Professional Documents
Culture Documents
2009
ISSN:
No. Publikasi/Publication Number: 91521.10.16
Katalog BPS/BPS Catalogue :2303004.9100
Ukuran Buku/Book Size: 16,5 x 21 cm
Jumlah Halaman / Total Pages : viii + 133 = 141 hal/pages
Naskah/Manuscript :
Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Papua Barat
i
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
publikasi ini diucapkan terimakasih. Mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang
membutuhkan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pembuatan publikasi pada masa yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
Hal.
Kata Pengantar………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………... iii
Daftar Tabel...…………………………………………………………... v
Daftar Gambar………………………………………………………….. viii
I. Pendahuluan……………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………. 1
1.2 Ruang Lingkup……………………………………………. 5
1.3 Tujuan…………………………………………………….. 6
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………….. 6
II. Metodologi………………………………………………………. 7
2.1 Sumber Data……………………………………………… 7
2.2 Metode Pengumpulan Data……………………………… 8
2.3 Metode Analisis…………………………………………... 9
2.4 Bagan Ketenagakerjaan…………………………………. 10
2.5 Konsep dan Definisi……………………………………… 12
III. Ketenagakerjaan………………………………………………… 24
3.1 Penduduk Usia Kerja……………………………………. 25
3.2 Angkatan Kerja…………………………………………... 33
3.2.1 Penduduk Bekerja……………………………… 35
3.2.1.1 Bekerja Menurut Pekerjaan Utama…… 39
3.2.1.2 Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama 47
3.2.1.3 Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama 49
3.2.1.4 Bekerja Menurut Pendidikan…………... 53
3.2.1.5 Bekerja Menurut Jam Kerja…………… 63
3.2.1.6 Bekerja Menurut Sektor Informal……... 73
3.3 Bukan Angkatan Kerja…………………………………... 85
3.4 Indikator Ketenagakerjaan................................................... 87
3.4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)…………. 88
3.4.2 Setengah Pengangguran………………………… 101
3.4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja……………. 110
3.4.4 Tingkat Kesempatan Kerja…………………….. 114
3.4.5 Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja………... 117
3.4.6 Elastisitas Kesempatan Kerja………………….. 119
3.4.7 Produktivitas Pekerja…………………………… 123
iii
IV Kesimpulan……………………………………............................. 126
Daftar Pustaka…………………………………………………… 157
Lampiran
iv
DAFTAR TABEL
v
3.17. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan
Tertinggi dan Status Pekerjaan Utama Tahun 2009………………..... 62
3.18. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Kabupten/Kota
dan Jam Kerja Tahun 2009….................................................................... 64
3.19. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jam kerja dan
Jenis kelamin Tahun 2009……................................................................. 66
3.20. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jam Kerja dan
Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2009……………………………........ 67
3.21 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status pekerjaan
Utama dan Jam Kerja Tahun 2009…………………………………….......... 69
3.22. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan dan
Jam Kerja Tahun 2009………..................................................................... 71
3.23. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Formal-Informal
menurut Kabupaten/Kota…...................................................................... 75
3.24. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal menurut
Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun 2009…………………....... 77
3.25. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal menurut
Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2009… 78
3.26. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal menurut
Kabupaten/Kota dan Status Pekerjaan Utama..................................... 80
3.27. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal menurut
Kabupaten/Kota dan Pendidikan Tahun 2009.................................... 82
3.28. Persentase Penduduk yang Bekerja di Sektor Informal menurut
Kabupaten/Kota dan jam Kerja Tahun 2009......................................... 84
3.29. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota dan
Jenis Kelamin Tahun 2009....................................................................... 92
3.30. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota dan
Perkotaan/Perdesaan Tahun 2009........................................................... 93
3.31. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kelompok Umur
Tahun 2009.................................................................................................. 95
3.32. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota dan
Pendidikan Tahun 2009............................................................................ 97
3.33. Persentase Setengah Pengangguran terhadap Total Pekerja
menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Tahun
2009……………………………………………....................................................... 104
3.34. Setengah Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota dan Ktiteria
Setengah Penganggur Tahun 2009........................................................ 108
vi
3.35. Persentase Setengah Pengangguran Terpaksa dan Sukarela
menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2009……………………………............................................................. 109
3.36. Elastisitas Kesempatan Kerja Provinsi Papua Barat Tahun
2008-2009………………………….................................................................. 122
3.37. Produktivitas Pekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Tahun 2009 (Juta rupiah per pekerja per tahun)…………………....... 124
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Page |1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Ruang Lingkup
3. Tujuan
4. Sistematika Penulisan
BAB II
METODOLOGI
A. Sumber Data
Sejauh ini sumber data makro mengenai situasi
ketenagakerjaan yang secara luas dianggap paling kredibel adalah
berasal dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Suatu
survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik secara rutin
dalam mengintegrasikan data ketenagakerjaan yang mempunyai
peran penting, karena dirancang khusus untuk mengumpulkan data
yang menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan antar
periode survei.
C. Metode Analisis
D. Bagan Ketenagakerjaan
Jumlah jam kerja seluruh pekerjaan adalah jumlah jam kerja yang
dilakukan oleh seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi
dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan)
selama seminggu yang lalu. Bagi pedagang keliling, jumlah jam kerja
dihitung mulai berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah
dikurangi waktu yang tidak merupakan jam kerja, seperti mampir
ke rumah famili/kawan dan sebagainya. Untuk pembantu
rumahtangga yang melakukan pekerjaan yang terus menerus
didalam rumahtangga dihitung banyaknya jam kerja sehari rata-
rata 12 jam.
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas dan air
5. Bangunan/konstruksi
6. Pedagang besar, eceran, rumah makan dan hotel
7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi
8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan
jasa perusahaan.
9. Jasa kemasyarakatan.
Contoh:
- Pemilik toko mempekerjakan satu atau lebih buruh
tetap.
- Pengusaha sepatu yang memakai buruh tetap.
BAB III
KETENAGAKERJAAN
yang paling tinggi dan umumnya mereka berada pada usia sekolah.
Secara umum penduduk usia tersebut berpartisipasi dalam kegiatan
sekolah sehingga mereka akan menyumbang porsi besar pada
kelompok bukan angkatan kerja dan sebaliknya akan mengurangi
porsi kelompok angkatan kerja.
Dalam struktur penduduk muda, porsi penduduk usia 20-24
tahun juga menyumbang porsi yang besar pada penduduk usia kerja.
Ketika hanya sebagian kecil saja yang terlibat dalam kegiatan sekolah
maka penduduk usia ini akan menjadi penyumbang yang besar pada
kelompok angkatan kerja walaupun tidak semua terserap dalam
lapangan pekerjaan. Penduduk yang lebih banyak terdistribusi pada
umur-umur muda memaksa Provinsi Papua Barat harus bersiap
untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Dalam
grafik terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja yang berada pada
interval umur 20-24 dan 25-29 tahun memiliki proporsi tinggi. Pada
interval umur tersebut biasanya banyak terdapat new entrance pada
dunia kerja. Setelah lulus dari SLTA atau pendidikan tinggi, lapangan
kerja siap diperebutkan oleh para pencari kerja. Dengan besarnya
komposisi penduduk pada usia tersebut tidak dapat dihindari bahwa
penyediaan lapangan pekerjaan harus sebanding dengan penduduk
usia kerja yang siap masuk angkatan kerja.
Para pendatang baru di pasar kerja yang jumlahnya tidak
sedikit ini akan mendatangkan masalah baru jika lapangan pekerjaan
yang tersedia tidak mampu menyerap mereka semua. Meskipun
mereka berperan sebagai penyebab meningkatnya partisipasi
angkatan kerja, namun bila mereka tidak bekerja maka mereka akan
masuk ke dalam kelompok para pencari kerja atau pengangguran.
Pada kenyataannya, pertambahan jumlah angkatan kerja tidak
secepat pertambahan persediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya
jumlah lapangan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah
pencari kerja yang jumlahnya terus meningkat. Lapangan pekerjaan
semakin menjadi rebutan sekian banyak para pencari kerja yang
yang terdapat di pasar kerja. Mereka yang kalah bersaing harus
tersingkir dari lapangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.
Semakin lebar gap antara jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia dengan jumlah para pencari kerja, maka semakin lama
jumlah pengangguran juga akan terakumulasi sehingga beban pasar
kerja untuk menyediakan lapangan pekerjaan akan semakin berat.
Sebuah indikator digunakan untuk melihat ketergantungan
suatu kelompok umur tertentu terhadap suatu kelompok yang secara
ekonomi dapat dikatakan produktif. Dependency Ratio (rasio
ketergantungan/beban tanggungan) dipakai untuk mengetahui
berapa besar beban tanggungan penduduk yang produktif (umur 15-
64 tahun) terhadap penduduk yang tidak produktif yaitu penduduk
muda (kurang dari 15 tahun) dan penduduk tua (65 tahun ke atas).
Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi
yang penting. Keuntungan-keuntungan ekonomi dari demografi
dapat diperoleh dengan memanfaatkan kondisi dependency ratio.
Semakin tinggi persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang tidak produktif. Sedangkan
Fakfak 711 3,127 2,863 3,321 3,892 3,228 2,323 2,153 1,318 253 114 23,303
Kaimana 2,271 2,760 2,449 2,571 2,502 2,102 1,676 849 802 487 198 18,667
Teluk Wondama 666 1,886 1,388 1,336 1,694 1,509 1,208 747 289 104 256 11,083
Teluk Bintuni 924 4,010 5,103 3,262 3,660 3,166 2,168 1,556 787 359 316 25,311
Manokwari 8,264 17,664 12,911 15,836 10,587 10,137 7,014 8,125 3,652 1,861 1,542 97,593
Sorong Selatan 1,356 4,519 4,860 5,257 6,123 3,924 2,206 3,167 1,136 200 516 33,264
Sorong 2,620 5,045 5,127 4,659 7,669 6,912 5,291 5,733 3,030 1,154 866 48,106
Raja Ampat 1,900 3,074 1,946 1,857 2,776 1,452 3,141 1,888 912 873 612 20,431
Kota Sorong 4,055 9,703 13,783 9,543 11,087 9,910 8,481 2,840 3,600 1,065 560 74,627
Jumlah/Total 22,767 51,788 50,430 47,642 49,990 42,340 33,508 27,058 15,526 6,356 4,980 352,385
P a g e | 31
2. Angkatan Kerja
Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Total
Laki-laki Perempuan
Jam Kerja
Kabupaten/Kota Total
0 1-34 35+
(1) (2) (3) (4) (5)
Fakfak 1.61 39.71 58.69 100
Kaimana 1.80 40.07 58.13 100
Teluk Wondama 5.14 43.57 51.29 100
Teluk Bintuni 0.21 31.43 68.36 100
Manokwari 0.22 27.04 72.74 100
Sorong Selatan 9.03 48.34 42.63 100
Sorong 5.70 22.39 71.92 100
Raja Ampat 0.00 42.87 57.13 100
Kota Sorong 0.99 14.01 84.99 100
PAPUA BARAT 2.32 29.18 68.50 100
Sumber: Sakernas 2009, Papua Barat
Jenis Kelamin
Jam Kerja Papua Barat
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
0 2.56 1.86 2.32
1-34 23.35 40.21 29.18
35+ 74.09 57.94 68.50
Total 100 100 100
Sumber: Sakernas 2009, Papua Barat
Jam Kerja
Pendidikan Total
0 1-34 35+
(1) (2) (3) (4) (5)
Kabupaten
/Kota Berusaha Total
Ber Pekerja
dibantu Pekerja
usaha Tak
buruh tdk Bebas
Sendiri dibayar
dibayar
Pendidikan
Kabupaten/K
Diploma Total
ota < SD SD SLTP SLTA
/Sarjana
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Fakfak 22.52 38.63 19.04 18.68 1.13 100
Kaimana 40.81 29.38 21.15 8.50 0.17 100
Teluk
47.02 29.74 13.98 9.26 0.00 100
Wondama
Teluk Bintuni 36.44 31.47 15.88 15.15 1.06 100
Manokwari 59.22 18.38 12.18 9.41 0.80 100
Sorong Selatan 33.25 21.76 30.43 11.66 2.90 100
Sorong 37.60 28.34 19.77 12.15 2.14 100
Raja Ampat 47.66 34.82 11.27 5.97 0.27 100
Kota Sorong 9.28 18.76 19.46 48.10 4.39 100
PAPUA
42.25 24.44 17.23 14.55 1.53 100
BARAT
Sumber: Sakernas 2009, Papua Barat
Jam Kerja
Kabupaten/Kota Total
< 35 35+
(1) (2) (3) (4)
Fakfak 48.40 51.60 100
Kaimana 46.70 53.30 100
Teluk Wondama 53.54 46.46 100
Teluk Bintuni 41.24 58.76 100
Manokwari 30.95 69.05 100
Sorong Selatan 62.36 37.64 100
Sorong 33.19 66.81 100
Raja Ampat 49.16 50.84 100
Kota Sorong 22.18 77.82 100
PAPUA BARAT 38.64 61.36 100
Sumber: Sakernas 2009, Papua Barat
4. Indikator Ketenagakerjaan
(permintaan) tenaga kerja lebih besar dari jumlah tenaga kerja yang
tersedia di pasar tenaga kerja, maka yang terjadi adalah tenaga kerja
akan memiliki pilihan yang lebih banyak untuk menentukan kemana
akan bekerja. Namun pada kenyataannya, disetiap negara
mempunyai kecenderungan bahwa jumlah demand tenaga kerja lebih
kecil dari pada ketersediaan tenaga kerja (supply) yang ada di pasar
tenaga kerja, dengan kata lain jumlah lapangan pekerjaan yang
diperebutkan para pencari kerja kurang sebanding dengan jumlah
pencari kerja.
Implikasi dari lebih kecilnya jumlah lapangan pekerjaan
dibandingkan dengan jumlah pencari kerja tidak lain adalah
terlahirnya pengangguran. Dengan terbatasnya ketersediaan
lapangan pekerjaan tersebut maka jumlah tenaga kerja yang
tersediapun tidak akan mampu terserap seluruhnya di pasar tenaga
kerja. Semakin besar gap antara jumlah para pencari kerja dengan
jumlah lapangan pekerjaan yang diciptakan, maka semakin besar
pula jumlah pengangguran.
Jumlah pengangguran senantiasa akan bertambah seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk setiap tahun. Semakin lama,
jumlah penduduk yang menganggur akan terakumulasi bila tidak
segera diatasi. Padahal tingginya angka pengangguran tidak hanya
akan menimbulkan masalah-masalah ekonomi saja, melainkan juga
berbagai masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kerawanan
sosial.
Dalam konsep lama yang termasuk pengangguran adalah
mereka yang mencari pekerjaan (looking for work) dan
Sumber: Diolah dari Sakernas Agustus 2006 – 2009, BPS Papua Barat
Perkotaan +
Kabupaten/Kota Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Fakfak 35.73 52.96 39.71
Kaimana 36.19 51.94 40.07
Teluk Wondama 41.09 49.83 43.57
Teluk Bintuni 25.36 47.60 31.43
Manokwari 19.06 37.26 27.04
Sorong Selatan 38.31 61.44 48.34
Sorong 17.89 32.72 22.39
Raja Ampat 34.22 67.40 42.87
Kota Sorong 10.82 20.88 14.01
PAPUA BARAT 23.35 40.21 29.18
Sumber: Sakernas 2009, Papua Barat
Penganggur Penganggur
Kabupaten/Kota Total
Terpaksa Sukarela
Lapangan Pekerjaan
Kabupaten/Kota Utama Total
A M S
(1) (2) (3) (4) (5)
4.4 TKK
PDRB dibedakan antara PDRB dengan minyak dan gas (migas) dan
PDRB tanpa minyak dan gas (nonmigas). Satuan dari produktivitas
pekerja disini adalah juta rupiah per pekerja per tahun.
Produktivitas secara umum di Provinsi Papua Barat dengan
migas lebih besar dari pada produktivitas pekerja tanpa minyak dan
gas (nonmigas) dengan selisih 13,3 juta rupiah pada tahun 2009. Hal
ini dapat diartikan bahwa nilai output yang dihasilkan pekerja pada
sektor migas lebih tinggi dibandingkan dengan sektor nonmigas.
BAB IV
KESIMPULAN
orang yang belum produktif dan atau tidak produktif lagi. Dari
sudut ekonomi kondisi ini sangat menguntungkan karena
setiap 1 orang penduduk tidak produktif ditanggung oleh 2
orang yang produktif. Ditambah lagi ketergantungan penduduk
muda (youth DR) lambat laun menurun yang artinya
pengeluaran tinggi untuk menghidupi penduduk usia muda
semakin berkurang. Konsumsi kelompok ini merupakan yang
paling tinggi.
Angkatan kerja di Provinsi Papua Barat adalah sebanyak
352.385 orang dengan komposisi 229.006 orang berjenis
kelamin laki-laki dan 123.379 orang berjenis kelamin
perempuan. Artinya bahwa angkatan kerja di Papua Barat pada
tahun 2009 sebagian besarnya adalah laki-laki. Perbandingan
angkatan kerja laki-laki terhadap angkatan kerja perempuan
hampir 6:4.
Konsep bekerja yang digunakan oleh BPS menggunakan rujukan
dari ILO dengan memakai pendekatan the one hour criterion
atau konsep bekerja paling sedikit satu jam yang lalu dalam
periode survei. Persentase penduduk yang bekerja didalam
angkatan kerja sebesar 92,44 persen.
Sebagian besar penduduk usia kerja Papua Barat bekerja
disektor pertanian, dengan persentase sebesar 56,60 persen.
Meskipun dominasi sektor pertanian masih begitu kuat, namun
sektor pertanian sebagai sektor primer menunjukkan tren yang
terus menurun dilihat dari segi jumlah tenaga kerja. Di sisi lain,
sektor industri (sektor sekunder) dan sektor jasa-jasa (sektor