You are on page 1of 10

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah dan Lebar Pulsa PWM

1. Rakhmad Syafutra Lubis


2. Mahdi Syukri

Jurusan Elektro, Fakultas Teknik


Universitas Syiah Kuala
Email : 1. rahmad2ali@yahoo.com, 2. Mahdisyukri@yahoo.co.id

Abstrak Switch mode inverter dc-ke-ac digunakan


untuk menghasilkan output sinusoidal ac dengan
Sinyal gerbang inverter dibangkitkan oleh magnitude dan frekuensi dapat dikendalikan.
perbandingan sinyal referensi sinusoidal (Vcontrol) Input switch mode inverter diasumsikan
amplitude Ar (Areference) dengan gelombang carrier sebagai sumber tegangan dc, dan outputnya
triangular (Vtriangular) amplitude Ac (Acarrier) berupa ac satu fase dan tiga fase. Dalam bahasan
dijaga konstan. Demonstrasi (menggunakan Matlab pertama berupa voltage-source inverter (VSI).
Simulink); dengan menvariasikan Ar dari 0 sampai Tipe lain inverter hanya digunakan untuk
Ac lebar pulsa delta dapat divariasikan dari 0 sampai penggerak motor-ac daya sangat tinggi current-
180 derajat. Rasio Ar ke Ac adalah variabel kendali source inverter (CSI), dimana input dc ke inverter
adalah sumber arus dc.
didefinisikan sebagai indeks modulasi amplitude (rasio
modulasi amplitude) atau disebut indeks modulasi. Dalam rangkaian inverter, PWM adalah suatu
Amplitude komponen frekuensi fundamental dari bit yang kompleks dengan output sinusoidal dan
tegangan output bervariasi secara linear dengan m a magnitude serta frekuensi dapat dikendalikan,
dimana ini diumpankan ke rangkaian inverter.
( ma ≤1,0 ; ma=V control /V triangular ). Rasio modulasi Untuk itu sinyal kendali sinusoidal pada frekuensi
frekuensi m f ≥ 9 ( dalam kasus yang biasa), yang diinginkan dibandingkan dengan gelombang
m f =f s /f l , f s : frekuensi carrier , f l : frekuensi triangular.
modulasi. Pada keadaan f l konstan, jumlah dan lebar
pulsa dipengaruhi sinyal referensi sinusoidal,
gelombang carrier triangular dan frekuensi switching. 2. INVERTER SUMBER TEGANGAN
Penerapan dalam PWM Inverter tiga fasa
mengillistrasikan penggunaan mesin asinkron (Motor Inverter sumber tegangan dapat dibagi menjadi
Induksi) dalam open-loop speed control pada 3Hp, tiga kategori umum [1].
220Volt motor industri. Nilai rms komponen
fundamental tegangan line pada terminal stator mesin 2.1 Pulse-Width Modulation (PWM) Inerter
V ab sebesar 220,5 Volt. Disamping itu hasil yang
diperoleh dengan menggunakan teori yang telah Input tegangan dc esensialnya magnitudenya
diuraikan dalam paper ini menghasilkan nilai V ab = konstan. Inverter harus mengendalikan magnitude
220.1 Volt. dan frekuensi tegangan output ac, ini dicapai
dengan pulse-width modulation (PWM) switch
Kata kunci : PWM, Jumlah pulsa, Lebar pulsa, Rasio inverter, karenanya disebut PWM inverter. Ada
modulasi amplitude, Rasio modulasi frekuwensi. beberapa variasi skema untuk memodulasi lebar
pulsa dalam rangka untuk membentuk output
tegangan ac berupa sinusoida. Skemanya disebut
1. PENDAHULUAN
Sinusoidal-PWM.

2.2. Square-Wave Inverter


Dalam inverter ini, tegangan input dc io
dikendalikan dalam rangka untuk untuk
mengendalikan magnitude tegangan output ac,
dan karenanya inverter hanya mengendalikan
2 1
frekuensi tegangan output. Tegangan output ac
mempunyai bentuk yang sama dengan gelombang Rectifier Inverter
persegi, karena itu disebut square-wave inverter. vo

2.3. Inverter Satu-Fase dengan Voltage


3 4
Cancellation
Inverter Rectifier
Ini bertujuan mengendalikan magnitude dan
frekuensi tegangan output inverter, dengan
tegangantegangan input dc konstan, dimana
switch inverter bukan pulse-width modulation, Dalam Interval 1 dan 3 daya mengalir dari DC ke AC
karenanya bentuk gelombang tegangan seperti
Dalam Interval 2 dan 4 daya mengalir dari AC ke DC
gelombang persegi. Inverter ini adalah kombinasi
karakteristik dua inverter sebelumnya dan hanya Gambar 1. Switch Mode Inverter Satu Fase
untuk satu fase.
3.FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH
DAN LEBAR PULSA PWM
2.4. Konsep Dasar Switch Mode Inverter
Dalam rangkaian inverter, PWM adalah suatu
id bit yang kompleks, dengan output sinusoidal dan
io
magnitude serta frekuensi dapat dikendalikan.
 + Untuk itu sinyal kendali sinusoidal pada frekuensi
1 - Pasa
Inverter Switch Mode
yang diinginkan dibandingkan dengan gelombang
Vd
triangular [1].
dan Filter
 
V0
3.1. Modulasi Frekuensi dan Indeks Modulasi
io
0
Frekuensi gelombang triangular merupakan
t
frekuensi switching inverter dan secara umum

dijaga konstan selama amplitude


V^ tri .
4 1 2 3 Gelombang triangular
v tri (dalam Gambar 2.
PWM (a)) pada suatu frekuensi switching S f
yang merupakan frekuensi switching inverter (
fS disebut juga carrier frequency). Sinyal
kendali
v control digunakan untuk memodulasi
switch duty ratio dengan frekuensi 1 f yang
merupakan frekuensi fundamental yang
diinginkan output tegangan inverter ( 1 disebut
f
juga modulating frequency). Tegangan output
inverter tidak tepat sama dengan gelombang sinus
dan akan mengandung komponen-komponen
harmonik dengan frekuensi
f1 .
Rasio modulasi frekuensi
mf fundamentalnya (kurva titik) ditunjukkan dalam
Gambar 3 PWM (b) yang digambar untuk mf=15
didefinisikan dengan dan ma=0,8.
fS Spektrum harmonic v Ao pada kondisi seperti
mf = Gambar 3. PWM (a) dan (b) ditunjukkan pada
f1 Gambar 3. PWM (c), dimana tegangan harmonik
(1) ternormalisasi ( V
^ Ao ) h / ( V d /2 ) memiliki amplitude
Rasio modulasi amplitude
ma atau indeks signifikan yang diplot pada m a ≤1,0 .
modulasi amplitude atau indeks modulasi
didefinisikan dengan
3.2. Yang Mempengaruhi Jumlah Pulsa
V^ control
ma = Berdasarkan gambar 3. PWM dengan
V^ tri
ma =0,8 dan
mf =15 dapat diambil
(2)
V^ control adalah amplitude puncak sinyal kesimpulan sebagai berikut :
dengan
V^ tri sinyal triangular Bila periode
V^ control =2 π konstan ;
kendali. Amplitude
biasanya dijaga konstan. ω1
f 1= f 1 =50 Hz maka,
 2π ;

Vd TA
D A io
1. Amplitude
V^
control hanya mempengaruhi atau
2
 A mengatur lebar pulsa PWM
Vd 

TA T tri dari V tri ^
Vd D A v AN 2. Periode mempengaruhi lebar
2 dan jumlah pulsa PWM
 
 o
N dengan :
Gambar 2. Switch Mode Inverter Satu kaki
+¿¿ fS
Dalam inverter pada Gambar 2. switch T A m=15=
50 ;
f S =750 Hz
dan T −¿¿
A dikendalikan berbasis pada
^ ^
perbandingan V control dan V tri , dan tegangan
V^ control
output tidak tergantung pada i o [1]: jika untuk satu gelombang

^ tri , T +¿¿
^ control > V Vd
V A adalah on v Ao =
2

^ tri , T −¿¿
^ control < V −V d
V A adalah off v Ao =
2

Sehingga dua switch tidak pernah off bersamaan,


Vd
tegangan output v Ao , berfliktuasi antara dan
2
−V d
. v Ao , dan komponen frekuensi
2
dengan
n=non +noff untuk Amplitude
V control ≤ V triangular
3.3. Lebar Pulsa PWM

Pola PWM gelombang sinus 3 fase dapat


dibentuk berdasarkan pola PWM 1 fase dengan
melakukan penggeseran sebesar 120 o listrik pada
masing-masing fase. Setiap fase memerlukan
pengemudi daya positif dan pengemudi daya
negatif sehingga keseluruhan memerlukan 6 bit
pola PWM, dimana setiap bit digunakan untuk
mengatur penyalaan dan pemadaman setiap
pengemudi daya. Karena untai pengemudi daya
terhubung secara jembatan maka pengemudi daya
positif dan pengemudi daya negatif pada fase
yang sama tidak boleh menyala pada saat
bersamaan, bila terjadi penyalaan secara
bersamaan akan menyebabkan terjadi hubung
singkat antara catu daya positif dengan catudaya
negatif. Pola PWM gelombang sinus 1 fase akan
terdiri atas 2 bit pola PWM, satu bit untuk bagian
positif dan satu bit untuk bagian negatif.
Lebar masing-masing pulsa dihitung
berdasarkan luasan masing-masing segmen yang
dibentuk seperti ditunjukkan pada gambar 4.
berikut [2].

Luasan tiap segmen dihitung dengan


menggunakan integral
φi +d
Gambar 3.
Li=E m ∫ sin φ dφ=E m [ cos φi−cos (φ i +d )]
φi

fS (4)
15= f S =15 Hz
1 ; dan Jika Pulsa PWM mempunyai tinggi sebesar E ,
1 maka lebar pulsa ke i dapat dihitung berdasarkan
T S=
15 luasan
Li , dengan lebar sebesar

dimana besar
f S ini menunjukkan jumlah pulsa Li Em
Ti= =[ cos φ i−cos ( φi + d ) ]
yang terbentuk yaitu
n=f S E E
(5)
Selanjutnya pulsa terbagi dua yaitu :
Perbandingan antara tegangan puncak sinus
f S +1 f S −1 dengan tegangan pulsa PWM dinyatakan sebagai
non= noff = indeks modulasi,
2 dan 2
(3)
Em gelombang carrier triangular (Vtriangular)
m= amplitude Ac (Acarrier) dijaga konstan.
E
(6) Dengan menvariasikan Ar dari 0 sampai Ac
lebar pulsa delta dapat divariasikan dari 0 sampai
Indeks modulasi digunakan untuk memberikan 180 derajat. Rasio Ar ke Ac adalah variabel
pengaturan tegangan rms pada keluaran inverter. kendali didefinisikan sebagai indeks modulasi
amplitude (rasio modulasi amplitude) atau disebut
indeks modulasi. Amplitude komponen frekuensi
fundamental dari tegangan output bervariasi
secara linear dengan ma
( ma ≤1,0 ; ma=V control /V triangular ). Rasio modulasi
Em f  t   E m sin  frekuensi m f ≥ 9 ( dalam kasus yang biasa),
m f =f s /f l , f s : frekuensi carrier , f l : frekuensi
modulasi.
Sebab kasus relatif dalam memfilter harmonik
Li tegangan pada frekuensi tinggi, diinginkan
menggunakan frekuensi switching setinggi
 mungkin, kecuali untuk satu significant drawback.

d Rugi-rugi switching dalam switch inverter naik
i i  d proporsional dengan frekuensi switching f s,
(a ) karena itu dalam banyak aplikasi frekuensi
switching dipilih lebih kecil dari 6 kHz atau lebih
besar dari 20 kHz diatas range audible. jika
frekuensi switching optimum (berbasis pada
Ti performansi sistem keseluruhan) turns out ke
E beberapa cara dalam range 6 sampai 20 kHz.
kemudian kerugian untuk 20 kHz biasanya
ditutupi oleh keuntungan tidak adanya audible
Li nois dengan f s 20 kHz atau lebih besar.
Tegangan kendali bervariasi secara sinusoidal
pada frekuensi f 1=w 1 /2 pi yang diinginkan
 menjadi (sebagai) frekuensi fundamental output
d inverter.

(b) v control =V control sin ωt (7)


Gambar 4. Gambar Luasan Pulsa Pada Segmen
dengan amplitude Vcontrol ≤ Vtriangular
ke-I
(a) Luasan Segmen ke-I Gelombang Sinus
(b) Luasan Ekivalen Segmen ke-i Pulsa 4. SINYAL PEMBANGKIT PWM DAN PWM
PWM
4.1 Hasil-Hasil Sinyal Pembangkit PWM
3.4. Demonstrasi
Data diperoleh dari Gambar3. , yaitu
mempergunakan Gambar 3., sebagai acuan
Sinyal gerbang inverter dibangkitkan oleh
perhitungan (analisis), yaitu mulai dari ma=0,8
perbandingan sinyal referensi sinusoidal
dan mf=15.
(Vcontrol) amplitude Ar (Areference) dengan
Gambar 6.

Gambar 5.

Gambar 7.
Gambar 9.

Gambar 8.

Gambar 10.
Gambar 12.

Gambar 5 dan 6 ; fs tetap, f1 tetap, m f tetap,


ma=0,8 menjadi ma=1, V ^ tri tetap. Dengan
menggunakan persamaan 2, diperoleh
^ control
V
ma=0,8= ^ control =0,8 ; naik menjadi
, V
1
^ control
V
1= ^ control =1. Terlihat lebar pulsa pada
, V
1
Gambar 6 semakin lebar pada bagian tengah
(puncak PWM) dengan menaikkan amplitude
^ control . Hal itu menunjukkan Em tegangan
V
inverter naik.
Gambar 11.
fS
Gambar 5 dan 6 terhadap 7 ; m f =10= ,
50
^ control
V
f S =500 (turun), f1 tetap, ma=0,8= ,
1
^ control =0,8 (tetap), Untuk Gambar 7. Dengan
V
turunnya fs merubah lebar pulsa PWM menjadi
mendekati sama. Hal itu menunjukkan Em
tegangan keluaran inverter menurun (semakin
mendatar) dan jumlah pulsa PWM turun.
fS
Gambar 5 terhadap 8, 9 ; m f =20= ,
50
V^ control
f S =1000 (naik), f1 tetap, ma=1= ,
1
^ control =1 (naik), hasilnya jumlah pulsa PWM
V
naik dan lebar pulsa naik pada bagian tengah
(puncak). Hal itu menunjukkan perubahan pada
Em tegangan keluaran inverter (amplitudenya
naik).
fS dua kali nilai actual, guna mensimulasikan efek
Gambar 5. Terhadap 10; f1 tetap, m f =20= smoothing reactor yang ditempatkan antara
50
^ control inverter dan mesin. Torsi beban diterapkan ke
V
, f S =1000 (naik), m a=0,6= , poros mesin adalah konstan dan diset ke nilai
1 nominal 11,9 Nm. Motor distart dari keadaan
^ control =0,6 (turun) Hasilnya jumlah pulsa PWM
V berhenti. Setpoint kecepatan diset ke 1,0 pu atau
bertambah, disamping itu lebar pulsa menyempit. 1725 rpm. Kecepatan ini dicapai setelah 0,9 detik.
fS
Gambar 5. Terhadap 11; f1 tetap, m f =20= 4.2.2. Demonstrasi
50
V^ control Melihat parameter simulasi, maksimum time
, f S =1000 (naik), ma=1,2= ,
1 step dibatasi 10 μdetik. Hal ini dikehendaki
^ control =1,2 (naik) Hasilnya jumlah pulsa PWM
V karena inverter secara relatip adalah high
tetap, disamping itu lebar pulsa semakin besar switching frequency (1980 Hz).
pada bagian tengah dan menyempit pada bagian Ditinjau arus stator dan rotor adalah nois
tepi. rendah “quite noisy” walaupun menggunakan
fS suatu smoothing reactor. Nois yang timbul dari
Gambar 5. Terhadap 12; f1 tetap, m f =20= PWM inverter juga ditinjau dalam bentuk
50
gelombang torsi elektromagnetik T e, Akantetapi
V^ control ^
, f S =1000 (naik), m a=1= , V control =0,8 inersia motor mencegah nois ini muncul dalam
0,8 bentuk gelombang kecepatan motor (rotor).
(naik) Hasilnya jumlah pulsa PWM tetap, Nilai rms komponen fundamental tegangan
disamping itu lebar pulsa semakin besar pada line pada terminal stator mesin V ab diekstrak
bagian tengah dan menyempit pada bagian tepi. dengan suatu blok Fourier sebesar 220,5 Volt.
Dua hal terakhir ini menunjukkan adanya Akhirnya meninjau output PWM inverter V ab
pembatasan untuk m a maupun m f . menggunakan ossiloskop dalam bentuk
gelombang. Disamping itu hasil yang diperoleh
4.2 Penerapan Untuk PWM Inverter Tiga Fasa dengan menggunakan teori yang telah diuraikan
(secara ringkas dalam paper ini) menghasilkan
Demonstrasi mengillistrasikan penggunaan nilai V ab = 220.1 Volt.
mesin asinkron (Motor Induksi) dalam open-loop
speed control pada 3Hp, 220Volt motor industri
5. KESIMPULAN
4.2.1. Gambaran Rangkaian
Sinyal gerbang inverter dibangkitkan oleh
Motor Induksi 3 Fasa dengan data yang perbandingan sinyal referensi sinusoidal
diperoleh dari [3] dan hasilnya digunakan sebagai A
(Vcontrol) amplitude r (Areference) dengan
pembanding terhadap hasil yang diperoleh dari
gelombang carrier triangular (Vtriangular)
teori yang telah diuraikan pada paper ini, yaitu :
amplitude Ac (Acarrier) dijaga konstan.
Daya nomial Pn = 3 Hp, Tegangan Line-line V n =
Dengan menvariasikan Ar dari 0 sampai Ac
220 Volt (rms), Fekuensi f n = 60 Hz, Kecepatan n
lebar pulsa delta dapat divariasikan dari 0 sampai
= 1725 rpm. Motor disupali oleh sinusoidal PWM
inverter. Frekuensi dasar gelombang referensi 180 derajat. Rasio Ar ke Ac adalah variabel
sinusoidal adalah 60 Hz, disamping itu frekuensi kendali didefinisikan sebagai indeks modulasi
gelombng carrier triangular diset ke 1980 Hz, amplitude (rasio modulasi amplitude) atau disebut
PWM inverter dibangun ke dalam Standard indeks modulasi.
Simulink Blocks. Keluaran mencapai blok sumber Bila f 1 konstan, V control hanya mempengaruhi
tegangan terkendali sebelum diterapkan ke blok lebar pulsa.
belitan stator motor induksi. Rotor mesin Periode T tri dan V tri mempengaruhi lebar dan
dihubung singkat. Induktansi bocor stator Lis diset jumlah pulsa.
Semakin besar f s semakin bertambah jumlah [1] N. Mohan, T. M. Undelan dan W. P. Robbins,
pulsa, atau sebaliknya. “Power Electronics: Converters, Applications
Semakin tinggi V ^ control semakin lebar pulsa and Design,” John Wiley & Sons, Inc. USA
1989.
PWM pada bagian tengah pulsa-pulsa PWM, dan
[2] B. Sutrisno, Pengendali Kecepatan Putar
semakin sempit pada bagian tepi dengan
^ tri konstan. Motor Induksi 3-Fase dengan PWM Berbasis
menganggap V Mikrokontroler 68HC1,” Tesis S-2, Program
Amplitude komponen frekuensi fundamental Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 1999.
dari tegangan output bervariasi secara linear [3] Louis-A. Dessaint and R. Champagne ,
dengan m a (m a lebih kecil atau sama dengan 1.0. “Asynchronous Machine Fed by PWM
Rasio modulasi frekuensi m f lebih besar atau Inverter,” Ecole de Technologie Superieure,
sama dengan 9 (dalam kasus yang biasa). Montreal, 2005.
Sebab kasus relatif dalam memfilter harmonik
tegangan pada frekuensi tinggi, diinginkan
menggunakan frekuensi switching setinggi
mungkin, kecuali untuk satu significant drawback.
Rugi-rugi switching dalam switch inverter naik
proporsional dengan frekuensi switching f s,
karena itu dalam banyak aplikasi frekuensi
switching dipilih lebih kecil dari 6 kHz atau lebih
besar dari 20 kHz diatas range audible. jika
frekuensi switching optimum (berbasis pada
performansi sistem keseluruhan) turns-out ke
beberapa cara dalam range 6 sampai 20 kHz.
kemudian kerugian untuk 20 k Hz biasanya
ditutupi oleh keuntungan tidak adanya audible
nois dengan f s 20 kHz atau lebih besar.
Tegangan kendali bervariasi secara sinusoidal
pada frekuensi f 1=w 1 /2 pi yang diinginkan
menjadi (sebagai) frekuensi fundamental output
inverter, v control =V control sin ωt , dengan amplitude
Vcontrol ≤ Vtriangular.
Penerapan dalam PWM Inverter tiga fasa
memberikan nilai rms komponen fundamental
tegangan line pada terminal stator mesin V ab
sebesar 220,5 Volt. Disamping itu hasil yang
diperoleh dengan menggunakan teori yang telah
diuraikan (secara ringkas dalam paper ini)
menghasilkan nilai V ab = 220.1 Volt. Ini
menunjukkan bahwa teori yang diuraikan dalam
paper ini memberikan hasil yang lebih baik.

REFERENSI

You might also like