Professional Documents
Culture Documents
SRI AFRITA, SE
N I M : 92102045
ABSTRAK
Tuntutan terhadap sistem pembayaran yang cepat dan praktis semakin tidak
dapat dihindarkan dewasa ini. Suatu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pengelolaan data kegiatan usaha perbankan adalah dengan
pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi. Diantara pemanfaatan Teknologi Sistem
Informasi adalah sistem BI-RTGS (Real time Gross Settlement). Sistem BI-RTGS adalah
suatu sistem yang disediakan Bank Indonesia untuk mempercepat transfer dana yang
berjumlah besar antar bank. Sistem yang juga telah diterapkan di PT. BRI (Persero) ini
menuntut pengawasan dari manajemen yang mendalam, baik secara luas maupun
secara sempit dengan diadakannya analisis dan pemeriksaan berkala. Diantara prosedur
analisis yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan analisis prosedur pengamanan
Sistem BI-RTGS, analisis ini menilai distribusi pekerjaan dan wewenang pengguna
Sistem BI-RTGS, analisis ini merupakan analisis dari kehandalan Sistem BI-RTGS selain
analisis tersebut, dilakukan pula analisis ketentuan dan alur Sistem BI-RTGS pada
Penyelenggara dan Peserta, analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah standar
yang ditetapkan telah dijalankan sebagaimana mestinya, analisis ini merupakan analisis
ats kepatuhan pda prosedur. Dengan dilakukan analisis terhadap sistem BI-RTGS pada
PT. BRI (Persero), diharapkan dapat diidentifikasi keuntungan, kelemahan, dan ancaman
dari sistem yang dimiliki sekarang, sehingga dapat membantu manajemen PT. BRI
(Persero), dalam meningkatkan kinerja Sistem BI-RTGS yang dimilikinya. Dan
menjadikan sistem tersebut dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Sehingga
secara umum dapat dikatakan bahwa Sistem BI-RTGS ini memberi dampak positif bagi
perkembangan sektor perbankan.
1
2
PENDAHULUAN
demikian perlu dikaji kekuatan dan kelemahan pemanfaatan Sistem BI-RTGS ini pada
PT. BRI (Persero), bagaimana kemampuan PT. BRI (Persero) dalam menanggulangi
upaya-upaya penyalahgunaan pihak yang tidak berwenang, kesalahan dalam
pemrosesan data dan gangguan pihak luar. Atau dilakukannya pemeriksaan berkala
(audit) atas sistem tersebut sesuai dengan surat edaran Bank Indonesia. Permasalahan
lainnya adalah penggunaan Sistem BI-RTGS ini belum digunakan secara maksimal.
Masyarakat luas masih banyak yang belum mengetahui berbagai manfaat dari sistem ini.
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji proses berjalannya dan tata cara sistem pembayaran dengan
menggunakan sistem ini, menganalisis seberapa efektif Sistem BI-RTGS yang berjalan
pada objek yang diteliti, mengkaji bagaimana komunikasi data antar kantor pusat,
wilayah dan cabang, mengevaluasi pemanfaatan Sistem BI-RTGS (Real Time Gross
Settlement) khususnya dalam fungsi sebagai alat pentransferan dana antar bank, dan
mengevaluasi dampak BI-RTGS terhadap sistem pembayaran.
Dengan dilakukan analisis terhadap sistem BI-RTGS pada PT. BRI (Persero),
diharapkan dapat diidentifikasi keuntungan, kelemahan, dan ancaman dari sistem yang
dimiliki sekarang, sehingga dapat membantu manajemen PT. BRI (Persero), dalam
meningkatkan kinerja Sistem BI-RTGS yang dimilikinya. Dan menjadikan sistem tersebut
dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.
Bagi masyarakat umum tesis ini dapat dijadikan tambahan sumber informasi
berkenaan dengan bidang perbankan, bahan acuan terutama terhadap sistem BI-RTGS.
Diharapkan hasil penelitian juga akan memberikan indikasi atas hal-hal yang
memerlukan perhatian lebih jauh dan penanggulangan permasalahan untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. Lebih lanjut analisis ini
diharapkan akan memberikan gambaran kondisi yang dihadapi dan potensi yang dimiliki
perusahaan dengan lebih dalam dan lengkap.
4
TEORI DASAR
Saat ini penyelengaraan sistem pembayaran antar bank dilakukan melalui dua
cara, yaitu:
Sistem BI-RTGS untuk transaksi nilai besar
Sistem Kliring untuk transaksi ritel/ nilai kecil.
5
BANK A BANK A
BANK F
BANK F BANK B BANK B
LEMBAGA
KLIRING
BANK E BANK C
BANK E BANK C
BANK D BANK D
Gambar 2.1. Pola Transaksi Antar Bank (Modul SPN BI, 2004:26)
Menurut Peraturan Bank Indonesia, Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer
dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan
seketika.
Bila ditarik kesimpulan, maka Sistem BI-RTGS harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Merupakan sistem transfer dana antar bank (credit transfer)
Transaksi dilakukan secara elektronik dan on-line (computer to computer)
dan bersifat paperless (tanpa disertai warkat antar bank)
“Gross” karena transaksi transfer diselesaikan satu persatu (tidak perlu
dikumpulkan terlebih dahulu sebagaimana halnya proses kliriing)
“Real-time” karena pembukuan dan pemindahan dana antar bank dilakukan
secara seketika dari rekening bank pengirim ke rekening bank penerima
yang ada di Bank Indonesia, sepanjang saldo giro bank pengirim
mencukupi.
RTGS terminal server utama, RT Server back up, RT Workstation dan sarana
pendukungnya.
2. Peserta Tidak langsung (subsidiary member) yaitu peserta yang dapat melakukan
transaksi sistem BI-RTGS secara tidak langsung yang pelaksanaannya dilakukan
oleh petugas Bank Indonesia dengan menggunakan RTGS terminal milik Bank
Indonesia.
Mekanisme Pengiriman
Secara umum dapat digambarkan bahwa mekanisme pengiriman dana pada Sistem
BI-RTGS adalah sebagai berikut:
Peserta pengiriman menginput kredit transfer pada RT untuk selanjutnya
ditransmisi ke RCC.
RCC memproses kredit transfer dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Mengecek kecukupan saldo, apakah saldo rekening giro peserta pengirim
lebih besar dari atau sama dengan nilai nominal credit transfer.
2. Jika saldo rekening giro peserta pengiriman mencukupi akan dilakukan
posting secara simultan pada rekening giro peserta pengirim dan rekening
giro peserta penerima.
3. Jika saldo rekening giro peserta pengirim tidak mencukupi, credit transfer
tersebut akan ditempatkan dalam antrian (queue) sistem BI-RTGS.
Informasi credit transfer yang telah diselesaikan (settled) akan ditransmisikan
secara otomatis oleh RCC ke RT peserta pengirim dan peserta penerima.
Mekanisme pengiriman dana untuk proses BI-RTGS dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
BANK A
Antrian
Kecukup
an dana
Tidak
Ya
Settlement
Accounts
BANK B
Misi:
Yaitu suatu fasilitas yang disiapkan PT. BRI (persero) untuk memudahkan
nasabah dalam melakukan transaksi keuangannya melalui PT.BRI (Persero) dimana
transaksi tersebut dapat dilakukan dari kantor mereka tanpa harus datang langsung ke
PT. BRI (Persero).
KP
KW KW KW
METODE PENELITIAN
Secara garis besar tesis akan melalui proses perencanaan, pengumpulan data,
analisis dan penyajian hasil. Jenis data yang diteliti adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh secara langsung dari penelitian melalui
pengamatan dan wawancara. Dalam hal ini misalnya jawaban atas wawancara dan
daftar pertanyaan yang diberikan Sekilas gambaran yang disampaikan melalui video
tentang Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring. Ataupun data pada saat observasi
langsung ke bagian-bagian terkait.
2. Data Sekunder yaitu data-data yang sudah dibuat oleh kedua objek penelitian, baik
dalam bentuk laporan-laporan, ataupun data yang diperoleh melalui artikel koran,
internet, jurnal-jurnal penelitian para ahli, dan lain-lain sesuai dengan tujuan
penelitian.
Data yang diperoleh dari kedua tempat penelitian adalah:
Laporan-laporan mengenai sistem BI-RTGS dan modul pelatihan atas Sistem
BI-RTGS, laporan tahunan.
Diagram alur (Lampiran 6, 7 dan 8)
Esai, Outlook Sistem BI-RTGS dan Sistem Kliring, Peraturan Bank Indonesia.
PEMBAHASAN
Prosedur dan alur Sistem BI-RTGS baik yang terjadi pada Bank Pengirim, Bank
Indonesia dan Bank Penerima dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
6.
2. 3.
7 10.
1 5 9
4. 8.
Bank “X” adalah Cabang dari sebuah Bank yang cukup terkenal di Indonesia.
Bank “X” berlokasi di daerah Segitiga Pasar Senen, dipimpin oleh seorang pimpinan
cabang yang diserahi tanggungjawab pengaturan dan pengambilan keputusan.
Pada bulan September 2003, Bank “X” mendapat mandat dari pihak “A” di Bank
‘Y” yang berlokasi di Kalimantan Timur untuk melakukan transfer deposito. Bank “Y”
semula hendak melakukan transfer dana lewat RTGS (real time gross settlement)
Rp 100.000.000.000,00 ke Bank “X”, dengan perintah ditaruh dalam
deposito. Pertimbangannya bunga deposito lebih tinggi yaitu 9 persen, dibanding bunga
antarbank sebesar 7 persen.
Tapi oleh Bank “X”, dana tersebut dimasukkan gironya orang tertentu yaitu pihak
“B”, seakan-akan ada perintah dari Bank “Y” untuk memasukkan ke giro orang
tersebut. Padahal itu tidak diperkenankan. RTGS mengharuskan, kalau ada perubahan
amanat harus dilakukan melalui sistem tertentu. Dengan aturan main yang jelas.
2. Penipuan via SMS atau telepon, yaitu dengan melakukan pembukaan rekening yang
ditujukan untuk menampung dana kejahatan. Dilakukan dengan menggunakan data
palsu.
13
Pada kasus Bank “X” sangat terlihat keterlibatan orang dalam bank sendiri. Dugaan akan
adanya keterlibatan dari pimpinan cabang dikarenakan kasus ini tidak mungkin terjadi
tanpa adanya campur tangan pimpinan cabang. Untuk transaksi yang terjadi antara Bank
“X” dengan Bank “Y” pasti melalui pengawasa pimpinan cabang. Sehingga apabila
transaksi itu berhasil lolos, dugaan sudah pasti jatuh kepada pimpinan cabang.
Peran pimpinan cabang sudah dapat dilihat pada saat perubahan mandat.
Mandat yang dilakukan Bank “Y” kepada Bank “X” dirubah pihak tertentu kemudian
dikirimkan kembali kepada Bank “X” melalui faksimile seolah-olah ada perubahan
mandat dari Bank “Y” untuk mentransfer dananya kepada seseorang.
Gambaran alur transaksi dapat dilihat melalui gambar 5.2 dibawah ini:
3
1
Keterangan:
1. Petugas Operasional Kantor Pusat melakukan pengisian data masukan “txn”
atas dasar CA ke Aplikasi Antar Kantor untuk diteruskan ke Kantor Cabang.
Dengan mendebet RAK RTGS dan mengkredit RAK Kantor Cabang. Kemudian
mencetak bukti realease aplikasi antar kantor tujuan dan menyimpan bukti “txn”
dan dokumen.
14
TRN IFT00000 -
A/C - -
Pembahasan Prosedur
bila tidak dilakukan konfirmasi dan verifikasi terhadap dokumen tersebut. Untuk
mengantisipasi kejadian serupa harus ditempatkan pengawas dari Bank Indonesia di
bank-bank terutama bank yang sudah mendapatkan oversight supervision II. Dan itu
setiap hari berada di bank tersebut.
16
Simpulan:
Saran:
Dilakukan training yang terus menerus kepada orang-orang yang terlibat dalam
BI-RTGS.
Untuk Bank “X”, tidak mensahkan informasi atau perintah transfer melalui
faksimil atau mesin duplikasi apapun, surat singkat atau telepon tanpa dokumen
jelas.
Sebelum dilakukan transfer perlu dilakukan klarifikasi dan verifikasi sebagai
bagian kehati-hatian.
Bagi Bank Indonesia, melakukan penindakan semestinya kepada pelaku-pelaku
pembobolan. Selain hanya melakukan pemanggilan, peneguran dan pembinaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Rindjin, Ketut., 2003; Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rahardja, Prathama daN Mandala Manurung., 2004; Uang, Perbankan, dan Ekonomi
Moneter, Fakulatas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Fitsgerald, Jerry, et all., 1981; Fundamentals of System Analysis, Ed 3, John Wikey and
son, New York.