You are on page 1of 30

Present by :

Taufik Nurohman
Program Studi Ilmu Politik FISIP
Universitas Siliwangi Tasikmalaya
2007
 Politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga
negara untuk membicarakan dan mewujudkan
kebaikan bersama.
 Politik adalah segala hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
 Politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan
untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan
dalam masyarakat.
 Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum.
 Politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan
mempertahankan sumber-sumber yang dianggap
penting.
 Aristoteles
 Melihat politik sebagai suatu asosiasi warga negara yang
membicarakan dan menyelenggarakan hal-hal yang
menyangkut kebaikan bersama seluruh anggota
masyarakat.
 Membedakan kepentingan publik (kebaikan bersama)
dengan kepentingan individu (swasta). Kebaikan bersama
memiliki nilai moral yang lebih tinggi daripada swasta.
 Menurut Aristoteles, manusia merupakan makhluk politik
dan sudah menjadi hakikat manusia untuk hidup dalam
polis. Hanya dalam polis itu manusia dapat memperoleh sifat
moral yang paling tinggi karena akan diwujudkan kebaikan
bersama. Diluar polis manusia dipandang sebagai makhluk
derajatnya dibawah manusia. Seperti binatang.
• Kebaikan bersama → kepentingan umum → tujuan-tujuan
moral atau nilai-nilai ideal yang bersifat abstrak seperti
keadilan, kebajikan, kebahagiaan.
• Kepentingan umum → (1) general will (keinginan banyak
orang/Kepentingan umum) (2) will of all (keinginan banyak
orang/kumpulan keinginan banyak orang).
• Samuel P. Huntington → kepentingan umum →Kepentingan
Pemerintah karena lembaga pemerintahan dibentuk untuk
menyelenggarakan kebaikan bersama.
• Konsep politik menurut pandangan klasik tampak sangat
kabur karena tidak ada penjelasan secara pasti tentang hal
yang bagaimana kebaikan bersama itu, mereka hanya menitik
beratkan pada “apa yang seharusnya” dicapai demi kebaikan
bersama seluruh warga polis dan dengan cara apa sebaiknya
tujuan itu dicapai.
• Berpolitik adalah membicarakan dan merumuskan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai dan ikut serta dalam upaya
mengejar tujuan bersama.
 Max Weber
 Melihat sebagai hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan negara.
 Negara → komunitas manusia yang sukses memonopoli
penggunaan paksaan fisik yang sah dalam wilayah
tertentu.
 Negara dipandang sebagai sumber utama hak untuk
penggunaan paksaan fisik yang sah. Oleh karena itu,
politik bagi Weber merupakan persaingan untuk
membagi kekuasaan dalam suatu negara.
 Ciri-ciri negara : (1) Adanya berbagai struktur yang
mempunyai fungsi yang berbeda, seperti jabatan,
peranan dan lembaga-lembaga yang memiliki tugas yang
jelas yang batasnya, yang bersifat kompleks, formal, dan
permanen.
(2) Kekuasaan untuk menggunakan paksaan dimonopoli oleh
negara. Negara memiliki kewenangan yang sah untuk
membuat putusan yang final dan mengikat seluruh warga
negara. (3) Kewenangan untuk menggunakan paksaan fisik
hanya berlaku dalam batas-batas wilayah negara tertentu.
 Kritik : (1) konsepnya terlalu sempit, ciri-ciri negara yang
disebutkan itu berlaku pada masyarakat yang sudah
berbentuk negara, sedangkan ada berbagai masyarakat
suku/masyarakat yang baru merdeka walaupun belum
memenuhi ciri-ciri negara modern tetapi sudah melaksanakan
proses dan kegiatan politik. (2) Dalam negara-negara industri
maju kekuasaan tidak terpusat pada negara melainkan
terdistribusikan pada negara-negara bagian dan kepada
berbagai kekuatan politik dalam masyarakat. (3) Konsep
politik pada pandangan kelembagaan terlalu melihat negara
sebagai gejala yang statis. (4) Yang melakukan kegiatan bukan
lembaga negara (yang tidak memiliki nilai dan kepentingan),
tetapi elit yang memegang jabatan tersebut yang ternyata
memiliki nilai dan kepentingan.
 Robson
 Politik sebagai kegiatan mencari dan
mempertahankan kekuasaan.
 Ilmu politik adalah ilmu yang memusatkan
perhatiannya pada perjuangan untuk memperoleh
dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan
kekuasaan, memperngaruhi pihak lain atau
menentang pelaksanaan kekuasaan.
 Kekuasaan → kemampuan mempengaruhi pihak
lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan
kehendak yang dipengaruhi.
 Kekuasaan dilihat sebagai interaksi antara pihak
yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.
 Kelemahan : (1) konsep tidak membedakan
kekuasaan yang beraspek politik dan kekuasaan yang
tidak beraspek politik. Contohnya: seorang kiai atau
pendeta yang mempunyai kekuatan untuk
mempengaruhi jemaahnya agar menjalankan ajaran
agama tidak beraspek politik. (2) kekuasaan hanya
salah satu konsep dalam politik. Banyak konsep lain
seperti kewenangan, legitimasi, konflik, konsensus,
kebijakan, integrasi politik dan ideologi.
 Politik sebagai kegiatan mencari dan
mempertahankan kekuasaan kekuasaan merupakan
konseptualisasi yang terlalu luas dan kurang tajam.
 Walaupun demikian konsep kekuasaan merupakan
salah satu konsep yang tidak bisa dipisahkan dari
ilmu politik.
 David Easton dan Harold Lasswell
 Memandang politik sebagai kegiatan merumuskan dan
melaksanakan kebijakan umum.
 Politik merupakan kegiatan para elit politik dalam
membuat dan melaksanakan kebijakan.
 David Easton → Politik sebagai nilai-nilai otoritatif,
berdasarkan kewenangan dan karena itu mengikat bagi
masyarakat.
 Lasswell → politik sebagai masalah Who gets what, when
and how (siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana).
 “mendapatkan apa”artinya mendapatkan nilai-nilai,
“kapan”berarti ukuran pengaruh yang digunakan untuk
menentukan siapa yag akan mendapatkan nilai-nilai
terbanyak, “Bagaimana” berarti dengan cara apa
seseorang mendapatkan nilai-nilai.
 Nilai-nilai? → hal-hal yang diinginkan/dikejar oleh
manusia., baik yang bersifat abstrak (keadilan, keamanan,
kebebasan, persamaan, demokrasi, kemanusiaan,
kehormatan dll) maupun yang bersifat kongkret
(sandang,pangan, papan, fasilitas kesehatan, fasilitas
pendidikan dll).
Kelemahan
 Menempatkan pemerintah hanya sebagai sarana dan wasit
dari persaingan antara berbagai kekuatan politik untuk
mendapatkan nilai-nilai yang terbanyak dari kebijakan. Dan
mengabaikan kenyataan bahwa pemerintah juga memiliki
kepentingan sendiri baik berupa kepentingan yang melekat
pada lembaga pemerintah (yang mewakili kepentingan
umum) maupun kepentingan para elit yang memegang
jabatan.
 Fungsionalisme cenderung melihat nilai-nilai secara
instrumental bukan sebagai tujuan seperti ditekankan
pandangan klasik
 Menurut pandangan ini, kegiatan untuk mempengaruhi
proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan ini sebagai
upaya untuk mendapatkan atau mempertahankan nilai-nilai.
Dalam upaya ini seringkali terjadi perbedaan pendapat,
perdebatan, persaingan bahkan pertentangan fisik diantara
berbagai pihak.
 Perbedaan pendapat, perdebatan sampai pertentangan dan
perebutan dalam upaya mendapatkan atau mempertahankan
nilai-nilai ini disebut konflik. Maka menurut pandangan ini,
pada dasarnya politik adalah konflik.
 Memang benar bahwa konflik adalah gejala yang selalu hadir
dalam politik, tetapi konseptualisasi ini tidak seluruhnya
tepat karena selain konflik, konsensus, kerja sama, dan
integrasi juga terjadi dalam proses politik. Dan keputusan
politik merupakan upaya penyelesaian konflik.
 Kelemahan dari konsep ini adalah tidak semua
konflik berdimensi politik seperti konflik
pribadi, konflik ekonomi, konflik agama yang
tidak selalu diselesaikan dengan proses politik.

Politik adalah interaksi antara


pemerintah dan masyarakat, dalam
rangka proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat
yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu
 Negara merupakan salah satu objek kajian ilmu politik yang
penting, dimana politik melihat negara dari sudut pandang
hubungan kekuasaan.
 Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama
masyarakat (Roger H.Soltau)
 Negara menggambarkan adanya satu struktur kekuasaan
yang memonopoli penggunaan paksaan fisik yang sah
terhadap kelompok masyarakat yang tinggal dalam wilayah
yang jelas batas-batasnya.(Ramlan Surbakti)
 Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan
karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
yang secara sah lebih berkuasa daripada individu atau
kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.
(Harold J. Laski)
 Negara adalah suatu masyarakat yang
mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.
(Max Webber)
 Negara adalah asosiasi yang menyelengarakan
penertiban di dalam masyarakat dalam suatu
wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
diberi kekuasaan memaksa.(Robert M. Maclver)
 Negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan
yang berhasil menuntut dari warga negaranya
ketaatan pada peraturan perundang-undangannya
melalui penguasaan (kontrol) monopolitis
terhadap kekuasaan yang sah.(Miriam Budiardjo)
 Memaksa → penggunaan paksaan yang sah,
tujuannya agar segala kebijakan ditaati oleh
rakyat, adanya ancaman hukuman bagi yang
melanggarnya.
 Monopolitis → tidak ada satu golongan atau
kelmpok dalam masyarakat yang dapat
menetapkan tujuan hidup yang bertentangan
dengan apa yang telah ditetapkan oleh negara.
 Mencakup semua → semua orang dalam
wilayah negara berkewajiban untuk mentaati
kebijakan yang telah ditetapkan oleh negara
 Wilayah → Tanah, Laut/air dan Udara
 Penduduk → semua orang yang pada suatu
waktu mendiami wilayah negara dan
berkewajiban untuk mematuhi ketentuan
perundangan yang berlaku di wilayah tersebut
 Pemerintah → organisasi yang berwenang
memutuskan dan melaksanakan keputusan
yang mengikat bagi seluruh penduduk di
wilayahnya
 Kedaulatan → kekuasaan tertinggi untuk
membuat dan melaksanakan kebijakan yang
mengikat dengan segala cara.
 Negara Federasi →negara yang tersusun dari beberapa
negara bagian (yang semula berdiri sendiri yang
kemudian mengadakan kerjasama tetapi masih ingin
mempunyai wewenang mengurus pemerintahan
sendiri). Negara bagian menyerahkan urusan yang
menyangkut kepentingan bersama (urusan keuangan,
angkatan bersanjata, pertahanan dan keamanan)
kepada pemerintah negara federasi.
 Negara Kesatuan → negara yang tidak tersusun dari
beberapa negara bagian (tidak ada negara dalam
negara). Pemerintah pusat mempunyai kekuasaan
tertinggi dalam semua lapangan pemerintahan.
1. Proses terbentuknya negara
 Negara federasi → yang lebih dulu ada adalah bagian-
bagiannya, artinya negara federasi itu terbentuk karena
ada beberapa negara yang masing-masing berdaulat
menggabungkan diri untuk menyelenggarakan
kepentingan tertentu secara bersama-sama. Dengan
penggabungan itu terjadi unit yang lebih besar yang
disebut negara federasi.
 Negara kesatuan → bagian-bagiannya (unit-unit yang
lebih kecil) diadakan setelah terbentuknya negara (unit
yang lebih besar)
2. Asal tugas kewenangan
 Negara federasi → berasal dari negara bagian. Setelah
negara-negara itu bergabung membentuk suatu ikatan,
maka sebagian tugas kewenangan mereka diserahkan
kepada pemerintah gabungannya (pemerintah federal).
Tugas kewenangan yang diserahkan adalah tugas
kewenangan yang bersifat umum yang menyangkut
kepentingan bersama.
 Negara Kesatuan → berasal dari pemerintah pusat.
Sebagian tugas kewenangan pemerintah pusat
diserahkan kepada pemerintah daerah. (tugas
kewenangan yang erat hubungannya dengan daerah
yang bersangkutan, dengan pertimbangan bahwa
tugas tersebut tidak akan efektif apabila
diselenggarakan oleh pemerintah pusat.
3. Kewenangan membuat UUD

 Negara Federasi → pada negara federasi ada


dua macam negara (negara federal dan negara
bagian). Ada dua macam pemerintah
(pemerintah federal dan pemerintah negara
bagian). Kewenangan membuat UUD ada pada
negara federal dan negara bagian (UUD negara
federal dan UUD negara bagian)
 Negara Kesatuan → hanya ada satu negara
dan satu pemerintah (pemerintah pusat).
Kewenangan membuat UUD hanya pada
pemerintah pusat.
 Melaksanakan penertiban.
 Mengusahakan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya.
 Melaksanakan pertahanan
 Menegakan keadilan
1. Anarkhisme
 Anarkhisme dalam bahasa Yunani berarti tanpa
pemerintahan.
 Mengingikan masyarakat tanpa negara dan pemerintah.
 Penyangkalan terhadap semua tujuan dan fungsi negara.
 Anggapan dasarnya bahwa kodrat manusia adalah baik
dan bijaksana. Jadi manusia tidak memerlukan negara dan
pemerintah yang dilengkapi dengan alat pemaksa untuk
menjamin keamanan dan ketertiban. Fungsi negara dapat
diselenggarakan oleh perhimpunan yang dibentuk secara
sukarela, tanpa alat pemaksa, tanpa polisi, tanpa hukum
dan tanpa pengadilan.
 Anakhisme menginginkan masyarakat yang bebas tanpa
organisasi paksaan yang membelengu dan mengekang
kebebasan individu.
2. Individualisme
 Teori ini tidak menyangkal manfaat dan fungsi negara,
tetapi negara adalah suatu keburukan yang terpaksa
diterima.
 Negara masih bermanfaat sekalipun hanya untuk
menjamin keamanan dan ketertiban. Jadi fungsi negara
adalah menjalankan fungsi yang tujuannya memelihara
dan mempertahankan keamanan dan ketertiban individu
dan masyarakat.
 Dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang “penjaga
malam” tidak boleh memasuki bidang kehidupan
individu yang terlarang bagi negara.
 Negara dan segenap aparatur negara hanya ditugaskan
untk menjaga agar individu tidak diganggu dalam
keamanan dan ketertiban, dalam hidup, kebebasan dan
hak miliknya.
3. Sosialisme
 Sosialisme → semua gerakan sosial yang menghendaki
campur tangan pemerintah yang seluas mungkin dalam
bidang perekonomian.
 Menghendaki penguasaan bersama semua alat produksi dan
perluasan aktivitas negara sampai ke bidang perekonomian
yang seluas-luasnya.
 Antitheses dari anarkisme dan indivisualisme.
 Menganggap negara sebagai organisasi yang dapan
mewujudkan cita-cita sosialistis, negara sebagai faktor positif
dalam penyelenggaraan kesejahteraan umat manusia.
 Fungsi negara harus diperluas sedemikian rupa sehingga tidak
ada lagi aktivitas sosial yang tidak diselenggarakan oleh
negara.
 Semua aktivitas negara ditujukan pada pemenuhan
kesejahteraan bersama umat manusia.
4. Komunisme
 Salah satu ajaran dari sosialisme (Karx Marx & Friedrich
Engels) yang pertama kali dipraktekan oleh Lenin di Rusia th
1917.
 Sama halnya dengan sosialisme, komunisme bertujuan
memperluas fungsi negara dan menuntut penguasaan
bersama alat-alat produksi. Tetapi sosialisme bersifat
evolusioner sedangkan komunisme bersifat revolusioner.
 Komunisme membenarkan tercapainya tujuan negara dengan
jalan revolusi sedangkan sosialisme masih percaya pada cara
damai yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan negara
tersebut.
 Komunisme lebih ekstrim dalam pelaksanaan programnya
(dalam penghapusan semua milik partikelir) sedangkan
sosialisme masih dapat mempertahankan milik partikelir itu
dalam batas tertentu.
5. Sindikalisme
 Berasal dari bahasa Perancis “syndicat” yang berarti serikat
kerja.
 Sindikalisme sebagai gerakan politik dimulai di Perancis tahun
1890, ketika “syindicalisme revolusionaire” sebagai gerakan buruh
yang bersifat politis dapat mempengaruhi dan menguasai
gerakan-gerakan serikat pekerja Perancis.
 Sindikalisme mempunyai tujuan yang sosialis, tetapi bukan
sosialisme kenegaraan melainkan sosialisme serikat kerja.
 Dalam ajaran sindikalisme, buruhlah yang memegang peranan
utama bukan negara.
 Sindikalisme menginginkan perampasan semua alat produksi
dari kaum borjuasi, tetapi bukan negara yang akan menguasai
seluruh alat produksi itu melaikan serikat kerja tersebut.
 Negara tidak diperlukan untuk melakasanakan cita-cita
sosialisme, srikat kerja itulah yang dapat menggantikan
peranan negara sebagai pelaksana fungsi kesejahteraan dan
keamanan.
6. Guild Sosialism
 Gerakan khas Inggris. Muncul di Inggris dibawah pimpinan
sarjana-sarjana Inggris pada tahun 1907-1914.
 Intinya, ajaran pemerintahan dimana badan-badang
koperasi umum akan menguasai alat-alat produksi dan
akan menyelenggarakan tugas-tugas kenegaraan di bidang
kesejahteraan.
 Gerakannya bersifat sosialis, karena menuntut
pengambilalihan semua alat produksi dari tangan kaum
kapitalis kepada koperasi-koperasi umum yang harus
bersifat otonom.
 Bersifat sindikalistis, karena berpendapat bahwa koperasi-
koperasi umum itu sebagaimana dengan serikat pekerja
dapat menggantikan peran negara dan aparatur negara
dalam penyelenggaraan kesejahteraan negara.
7. Fascisme
 Berasal dari kata fascio yang berarti kelompok atau
kumpulan.
 Fascisme sebagai gerakan politik yang timbul di Italia tahun
1922-1943. gerakan ini dibentuk oleh Bennito Mussolini
yang bersifat totaliter, diktatorial dan nasionalistis.
 Fascisme sebagai istilah kolektif untuk semua gerakan
politik di negara lainnya yang serupa dengan gerakan
politik di Italia. Seperti gerakan nasional sosialisme (Nazi)
di Jarman (Hitler).
 Negara disamakan dengan makhluk hidup yang
mempunyai bidang hidup dan kemauan sendiri dan
terlepas dari warga negaranya.
 Fascisme membenarkan penguasaan semua alat produksi
oleh negara dan tidak mengenal batas yang dapat
diselenggarakan oleh negara.
8. Kolektivisme empiris
 Istilah ini dipergunakan oleh Jacobsen dan Lipman
untuk menunjukan tendensi umum yang terdapat
di Amerika dan negara-negara industri lainnya
mengenai fungsi negara.
 Aliran ini empiris karena didasarkan atas
pengalaman.
 Kolektivistis karena berusaha mengajukan
kesejahteraan kolektif dengan menyediakan jasa
yang tidak bisa diberikan oleh usaha swasta.
 Aliran ini menyetujui penguasaan umum atas
dinas umum yang vital, seperti perusahaan gas,
listrik atau pengangkutan umum.
 Teori Ketuhanan
 Teori Alamiah
 Teori Kekuatan
 Teori Perjanjian

You might also like