dan lebih jauh mengantarkan terpenuhinya hasil dari
kegiatan itu. Namun emosi banyak memberi pengaruh pada tingkah laku, tetapi tiadalah
merupakan penentukan (Sic!) tunggal terhadapnya.
Reaksi-reaksi emosi patut mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam setiap
mempercakapkan problema perkembangan manusia, khususnya hal ini untuk anak-anak
dan adolesen. Jika kita beranggapan, bahwa emosi adalah dasar yang mendorong kita
berbuat, maka sewajarnyalah harus dimengerti arti dan asalnya sebagaimana kita
menyaksikan emosi itu dapat dibawa dalam penguasaan pengawasan agar dapat lebih
memberi faedah pada individu dan masyarakat.

PENGERTIAN EMOSI

Istilah emosi tidak dapat dipergunakan untuk mengganti isitilah-istilah lain seperti
perasaan, motif, dorongan, nafsu, dan kehendak. Suatu definisi yang pendek dalam hal ini
mungkin sangat membantu pada kita. Emosi meliputi keadan yang merupakan sumber
penggerak atau pembangkit semangat manusia berbuat. Hal itu meliputi gangguan-
nggangguan alat-alat dalam tubuh secara luas dan termasuk berbagai ragam penyesuaian
perasaan, berbagai tingkat kepuasan atau kekacauan-kekacauan pikiran. Perasan hanyalah
suatu tingkat pengalaman emosi yang sederhana. Perbedaan besar di antara keduanya
terletak dalam hal bahwa perasaan adalah lebih terbatas. Perasaan selalu menyesuaikan
dengan semua pengalaman-pengalaman manusia, sedangkan emosi lebih dalam dan
merupakan tanda reaksi alat-alat dalam yang lebih keras. Para sarjana psikologi dan
fisiologi sependapat bahwa emosi meliputi perasaan, dorongan-dorongan dan reaksi-
reaksi fisiologis. Dorongan-dorongan atau desakan-desakan dari dalam dapat terjadi pada
diri seseorang atau terhadap orang lain dalam berbagai kombinasi dan tingkatan.
Didalam memberi definisi emosi, perhatian harus diarahkan pada seluruh kegiatan badan,
termasuk tingkah laku luar, yang menyertai setiap perasaan dan dorongan. Dengan
demikian emosi adalah suatu keadaan yang mempengaruhi dan menyertai penyesuaian di
dalam diri secara umum, keadaan yang merupakan penggerak mental dan fisik bagi
individu dan yang dapat dilihat melalui tingkah laku luar. Sesuai dengan definisi ini,
maka emosi adalah dinamika terhadap penyesuaian di dalam diri individu yang bekerja
untuk mendatangkan rasa puas, perlindungan dan kesejahteraan orang seseorang.

TIMBULNYA EMOSI
Stimuli Pembangkit Emosi. Untuk melakukan pengamatan suatu sitmuli dibutuhkan
adanya peristiwa emosional sebagai pangkal tolak. Dengan demikian emosi bukan
bukannya peristiwa keseluruhan sampai timbulnya perasaan dan dorongan serta
terjadinya sambutan-sambutan fisis dan fisiologis lewat pekerjaan susunan syaraf yang
berlangsung secara otomatis. Untuk dapat terjadi peristiwa timbulnya emosi, stimuli
harus dihubungkan dengan minat dan kehendak. Sebagai contoh, jika sesorang
mengarahkan minatnya terhadap seorang individu, benda atau suatu situasi, maka akan
terjadilah kemungkinan reaksi potensi emosi sehingga ia distimuli oleh hal-hal tersebut di
mana ia menruh perhatian atasnya .
Suatu stimuli yang membangkitkan satu emosi tidak dapat menimbulkan emosi yang lain
dalam waktu yang sama. Tetapi stimuli yang satu itu dapat saja membangkitkan emosi-
emosiyang berbeda dan bahkan berlawanan pada waktu-waktu yang berlainan. Namun
tidaklah merupakan suatu keharusan seiap stimuli yang diterima oleh individu akan
mengakibatkan reaksi yang sepadan dengan pengaruh yang dihasilkannya. Pukulan dapat
membangkitkan emosi dalam bentuk afeksi untuk suatu ketika; pada saat yang lain dapat
saja menstimuli berupa rasa takut, marah atau benci.
Intensitas dan lamanya sambutan-sambutan emosional ditentukan oleh keadaan fisik dan
mental individu serta ditentukan pula oleh keras dan kuatnya stimuli yang
menyebabkannya. Emosi itu rupa-rupanya cenderng berlangsung lebih lama sepanjang
stimuli itu ada dan berfungsi aktif. Hilangnya stimuli berarti hapus atau lenyapnya emosi.
Anggapan ini menunjukkan betapa cepatnya perubahanperimbangan yang mungkin
terjadi pada reaksi emosional. Juga hal ini membantu dalam menerangkan mengapa
seorang individu dapat memiliki sifat emosional yang berupa kebencian pada suatu saat,
sedang dengan stimuli yang sama dapat mengalami afeksi yang kuat pada saat berikutnya
dan demikianlah seterusnya.
Para guru telah banyak mempelajari bagaimana menghadirkan stimuli baru atau
mengarahkan perhatian murid-murid mereka pada kegiatan yang menarik jika terjadi
situasi yang lesu dalam kelas. Sama halnya para ibu juga sudah sejak lama belajar dan
berbuat bagaimana harus meredakan dalam waktu yang secepat-cepatnya tangisan atau
ketakutan bayi yang dalam arti yang mudah dapat diberi makna memberi perubahan
stimuli. Maka diberikan kepdanya sikap kasih sayang atau permainan yang baru,
sehingga anak tak lama kemudian menjadi reda dari kegundahannya dan hilang lenyap
segala tingkah laku emosional yang tak diinginkan.

Lebih lanjut tentang: Konsep PSIKOLOGI TENTANG EMOSI

Dalam kehidupan banyak sekali permasalahan, dalam berita-berita banyak dikabarkan


orang masuk bui hanya karena tidak dapat menahan emosi. Pemukulan, adu fisik dan
bahkan pembunuhan. Alangkah sayangnnya permasalah itu timbul hanya karena masalah
sepele dan emosi yang meluap-luap.

Beberapa kejadian buruk diakibatkan karena emosi, sungguhnya emosi sendiri itu apa?
banyak pakar psikologi yang meguraikan emosi itu seperti apa, yaitu :
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.

Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga
secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.


Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan),
Love (cinta).

Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya
adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu
untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada.

Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan,
karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita
dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan;
nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. T

etapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi.
Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai
keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu
memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak
menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan
(afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus,
baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

You might also like