You are on page 1of 29

MK Teknologi Pengendalian

Dan Penanggulangan Penyakit


Dalam Akuakultur

Jenis-jenis penyakit akibat mikroba:


Bakteri

Program Alih Jenjang D4


Bidang Konsentrasi Akuakultur
SILABUS PERKULIAHAN
NO TOPIK SUB-TOPIK
1. Silabus -Penjelasan Silabus
2. Introduksi: - Isu mortalitas dalam produksi budidaya
Isu Penyakit dalam perikanan: umur, sanitasi, stress, penyakit, teknik
Produksi Akuakultur penanganan (larva), predasi, kanibalisme, ...
3. Jenis-jenis penyakit -Bakteri penyebab penyakit air tawar; air laut
akibat mikroba: -Identifikasi, isolasi
Bakteri -Pencegahan
-Penanggulangan
4. Jenis-jenis penyakit -Fungi penyebab penyakit air tawar; air laut
akibat mikroba: -Identifikasi, isolasi
Fungi -Pencegahan
-Penanggulangan
SILABUS PERKULIAHAN
NO TOPIK SUB-TOPIK
5. Jenis-jenis penyakit -Virus penyebab penyakit air tawar; air laut
akibat mikroba: -Identifikasi, isolasi
virus -Pencegahan
-Penanggulangan
6. Jenis-jenis penyakit -Protozoa penyebab penyakit air tawar; air laut
akibat mikroba: -Identifikasi, isolasi
Protozoa -Pencegahan
-Penanggulangan
7. Ujian Tengah Kwartal
8. Metodologi -Jenis antibiotik
Pencegahan dan -Kelebihan, kekurangan
Treatment: -Resistensi antibiotik
kimiawi (antibiotik)
SILABUS PERKULIAHAN
NO TOPIK SUB-TOPIK
9. Metodologi -Biologi dan kultur probiotik
Pencegahan dan -Aplikasi probiotik
Treatment: -Kelebihan, kekurangan
Biologis (probiotik)
10. Metodologi -Biologi dan kultur vaksin
Pencegahan dan -Aplikasi probiotik
Treatment: -Kelebihan, kekurangan
Biologis (vaksin)
11. Faktor / isu-isu -Kalkulasi ekonomi metode pengendalian dan
ekonomi penanggulangan penyakit: produksi, operasional, ..
12. Periode Pengumpulan Tugas ; Review terakhir
13. Ujian Akhir Kwartal
Organisme Penyebab Penyakit: BAKTERI

Bakteri Gram negatif


• Aeromonas hydrophila
• Aeromonas salmonicida
• Edwardsiella ictaluri
• Pseudomonas fluorescens
• Vibrio sp.
Bakteri Aeromonas hydrophila
• Perikanan tawar: Lele dumbo (Clarias gariepinus), mas (Cyprinus carpio),
gurami (Osphronemus gouramy), udang galah (Macrobrachium rosenbergii)

• Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)


menyebabkan luka pada kulit, pendarahan (hemorrhagic ) pada insang dan
daerah anal, serta pembengkakan daerah perut

• Tanda eksternal:
kulit merah atau keabuan, pada pangkal sirip dada lele terdapat benjolan
yang berwarna merah, perut membengkak (larva / juvenil), serta badan
penuh borok (lele dewasa)

• Periode inkubasi untuk septisemia 10 – 14 hari


 tergantung kondisi lingkungan dan fisik ikan
 penyakit dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam 1-2 minggu
Infeksi Aeromonas sp. pada lele
Fisiologi Bakteri Aeromonas hydrophila
• Aeromonas hydrophila merupakan bakteri
heterotrophic unicellular

• Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5


µm dan bergerak menggunakan sebuah polar
flagel (Kabata 1985)

• Aeromonas hydrophila bersifat motil dengan


flagela tunggal di salah satu ujungnya (Krieg dan
Holt, 1984)

• Bakteri ini berbentuk batang sampai dengan kokus


dengan ujung membulat, fakultatif anaerob

• Bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20 - 30 °C


(Kabata 1985).
Pendedahan / Infeksi oleh Bakteri
• Penyakit / infeksi oleh Aeromonas hydrophila terjadi
terutama kualitas air yang berada dikolam dalam kondisi
buruk, terutama apabila kandungan bahan organiknya
meninggi akibat perubahan musim dari panas ke hujan
(perubahan kondisi lingkungan / temperatur dingin).

• Infeksi juga dapat terjadi akibat kondisi stress, air yang


terkontaminasi dan ketika host tersebut telah terinfeksi oleh
virus, bakteri atau parasit lainnya (infeksi sekunder), oleh
kerena itu bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat
patogen oportunistik (Dooley et al. 1985).

• Penyakit ini dapat menular melalui perantaraan air, peralatan


kerja, lele carrier serta tumbuhan air.
Pencegahan dan penanggulangan
• Walaupun Aeromonas hydrophila sangat resisten terhadap metode
yang umum digunakan untuk mengeliminasi kebanyakan bakteri,
bakteri ini dapat dieliminasi, menggunakan larutan 1% sodium
hipoklorit, dan 2% kalsium hipoklorit

• Agen kemoterapetik seperti chloramphenicol, florenicol,


tetracycline, sulfonamide, dan asam pyrodinecarboxylic dapat
digunakan untuk mengeliminasi dan mengontrol infeksi bakteri
Aeromonas hydrophila

• Senyawa kimia terramycin dapat diintegrasikan dalam pakan ikan


selama pemeliharaan dalam hatchery untuk mencegah infeksi
bakteri Aeromonas hydrophila seperti pada agen kemoterapetik
lainnya
Pencegahan dan penanggulangan
• Penyakit ini dapat dicegah apabila kolam selalu dijaga dalam kondisi
bersih, rajin melakukan penyucihamaan terhadap semua peralatan
kerja serta mengkarantina ikan lele yang sakit atau masih baru

• Transfer ikan dari satu hatchery ke hatchery lain tanpa sanitasi


beresiko tinggi dalam penyebaran bakteri penyebab penyakit.
Pekerja hatchery harus memelihara kebersihan selama
pemeliharaan ikan dan mengontrol / cek adanya infeksi oleh
bakteri didalam setiap operasi yang dilakukan

• Untuk mencegah kontaminasi, tingkat konsentrasi oksigen dalam


kultur ikan harus dijaga; handling ikan harus dilakukan dengan hati-
hati untuk mencegah stress ataupun terjadinya luka (site infeksi)
Pencegahan dan penanggulangan
PERENDAMAN

• Ikan lele direndam di larutan PK berdosis 10 – 20 ppm


selama 30 – 60 menit.

• Ikan lele direndam di larutan oxytetracycline berdosis 5


ppm selama 24 jam.

• Ikan lele direndam di larutan emequil berdosis


5 ppm selama 24 jam.
Pencegahan dan penanggulangan
PERENDAMAN

• Ikan lele direndam di larutan PK berdosis 10 – 20 ppm


selama 30 – 60 menit.

• Ikan lele direndam di larutan oxytetracycline berdosis 5


ppm selama 24 jam.

• Ikan lele direndam di larutan emequil berdosis


5 ppm selama 24 jam.
Pencegahan dan penanggulangan
PENYUNTIKKAN
(dilakukan terhadap lele indukan)

• Disuntik oxytetracycline
20 mg / kg ikan – 40 mg / kg ikan

• Disuntik kanamcyin
20 mg / kg ikan – 40 mg / kg ikan

• Disuntik steromycin
20 mg / kg ikan – 40 mg / kg ikan
Pencegahan dan penanggulangan
• Penggunaan Vaksin
• Penggunaan Probiotik:
memperbaiki dan mempertahankan kondisi kultur
(menguraikan bahan organik; menurunkan / menghilangkan
senyawa-senyawa beracun), menekan bakteri patogenik,
menghasilkan enzym yang dapat membantu sistem
pencernaan, menghasilkan nutrisi yang bermanfaat serta dan
meningkatkan kekebalan pada udang sehingga udang dapat
tumbuh dengan baik dan tidak mudah stress

 Peningkatan kesintasan (survival rate)


 Peningkatan pertumbuhan
 Kualitas air
Pencegahan dan penanggulangan
Probiotik
• Bakteri heterotrof non pathogen :
Bacillus, Lactobacillus, Alteromonas, Cellulomonas, Bakteri
denitrifikasi (B. lycheniformis) aerobacter, Bividobacterium, dll.

• Bakteri autotrof :
Bakteri Nitrifikasi (Nitrosomonas, Nitrobacter)

Berbagai merk probiotik (bakteri pengurai) yang pernah dan sedang


beredar di Indonesia antara lain :
AAA, SAA, SAB, ABA, Aquazyme, Argon, Aquaclean, Bactapure, BN-
9, Aquabac, Super NB, Super PS, Supervame, BioBacteri, BioPS, BES,
White Crane (Biotime, Bio Chip), Starbio, EM-4, Envirostar,
Multibacter, Aqua Simba, dan lain-lain.
Pencegahan dan penanggulangan
• Dalam kultur, probiotik memiliki pengaruh yang cukup baik bagi
hewan yang dibudidayakan antara lain bisa mempercepat
pertumbuhan dan lebih kebal terhadap penyakit, sehingga angka
kehidupannya menjadi lebih tinggi apabila diberikan melalui oral
dicampur dengan pakan.

• Dalam air media pemeliharaan, dapat memperbaiki kualitas air,


menurunkan kandungan bahan organik, menurunkan senyawa
metabolit toksic (amonia, nitrit, dan sulfur), serta menurunkan
kandungan bakteri merugikan (Vibrio sp.) sehingga dapat
mengurangi kebutuhan air.
Pencegahan dan penanggulangan

• Aplikasi imunostimulan b-Glucan


(imunostimulan yang terbuat dari dinding sel cendawan
Saccharomyces cerevisiae)
- Merangsang dan mengaktifkan pertahanan non-spesifik
- Memperbesar kerja sel-sel fagosit yang merupakan sel-
sel penghasil antibodi non-spesifik
- Penelitian: penambahan 750 mg b-Glucan dalam 1 kg
pakan mampu meningkatkan produksi leukosit dan
antibodi ikan sehingga sintasan meningkat sampai 83%,
padahal biasanya akibat serangan virus ini sintasan ikan
yang terinfeksi kurang dari 25% (Rukyani, dkk.,1997).
Pencegahan dan penanggulangan

• Pengendalian fisika kimia air


(filtrasi, ozonasi, chlorinasi)

• Pengendalian mikrobiologis
~ mature water techniques
bacteriostatic - microalgal
Bakteri Vibrio sp.
• Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air
payau dan estuaria. Umumnya Vibrio menyebabkan penyakit pada
hewan perairan laut dan payau.

• Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti


V. alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V.
harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus (Irianto, 2003).
• Vibrio sp. menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara
(Egidius, 1987).

• Vibrio sp. mempunyai sifat gram negatif, sel tunggal berbentuk


batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, berukuran panjang
(1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm, motil, mempunyai flagella
polar, dan berpendar (Pitogo et al., 1990).
Bakteri Vibrio sp.

• Bakteri Vibrio sp. adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada
salinitas yang relatif tinggi.

• Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian


besar bakteri berpendar bersifat halofil yang tumbuh optimal
pada air laut bersalinitas 20-40‰.

• Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic


fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen.
Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal
pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann
et al., 1984; Herawati, 1996).
Penyakit Vibriosis
• Genus Vibrio merupakan agen penyebab penyakit vibriosis yang
menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan.

• Spesies Vibrio yang berpendar umumnya menyerang larva udang ;


penyakitnya disebut penyakit udang berpendar (Vibriosis)

• Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat
dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa
bakteri ini termasuk jenis opportunistic patogen.

• Pemberian pakan yang tidak terkontrol mengakibatkan akumulasi limbah


organik di dasar tambak sehingga menyebabkan terbentuknya lapisan
anaerob yang menghasilkan H 2S (Anderson et al., 1988; Muliani, 2002).
Akibat akumulasi H 2S tersebut maka bakteri patogen oportunistik, jamur,
parasit, dan virus mudah berkembang dan memungkinkan timbulnya
penyakit pada udang (Tompo et al., 1993 cit. Muliani, 2002)
Penyakit Vibriosis

• Tingkat kematian kumulatif mencapai hingga 80%,


dalam periode inkubasi hanya beberapa hari

• Mortalitas larva udang windu yang diinfeksi bakteri


berpendar (Vibrio harveyii) selama 24 jam:

Stadia Mortalitas setelah 24 jam (%)


Zoea 40
Mysis 29
Post-larva (pasca larva) 16
Patogenesis Vibrio
• Tingkat kematian udang windu yang diinfeksi Vibrio harveyii
dengan kepadatan 10 3 cfu/ml berbeda berdasarkan umur.

• Pada stadia zoea I tingkat kematian udang sebesar 74%,


stadia mysis I 73%, dan postlarva 1 (PL1) 69%, postlarva 2
(PL2) 51,5% (Prayitno dan Latchford, 1995 cit. Muliani, 2002)
• Mortalitas udang windu dewasa yang diinjeksi Vibrio harveyii
isolat B-2 dengan kepadatan 8,20 x 10 5 cfu/ekor sebesar
100%, dan udang yang diinfeksi dengan Vibrio harveyii isolat
B-4 dengan kepadatan 1,55 x 10 6 cfu/ekor sebesar 80%
(Jiravanichpaisal et al.,1994 dalam Muliani, 2002)
Identifikasi Vibriosis
• Ciri-ciri udang yang terserang vibriosis
antara lain kondisi tubuh lemah,
berenang lambat, nafsu makan hilang,
badan mempunyai bercak merah-merah
(red discoloration) pada pleopoda dan
abdominal (perut) serta pada malam
hari terlihat menyala

• Udang yang terkena vibriosis akan


menunjukkan gejala nekrosis. Bagian
kaki renang (pleopoda) dan kaki jalan
(pereiopoda) menunjukkan melanisasi.
Bagian mulut yang kehitaman adalah
kolonisasi bakteri pada esophagus dan
mulut.
Pencegahan dan Penanggulangan
• Sulit untuk mengontrol Vibriosis dalam kultur

• Memindahkan udang / ikan yang terinfeksi dari dalam kultur

• Vibrio anguilarum memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap


antimikroba chlorophenicol, oxytetrocycline, nitrofurantoin,
chlortetracycline, novobiocin, nifurpirinol, sulfamerazine,
soluthiazomide, tetramycine with sulfadiazine, sulfanilamide,
sulfathiazole, sulfamethoxy pyridazine, sulfamethylphenzol.

• Vibriosis dalam sistem produksi intensif dapat dicegah (aplikasi


RAS; ozon, ultramembran filter)

• Vibriosis juga dapat dicegah melalui kontrol suhu, nutrisi pakan,


serta kepadatan ikan / udang
Pencegahan dan Penanggulangan
• Penyakit udang menyala (Vibriosis) dapat dicegah melalui
pengendalian parameter mikrobiologis: pengendalian populasi
bakteri berpendar Vibrio sp., terutama pada tahap larvikultur
• Manajemen kualitas air (sanitasi air)
• Manajemen pakan
• Reduksi materi organik dalam kultur melalui peningkatan
penggantian air (water exchange)
• Melalui pemilihan induk bebas penyakit
• Penggunaan obat/antibiotik
Penanggulangan dan Penanggulangan
• Penggunaan antibiotik dalam budidaya udang adalah mahal dan
dapat merugikan karena dapat memunculkan strain bakteri yang
tahan terhadap antibiotik serta munculnya residu antibiotik dalam
kultivan (Decamp dan Moriarty, 2006)

• Sejumlah isolat Vibrio berpendar yang diisolasi dari hatcheri udang


windu di Jawa Timur menunjukkan resistensi terhadap berbagai
macam antibiotik seperti spektinomisin, amoksisilin, kloramfenikol,
eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin, streptomisin, dan
rifampisin

• Antibiotik bersifat persisten di alam dan dapat menjadi bumerang


terhadap ekspor udang Indonesia (Tompo et al., 2006)

You might also like