You are on page 1of 12

A.

JUDUL PROGRAM
Formulasi Lilin Anti Serangga Dari Kulit Jeruk (C. auranticum L. Dan C.sinensis L. ) dan Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
B. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beribu-ribu jenis serangga, dimana
serangga-serangga tersebut ada yang bersifat menguntungkan, bahkan ada serangga yang bersifat
merugikan. Contoh mudah dari serangga yang merugikan adalah seperti kecoa, semut, nyamuk,
kutu busuk dan lain sebagainya. Serangga jenis tersebut sangat mengganggu bagi manusia.
Selain mengganggu, jenis serangga yang merugikan ini cenderung berperan sebagai vektor
dalam penyebaran penyakit. Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu inovasi terbaru yang dapat
mengusir serangga pengganggu tersebut tanpa memberikan efek samping atau membahayakan
bagi kesehatan manusia (Lesmana, 2003).
Tanpa disadari, begitu banyak bahan alam yang kurang dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari. Padahal, bahan alam tersebut sering kita temui dan mudah didapatkan di sekeliling
kita, dimana beberapa bahan alam yang kurang dimanfaatkan tersebut dapat dipergunakan
sebagai pengusir serangga. Contohnya saja seperti kulit jeruk dan daun pandan (Pracaya, 2001).
Anggapan yang beredar selama ini dalam masyarakat kita adalah, bahwa kulit jeruk merupakan
sampah yang hanya dapat digunakan sebagai pupuk organik dan pandan hanya dianggap sebagai
daun yang berfungsi sebagai pemberi aroma harum pada makanan untuk meningkatkan cita rasa.
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki bermacam-macam jenis
serangga. Serangga tersebut dapat bersifat menguntungkan ataupun merugikan. Ada beberapa
serangga yang bersifat merugikan seperti kecoa, nyamuk, semut, dan kutu busuk. Jenis-jenis
serangga tersebut dapat sangat mengganggu manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
upaya untuk mengusir serangga. Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk
mengusir serangga yaitu, dengan obat serangga bakar, oles, elektrik dan semprot. Masing-masing
cara tersebut terdapat kekurangan dan kelebihan (Ketut, 2005).
Dari segi kepraktisannya, obat pengusir serangga yang digunakan secara di semprot dan
elektrik cukup praktis, namun ditinjau dari segi keamanan dan kesehatannya, kedua cara ini
cukup berbahaya. Obat pengusir serangga ini mengandung senyawa aktif yang termasuk dalam
golongan organofosfat seperti diclhorovenyl dimethylfosfat, propoxur, dan diethyltoluamide,
dimana senyawa-senyawa tersebut sudah dilarang penggunaannya di luar
negeri karena senyawa-senyawa tersebut memiliki toksisisitas yang tinggi. Begitu pula pada obat
nyamuk elektrik. Selain itu ada pula jenis obat serangga oles. Namun, cara ini juga dinilai kurang
aman. Hal ini dikarenakan, obat serangga oles diketahui mengandung racun DEET yang bersifat
korosif, dimana sifat korosif tersebut sangat membahayakan kesehatan kulit manusia pada
pemakaian jangka panjang (Ketut, 2005).
Selain cara-cara yang dinilai praktis dan modern, terdapat pula cara yang dianggap
konvensional atau tradisional, seperti obat serangga bakar. Dari segi keamanan dan
kepraktisannya dinilai kurang, selain itu menimbulkan abu dari sisa pembakaran. Tidak hanya
itu, dari segi kesehatan pun cukup berbahaya bagi kesehatan manusia terutama bagi pernafasan.
Hal ini dikarenakan, obat serangga bakar mengandung alletrin, tranflutrin, pralethrin, dan
senyawa aktif lainnya. (http://id.shvoong.com)
Dari kekurangan-kekurangan cara dalam mengusir serangga yang telah dipaparkan diatas,
perlu dibuat suatu alternatif produk pengusir serangga yang bersifat ramah lingkungan, sehingga
dalam upaya pengusiran tersebut dapat lebih efektif dan efisien serta aman bagi kesehatan
manusia. Salah satu alternatif yang dianggap efektif dan efisien serta aman adalah dengan
menggunakan lilin pengusir serangga yang terbuat dari bahan-bahan alami (Mackeen, 1995).
Setelah ditelusuri lebih lanjut, kandungan di dalam kulit jeruk dan daun pandan ini dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan lilin pengusir serangga karena memiliki senyawa aktif yang
dapat digunakan untuk mengusir serangga. Oleh karena itu, penggunaan lilin pengusir serangga
ini jauh lebih efektif dan efisien serta dipandang lebih aman karena terbuat dari bahan-bahan
alami yang ramah lingkungan (Meckeen, 1995).
Mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak jenis tanaman rempah
yang mengandung minyak atsiri dan dapat digunakan sebagai bahan baku pengusir serangga
pengganggu, maka diharapkan dapat memaksimalkan hasil kekayaan Indonesia dengan cara
mengolahnya hingga memiliki nilai guna yang jauh lebih tinggi dari yang sebelumnya yang kita
ketahui (Macleod, 1989).
Lilin pengusir serangga ini dapat digunakan oleh semua kalangan. Mulai dari kalangan
menengah ke atas hingga kalangan menengah ke bawah karena nilai guna yang tinggi dan aman
bagi kesehatan, serta ramah lingkungan (Caron, 1999). Distribusi dalam pemasarnnya,
dipusatkan pada institusi atau lembaga kesehatan dan took obat (apotek). Pemakaian lilin ini
sangat dianjurkan untuk digunakan oleh kaum yang mengidap gangguan
saluran pernapasan, anak-anak, dan wanita hamil.
Pada penelitian ini, akan dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan daya guna dari daun
pandan dan kulit jeruk untuk diolah menjadi suatu bahan pengusir serangga pengganggu yang
berwujud lilin. Bahan dasar dari pembuatan lilin ini adalah beeswax (Caron, 1999). Alasan
utama dari pemilihan ini adalah harganya yang relatif murah. Selain itu, beeswax mempunyai
tekstur yang lebih halus, lebih tahan lama, dan lelehannya sedikit, serta tidak menimbulkan
jelaga sehingga lebih aman dan nyaman dalam penggunaannya.
C. PERUMUSAN PROGRAM
Indonesia yang merupakan negara tropis mempunyai berbagai macam jenis serangga.
Serangga tersebut dapat bersifat merugikan atau menguntungkan manusia. Serangga yang
bersifat merugikan bagi manusia, seperti kecoa dan nyamuk dapat sangat menggangu. Oleh
karena itu perlu dibuat suatu produk alternatif dalam pengusiran serangga. Salah satu alternatif
tersebut adalah dengan pembuatan lilin
dari kulit jeruk dan daun pandan.
Pemilihan kulit jeruk dan daun pandan sebagai bahan utama dalam pembuatan lilin selain
beeswax adalah karena pada kulit jeruk dan daun pandan memiliki senyawa aktif yang dapat
digunakan untuk mengusir serangga jenis tersebut. Selain itu, untuk lebih meningkatkan
pemanfaatan barang sisa atau sampah seperti kulit jeruk ini sehingga memiliki nilai ekonomi
yang lebih tinggi.
D. TUJUAN PROGRAM
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh lilin pengusir serangga pengganggu yang
berasal dari olahan daun pandan dan kulit jeruk dengan nilai guna tinggi, serta mengurangi
resiko adanya gangguan pernapasan akibat asap yang ditimbulkan dari penggunaan obat pengusir
serangga bakar biasa.
E. LUARAN PROGRAM
Dari penelitian ini akan dihasilkan lilin pengusir serangga yang memiliki tingkat
keamanan yang tinggi bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan alternatif bagi kita untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan, serta dapat
digunakan untuk meningkatkan nilai jual dari barang sisa atau sampah.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Memanfaatkan daun pandan dan limbah kulit jeruk sebagai bahan baku penbuatan lilin
yang memiliki kemampuan untuk mengusir serangga dan meningkatkan nilai gunanya.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Tanaman Pandan
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) atau biasa disebut pandan saja adalah
jenis tumbuhan monokotil dari famili Pandanaceae (Li J, 2008).
Tumbuhan ini memiliki helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, bertulang
sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar 3 - 5 cm, warna hijau dan berbau wangi. Berakar gantung,
dengan akar yang tumbuh menjalar, hingga dalam waktu singkat akan merupakan rumpun yang
lebat. (Dewi, 2009).
Sistematika taksonomi tanaman ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb.
Kandungan kimia yang terdapat pandan wangi antara lain, Alkaloida, Saponin, Flavonoida,
Tanin, Polifenol dan Zat warna (Rusli, 1993).

Gambar g.1. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb)


G.2 Jeruk

Gambar g.2. Penampang Buah Jeruk Manis


Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Tanaman jeruk
yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan
keprok dari Amerika dan Italia.

Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : C. auranticum L. Dan C.sinensis L. (Guenther,1990)
Geraniol adalah suatu senyawa aktif yang banyak ditemukan dalam minyak essensial
tumbuh-tumbuhan dan buah. Geraniol atau (E)-3,7-dimethylocta-2,6-dien-1-ol adalah suatu
monoterpenoid dan alkohol. Geraniol Senyawa ini tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam
bahan pelarut organic dan memiliki bau yang menyengat.Geraniol merupakan salah satu kimia
bahan alam yang efektif untuk mengusir nyamuk, lalat, dan semut. (Safira, 2007).
OH

(E)-3,7-dimethylocta-2.6-dien-1-ol

G.3 Beeswax (Lilin Lebah)


Lilin lebah adalah hasil proses metabolisme dari kelenjar malam yang dimiliki lebah.
Hasil metabolisme itu dikeluarkan (diekskresi) melalui ruas-ruas bagian abdomen. Lilin lebah
mengandung senyawa organik hidrokarbon jenuh (saturated hydrocarbon), ester-ester dan
alkohol monoester, kolesterol dan mineral-mineral tertentu dalam jumlah sedikit.
Lilin lebah merupakan salah satu lilin yang sifat kimianya stabil dengan titik lebur
berkisar 61-69 0C, berat jenis pada 200C sekitar 0,96, tidak larut dalam air dan sedikit larut dalam
alkohol dingin. Pada suhu dingin, mudah pecah, sedangkan pada suhu 85 0F keadaannya lunak,
tetapi tidak lengket (melekat) di tangan bila dipijat. (Sihombing, 1997).
G.4 Destilasi Uap
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Distilasi uap digunakan pada
campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 0C atau lebih. Distilasi uap
dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 0C dalam tekanan atmosfer
dengan menggunakan uap atau air mendidih. (Syukri, 1999).
Destilasi uap adalah metode ekstraksi untuk senyawa dengan kandungan menguap seperti
minyak atsiri, berdasarkan tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air
secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran. (Puryanto,
2009).
G.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari
satu pelarut ke pelarut yang lain. Sebagai contoh pembuatan ester untuk bau-bauan dalam
pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat
dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan air panas
dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling. (www.chem-is-try.org).
G.6 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS)
Kromatografi merupakan suatu metode fisika untuk pemisahan, dimana komponen-
komponen yang akan didistribusikan antara dua fase, salah satunya merupakan lapisan stasioner
dengan permukaan yang luas dan fase yang lain berupa zat alir (fluid) yang mengalir lambat
(perkolasi) menembus lapisan stasioner. (Keulemans, 1959).
Pada dasarnya spektroskopi massa adalah penguraian senyawa organik dan perekaman
pola fragmentasi menurut massanya. Nilai cara ini terletak pada kecilnya jumlah bahan yang
diperlukan (skala mikrogram), kemampuannya menentukan bobot molekul dengan tepat,
kemampuannya menghasilkan pola fragmentasi rumit khas bagi senyawa yang bersangkutan
sehingga dapat diidentifikasi. (Djikman, 1951)
G.7 Mekanisme Insektisida
Mekanisme pengusiran serangga dengan menggunakan lilin yang terbuat dari kulit jeruk
dan daun pandan tersebut melalui saluran pernafasan. Asap yang ditimbulkan dari lilin tersebut
masuk kedalam saluran pernafasan serangga melalui trachea serangga dalam bentuk partikel
mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida
dalam jumlah yang cukup. (Pramesti, 2009).
H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, meliputi pencucian bahan, perajangan,
destilasi uap, pemurnian, analisis kandungan minyak atsiri dengan menggunakan GC-MS,
perendaman sumbu, pembuatan lilin, pemberian warna dan minyak atsiri yang telah dihasilkan,
dan pengemasan.
H.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan Laboratorium Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Diponegoro dan analisis dilakukan di Laboratorium Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Gajah Mada.
H.2 Alat dan Bahan
H.2.1 Alat
Gelas ukur, pipet tetes, gelas beker, pemanas, gelas vial, water batch, GC-MS Shimadzu,
panci, corong pemisah, cetakan lilin, lemari pendingin, fiber glass, kassa nyamuk, lakban, labu
takar, timbangan digital, baskom, dan pengaduk.
H.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun pandan, kulit jeruk, beeswax, white oil, pewarna,
sumbu lilin, es batu, eter, kloroform, garam dapur, akuades, petroleum eter (PE) dan Na2SO4
anhidrat. Untuk obyek dalam analisis digunakan, seperti kecoa dan nyamuk.
H.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel, yaitu :
1. Variabel tetap: meliputi, volume reagen, massa sampel, suhu destilasi, pengenceran minyak
atsiri
2. Variabel bebas: variasi komposisi minyak atsiri
3. Variabel yang dinilai: kadar minyak atsiri, efektivitas terhadap serangga
H.4 Prosedur Penelitian
H.4.1 Pencucian
Kulit jeruk dan daun pandan yang didapat kemudian dicuci dengan air biasa hingga
bersih. Selanjutnya ditiriskan selama 60 menit. Setelah ditiriskan, kulit jeruk dan daun pandan
dilayukan.
H.4.2 Perajangan
Setelah penirisan, kulit jeruk dan daun pandan dirajang kecil-kecil dan tipis kemudian di
angin-anginkan selama 12 jam. Perajangan ini bertujuan untuk memperbesar permukaan saat
pengambilan minyak atsirinya.
H.4.3 Destilasi Uap
Pengisian air pada ketel. Pemasukan rajangan daun pandan ke dalam ketel yang tertutup
dan disertai dengan peralatan destilasi uap. Rajangan daun pandan berada di atas
air yang berada di dalam ketel, tidak bercampur. Selanjutnya, dilakukan pemanasan pada daun
pandan dan uap nya dialirkan dalam desikator untuk didinginkan. Minyak yang dihasilkan
ditampung dalam suatu wadah. Perlakuan yang sama dilakukan pada kulit jeruk.
H.4.4 Pengenceran Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang telah diperoleh kemudian diencerkan dengan menggunakan petroleum
eter (PE). Pengenceran dilakukan sebanyak 50x.
H.4.5 Ekstraksi
Minyak yang sudah diperoleh, dilanjutkan dengan proses pemurnian untuk
menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan. Pada ekstraksi biasa dilakukan
penggojogan sampel dalam pelarut. Pelarut yang digunakan bervariasi, misalnya menggunakan
pelarut eter ataupun kloroform.
H.4.6 Analisis kandungan minyak dengan GC-MS
Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses destilasi uap diuji kadarnya dengan
menggunakan GC-MS.
H.4.7 Perendaman Sumbu
Sumbu yang akan digunakan untuk pembentukan lilin dilakukan perendaman dalam
larutan garam dapur selama 3 jam. Hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan sumbu yang baik
dan tidak banyak menghasilkan asap.
H.4.8 Pembuatan Lilin Atsiri
Beeswax dicampur dengan white oil yang kemudian dilakukan pemanasan sampai
meleleh dan tidak berwarna atau bening. Selanjutnya dilakukan penambahan pewarna dan
minyak atsiri yang telah dihasilkan. Minyak atsiri yang ditambahkan pada lilin dilakukan dengan
perbandingan komposisi yang berbeda-beda pada lilin, minyak atsiri kulit jeruk dan minyak atsiri
daun pandan. Perbandingan tersebut antara lain 30:0:0; 30:6:24; 30:12:18; 30:18:12; 30:24:6.
H.4.9 Pencetakan Lilin
Campuran lilin yang telah dibuat, dicetak dalam cetakan lilin yang sudah ada
sumbunya.Selanjutnya diamkan beberapa menit hingga suhunya mulai turun dan dimasukan ke
dalam lemari pendingin.
H.4.10 Uji Repellency
Lilin yang telah dihasilkan, dinyalakan dalam suata ruangan yang terdapat serangga
di dalamnya. Ruangan tersebut terbuat dari fiber glass yang berebentuk silinder dengan panjang
1,5 meter. Kemudian, lilin yang telah dinyalakan diletakkan radius 30 cm terhadap salah satu sisi
fiber glass. Dari analisis ini akan diperoleh suatu data banyaknya serangga yang menjauh dari
sisi yang dekat dengan lilin dan sisi yang jauh dari lilin.
Uji repellency dilakukan dengan cara yang hampir sama dengan uji serangga.
Perbedaannya terletak pada penggunaan lilin yang memiliki komposisi minyak atsiri yang
bervariasi.
H.5 Analisis Data
H.5.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dalam satu cara, yaitu:
1. Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS)
Untuk menentukan kadar dan komposisi minyak atsiri yang diperoleh.
H.5.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakuka dalam satu cara, yaitu:
1. Uji Repellency
Untuk menentukan banyaknya serangga yang menjauh dari sumber aroma lilin, serta
untuk menentukan kadar repellency dengan komposisi minyak atsiri yang bervariasi
pada lilin.
Skema Kerja
1. Pencucian bahan dasar

Kulit jeruk

Baskom
- Pencucian kulit jeruk dengan air mengalir
- Perajangan kulit jeruk
- Pendiaman (pengangin-anginan) selama 12-24 jam
Hasil

Lakukan hal yang sama untuk daun pandan

2. Pendestilasian Kulit Jeruk Dan Daun Pandan

Kulit jeruk

Panci

- Pendesilasian uap

Destilat Residu

Corong Pemisah

Lakukan hal yang sama pada daun pandan.


3. Pemurnian Minyak Atsiri Kulit Jeruk dan Daun Pandan yang Dihasilkan dari Proses Destilasi

Minyak Atsiri
Corong Pemisah

- Penambahan eter (minyak:eter = 2:1)


- Penggojogan
- Pendiaman 5-10 menit

Lapisan Air Lapisan minyak

Erlenmeyer

- Penambahan Na2SO4
anhidrat
- Pendekantiran
- Penyaringan

Minyak bebas air Lapisan Air

- Pengidentifikasian dengan GC-MS

Hasil

4. Perendaman pada sumbu lilin


Sumbu lilin

Gelas beker

- Penambahan 15ml larutan garam dapu


- Perendaman selama 3 jam
- Pengangkatan sumbu dari larutan
- Pengeringan

Hasil
5. Pembuatan Lilin

Beeswax + White oil

Gelas beker

- Pemanasan sampai meleleh dan tidak berwarna


- Penambahan pewarna
- Penambahan minyak atsiri
- Pengadukan hingga merata
- Pemasukan dalam cetakan lilin yang sudah ada
sumbunya
- Pendinginan
- Pemasukan dalam lemari es
Hasil

6. Uji Repellency

Serangga (kecoa)

Silinder fiber glass


- Peletakan lilin yang telah dihasilkan pada jarak 30
cm dari serangga
- Penyalaan lilin
- Pengamatan pada pergerakan serangga terhadap
lilin
Hasil

You might also like