Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
memberikan kesempatan kepada guru untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional dan kolaboratif lewat
penelitian tindakan kelas secara terkendali. Upaya meningkatkan kompetensi guru
untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran akan memberi dampak positif
ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pembelajaran akan
semakin meningkat. Kedua, penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah
investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses,
sarana/prasarana, dan hasil belajar. Dan ketiga, peningkatan kedua kemampuan
tadi akan bermuara pada peningkatan kualitas lulusan.
Peningkatan kualitas pembelajaran adalah merupakan dampak logis dari
perkembangan ipteks yang sangat pesat. Perkembangan ipteks mengharuskan
penyesuaian dan peningkatan proses pembelajaran secara terus menerus.
Disamping itu, perlu adanya pemuthakiran pilihan atas konsep-konsep pembelajaran
yang mendidik dan diperlukan untuk meningkatkan kualitas lulusan itu sendiri.
Kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan
research-development-dissemination (RDD). Pendekatan ini lebih menekankan
perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat teoritis akademik.
Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan pemikiran
baru,yaitu: research-action-improvement (RAI). Manajemen penelitian ala RAI
bersifat buttom-up dan realitik-pragmatik, serta berangkat dari diagnosis masalah
secara nyata yang diakhiri dengan sebuah perbaikan (improvement). Upaya
perbaikan kualitas proses pembelajaran demikian menuntut adanya inisiatif dan
motivasi internal civitas itu sendiri (an effort to internally initiate endeavors for quality
improvement).
RAI mengisyaratkan perlunya kemitraan antar dosen-dosen-mahasiswa, baik
pada tataran yang bersifat praktis maupun konseptual. Kebutuhan akan kemitraan
yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan di antara
pihak-pihak terkait sudah sangat mendesak. Penelitianpun hendaknya dikelola
berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (collaborative), sehingga kedua belah
pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits). Melalui
rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) masalah-masalah
pembelajaran dapat dikaji dan dituntaskan, sehingga proses pembelajaran yang
inovatif dan ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diaktualisasikan secara
sistematis.
1
Dapat disimak dari kutipan di atas bahwa penelitian tindakan merupakan suatu
kegiatan siklustis yang bersifat menyeluruh, yang terdiri dari analisis, penemuan
fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan penemuan fakta tambahan,
dan evaluasi. Definisi penelitian tindakan yang lebih lengkap dan menggambarkan
sifat atau karakteristik dari penelitian tindakan dikemukakan oleh Kemmis sebagai
berikut.
Perencanaan
Refleksi
Tindakan/
Observasi Perbaikan
Rencana
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Perbaikan
Refleksi Rencana
Tindakan/
Observasi
2
Daur ulang aktivitas dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan
(planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses
dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflection),
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai
(kriteria keberhasilan).
3
IMPLEMENTASI PTK
4
Rumusan masalah PTK yang lengkap biasanya berupa suatu pertanyaan dalam
bentuk ”Masalah apa yang terjadi di kelas, bagaimana upaya
mengatasinya, apa tindakan yang dianggap tepat untuk itu, di kelas, dan
sekolah mana hal itu terjadi?”
Contoh fokus masalah (rumusan masalah yang belum dilengkapi dengan tindakan
dan lokasi penelitian): Bagaimana peningkatan partisipasi siswa dalam
kelas, baik secara ”hands on”, ”minds on” maupun ”hearts on” ?
1
Siswa menulis sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi yang ditentukan oleh guru.
5
pendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan,
misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, buku teks dalam kondisi awal, dst.
b. Instrumen untuk proses
Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat
dengan tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Dalam tahap ini banyak format yang
dapat digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya yang sesuai
dengan tindakan yang dipilih.
c. Instrumen untuk output
Adapun instrumen untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian
hasil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan
sebagai ambang batas peningkatan (pada saat dilaksanakan tes bekal awal, nilai
peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai
pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya).
6
individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudah usai
pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam
kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan
diimplementasikan, dan seusai tindakan.
7
SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSROOM ACTION RESEARCH)
8
KAJIAN PUSTAKA
Arief Yulianto
Uraikan dengan jelas kajian teoretis dan empiris yang menumbuhkan gagasan
usulan PTK yang sejalan dengan rumusan dan hipotesis tindakan (bila ada).
Kemukakan juga teori dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan
untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan sebagai
dasar penyusunan kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penelitian
Judul Contoh :
a. Pengaruh Bentuk Balikan dan Gaya Belajar Terhadap Tampilan Tulisan Dalam
Satuan Pembelajaran Mahasiswa D2 PGSD Denpasar Pada Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
b. Pendidikan Kecakapan Berbasis Pengembangan Kewirausahaan Bagi Siswa
SLTPN
c. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik Dengan Strategi Pengajaran Model CLIS
di Program Studi S1 Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas
Mataram
d. Implikasi Model Pembelajaran Perubahan Konseptual untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Mengatasi Miskonsepsi dalam Pembelajaran Kimia di SMA
e. Peningkatan Kemampuan Membaca Interpretatif dengan Teknik Jigsaw Siswa
Kelas 3 SMP
f. Meningkatkan Ketrampilan Berkomunikasi dan Berpikir Kritis Konsep Ekologi
Siswa MA NW Pancor Melalui Model Inkuiri dalam Kelompok Kooperatif
g. Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Aljabar Linier Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devision (Stad) Dan Jigshaw Pada
Kelompok Belajar Model Baku Dan Modifikasi
9
METODE PENELITIAN
Agung Yulianto, S.Pd, M.Si
Deskripsi
Kemukakan subyek penelitian, waktu dan lamanya tindakan, serta tempat penelitian
secara jelas. Uraikan secara jelas prosedur/langkah-langkah penelitian tindakan
kelas yang akan dilakukan. Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi, yang bersifat siklis.
Dalam perencanaan uraikan secara rinci hal-hal diperlukan sebelum pelaksanaan
tindakan (seperti misalnya: penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario
pembelajaran, media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi).
Dalam pelaksanaan tindakan uraikan bagaimana tahapan-tahapan tindakan yang
akan dilakukan oleh guru maupun siswa pada awal, pertengahan dan akhir
pembelajaran. Dalam tahap observasi uraikan objek amatannya dan prosedurnya.
Dalam tahap evaluasi uraikan cara asesmen dan penyekorannya. Dalam tahap
refleksi uraikan prosedur, alat, pelaku, dan sumber informasi.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator
keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus lain. Untuk
memantapkan hasil tindakan, tiap-tiap siklus sebaiknya dilaksanakan dalam
beberapa kali pertemuan. Fungsi observasi proses dilakukan secara terus menerus
dalam PTK sesuai dengan siklus yang ditentukan. Di samping dosen sebagai
observer, guru sebaiknya juga dipersiapkan oleh dosen (ketua peneliti) untuk
melakukan tindakan dan/atau melaksanakan observasi proses (perekam kegiatan
pembelajaran) dan hasil dalam PTK. Dalam hal ini, peran guru dapat bergantian:
pada suatu saat dapat sebagai pengajar dan pada saat yang lain sebagai pengamat.
Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan
peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak
jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.
Untuk penyusunan jadwal kegiatan penelitian, buatlah jadwal kegiatan penelitian
yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan monitoring, seminar dan
penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt chart.
2) Perencanaan Tindakan
(a) Formulasi Hipotesis Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, maka perlu
dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang
dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam
arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi bentuk jika suatu
tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara
optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang.
Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis
dalam penelitian formal. Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam
bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem,
10
proses, atau hasil. Contoh: Pembelajaran menulis berpendekatan proses
akan berdampak positif terhadap kualitas tulisan mahasiswa.
(b) Persiapan Tindakan
Sebelum pelaksanaan tindakan, maka perlu perencanaan sebagai
tindakan persiapan. Beberapa hal perlu direncanakan secara baik, antara
lain:
Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah
kegiatan dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang
akan dilakukan.
Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya
tindakan. Sarana pembelajaran ini dapat berupa misalnya perangkat
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Mempersiapkan instrumen penelitian, misalnya untuk mengobservasi
proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran.
Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan menguji
keterlaksanaannya di lapangan.
Hendaknya peran dari setiap kolaborator dideskripsikan dengan jelas agar di
dalam pelaksanaan mereka dapat berperan secara optimal. Kemungkinan dalam
PTK dapat dilibatkan:
Kepala Sekolah. Kepala sekolah dapat berperan untuk
mensosialisasikan, membuat prakarsa PTK, menciptakan iklim agar PTK
dapat diterima oleh semua warga sekolah dan mengelola serta
mengendalikan situasi sekolah. Kepala sekolah dapat menjadi contoh
pebelajar yang baik dengan berperan sebagai observer kegiatan guru.
Guru. Hendaknya peran guru tidak hanya sebagai “tukang mengajar”
untuk melaksanakan rancangan pembelajaran yang disusun dosen dari
LPTK, tetapi ia harus sudah terlibat sejak awal, dalam perencanaan,
penyusunan rancangan tindakan dan dalam implementasi, observasi,
monitoring, serta analisis, refleksi, dan evaluasi hasil tindakan yang
diterapkan. Jika mungkin prakarsa penelitian berasal dari guru.
Dosen. Hendaknya dosen tidak bersikap sebagai “misionaris” (pemberi
masalah dan pembawa desain pemecahan masalah yang harus
dilakukan guru). Dosen di dalam implementasi bilamana perlu
mengambil inisiatif membantu guru dalam mengajar dengan memberi
contoh konkrit di kelas. Jadi benar-benar sebagai mitra dalam
pelaksanaan PTK. Dosen termasuk anggota tim, tidak bersifat pasif
sebagai penonton tatkala guru melaksanakan pembelajaran yang telah
diskenariokan. Dosen hendaknya juga berperan sebagai fasilitator dan
observer PTK.
Siswa. Dalam skenario, hendaknya siswa dilibatkan secara aktif jangan
hanya dipandang sebagai obyek yang dikenai tindakan, siswa sebagai
obyek-subyek dalam proses PBM. Siswa dapat pula menjadi sumber
masukan untuk memperoleh data dan atau informasi tentang
pembelajaran yang dilaksanakan di kelasnya. Siswa dapat diajari dan
dilatih untuk melakukan penilaian diri.
3) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
11
(a) Pelaksanaan Tindakan
Jika semua dipersiapkan, maka skenario tindakan dilaksanakan dalam situasi
pembelajaran yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan
tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan. Pada saat pelaksanaan
tindakan, kegiatan mengobservasi dilakukan secara berbarengan dengan
kegiatan refleksi. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi, interpretasi, dan
refleksi merupakan kenyataan proses pembelajaran yang utuh.
(b) Observasi dan interpretasi
Secara umum, observasi merupakan upaya untuk merekam proses yang
terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi
menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan
prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Observasi akan
memiliki manfaat apabila dilanjutkan dengan diskusi sebagai balikan. Balikan
ini sangat diperlukan untuk dapat memperbaiki proses penyelenggaraan
tindakan. Hendaknya dalam melakukan proses observasi tim peneliti
mempergunakan berbagai macam cara dan alat untuk merekam secara
menyeluruh dan akurat perilaku guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif maupun data kuantitatif.
4) Analisis data, Evaluasi dan Refleksi
(1) Analisis Data
Jenis data dan atau informasi yang direkam selama observasi dan
monitoring dapat berupa data kuantitatif dan kualitatif tergantung dari
dampak atau hasil keluaran yang diharapkan.
Analisis data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: reduksi, data
paparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Analisis data kuantitatif dapat
memanfaat- kan tehnik-tehnik pengolahan data kuantitatif seperti tabulasi,
menghitung rerata.
a. Reduksi Data. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang
dilakukan melalui seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data
mentah menjadi sebuah informasi bermakna. Data dan/atau informasi
yang relevan terkait langsung dengan pelaksanaan PTK yang diolah
untuk bahan evaluasi.
b. Paparan Data. Pemaparan data merupakan suatu upaya menampilkan
data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif,
tabel, grafik, atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan
gambaran jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan.
c. Penyimpulan. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian
data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau
kalimat singkat, padat dan bermakna.
(2) Evaluasi
Hasil analisis tersebut dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap
proses dan hasil yang dicapai. Tim peneliti dapat mempergunakan kriteria
keefektifan atau keberhasilan pencapaian pada setiap siklus. Indikator
keterlaksanaan tindakan (proses) dapat disajikan dalam bentuk kriteria
yang berwujud telah dilaksanakannya aspek-aspek tindakan yang harus
dilakukan guru maupun siswa. Hal ini dapat berwujud kuantitatif dan/atau
12
kualitatif misalnya secara kuantitatif frekuensi pelaksanaannya dan secara
kualitatif sudah dilaksanakan atau belum. Indikator keberhasilan tindakan
dapat disajikan dalam bentuk kriteria yang berwujud kuantitatif dan/atau
kualitatif, misalnya secara kuantitatif untuk pencapaian penguasaan kosa
kata yang diukur dengan jumlah kosa kata, persentase siswa yang berhasil
mencapai nilai 7, atau berwujud kualitatif untuk perubahan perilaku guru,
perilaku siswa, perubahan iklim belajar dan lain sebagainya yang dapat
digambarkan secara kualitatif. Indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I
umumnya kriterianya ditetapkan berdasarkan hasil refleksi awal dan
perkiraan kemungkinan peningkatan yang dapat dilakukan setelah
dilakukan tindakan tertentu. Indikator keberhasilan tindakan untuk siklus
berikutnya kriterianya ditetapkan berdasarkan hasil refleksi siklus
sebelumnya.
Dengan melihat proses dan hasil analisis tersebut dan dicocokkan dengan
kriteria, maka akan diperoleh data hasil evaluasi, apakah pelaksanaan PTK
pada suatu siklus sudah memuaskan atau belum. Hasil evaluasi ini akan
menjadi bahan untuk melakukan refleksi.
(3) Refleksi
Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji proses yaitu apa yang
telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, kenapa hal tersebut terjadi
demikian, dan tindakan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi
digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk
menghasilkan perbaikan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan
sebagai berikut.
ANALISIS → PEMAKNAAN → PENJELASAN → PENYIMPULAN →
TINDAK LANJUT
(4) Perencanaan Tindak Lanjut
Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus I, maka
diperlukan langkah lanjutan pada siklus II. Satu siklus kegiatan merupakan
kesatuan dari kegiatan perumusan masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, obsevasi dan interpretasi, serta analisis dan refleksi.
Banyaknya siklus tidak dapat ditetapkan, dan karenanya perlu dibuatkan
semacam kriteria keberhasilan. Kriteria keberhasilan dapat ditetapkan,
misalnya dengan menggunakan prinsip belajar tuntas. Apabila tingkat
perbaikan yang diharapkan tercapai minimal 75%, maka pencapaian itu
dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria.
Jika dikaitkan dengan penjadwalan kegiatan belajar, satu siklus diharapkan
terdiri dari beberapa pertemuan (sedapat mungkin lebih dari tiga pertemuan). Hal ini
perlu diperhatikan benar karena dampak suatu tindakan mungkin belum tampak di
dalam satu atau dua pertemuan saja.
13
Referensi
Dewa Komang Tantra 2005. Konsep Dasar dan Karakteristik Peneltiian Tindakan
Kelas. Disampaikan dalam : “ Pelatihan Metodologi Penelitian untuk
Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP) dan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) bagi Dosen-Dosen LPTK se-Indonesia” yang diselenggarakan oleh
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi (Dit.PPTK dan KPT), Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional pada tanggal 8 – 11 Agustus 2005
di Batam
Herawati Susilo dan Kisyani Laksono. 2005. Implementasi PTK. Materi TOT
Nasional PTK dan PPKP Surabaya 2005. Direktorat PMPTK.
Tim Direktorat PMPTK. Buku Panduan Penelitian Tindakan Kelas.
14