You are on page 1of 207

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS
LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TAHUN 2009

Nomor : 84A/HP/XVI/05/2010
Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210
Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i


SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KEMKOMINFO) TAHUN
2009 ....................................................................................................................................... ii
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ........................... 1
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN ............................................................................
1. Dasar Hukum Pemeriksaan .......................................................................................... 41
2. Standar Pemeriksaan .................................................................................................... 41
3. Tujuan Pemeriksaan ..................................................................................................... 41
4. Entitas yang Diperiksa ................................................................................................. 41
5. Lingkup Pemeriksaan ................................................................................................... 41
6. Sasaran Pemeriksaan .................................................................................................... 41
7. Metode Pemeriksaan..................................................................................................... 42
8. Waktu Pemeriksaan ...................................................................................................... 43
9. Batasan Pemeriksaan .................................................................................................... 43

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman i


SISTEMATIKA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA (KEMKOMINFO) TAHUN 2009

Hasil Pemeriksaan Laporan Keuangan Kementerian Komunikasi dan Informatika


(Kemkominfo) Tahun 2009 terdiri dari 3 (tiga) laporan sebagai berikut:
1. Laporan I: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Laporan I berisi: (a) Hasil pemeriksaan yang memuat opini BPK, (b) Laporan
Keuangan Kemkominfo Tahun 2009, dan (c) Gambaran umum pemeriksaan yang
berisi dasar hukum pemeriksaan, standar pemeriksaan, tujuan pemeriksaan, entitas
yang diperiksa, lingkup pemeriksaan, sasaran pemeriksaan, metode pemeriksaan,
waktu pemeriksaan, dan batasan pemeriksaan.
2. Laporan II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern
Laporan II berisi: (a) Resume Hasil Pemeriksaan, (b) Tindak lanjut temuan
pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2008, 2007, 2006, 2005 dan 2004
serta (c) Temuan pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern Tahun 2009.
3. Laporan III: Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan
Laporan III berisi: (a) Resume Hasil Pemeriksaan, (b) Tindak lanjut temuan
pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Tahun 2008, 2007,
2006, 2005 dan 2004 serta (c) Temuan Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Peraturan
Perundang-undangan Tahun 2009.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman ii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) per 31 Desember 2009 dan 2008,
serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut.
Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Kemkominfo. Tanggung jawab BPK terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari
salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti
yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan
juga meliputi penilaian atas Prinsip Akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang
dibuat oleh Kemkominfo, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk
menyatakan pendapat.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan Bagian D.2.a.5 halaman 25 saldo Piutang Bukan
Pajak atas Laporan Keuangan pada Neraca Kemkominfo per 31 Desember 2009 dilaporkan
sebesar Rp1.232.169,20 juta. BPK belum meyakini kewajaran penyajian saldo Piutang
tersebut karena adanya kelemahan dalam pengelolaan, pencatatan dan pelaporan Piutang
PNBP pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) dan saldo Piutang
PNBP pada Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI)
tidak dilaporkan dalam Laporan Keuangan.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak kelemahan pencatatan dan pelaporan piutang
yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Kemkominfo tanggal 31 Desember 2009 dan
2008, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
Kemkominfo tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, serta realisasi anggaran untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem
Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 1 dari 43


I. Laporan Realisasi Anggaran Kementerian Komunikasi dan Informatika
Tahun 2009 (BA 059)

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA


LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) KOMPARATIF
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR
TA 2008/2009
(dalam Rupiah)
2009 2008
Realisasi Realisasi %
No. Uraian % Realisasi
Anggaran Realisasi Diatas (Dibawah) Anggaran Realisasi Diatas (Dibawah) Realisasi
Anggaran Anggaran Anggaran Anggaran
Pendapatan Negara dan
A. Hibah
1. Penerimaan Dalam Negeri 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60
a. Penerimaan Perpajakan 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
b. Penerimaan Negara Bukan
Pajak 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60
2. Penerimaan Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
Jumlah Pendapatan Negara
dan Hibah 7.003.938.315.198 10.063.900.026.990 3.059.961.711.792 143,69 5.554.930.649.857 7.754.629.915.836 2.199.699.265.979 139,60

B. Belanja
1. Rupiah Murni 1.849.028.307.000 1.096.997.619.828 (752.030.687.172) 59,33 2.050.180.342.000 883.126.262.005 (1.167.054.079.995) 43,08
a. Belanja Pegawai 172.254.180.000 147.891.387.875 (24.362.792.125) 85,86 234.805.522.000 182.838.385.265 (51.967.136.735) 77,87
b. Belanja Barang 1.392.217.645.000 802.466.902.919 (589.750.742.081) 57,64 1.594.112.263.000 575.940.851.884 (1.018.171.411.116) 36,13
c. Belanja Modal 255.398.033.000 119.352.733.699 (136.045.299.301) 46,73 188.651.019.000 94.788.223.362 (93.862.795.638) 50,25
d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
g. Bantuan Sosial 29.158.449.000 27.286.595.335 (1.871.853.665) 93,58 32.611.538.000 29.558.801.494 (3.052.736.506) 90,64
h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

2. Pinjaman Luar Negeri 346.448.772.000 263.022.187.428 (83.426.584.572) 75,92 161.787.586.000 98.453.418.414 (63.334.167.586) 60,85
a. Belanja Pegawai 0 0 0 0,00 830.425.000 648.325.000 (182.100.000) 78,07
b. Belanja Barang 21.735.519.000 11.506.766.935 (10.228.752.065) 52,94 20.209.955.000 17.496.037.526 (2.713.917.474) 86,57
c. Belanja Modal 324.713.253.000 251.515.420.493 (73.197.832.507) 77,46 140.747.206.000 80.309.055.888 (60.438.150.112) 57,06
d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
g. Bantuan Sosial 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

3. Hibah 60.850.092.000 0 (60.850.092.000) 0,00 50.168.434.000 14.464.920.000 (35.703.514.000) 28,83


a. Belanja Pegawai 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
b. Belanja Barang 15.552.658.000 0 (15.552.658.000) 0,00 6.300.000.000 0 (6.300.000.000) 0,00
c. Belanja Modal 45.297.434.000 0 (45.297.434.000) 0,00 43.868.434.000 14.464.920.000 (29.403.514.000) 32,97
d. Pembayaran Bunga Utang 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
e. Subsidi 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
f. Hibah 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
g. Bantuan Sosial 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
h. Belanja Lain-lain 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

Jumlah Belanja 2.256.327.171.000 1.360.019.807.256 (896.307.363.744) 60,28 2.262.136.362.000 996.044.600.419 (1.266.091.761.581) 44,03

C. PEMBIAYAAN
1. Pembiayaan Dalam Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
a. Perbankan Dalam Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
b. Non Perbankan Dalam
Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
Pembiayaan Luar Negeri
2. (Neto) 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
a. Penarikan Pinjaman Luar
Negeri (Bruto) 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
b. Pembayaran Cicilan Pokok
Utang Luar Negeri 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00
Jumlah Pembiayaan 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00

Ket: Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan
Keuangan

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 3 dari 43


II. Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika Per 31 Desember 2009 (BA 059)

NERACA KOMPARATIF
PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DA INFORMATIKA

Jumlah (Rp) Kenaikan (penurunan)


No Uraian
2009 2008 Rp %
1 ASET LANCAR
Kas di Bendahara Pengeluaran 262.225.702,00 840.189.980,00 (577.964.278,00) (68,79)
Kas di Bendahara Penerimaan 23.343.000,00 540.351.549,00 (517.008.549,00) (95,68)
Kas Lainnya dan Setara Kas 50.466.296,00 - 50.466.296,00 0,00
Kas pada BLU 2.513.291.437.536,00 1.570.003.709.414,00 943.287.728.122,00 60,08
Piutang Bukan Pajak 1.232.169.204.330,00 1.170.672.094.267,00 61.497.110.063,00 5,25
Bagian Lancar TGR 87.459.843,00 - 87.459.843,00 0,00
Uang Muka Belanja 53.350.000,00 - 53.350.000,00 0,00
Persediaan 14.037.384.138,00 10.504.351.412,00 3.533.032.726,00 33,63
Persediaan BLU 338.175.700,00 29.278.790,00 308.896.910,00 1.055,02
Jumlah Aset Lancar 3.760.313.046.545,00 2.752.589.975.412,00 1.007.723.071.133,00 36,61
2 ASET TETAP
Tanah 892.009.541.707,00 674.892.261.251,00 217.117.280.456,00 32,17
Peralatan dan Mesin 786.049.217.387,00 765.473.221.142,00 20.575.996.245,00 2,69
Gedung dan Bangunan 361.175.665.674,00 310.591.882.205,20 50.583.783.468,80 16,29
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 26.459.614.502,00 25.504.156.137,00 955.458.365,00 3,75
Aset Tetap Lainnya 13.713.738.388,00 14.352.442.316,00 (638.703.928,00) (4,45)
Konstruksi Dalam Pengerjaan 360.572.302.705,00 94.502.010.888,00 266.070.291.817,00 281,55
Peralatan dan Mesin BLU 29.118.496.510,00 91.058.441.206,00 (61.939.944.696,00) (68,02)
Jalan, Irigasi, dan Jaringan BLU 96.905.600,00 96.905.600,00 - 0,00
Aset Tetap Lainnya BLU 504.433.662,00 325.164.422,00 179.269.240,00 55,13
Jumlah Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80 24,93
3 ASET LAINNYA
Tagihan TP/Tuntutan Ganti Rugi 549.076.102,00 49.975.945,00 499.100.157,00 998,68
Aset Tak Berwujud 50.295.651.758,00 33.573.213.843,00 16.722.437.915,00 49,81
Aset Tak Berwujud BLU 3.571.070.800,00 2.017.023.800,00 1.554.047.000,00 77,05
Aset Lain-lain 18.026.481.160,00 20.378.521.104,00 (2.352.039.944,00) (11,54)
Jumlah Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00 29,32
JUMLAH ASET 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 31,70
4 KEWAJIBAN
Utang kepada Pihak Ketiga 251.635.109,00 - 251.635.109,00 0,00
Pendapatan Diterima di Muka 136.720.083,00 - 136.720.083,00 0,00
Uang Muka dari KPPN 262.225.702,00 840.189.980,00 (577.964.278,00) (68,79)
Pendapatan yang Ditangguhkan 27.282.701,00 540.351.549,00 (513.068.848,00) (94,95)
Jumlah Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (702.677.934,00) (50,90)
5 EKUITAS DANA LANCAR
Cadangan Piutang 1.232.310.014.173,00 1.170.672.094.267,00 61.637.919.906,00 5,27
Cadangan Persediaan 14.375.559.838,00 10.533.630.202,00 3.841.929.636,00 36,47
Dana yang harus disediakan untuk
pembayaran utang jangka pendek (341.828.597,00) - (341.828.597,00) 0,00
Dana Lancar BLU 2.513.291.437.536,00 1.570.003.709.414,00 943.287.728.122,00 60,08
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 3.759.635.182.950,00 2.751.209.433.883,00 1.008.425.749.067,00 36,65
6 EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Inv Jangka Panjang - - - 0,00
Diinvestasikan dalam Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80 24,93
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00 29,32
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 2.542.142.195.955,00 2.032.815.219.859,20 509.326.976.095,80 25,06
Jumlah Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,20 1.517.752.725.162,80 31,73
Jumlah Kewajiban dan ekuitas 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80 31,70

Ket: Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan
Keuangan

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 4 dari 43


CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A. PENJELASAN UMUM
1. DASAR HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah.
e. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
g. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-51/PB/2008 tentang
Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

2. KEBIJAKAN TEKNIS KEMKOMINFO


Rencana strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) 2004-2009
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
27/P/M.KOMINFO/12/2005.
Visi Kemkominfo adalah terwujudnya penyelenggaraan komunikasi dan informatika
yang efektif dan efisien menuju masyarakat informasi yang sejahtera dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Misi Kemkominfo yaitu:
a. Mengupayakan keterjangkauan dan ketersediaan informasi di seluruh wilayah NKRI;
b. Mengusahakan integrasi dan efisiensi layanan;
c. Menciptakan ekonomi informasi;
d. Melakukan komunikasi publik yang efektif.
Tujuan dan Sasaran Kemkominfo adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Meningkatkan pelayanan dan menciptakan tatanan dunia usaha penyelenggaraan
pos dan telekomunikasi yang optimal, handal, fair, setara (equal), adil dan
transparan;
2) Mengembangkan dan mendayagunakan aplikasi telematika dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara;
3) Mengembangkan sarana komunikasi dan diseminasi informasi dengan
membangun tata kelola informasi nasional yang mampu mengurangi
kesenjangan informasi sehingga kemampuan masyarakat untuk mendapatkan,
memanfaatkan, mengolah dan mengakses informasi semakin meningkat dan
dapat memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus mewujudkan daya saing bangsa;
4) Meningkatkan penyediaan, kecepatan penyebaran dan pemerataan informatika
untuk lingkungan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna
sehingga masyarakat dapat memperoleh data, informasi dean pengetahuan
dengan mudah, cepat, dan tepat untuk kemajuan taraf hidupnya;
5) Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM komunikasi dan informatika untuk

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 5 dari 43


lingkungan pemerintahan maupun industri dan masyarakat pengguna dalam
mendukung pembangunan nasional melalui peningkatan profesi, keahlian,
keterampilan, memiliki inovasi, integritas, sikap mental, moral dan etika profesi
dan jiwa kewirausahaan;
6) Meningkatkan litbang pos dan telekomunikasi, aplikasi telematika, sarana
komunikasi dan diseminasi informasi dalam rangka mengembangkan alternatif
kebijakan dan strategi pembangunan komunikasi dan informatik untuk menuju
masyarakat informasi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge–based society);
7) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pembangunan bidang komunikasi
dan informatika secara ekonomis, efisien dan efektif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan sehingga dapat memotivasi terwujudnya pencapaian
kinerja yang maksimal di setiap satuan kerja di lingkungan Kemkominfo;
8) Meningkatkan dukungan kelembagaan dan administrasi serta kapabilitas
Kemkominfo;
9) Mengembangkan alternatif strategi, kebijakan dan program untuk pemecahan
masalah dan peningkatan kinerja di bidang litbang komunikasi dan informatika;
10) Mengembangkan sinergi program dan pemanfaatan hasil litbang komunikasi
dan informatika melalui kerjasama antar lembaga litbang;
11) Meningkatkan kuantitas dan kualitas profesionalisme SDM di bidang
komunikasi dan informatika dalam mendukung pembangunan nasional melalui
peningkatan kinerja layanan publik dan layanan informasi, nilai tambah industri
komunikasi dan informatika maupun industri lainnya;
12) Meningkatkan literasi masyarakat di bidang komunikasi dan informatika;
13) Mengingkatkan profesionalisme sumber daya manusia di Kemkominfo yang
bergerak dalam penelitian dan pengembangan.

b. Sasaran
1) Pos dan Telekomunikasi
a) Terciptanya kompetisi yang sehat dan setara dalam penyelenggaraan pos dan
telekomunikasi.
b) Perkuatan regulator melalui pengadaan dan penyempurnaan tools regulator
yang handal terdiri dari:
(1) Sarana dan prasarana seperti Stasiun Monitoring Frekuensi Tetap dan
Bergerak yang terintegrasi dengan database pengguna spektrum frekuensi
radio dalam rangka mendukung manajemen spektrum frekuensi radio yang
lebih solid. Alat Bantu Monitoring, Perangkat Uji Alat dan Perangkat
Telekomunikasi, maupun Indonesia Security Incident Response Team on
Information Infrastructure (ID-SIRTII) yang handal dan modern yang
dapat digunakan untuk penegakan hukum, penyusunan kebijakan,
penilaian kinerja dan lain – lain.
(2) Sistem komputerisasi untuk mengatur/memanage spektrum frekuensi radio
dimana sistem ini digunakan untuk menjalankan proses perizinan
frekuensi radio, mulai dari tahap permohonan, penetapan frekuensi,
pentarifan, penagihan, penerbitan izin sampai pencabutan izin spektrum
frekuensi radio sehingga terselenggaranya proses perizinan frekuensi radio
secara efektif dan efisien yang mencerminkan citra profesionalisme Ditjen
Postel dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 6 dari 43


(3) Penyusunan dan pemutakhiran kebijakan mendasar di bidang pos dan
telekomunikasi seperti dukungan kebijakan Penelitian dan Pengembangan
Industri, kajian–kajian pengembangan perangkat regulasi, penyusunan dan
pemutakhiran Blue Print, Road Map dan Master Plan bidang pos dan
telekomunikasi.
(4) Meningkatnya pemahaman pada masyarakat akan penggunaan frekuensi
radio sebagai sumber daya alam yang terbatas agar sesuai dengan
ketentuan dan peruntukannya serta meminimalisir penggunaan frekuensi
radio secara illegal.
(5) Ketersediaan Spektrum Frekuensi Radio kedepan untuk manfaat pada
sektor telekomunikasi dalam menyumbang deflasi dan efek berganda pada
perekonomian nasional.
(6) Meningkatnya pelayanan di bidang pos dan telekomunikasi sesuai dengan
standar internasional.
(7) Terwujudnya Capacity Building di bidang pos dan telekomunikasi.
(8) Delapan puluh persen desa dapat terjangkau dengan fasilitas
telekomunikasi pedesaan/USO.
2) Aplikasi Telematika
a) Ditetapkan dan diterapkannya UU-ITE dan UU Cyber Crime serta peraturan
pelaksanaannya;
b) Meningkatnya aksesibilitas teknologi informasi dan e-literacy;
c) Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi untuk semua sektor (teknologi
informasi sebagai enabler, accelerator dan sektor industri unggulan);
d) Terfasilitasinya interoperabilitas sistem informasi pelayanan e-Business;
e) Berkembang dan terciptanya kompetisi yang sehat dan setara dalam
penyelenggaraan usaha aplikasi telematika;
f) Meningkatnya interoperabilitas sistem informasi pelayanan e-Government antar
lembaga komunikasi pemerintah untuk menjamin terintegrasinya sistem
informasi Kepemerintahan dan Pelayanan Publik dalam rangka NKRI;
g) Meningkatnya penyelenggara jasa layanan (service provider) teknologi
informasi yang dapat berfungsi sebagai pusat pelatihan, pusat informasi dan
sekaligus sebagai sarana pemasaran produk;
h) Meningkatnya jumlah konten lokal dan penggunaan perangkat lunak secara
legal diberbagai sektor, mendorong penggunaan aplikasi berbasis Open Source,
yang tidak menggunakan model lisensi di lingkungan swasta, pemerintah dan
pendidikan sehingga mengurangi pemakaian perangkat lunak yang tidak legal;
i) Bersama Asosiasi Pengusaha Warnet mendorong penggunaan aplikasi billing
yang meregistrasikan pengguna internet di tempat publik seperti warnet,
perkantoran dan sekolah sehingga mengurangi masalah yang ada;
j) Bersama pemangku kepentingan yang lain, mendorong pemakaian internet
secara sehat dan bertanggung jawab;
k) Berkembangnya sistem standarisasi dan audit aplikasi telematika yang
menjamin kesinambungan quality control dan quality assurance bagi produk
dan jasa layanan teknologi informasi;
l) Dibangunnya taman maya untuk mengembangkan potensi Industri Telematika
(Software dan Content) Nasional;
m) Dikembangkannya aplikasi dasar dan piranti lunak unggulan;

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 7 dari 43


n) Meningkatkan sarana publik untuk mengakses internet di perkotaan
berkolaborasi dengan pengusaha warnet melalui visi/model warnet masa depan
yaitu Multipurpose Community Internet Center.
3) Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi
a) Tersusunnya peraturan perundang-undangan di bidang media yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat;
b) Terselenggaranya proses perumusan UU Keterbukaan Informasi Publik (UU–
KIP) dan peraturan pelaksanaannya yang dapat mengakomodir berbagai
kepentingan dan sesuai dengan kesiapan pelaksanaannya;
c) Tersusunnya kebijakan dan pedoman di bidang penyiaran, pemberdayaan
kelembagaan komunikasi sosial, hubungan kelembagaan komunikasi pemerintah
dan pemerintah daerah dan kemitraan media untuk meningkatkan diseminasi
informasi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
d) Berkembangnya sistem dan metode pelaksanaan diseminasi informasi yang
efisien dan efektif di bidang penyiaran, lembaga komunikasi sosial, lembaga
komunikasi pemerintah dan pemerintah daerah dan media secara sinergi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat pengguna dalam rangka meningkatkan daya
saing informasi yang bersifat negatif;
e) Meningkatnya kerjasama antar lembaga pemerintah/negara di bidang
komunikasi dan informatika, serta kemitraan dengan lembaga media dan
lembaga komunikasi yang terdapat di masyarakat yang berfungsi sebagai sarana
komunikasi dalam pelaksanaan diseminasi informasi;
f) Meningkatnya arus dan kualitas informasi dari pemerintah dan pemerintah
daerah kepada masyarakat dan sebaliknya serta antar berbagai unsur masyarakat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat;
g) Meningkatnya arus dan kualitas informasi ke luar negeri dalam rangka
meningkatkan citra positif Indonesia di masyarakat internasional;
h) Berkembangnya Industri dan Lembaga Media yang memberikan kontribusi
terhadap proses pembangunan bangsa.
4) Pelayanan Informasi Publik
a) Meningkatnya kuantitas dan kualitas informasi publik bidang politik, hukum,
keamanan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat yang benar dan terpercaya
secara cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
b) Berkembangnya sistem dan metoda pelayanan informasi publik yang efisien dan
efektif dengan bobot materi informasi yang terpercaya, yang dilakukan oleh
instansi/lembaga penyedia informasi publik secara sinergi;
c) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap instansi/lembaga penyedia
informasi publik baik di pusat maupun daerah;
d) Berkembangnya pengelolaan pendapat umum baik yang dilakukan oleh
Kemkominfo maupun oleh instansi/lembaga informasi lain untuk dapat
dimanfaatkan sebagai bahan perumusan kebijakan pemerintah, mengklarifikasi
isu dan informasi negatif;
e) Berkembangnya kerjasama layanan informasi publik antar negara, khususnya
dalam kerangka “Millenium Development Goals” (MDG)

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 8 dari 43


5) Pengembangan SDM bidang Komunikasi dan Informatika
a) Meningkatnya pemahaman manusia Indonesia yang mampu menikmati layanan
dasar telematika (e-literate) seperti telepon, internet dan electronic broadcast
untuk peningkatan kualitas hidup dan menikmati layanan publik;
b) Meningkatnya kualitas dan kuantitas aparatur pemerintah yang mampu
mengoperasikan sistem e-Government untuk efektivitas pelayanan publik dan
melaksanakan manajemen pemerintahan;
c) Meningkatnya profesionalisme di bidang komunikasi dan informatika yang
mampu bekerja secara produktif dan efektif, termasuk dalam mengoperasikan
komputer, office tools, internet/pusat informasi dan mesin/alat produksi berbasis
teknologi telematika;
d) Meningkatnya pekerja ICT yang mampu mengoperasikan sistem telematika
untuk menghasilkan produk dan layanan telematika, seperti pembuatan
hardware, software, konten, maupun untuk memfasilitasi sistem teknologi
telematika bagi profesional pengguna;
e) Meningkatnya para pendidik di bidang komunikasi dan informatika mampu
mendidik siswa/mahasiswa menjadi profesional di bidang ICT dan
menggunakan teknologi telematika untuk menunjang proses belajar mengajar;
f) Terwujudnya sinergi program dan pemanfaatan hasil pengembangan SDM
bidang komunikasi dan informatika;
g) Meningkatnya profesionalisme sumber daya manusia di Kemkominfo yang
bergerak dalam bidang pengembangan SDM.
6) Litbang bidang Komunikasi dan Informatika
a) Tersedianya SDM, sarana dan prasarana yang mendukung penelitian dan
pengembangan di bidang Komunikasi dan Informatika;
b) Tersedianya data dan informasi hasil penelitian dan pengembangan pos dan
telekomunikasi, aplikasi telematika, sarana dan diseminasi informasi, serta
sinergi litbang komunikasi dan informatika dengan pengembangan SDM
Komunikasi dan Informatika;
c) Tersedianya rekomendasi hasil penelitian untuk peningkatan kualitas sarana dan
prasarana, penyelenggaraan, peningkatan kualitas dan aksesibilitas, peningkatan
kapasitas dan kemampuan masyarakat di bidang Komunikasi dan Informatika;
d) Tersedianya rekomendasi hasil litbang untuk meningkatkan peran lembaga
komunikasi sosial dalam masyarakat, kerjasama dan kemitraan antara
pemerintah dengan masyarakat, serta kualitas, kuantitas dan efektivitas
informasi publik;
e) Tersedianya rekomendasi hasil litbang dalam meningkatkan dan
mengembangkan sistem dan konten telematika serta pemanfaatan dan
pendayagunaan aplikasi telematika dalam meningkatkan kualitas layanan
pemerintah dan layanan bisnis;
f) Tersedianya rekomendasi hasil litbang dalam meningkatkan kualitas sumber
daya dan fungsi manajemen Kemkominfo;
g) Terwujudnya sinergi program dan pemanfaatan hasil litbang komunikasi dan
informatika antar lembaga litbang dan instansi lainnya;
h) Tersedianya sumber daya manusia yang profesional di Kemkominfo yang
bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan komunikasi dan
informatika.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 9 dari 43


7) Pengawasan bidang Komunikasi dan Informatika
a) Tersusunnya program kerja Kemkominfo dan pelaksanaannya secara ekonomis,
efisien dan efektif;
b) Terwujudnya sistem pengawasan akuntabel yang dapat mencegah dan
memberantas praktek KKN serta meningkatnya penerimaan Negara;
c) Meningkatnya kualitas pelayanan masyarakat oleh masing-masing satuan kerja
di lingkungan Kemkominfo.
8) Kelembagaan dan Administrasi
a) Pengelolaan secara efektif dan efisien mengenai anggaran, inventarisasi
kekayaan milik negara, perencanaan pembangunan dan pelayanan administrasi
Kemkominfo;
b) Terwujudnya pembinaan SDM sesuai dengan sistem karier;
c) Tersusunnya pengembangan organisasi dan ketatalaksanaan sesuai dengan
kebutuhan;
d) Tersusunnya peraturan perundang-undangan bidang komunikasi dan informatika
serta terlaksananya bantuan hukum dan hubungan lembaga hukum;
e) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan komunikasi dan
informatika yang memadai;
f) Meningkatnya kerjasama bilateral, regional dan multilateral bidang komunikasi
dan informatika secara efektif, efisien dan dapat memberikan nilai tambah;
g) Berkembangnya jejaring kerja yang berkaitan dengan bidang komunikasi dan
informatika secara bertahap;
h) Pengolahan dan pelayanan data Kemkominfo secara efektif.

Pendapatan Kemkominfo
Pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2009 Kemkominfo memperoleh
realisasi pendapatan sebesar Rp10.063.665.417.602,00 yang bersumber dari Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
Belanja Kemkominfo
Belanja tahun anggaran 2009 Kemkominfo menerima anggaran untuk:
2009 2008
No. Uraian
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Belanja Pegawai 172.254.180.000,00 147.891.387.875,00 85,86 235.635.947.000,00 183.486.710.265,00 77,87
2. Belanja Barang 1.429.505.822.000,00 813.973.669.854,00 56,94 1.620.622.218.000,00 593.436.889.410,00 36,62
3. Belanja Modal 625.408.720.000,00 370.868.154.192,00 59,30 373.266.659.000,00 189.562.199.250,00 50,78
4. Belanja Bantuan 29.158.449.000,00 27.286.595.335,00 93,58 32.611.538.000,00 29.558.801.494,00 90,64
Sosial
Jumlah 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28 2.262.136.362.000,00 996.044.600.419,00 44,03

Realisasi Belanja Pegawai pada tahun 2009 sebesar Rp147.891.387.875,00 sedangkan pada
tahun 2008 sebesar Rp183.486.710.265,00. Belanja Barang pada tahun 2009 terealisasi
sebesar Rp813.973.669.854,00, sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp593.436.889.410,00
dan untuk Belanja Modal pada tahun 2009 terealisasi sebesar Rp370.868.154.192,00,
sedangkan pada tahun 2008 sebesar Rp189.562.199.250,00.
Untuk realisasi Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp27.286.595.335,00, sedangkan pada tahun
2008 Rp29.558.801.494,00.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 10 dari 43


3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KEMKOMINFO)
Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009 merupakan laporan yang mencakup
seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan Kemkominfo termasuk
didalamnya jenjang struktural di bawah Kemkominfo seperti Eselon I, kantor wilayah,
serta satuan kerja yang bertanggung jawab atas otorisasi kredit anggaran yang diberikan
kepadanya. Laporan Keuangan Kemkominfo disusun berdasarkan penggabungan
data/laporan keuangan satuan kerja Kemkominfo, termasuk Laporan Keuangan BTIP
yang merupakan BLU dibawah Ditjen Postel.
Pada tahun 2009 Kemkominfo memperoleh anggaran yang berasal dari APBN sebesar
Rp2.256.327.171.000,00 meliputi:
• Satuan kerja pusat/KP sebesar Rp1.397.121.954.000,00
• Satuan kerja daerah/KD sebesar Rp 859.205.217.000,00
Kemkominfo selain memperoleh dana dari DIPA BA 059, juga mengelola dana yang
berasal dari BA 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) sebesar
Rp343.825.570.000,00. Untuk Belanja Subsidi sebesar Rp225.000.000.000,00 dan
Belanja Lain-lain sebesar Rp118.825.570.000,00.
Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BA 999.06) Kemkominfo
tidak dikonsolidasikan kedalam Laporan Keuangan Kemkominfo (BA. 059) karena
Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain tersebut merupakan anggaran dari Kementerian
Keuangan yang pelaksanaan anggarannya dikelola oleh Kemkominfo. Namun
Kemkominfo tetap menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran 999.06 dan
diserahkan ke Kementerian Keuangan selaku pengguna anggarannya.
Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
(LKKL) yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan Realisasi
Anggaran seluruh entitas akuntansi yang berada di bawah Kemkominfo. Laporan
Realisasi APBN terdiri dari Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dan Realisasi
Belanja.
b. Neraca
Neraca disusun berdasarkan penggabungan neraca entitas akuntansi yang berada di
bawah Kemkominfo yang disusun melalui SAI.
c. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang pendekatan
penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca dalam
rangka pengungkapan yang memadai.
Jumlah satuan kerja di lingkup Kemkominfo adalah 56 satker. Dari jumlah tersebut
seluruh satker telah menyampaikan laporan keuangan dan laporan barang serta telah
dikonsolidasikan 100%. Rincian satuan kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 11 dari 43


Tabel I
Rekapitulasi Jumlah Satker Menurut Eselon 1
Jumlah Jenis Kewenangan
Kode Jumlah
No. Uraian KP KD DK TP
Eselon I Satker
M TM M TM M TM M TM
1 059.01 Sekretariat 2 2
Jenderal
2 059.02 Inspektorat 1 1
Jenderal
3 059.03 Ditjen Postel 3 33 36
4 059.04 Ditjen Aptel 1 1
5 059.05 Ditjen SKDI 4 1 5
6 059.06 Balitbang 1 9 10
SDM
7 059.07 BIP 1 1
Jumlah 13 43 56
Keterangan:
M = Menyampaikan LK KP = Kantor Pusat DK = Dekonsentrasi
TM = Tidak menyampaikan LK KD = Kantor Daerah TP = Tugas Pembantuan

4. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau dikeluarkan dari KUN.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui berdasarkan basis
akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan timbulnya kewajiban tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan dari KUN.
Penyusunan dan penyajian LK Tahun 2009 telah mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam penyusunan LKKL telah
diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan
pemerintahan.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK Kemkominfo adalah:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah pusat. Pendapatan diakui pada saat kas
diterima pada KUN. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai
dengan jenis pendapatan.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah pusat. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas
dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Belanja disajikan di muka

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 12 dari 43


(face) laporan keuangan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja, sedangkan di
Catatan atas Laporan Keuangan, belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi
dan fungsi.
c. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-
keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di
dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada
saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap dan Aset Lainnya.
1) Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar ini terdiri dari kas, piutang dan
persediaan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas dalam
bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah BI
pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul berdasarkan hak
yang telah dikeluarkan surat keputusan penagihannya.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang
akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai
bagian lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
(a) harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian;
(b) harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
(c) harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan
cara lainnya seperti donasi/rampasan.
2) Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun
untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Aset tetap dilaporkan pada neraca kementerian negara/lembaga per
31 Desember 2009 berdasarkan harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari 2002
didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 13 dari 43


yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah).
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau
lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(c) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya
berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
3) Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka
panjang dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan
Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang
Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset
pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar
nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan
setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke Kas
Negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/pegawai
negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu
kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak
langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh
bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
TPA dan TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca disajikan sebagai aset lainnya.
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau
lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang
dimiliki.
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang alokasinya
hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti kas besi
perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana moratorium
Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi
dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hasil
kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
Aset Lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Dana
yang Dibatasi Penggunaannya. Aset Lain-lain dapat berupa aset tetap
pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah. Di samping
itu, piutang macet kementerian negara/lembaga yang dialihkan penagihannya

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 14 dari 43


kepada Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk
dalam kelompok Aset Lain-lain.
4) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain
karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga
keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban
pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada
pemerintah. Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai
konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
(a) Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan
setelah tanggal pelaporan.
(b) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai
nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali
transaksi berlangsung. Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi
pembayaran, perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang
asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan
dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

5) Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara aset
dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan Ekuitas Dana Lancar dan
Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara aset
lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan selisih
antara aset tidak lancar dan kewajiban jangka panjang.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 15 dari 43


B. RINGKASAN LAPORAN
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menggambarkan perbandingan antara Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Tahun Anggaran (TA) 2009 dengan realisasinya, yang mencakup unsur-unsur
pendapatan, belanja, selama periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2009.
Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada TA 2009 terdiri dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp10.063.900.026.990,00 atau mencapai 143,69% dari
anggaran serta Penerimaan Hibah sebesar Nihil atau mencapai 0% dari yang
dianggarkan.
Realisasi Belanja Negara pada TA 2009 adalah sebesar Rp1.360.019.807.256,00 atau
mencapai 60,28% dari anggarannya. Jumlah realisasi Belanja tersebut terdiri dari
realisasi Belanja Rupiah Murni sebesar Rp1.096.997.619.828,00 atau 59,33% dari
anggarannya, Belanja Pinjaman Luar Negeri sebesar Rp263.022.187.428,00 atau
75,92% dari anggarannya, dan Belanja Hibah sebesar Rp0,00.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2009 dan 2008 dapat disajikan sebagai
berikut:

TA 2009 TA 2008
Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Pendapatan Negara
dan Hibah
Penerimaan Dalam
Negeri 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 5.554.930.649.857,00 7.754.629.915.836,00 139,60
Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah Pendapatan
Negara dan Hibah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69 5.554.930.649.857,00 7.754.629.915.836,00 139,60

Belanja
Belanja Rupiah
Murni 1.849.028.307.000,00 1.096.997.619.828,00 59,33 2.050.180.342.000,00 883.126.262.005,00 43,08
Belanja Pinjaman
Luar Negeri 346.448.772.000,00 263.022.187.428,00 75,92 161.787.586.000,00 98.453.418.414,00 60,85
Belanja Hibah LN 60.850.092.000,00 0,00 0,00 50.168.434.000,00 14.464.920.000,00 28,83
Jumlah Belanja 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28 2.262.136.362.000,00 996.044.600.419,00 44,03

2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal pelaporan dan dibandingkan dengan tanggal pelaporan sebelumnya.
Jumlah Aset adalah sebesar Rp6.302.455.242.500,00 yang terdiri dari Aset Lancar
sebesar Rp3.760.313.046.545,00, Aset Tetap sebesar Rp2.469.699.916.135,00 dan Aset
Lainnya sebesar Rp72.442.279.820,00.
Jumlah Kewajiban adalah sebesar Rp677.863.595,00 yang merupakan Kewajiban Jangka
Pendek.
Sementara itu jumlah Ekuitas Dana adalah sebesar Rp6.301.777.378.905,00 yang terdiri
dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp3.759.635.182.950,00 dan Ekuitas Dana Investasi
sebesar Rp2.542.142.195.955,00.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 16 dari 43


Ringkasan Neraca per 31 Desember 2009 dan 31 Desember 2008 dapat disajikan
sebagai berikut:
Tanggal Neraca Nilai kenaikan/ penurunan
Uraian (Rp)
31 Desember 2009 (Rp) 31 Desember 2008 (Rp)
Aset 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80
Aset Lancar 3.760.313.046.545,00 2.752.589.975.412,00 1.007.723.071.133,00
Aset Tetap 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80
Aset Lainnya 72.442.279.820,00 56.018.734.692,00 16.423.545.128,00
Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (1.091.033.126,00)
Kewajiban Jangka Pendek 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (1.091.033.126,00)
Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,00 (1.517.752.725.162,80)
Ekuitas Dana Lancar 3.759.635.182.950,00 2.751.209.433.883,00 1.008.425.749.067,00
Ekuitas Dana Investasi 2.542.142.195.955,00 2.032.815.219.859,00 509.326.976.095,80

2. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menguraikan dasar hukum, metodologi
penyusunan Laporan Keuangan, dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu,
dalam CaLK dikemukakan penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan, dan belanja diakui
berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan oleh dan dari Kas
Umum Negara (KUN). Sementara itu, dalam penyajian Neraca, Aset, Kewajiban, dan
Ekuitas Dana diakui berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset
dan timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dikeluarkan oleh dan dari KUN.
Dalam CaLK ini diungkapkan pula kejadian penting setelah tanggal pelaporan
keuangan serta informasi tambahan yang diperlukan.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 17 dari 43


C. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pada Tahun Anggaran 2009 realisasi anggaran untuk Kemkominfo, terdiri dari:
a. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah yang merupakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak
b. Realisasi Belanja Negara
1) Belanja Rupiah Murni
2) Belanja Pinjaman Luar Negeri
3) Belanja Hibah
No. Uraian Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69
- Penerimaan Negara Bukan Pajak 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69
- Hibah 0,00 0,00 0,00

2. Realisasi Belanja Negara 2.256.327.171.000,00 1.360.019.807.256,00 60,28


- Belanja Rupiah Murni 1.849.028.307.000,00 1.096.997.619.828,00 59,33
- Belanja Pinjaman Luar Negeri 346.448.772.000,00 263.022.187.428,00 75,92
- Belanja Hibah LN 60.850.092.000,00 0,00 0,00

2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN


a. Pendapatan Negara dan Hibah
Kemkominfo menargetkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar
Rp7.003.938.315.198,00. Target tersebut telah terealisasi sebesar
Rp10.063.900.026.990,00 atau 143,69%.
Rincian dari PNBP sebagai berikut:
No. Uraian Nilai (Rp)
1. Penerimaan dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi
Pengusahaan Jasa Titipan 36.000.000,00
Pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi 644.619.475.963,00
Biaya Ujian Radio Elektronika dan Operator Radio (REOR) 182.875.000,00
Biaya Izin Amatir Radio dan Biaya Izin Komunikasi Radio Antar
Penduduk (KRAP) 55.909.000,00
Biaya Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi Radio per Frekuensi 8.109.402.315.925,00
Biaya Sertifikasi dan Permohonan Pengujian Alat/Perangkat
Telekomunikasi 47.233.912.000,00
Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi/Universal
Service Obligation (USO) 1.247.670.892.618,00
2. Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran 6.936.261.001,00
3. Penerimaan Jasa Sewa Sarana dan Prasarana 2.517.589.078,00
4. Penerimaan Jasa Pendidikan dan Pelatihan 3.287.723.000,00
5. Lain-lain (Antara Lain Jasa Giro dan Pengembalian Belanja TAYL) 1.957.073.405,00

10.063.900.026.990,00

Rincian Target dan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah TA 2009 per Eselon I
sebagai berikut:
No. Eselon I Target (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Sekretariat Jenderal 0,00 1.250.532.530,00 0,00
2. Inspektorat Jenderal 0,00 4.100.000,00 0,00
3. Ditjen Pos dan Telekomunikasi 6.999.909.999.198,00 10.050.783.025.187,00 143,58
4. Ditjen Aplikasi Telematika 0,00 163.158.208,00 0,00
5. Ditjen SKDI 0,00 6.996.428.519,00 0,00
6. Balitbang SDM 4.028.316.000,00 4.700.800.546,00 116,69
7. BIP 0,00 1.982.000,00 0,00
Jumlah 7.003.938.315.198,00 10.063.900.026.990,00 143,69

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 18 dari 43


Dibandingkan dengan realisasi PNBP Tahun Anggaran 2008 sebesar
Rp7.754.629.915.836,00 atau 139,60% dari target sebesar
Rp5.554.930.649.857,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 29,77%.
Kenaikan tersebut dikarenakan adanya:
1) Direktorat Jenderal SKDI baru mulai melakukan penerimaan pada tahun 2009
di bidang jasa penyiaran.
2) Pusdiklat Pegawai baru melakukan penerimaan pada tahun 2009 untuk sewa
gedung.
3) Terjadi kenaikan yang cukup signifikan target PNBP TA 2009 dibanding TA
2008 dan hal ini berimbas pada realisasi target TA 2009 yang lebih besar
daripada TA 2008 terutama pada Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.
4) Kenaikan yang cukup signifikan atas penerimaan pada Biro Umum.
b. Belanja Kementerian
Pada Tahun Anggaran 2009 Kemkominfo menerima DIPA untuk Belanja sebesar
Rp2.256.327.171.000,00 dan terealisasi sebesar Rp1.360.019.807.256,00 atau
60,28%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar
Rp996.044.600.419,00 atau 44,03% dari anggaran belanja sebesar
Rp2.262.136.362.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 36,54%.
Kenaikan tersebut disebabkan adanya sebagian pembangunan telekomunikasi
perdesaan pada BLU-BTIP telah direalisasikan.
c. Belanja Pegawai
Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika menerima
DIPA untuk Belanja Pegawai sebesar Rp172.254.180.000,00 dan sampai dengan
31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp147.891.387.875,00 atau 85,86%.
Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp183.486.710.265,00 atau
77,87% dari anggaran Belanja Pegawai sebesar Rp235.635.947.000,00, realisasi
Tahun Anggaran 2009 menurun 19,39%. Kenaikan tersebut disebabkan terdapat
perpindahan mata anggaran honorarium untuk pengelola anggaran dan tim
pelaksana kegiatan dari klasifikasi belanja pegawai ke klasifikasi belanja barang.
Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut:
%
Uraian Tahun 2009 (Rp) Tahun 2008 (Rp)
Naik(Turun)
Belanja Gaji dan Tunjangan PNS 138.266.330.573,00 124.275.478.203,00 0,11
Belanja Honorium 5.383.698.052,00 55.247.065.162,00 (0,90)
Belanja Lembur 4.084.151.500,00 3.794.330.400,00 0,08
Belanja Vakasi 157.207.750,00 169.836.500,00 (0,07)
Total 147.891.387.875,00 183.486.710.265,00 (0,19)

Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp147.891.387.875,00 berasal dari Rupiah


Murni.
d. Belanja Barang
Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika menerima
DIPA untuk Belanja Barang sebesar Rp1.429.505.822.000,00 dan sampai dengan
31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp813.973.669.854,00 atau 56,94%.
Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar Rp593.436.889.410,00 atau
36,62% dari anggaran Belanja Barang sebesar Rp1.620.622.218.000,00, realisasi

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 19 dari 43


Tahun Anggaran 2009 meningkat 37,16%. Kenaikan tersebut dikarenakan:
1) Terdapat perpindahan mata anggaran honorarium untuk pengelola anggaran
dan tim pelaksana kegiatan dari klasifikasi belanja pegawai ke klasifikasi
belanja barang.
2) Alokasi pembangunan telekomunikasi perdesaan pada BLU-BTIP sebagian
telah direalisasikan.
Rincian realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:
Tahun 2009 Tahun 2008 %
Uraian
(Rp) (Rp) Naik Turun
Belanja Barang Operasional 162.645.742.866,00 142.597.481.313,00 14,06
Belanja Barang Non Operasional 193.489.770.548,00 144.920.305.000,00 33,51
Belanja Barang BLU 124.145.677.750,00 9.936.818.077,00 1.149,35
Belanja Jasa 94.854.268.080,00 110.622.573.154,00 (14,25)
Belanja Pemeliharaan 35.069.292.299,00 26.848.596.275,00 30,62
Belanja Perjalanan 203.768.918.311,00 158.511.115.591,00 28,55
Jumlah 813.973.669.854,00 593.436.889.410,00 37,16

Realisasi Belanja Barang sebesar Rp813.973.669.854,00 berasal dari:


(a) Rupiah Murni Rp802.466.902.919,00
(b) Pinjaman Luar Negeri Rp 11.506.766.935,00

e. Belanja Modal
Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika
memperoleh alokasi anggaran untuk Belanja Modal sebesar Rp625.408.720.000,00
dan sampai dengan 31 Desember 2009 terealisasi sebesar Rp370.868.154.192,00
atau 59,30%. Dibandingkan realisasi Tahun Anggaran 2008 sebesar
Rp189.562.199.250,00 atau 50,78% dari anggaran Belanja Modal sebesar
Rp373.266.659.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009 meningkat 95,64%.
Kenaikan tersebut dikarenakan:
a) Proses pelelangan dan pengadaan pada Kemkominfo dilakukan lebih efektif
dibanding tahun-tahun sebelumnya.
b) Terdapat kenaikan yang signifikan atas belanja modal peralatan dan mesin
pada Tahun Anggaran 2009.
Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
Tahun 2009 Tahun 2008 %
Uraian
(Rp) (Rp) Naik (Turun)
Belanja Modal Tanah 1.952.419.500,00 - -
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 230.322.882.916,00 70.396.714.697,00 227,18
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 98.536.856.134,00 102.787.943.495,00 (4,14)
Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 618.431.000,00 509.977.580,00 21,27
Belanja Pemeliharaan yang Dikapitalisasi - 12.917.695.878,00 -
Belanja Modal Fisik Lainnya 39.119.533.001,00 2.557.533.950,00 1.429,58
Belanja Modal BLU 318.031.641,00 392.333.650,00 (18,94)
Jumlah 370.868.154.192,00 189.562.199.250,00 95,64

Realisasi Belanja Modal sebesar Rp370.868.154.192,00 berasal dari:


(a) Rupiah Murni Rp119.352.733.699,00
(b) Pinjaman Luar Negeri Rp251.515.420.493,00
(c) Hibah -

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 20 dari 43


e. Belanja Bantuan Sosial
Pada Tahun Anggaran 2009 Kemkominfo memperoleh alokasi anggaran untuk
Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp29.158.449.000,00. Sampai dengan
31 Desember 2009 anggaran tersebut terealisasi melalui Belanja Rupiah Murni
sebesar Rp27.286.595.335,00 atau 93,58%. Dibandingkan realisasi Tahun
Anggaran 2008 sebesar Rp29.558.801.494,00 atau 90,64% dari anggaran Belanja
Bantuan Sosial sebesar Rp32.611.538.000,00, realisasi Tahun Anggaran 2009
menurun 7,69%. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan jumlah pengguna
dana bantuan sosial untuk biaya pendidikan (beasiswa) pada Tahun 2009.
Rincian realisasi Belanja Bantuan Sosial adalah sebagai berikut:
Naik
Tahun 2009 Tahun 2008
Uraian (Turun)
(Rp) (Rp)
%
Belanja Bantuan Beasiswa 27.286.595.335,00 29.558.801.494,00 (7,69)
Jumlah 27.286.595.335,00 29.558.801.494,00 (7,69)

3. CATATAN PENTING LAINNYA


Catatan lain yang perlu disampaikan dalam Laporan Keuangan ini adalah sebagai
berikut:
a. Pinjaman Luar Negeri
Pada Ditjen Aptel (PHLN) dari Negara Jepang (Japan International Cooperation
Agency/JICA) yaitu ICT Utilization Project for Education Quality Enhancement in
Yogyakarta Province Nomor: PHLN IP-542 JBIC 21585701 sebesar
Rp46.000.000.000,00 belum terealisasi karena:
1) Persetujuan JICA tentang kontrak konsultan baru disetujui pada bulan Oktober
2009.
2) Konsultan Pemanfaatan TIK untuk pemerataan mutu pendidikan di
Yogyakarta baru bisa melaksanakan kegiatan setelah persetujuan JICA keluar
yaitu pada bulan November 2009.
3) Sedangkan pengadaan peralatan masih harus menunggu hasil dari konsultan
tersebut, dengan demikian pengadaan peralatan tidak dapat dilaksanakan pada
tahun 2009.
b. Hibah
Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika
mendapatkan Hibah sebesar Rp60.850.092.000,00 terdiri dari:
1) Ditjen Aptel
Hibah dari Bank Dunia Global Program for Output Based Aid (GPOBA)
sebesar Rp4.552.658.000,00:
i. Proses pengadaan jasa konsultan sudah dilaksanakan, namun sampai
dengan akhir Desember 2009 belum ada kontrak yang ditandatangani
sehingga belum ada realisasi penarikan dana. Pengadaan jasa konsultan
sampai dengan akhir Desember 2009 adalah sebagai berikut:

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 21 dari 43


ƒ Management Consultant: pemenangnya sudah ditentukan, yaitu PT
IKC in Association with PT DKN. Sampai akhir Desember 2009
sudah sampai tahap negosiasi kontrak.
ƒ Independent Verificator Agent: pemenangnya sudah yaitu PT S.
Evaluasi teknik belum dilaksanakan karena kegiatannya terkait dan
disesuaikan dengan pelaksanaan Jasa Akses Internet (CAP).
ƒ Communication Specialist (Individual Consultant): pemenangnya
sudah ditentukan yaitu RW, namun kontrak belum dilaksanakan
karena harus diperbaiki sesuai rekomendasi Bank Dunia.
ii. Proses pengadaan Jasa Akses Internet/Community Access Point (MAK
Jasa Lainnya) pelelangan sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2009,
namun peserta lelang yang menyerahkan dokumen lelang hanya satu
sehingga harus dilakukan tender ulang pada tahun 2010.
2) Ditjen SKDI
Sampai dengan 31 Desember 2009 hibah pada Ditjen SKDI belum terealisasi
disebabkan belum terbitnya Surat Perintah Pengesahan Pembayaran (SP3) dari
KPPN Jakarta VI (khusus). Bantuan ini berasal dari Negara Jepang (Japan
International Cooperation Agency/JICA).
c. Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP)
Pada Tahun Anggaran 2009 Kementerian Komunikasi dan Informatika juga
mendapatkan anggaran untuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
(BAPP) yaitu Bagian Anggaran untuk Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain
(BA.999.06) sebesar Rp343.825.570.000,00 yang terdiri dari:
1) Belanja Subsidi sebesar Rp225.000.000.000,00 yang dikelola oleh:
(a) Ditjen Pos dan Telekomunikasi sebesar Rp175.000.000.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp174.998.848.000,00 atau 99,99%.
(b) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi sebesar
Rp50.000.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp49.659.492.612,00 atau
99,32%.
2) Belanja Lain-lain sebesar Rp118.825.570.000,00 dikelola oleh:
(a) Badan Informasi Publik sebesar Rp825.570.000,00 dengan realisasi
sebesar Rp825.104.127,00 atau 99,94%.
(b) Ditjen Pos dan Telekomunikasi sebesar Rp118.000.000.000 dengan
realisasi sebesar Rp118.000.000.000,00 atau 100%.
d. Anggaran dan Realisasi Belanja BLU BTIP
Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai Satuan Kerja Badan
Layanan Umum (BLU) yaitu Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
(BTIP) di bawah Ditjen Pos dan Telekomunikasi.
e. Pengembalian Belanja pada Badan Litbang SDM
Pada unit kerja Eselon I Badan Litbang (Balitbang) SDM terdapat realisasi sebesar
Rp656.000.000,00 yang merupakan biaya pendidikan Program S2 Telematika ITS

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 22 dari 43


yang diberikan kepada 16 mahasiswa @ Rp41.000.000,00. Satu dari 16 mahasiswa
menyatakan mengundurkan diri sehingga terdapat pengembalian biaya pendidikan
sebesar Rp41.000.000,00 dari ITS kepada pengelola kegiatan (Balitbang SDM).
Pengembalian belanja sebesar Rp41.000.000,00 tersebut belum disetorkan ke Kas
Negara sampai dengan 25 Mei 2010.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 23 dari 43


D. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
1. PENJELASAN UMUM NERACA
Neraca per 31 Desember 2009 merupakan posisi keuangan dari Kemkominfo pada
tanggal tersebut, yang terdiri dari:
Uraian 31 Desember 2009 (Rp) 31 Desember 2008 (Rp) Kenaikan/Penurunan (Rp)
Aset 6.302.455.242.500,00 4.785.405.195.271,20 1.517.050.047.228,80
Kewajiban 677.863.595,00 1.380.541.529,00 (702.677.934,00)
Ekuitas Dana 6.301.777.378.905,00 4.784.024.653.742,20 1.517.752.725.162,80

Jumlah Aset per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.302.455.242.500,00 terdiri dari Aset
Lancar sebesar Rp3.760.313.046.545,00 dan Aset Tetap sebesar
Rp2.469.699.916.135,00 dan Aset Lainnya sebesar Rp72.442.279.820,00.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2009 sebesar Rp677.863.595,00 merupakan
kewajiban jangka pendek.
Jumlah Ekuitas Dana per 31 Desember 2009 sebesar Rp6.301.777.378.905,00 terdiri
dari Ekuitas Dana Lancar sebesar 3.759.635.182.950,00 dan Ekuitas Dana Investasi
sebesar Rp2.542.142.195.955,00.

2. PENJELASAN PER POS NERACA


a. Aset Lancar
1) Kas di Bendahara Pengeluaran
Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2009 sebesar
Rp262.225.702,00. Rincian Jumlah Kas di Bendahara Pengeluaran per Eselon I
adalah sebagai berikut:
Kode Uraian Eselon I Per 31 Desember 2009 Per 31 Desember 2008
(Rp) (Rp)
059.01 Sekretariat Jenderal 5.596.449,00 12.154.932,00
059.02 Inspektorat Jenderal 0,00 0,00
059.03 Ditjen Pos dan Telekomunikasi 166.661.975,00 343.428.498,00
059.04 Ditjen Aplikasi Telematika 0,00 0,00
059.05 Ditjen SKDI 109.522,00 0,00
059.06 Badan Litbang SDM 48.488.716,00 484.606.550,00
059.07 Badan Informasi Publik 41.369.040,00 0,00
Total 262.225.702,00 840.189.980,00

Pada saat penyusunan Laporan Keuangan ini jumlah Kas di Bendahara


Pengeluaran tersebut sudah disetor seluruhnya ke Kas Negara.
2) Kas di Bendahara Penerimaan
Jumlah Kas di Bendahara Penerimaan Kemkominfo per 31 Desember 2009 adalah
sebesar Rp23.343.000,00 berasal dari Eselon I Ditjen SKDI.
3) Kas Lainnya Setara Kas
Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas pada Kemkominfo untuk Tahun Anggaran 2009
sebesar Rp50.466.296,00, saldo Kas ini berada di Eselon I:
a) Inspektorat Jenderal, sebesar Rp128.060,00 merupakan saldo jasa giro
Bendahara Pengeluaran pada Rekening Bank Mandiri yang belum disetorkan
sampai dengan 31 Desember 2009. Penyetoran jasa giro tersebut dilakukan

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 24 dari 43


pada 11 Januari 2010 sebesar Rp108.200,00 NTPN No. 0602080109000500.
Perbedaan saldo Kas Lainnya dan Setara Kas yang disajikan pada Neraca per
31 Desember 2009 dengan penyetoran yang dilakukan pada 11 Januari 2010
adalah sebesar Rp19.860,00. Perbedaan tersebut disebabkan karena
Inspektorat Jenderal telah menutup rekening Bendahara Pengeluaran pada
Bank Mandiri pada 6 Januari 2010 sehingga pihak Bank membebankan biaya
administrasi atas penutupan rekening tersebut.
b) Ditjen Pos dan Telekomunikasi, sebesar Rp46.526.595,00 merupakan dana
yang sudah dicairkan oleh Bendahara Pengeluaran tetapi belum dibagikan ke
pegawai di Balai Monitor Jayapura.
c) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sebesar Rp3.811.641,00
merupakan saldo akhir jasa giro Bendahara Pengeluaran pada Rekening Bank
Mandiri yang belum disetorkan sampai dengan 31 Desember 2009.
Penyetoran jasa giro tersebut dilakukan pada 29 Januari 2010 sebesar
Rp3.811.641,00 dengan NTPN: 0300151003100904.
4) Kas pada BLU
Saldo Kas pada Badan Layanan Umum BTIP per 31 Desember 2009 sebesar
Rp2.513.291.437.536,00 yang terdiri dari:
a) Kas di Rekening Bendahara Pengeluaran sebesar Rp578.550.507,00;
b) Kas Tunai di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp26.206.919,00;
c) Deposito berjangka satu bulan di BRI sebesar Rp1.900.000.000.000,00;
d) Deposito Umum berjangka satu bulan di Bank Bukopin sebesar
Rp550.000.000.000,00;
e) Kas di Rekening Bendahara Penerimaan sebesar Rp62.686.680.110,00.
5) Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar
Rp1.232.169.204.330,00 berasal dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
dan Badan Litbang SDM, dengan rincian sebagai berikut:
a) Direktorat Jenderal Postel sebesar Rp1.232.036.194.330,00 yang bersumber
dari:
ƒ Biaya Hak Penggunaan Frekuensi sebesar Rp1.207.079.637.943,00;
ƒ Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi sebesar
Rp24.919.608.923,00;
ƒ KPU/USO sebesar Rp36.947.464,00.
b) Badan Litbang SDM sebesar Rp133.010.000,00 yang bersumber dari satuan
kerja MMTC Yogyakarta diperoleh dari jasa penginapan yang belum dibayar
oleh pihak ketiga.
Piutang tersebut telah dibayar pada bulan Januari 2010 sejumlah
Rp133.010.000,00 dan telah disetorkan ke Kas Negara.
6) Bagian Lancar TP/TGR
Saldo Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per
31 Desember 2009 adalah sebesar Rp87.459.843,00 yang merupakan sisa piutang
TGR, dengan rincian sebagai berikut:

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 25 dari 43


Piutang Telah Diangsur Piutang Belum
No. Tanggal SKTM
(Rp) (Rp) Terbayar (Rp)
1. 30 Mei 2000 12.825.000,00 12.235.000,00 590.000,00
2. 12 November 2008 18.489.843,00 9.000.000,00 9.489.843,00
3. 20 April 2009 18.800.000,00 1.570.000,00 17.230.000,00
4. 20 April 2009 91.000.000,00 56.000.000,00 35.000.000,00
5. 17 Juni 2009 7.750.000,00 3.000.000,00 4.750.000,00
6. 13 November 2009 12.500.000,00 - 12.500.000,00
7. 20 April 2009 7.900.000,00 - 7.900.000,00
Jumlah 87.459.843,00

7) Persediaan
Saldo persediaan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp14.037.384.138,00 berasal dari:
Persediaan sebesar Rp14.037.384.138,00 sebagian besar berupa suku cadang, alat
tulis, bahan cetakan dan peralatan teknik yang berada pada Ditjen Postel dan Badan
Informasi Publik.

31 Desember 2009 31 Desember 2008


Kode Uraian Eselon I
(Rp) (Rp)
059.01 Sekretariat Jenderal 852.269.924,00 744.635.548,00
059.02 Inspektorat Jenderal 6.930.522,00 9.883.895,00
059.03 Ditjen Pos dan Telekomunikasi 7.322.498.306,00 7.564.212.110,00
059.04 Ditjen Aplikasi Telematika 1.106.817.913,00 187.469.800,00
059.05 Ditjen SKDI 1.333.616.215,00 707.287.715,00
059.06 Badan Litbang SDM 668.544.600,00 621.774.921,00
059.07 Badan Informasi Publik 2.746.706.658,00 669.087.423,00
Total 14.037.384.138,00 10.504.351.412,00
Secara umum kondisi Barang Persediaan dalam keadaan baik.
8) Persediaan Badan Layanan Umum
Jumlah persediaan BLU per 31 Desember 2009 sebesar Rp338.175.700,00
sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp29.278.790,00. Persediaan yang
terdapat pada BTIP Tahun 2009 terdiri dari barang pakai habis yang berupa
alat/bahan untuk kegiatan kantor seperti alat tulis kantor, dan lain-lain. Jumlah
barang persediaan BTIP seluruhnya dalam kondisi baik.

b. Aset Tetap
Jumlah Aset Tetap per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar
Rp2.469.699.916.135,00.
Posisi aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Per 31 Desember 2009 Per 31 Desember 2008 Kenaikan/(Penurunan)
No. Uraian
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Tanah 892.009.541.707,00 674.892.261.251,00 217.117.280.456,00
2. Peralatan dan Mesin 786.049.217.387,00 765.473.221.142,00 20.575.996.245,00
3. Gedung dan Bangunan 361.175.665.674,00 310.591.882.205,20 50.583.783.468,80
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 26.459.614.502,00 25.504.156.137,00 955.458.365,00
5. Aset Tetap Lainnya 13.713.738.388,00 14.352.442.316,00 (638.703.928,00)
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan 360.572.302.705,00 94.502.010.888,00 266.070.291.817,00
7. Peralatan dan Mesin BLU 29.118.496.510,00 91.058.441.206,00 (61.939.944.696,00)
8. Jalan, Irigasi dan Jaringan
BLU 96.905.600,00 96.905.600,00 -
9. Aset Tetap Lainnya BLU 504.433.662,00 325.164.422,00 179.269.240,00
Jumlah 2.469.699.916.135,00 1.976.796.485.167,20 492.903.430.967,80

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 26 dari 43


Seluruh Aset Tetap Kemkominfo telah dinilai kembali (revaluasi) oleh Tim Penilai dari
Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang Kementerian Keuangan RI berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Penertiban Barang Milik Negara.
1) Tanah
Jumlah Aset Tetap Tanah per 31 Desember 2009 sebesar Rp892.009.541.707,00.
Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal dengan nilai Rp674.892.261.251,00 mutasi
tambah dengan nilai Rp251.503.980.456,00 dan mutasi kurang dengan nilai
Rp34.386.700.000,00 . Jika dibandingkan dengan jumlah Aset Tetap Tanah per
31 Desember 2008 sebesar Rp674.892.261.251,00, maka terjadi kenaikan sebesar
Rp217.117.280.456,00. Kenaikan nilai tanah tersebut dikarenakan adanya
pembelian, transfer masuk dan perubahan nilai koreksi tim penertiban aset.
2) Peralatan dan Mesin
Jumlah Aset Tetap Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp786.049.217.387,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008
sebesar Rp765.473.221.142,00 maka terjadi kenaikan sebesar
Rp20.575.996.245,00. Kenaikan nilai peralatan dan mesin tersebut antara lain
dikarenakan adanya pembelian, koreksi pencatatan nilai/kuantitas, reklasifikasi
masuk, dan penyelesaian pembangunan.
3) Gedung dan Bangunan
Jumlah Aset Tetap Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2009 sebesar
Rp361.175.665.674,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal 1.074 m2/
Rp310.591.882.205,00, mutasi tambah 51 m2/Rp91.115.938.798,00, mutasi kurang
52 m2/Rp 40.532.155.329,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember
2008 sebesar Rp310.591.882.205,20 maka terjadi kenaikan sebesar
Rp50.583.783.468,80. Kenaikan nilai gedung dan bangunan tersebut dikarenakan
adanya koreksi tim penertiban aset.
4) Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jumlah Jalan, Irigasi dan Jaringan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009
sebesar Rp26.459.614.502,00, yang terdiri dari:
(a) Jalan dan Jembatan sebesar Rp7.874.377.814,00
(b) Irigasi sebesar Rp2.812.614.758,00
(c) Jaringan dan Instalasi sebesar Rp15.772.621.930,00
Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar
Rp25.504.156.137,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp955.458.365,00. Kenaikan
nilai tersebut dikarenakan terdapat penyelesaian pembangunan, pembelian aset
tetap irigasi dan jaringan.
5) Aset Tetap Lainnya
Jumlah Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2009 sebesar Rp13.713.738.388,00
sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp14.352.442.316,00 maka terjadi
penurunan sebesar Rp638.703.928,00. Penurunan tersebut dikarenakan adanya
koreksi tim penertiban aset.
Terdapat perbedaan nilai Aset Tetap Lainnya yang tersaji di Neraca per
31 Desember 2009 dengan Laporan Barang Pengguna Tahunan Intrakomptabel
Tahun Anggaran 2009.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 27 dari 43


Saldo Neraca berdasarkan SIMAK BMN per 31 Rp 13.713.738.388,00
Desember 2009
Saldo Laporan Barang Pengguna Per 31 Desember 2008 Rp 7.343.481.838,00
Perbedaan Rp 6.920.270.312,00
Perbedaan tersebut disebabkan adanya selisih yang merupakan nilai renovasi
Gedung Kantor Dinas Provinsi Maluku dan Gedung Kantor Biro Infokom Malut
Renovasi Gedung dan Bangunan yang bukan milik Departemen Komunikasi dan
Informatika dilaksanakan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2003
tentang Percepatan Pemulihan Pembangunan Provinsi Maluku dan Maluku Utara
Pasca Konflik. Berdasarkan Inpres tersebut Departemen Komunikasi dan
Informatika melaksanakan dana dekonsentrasi untuk merenovasi gedung dan
bangunan di Provinsi tersebut.
Perbedaan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp. 6.920.270.312,00 dirinci sebagai
berikut:
ƒ Renovasi Gedung Kantor LKBN ANTARA Rp. 2.774.000.000,00
(Ditjen SKDI)
ƒ Renovasi Gedung Kantor Dinas Rp. 394.900.000,00
Provinsi Maluku (Setjen)
ƒ Renovasi Gedung Kantor Biro Infokom Rp. 3.347.154.500,00
Setda Provinsi Maluku Utara (Setjen)
ƒ Renovasi Gedung Kantor BTIP (Postel) Rp. 404.215.812,00
Jumlah Rp. 6.920.270.312,00
6) Konstruksi dalam Pengerjaan
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan pada Kemkominfo per 31 Desember 2009
sebesar Rp360.572.302.705,00. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal
Rp94.502.010.888,00, mutasi tambah Rp282.019.642.101,00, mutasi kurang
Rp15.949.350.284,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008
sebesar Rp94.502.010.888,00 maka terjadi kenaikan sebesar
Rp266.070.291.817,00. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penambahan
nilai Konstruksi dalam Pengerjaan.
7) Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum
Jumlah Aset Tetap Peralatan dan Mesin Badan Layanan Umum per 31 Desember
2009 adalah sebesar Rp29.118.496.510,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per
31 Desember 2008 sebesar Rp91.058.441.206,00 maka terjadi penurunan sebesar
Rp61.939.944.696,00.
Penurunan jumlah aset tersebut disebabkan adanya hasil penilaian kembali aset
(revaluasi) dan penghapusan.
8) Jalan, Irigasi dan Jaringan Badan Layanan Umum
Jumlah Aset Tetap Jalan, Irigasi dan Jaringan Badan Layanan Umum per
31 Desember 2009 adalah sebesar Rp96.905.600,00 yang merupakan pengadaan
pada tahun 2007.
9) Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum
Jumlah Aset Tetap Lainnya pada BLU-BTIP per 31 Desember 2009 sebesar

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 28 dari 43


Rp504.433.662,00 Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008
sebesar Rp325.164.422,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp179.269.240,00.
Kenaikan jumlah tersebut dikarenakan adanya pembelian aset tetap lainnya berupa
barang non eksakta.
Nilai Aset Tetap Lainnya pada Neraca SIMAK-BMN per 31 Desember 2009
sebesar Rp100.217.850,00 sehingga bila dibandingkan dengan nilai pada Neraca
Keuangan per 31 Desember 2009 Rp504.433.662,00 terdapat perbedaan sebesar
Rp404.215.812,00.
Perbedaan tersebut karena Aset Tetap Lainnya BLU-BTIP berupa renovasi dan
dekorasi atas ruangan kantor yang disewa oleh BLU-BTIP sesuai dengan Buletin
Teknis Akuntansi No. 4 tidak dapat dicatat dalam SIMAK-BMN tetapi hanya dapat
dicatat dalam Jurnal Aset SAKPA.

c. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Lancar,
Investasi Permanen dan Aset Tetap pada tanggal Neraca.
Jumlah aset lainnya per 31 Desember 2009 pada Kemkominfo sebesar
Rp72.442.279.820,00 terdiri dari:
No. Uraian 2009 (Rp) 2008 (Rp)
1. Tuntutan Perbendaharaaan/Tuntutan Ganti Rugi 549.076.102,00 49.975.945,00
2. Aset Tak Berwujud 50.295.651.758,00 33.573.213.843,00
3. Aset Lain-lain 18.026.481.160,00 20.378.521.104,00
4. Aset Tak Berwujud BLU 3.571.070.800,00 2.017.023.800,00

1) Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi


Jumlah Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per 31 Desember 2009
sebesar Rp549.076.102,00 sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar
Rp49.975.945,00.
Telah Diangsur Piutang Belum
No. Tanggal SKTM Piutang (Rp)
(Rp) Terbayar (Rp)
1. 21 November 2000 28.794.150,00 9.598.048,00 19.196.102,00
2. 30 November 2009 570.030.000,00 40.150.000,00 529.880.000,00
Jumlah 549.076.102,00

Kenaikan nilai tersebut dikarenakan selama tahun 2009 telah terjadi penambahan
delapan kasus seperti tertera dalam tabel rincian piutang per 31 Desember 2009,
dua diantaranya sudah dilakukan pelunasan pada tahun 2009.
2) Aset Tak Berwujud
Jumlah Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp50.295.651.758,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar
Rp33.573.213.843,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp16.722.437.915,00.
Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya pembelian aset tak berwujud.

3) Aset Tak Berwujud Badan Layanan Umum


Jumlah Aset Tak Berwujud BLU per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp3.571.070.800,00. Jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008
sebesar Rp2.017.023.800,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp1.554.047.000,00.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh pembelian software komputer, server dan hasil
kajian/penelitian.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 29 dari 43


4) Aset Lain-lain
Jumlah Aset Lain-lain per 31 Desember 2009 sebesar Rp18.026.481.160,00
sedangkan per 31 Desember 2008 sebesar Rp20.378.521.104,00, maka terjadi
penurunan sebesar Rp2.352.039.944,00.
Penurunan tersebut disebabkan oleh hibah keluar berupa mobil visual mini pada
Eselon I APTEL sebesar Rp15.359.903.925,00, reklasifikasi masuk dari Aset Tetap
ke Aset Lainnya sebesar Rp13.008.323.981,00 dan penggunaan kembali BMN
yang telah dihentikan sebesar Rp460.000,00.

d. Kewajiban Jangka Pendek


Jumlah pada perkiraan Kewajiban Jangka Pendek per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp677.863.595,00 terdiri dari Utang Perhitungan Pihak Ketiga, Utang kepada Pihak
Ketiga, Pendapatan Diterima di Muka, Uang Muka dari KPPN dan Pendapatan yang
Ditangguhkan.
1) Utang kepada Pihak Ketiga
Jumlah Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2009 sebesar
Rp251.635.109,00, merupakan tagihan rekening daya dan jasa (listrik, air, telepon,
internet, tv kabel, parkir, dan lain-lain), kekurangan gaji dan tunjangan, honor,
yang masih harus dibayar oleh Ditjen Postel sebesar Rp 229.619.069,00, Ditjen
SKDI sebesar Rp 21.216.440,00, Balitbang SDM sebesar Rp799.600,00.
2) Pendapatan Diterima di Muka
Jumlah Pendapatan Diterima di Muka per 31 Desember 2009 sebesar
Rp136.720.083,00, merupakan pendapatan sewa gedung dan bangunan yang
diterima pada tahun 2009 untuk sewa bagian tahun 2010 pada Setjen. Senilai
Rp136.720.083,00 tersebut telah disetorkan ke Kas Negara pada tahun 2009.
3) Uang Muka dari KPPN
Jumlah Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2009 sebesar Rp262.225.702,00
dan per 31 Desember 2008 sebesar Rp840.189.980,00 merupakan perkiraan
penyeimbang dari perkiraan Kas di Bendahara Pengeluaran. Jumlah rupiah pada
perkiraan ini mempresentasikan uang persediaan yang belum dipergunakan
dan/atau yang belum dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.
4) Pendapatan yang Ditangguhkan
Jumlah Pendapatan yang Ditangguhkan per 31 Desember 2009 sebesar
Rp27.282.701,00. Akun ini diperoleh dari Eselon I Inspektorat Jenderal sebesar
Rp128.060,00 dan Ditjen SKDI sebesar Rp27.154.641,00, dengan rincian sebagai
berikut:
a) Inspektorat Jenderal, sebesar Rp128.060,00 merupakan saldo jasa giro
Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pada 31 Desember 2009.
b) Ditjen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi, sebesar
Rp23.343.000,00 merupakan Kas di Bendahara Penerimaan Kemkominfo per
31 Desember 2009 dan sebesar Rp3.811.641,00 merupakan saldo jasa giro
Bendahara Pengeluaran yang belum disetorkan pada 31 Desember 2009.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 30 dari 43


e. Ekuitas Dana Lancar
Ekuitas Dana Lancar per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp3.759.635.182.950,00
sedangkan jumlah per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp2.751.209.433.883,00.
Ekuitas Dana Lancar merupakan kekayaan bersih Kemkominfo yang berasal dari selisih
antara jumlah Aset Lancar dengan Kewajiban Lancar/Jangka Pendek, terdiri dari:
1) Cadangan Piutang
Jumlah Cadangan Piutang per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp1.232.310.014.173,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar
Rp1.170.672.094.267,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Piutang
Bukan Pajak.
2) Cadangan Persediaan
Jumlah Cadangan Persediaan per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp14.375.559.838,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar
Rp10.533.630.202,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Persediaan.
3) Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek per
31 Desember 2009 adalah sebesar Rp341.828.597,00 berupa:
a) Rekening daya dan jasa (listrik, air, telepon, internet, tv kabel, parkir, dan lain-
lain), kekurangan gaji dan tunjangan pada Ditjen Postel sebesar
Rp229.619.069,00 (dikurangi sebesar Rp46.526.595,00 karena dana sudah
tersedia pada Bendahara Pengeluaran, telah dicairkan pada TA 2009 tetapi
belum dibayarkan di Balai Monitor Jayapura), Ditjen SKDI sebesar
Rp21.216.440,00, Balitbang SDM sebesar Rp799.600,00.
b) Layanan/jasa yang masih harus diberikan sebagai pertanggungjawaban atas
Pendapatan Diterima di Muka sebesar Rp136.720.083,00, berupa pendapatan
sewa gedung dan bangunan yang diterima pada tahun 2009 untuk sewa bagian
tahun 2010 pada Setjen.
4) Dana Lancar BLU
Jumlah Dana Lancar BLU per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp2.513.291.437.536,00 sedangkan per 31 Desember 2008 adalah
Rp1.570.003.709.414,00. Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Kas pada
Badan Layanan Umum.

f. Ekuitas Dana Investasi


Ekuitas Dana Investasi per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp2.542.142.195.955,00
jika dibandingkan dengan jumlah per 31 Desember 2008 sebesar
Rp2.032.815.219.859,20 maka terjadi kenaikan sebesar Rp509.326.976.095,80 yang
terdiri dari:
1) Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Tetap per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp2.469.699.916.135,00, sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar
Rp1.976.796.485.167,20 maka terjadi kenaikan sebesar Rp492.903.430.967,80.
Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Aset Tetap.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 31 dari 43


2) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp72.442.279.82,00, sedangkan per 31 Desember 2008 adalah sebesar
Rp56.018.734.692,00 maka terjadi kenaikan sebesar Rp16.423.545.128,00.
Perkiraan ini merupakan penyeimbang Akun Aset Lainnya.
3. CATATAN PENTING LAINNYA
Catatan lain yang perlu disampaikan dalam Laporan Keuangan ini adalah sebagai
berikut:
a. ASET TETAP LAINNYA
Terdapat perbedaan nilai aset tetap lainnya pada Laporan SAKPA dan BMN
Kemkominfo senilai Rp6.920.270.312,00. Selisih tersebut terdiri dari:
No. Unit Kerja Selisih (Rp) Keterangan
1. Setjen 3.742.054.500,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Kantor Dinas
Provinsi maluku dan Gedung Kantor Biro Infokom Malut.
2. Ditjen SKDI 2.774.000.000,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Antara.
3. Ditjen Postel 404.215.812,00 Selisih merupakan nilai renovasi Gedung Kantor BTIP
Jumlah 6.920.270.312,00

b. SEKRETARIAT JENDERAL
1) Tanah
Terdapat tiga kasus sengketa tanah yang sampai saat ini masih dalam proses
penyelesaian, yaitu:
a) Tanah di lokasi Sukmajaya, Depok, seluas 300.000 m2, telah mendapat
putusan tetap dari Mahkamah Agung dalam Perkara Perdata Nomor:
161/PDT.G/1997/PN.BGR dimenangkan oleh pihak Penggugat (H. S Cs.)
Menanggapi kekalahan tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika
mengajukan gugatan pidana dengan terdakwa AKA di Pengadilan Negeri
Bogor dalam Perkara Nomor: 139/Pid/B/2008/PN.BGR atas kasus pemalsuan
surat Kantor Balai Harta Peninggalan Jakarta. Namun Hakim membebaskan
Terdakwa (Bebas Murni). Kemudian Jaksa Penuntut mengajukan Kasasi ke
Mahkamah Agung (tidak melalui Banding) dan saat ini perkaranya telah
terdaftar dan dalam proses pemeriksaan serta menunggu putusan tingkat
Kasasi di MA.
b) Tanah di lokasi Jalan Raya Pasar Minggu, Duren Tiga, Jakarta selatan, seluas
1.750 m2, telah menjadi hak milik Kementerian Kominfo sesuai Putusan
Nomor:1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel, tanggal 22 April 2008. Namun demikian
secara de facto tanah tersebut masih dijadikan tempat bangunan liar oleh
orang-orang yang saat ini menempati, tinggal di lokasi tanah tersebut. Status
saat ini masih proses pengosongan tanah dari bangunan liar.
c) Tanah dengan lokasi Jalan Medan-Belawan Km 7,9 Medan, seluas 17.320 m2.
Status tanah tersebut masih dalam proses pemeriksaan di tingkat Kasasi MA
dalam perkara Nomor: 412/Pdt.G/2007/PN.Mdn dalam gugatan kepemilikan
tanah yang diajukan oleh Kemkominfo.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 32 dari 43


2) Alat Angkut
Dalam Laporan BMN Sekretariat Jenderal terdapat penghapusan kendaraan dinas
15 unit dengan nilai Rp765.304.545,00 berdasarkan SK Sekretaris Jenderal
Kemkominfo Nomor: 155/KEP/SJ.KOMINFO/7/2008 tanggal 7 Juli 2008.
Transfer keluar berupa dua Kendaraan Dinas yang diserahkan ke Monumen Pers
Nasional Surakarta dengan nomor polisi B 1599 KQ berdasarkan Berita Acara
Serah Terima Kendaraan Dinas Nomor: 813/BAST/SJ.5/KOMINFO-MPN/8/2009
dan Kendaraan Dinas yang diserahkan ke BPPKI Yogyakarta dengan nomor polisi
B 2970 EQ berdasarkan Berita Acara Serah Terima Kendaraan Dinas Nomor:
809/BAST/SJ.5/KOMINFO-BPPKI/8/2009.
3) Revaluasi
Pelaksanaan Penilaian Kembali/Revaluasi pada Satker Sekretariat Jenderal
Kemkominfo, telah dilaksanakan oleh Tim Penilai dari Kanwil V Jakarta
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, dan telah
disesuaikan dalam aset Sekretariat Jenderal pada SIMAK BMN.

c. DITJEN POS DAN TELEKOMUNIKASI (Ditjen Postel)


Rendahnya Realisasi Belanja Tahun 2009 sebesar Rp585.019.918.184,00 atau
mencapai 47,14% dari jumlah anggarannya yaitu sebesar Rp1.241.067.629.000,00
dikarenakan terdapat kegiatan penyediaan Sarana Telekomunikasi Perdesaan yang
dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum (BLU) BTIP belum seluruhnya
terealisasi dikarenakan pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan melalui Kontrak
Tahun Jamak (Multi Years).
Total BMN yang dikelola BLU senilai Rp32.886.690.760,00 dengan rincian
sebagai berikut:
Mutasi Tambah Mutasi Kurang
Uraian Saldo Awal (Rp) Saldo (Rp)
(Rp) (Rp)
Peralatan dan Mesin 89.157.194.810,00 1.263.714.243,00 61.302.412.543,00 29.118.496.510,00
Jaringan 96.905.600,00 - - 96.905.600,00
Aset Tetap Lainnya 2.834.800,00 97.383.050,00 - 100.217.850,00
Aset Tak Berwujud 2.017.023.800,00 1.554.047.000,00 - 3.571.070.800,00
Total 91.273.959.010,00 2.915.144.293,00 61.302.412.543,00 32.886.690.760,00

BTIP telah menghapus 81 aset senilai Rp1.436.588.587,00 berdasarkan Keputusan


Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 235/KEP/M.KOMINFO/7/2009
tanggal 24 Juli 2009 tentang Penghapusan Barang Milik Negara yang terkena
bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami di Provinsi NAD dan Provinsi
Sumatera Utara pada Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Pada Semester II TA 2009 berdasarkan hasil penelusuran Tim Penatausahaan
Barang Milik Negara (BMN) Fasilitas Telekomunikasi Perintisan di Wilayah
Perdesaan Hasil Pembangunan Tahun 2003 dan 2004 di Lingkungan Balai
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) yang dibentuk oleh Kepala
BTIP dengan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran BTIP Nomor:
13/KPA/2009, terdapat selisih nilai pada BAST Sekditjen Postel dengan Surat
Perjanjian Kontrak Nomor: 1617/SPK/UM/Postel/X/2004 tanggal 4 Oktober
senilai Rp970.542.600,00. Selisih tersebut merupakan jumlah nilai biaya jasa
senilai Rp785.000.000,00 dan nilai pajak PPN senilai Rp185.542.600,00 yang
belum dimasukkan ke dalam nilai BAST.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 33 dari 43


Pada Semester II TA 2009, jumlah tersebut telah diinput ke dalam SIMAK-BMN
sebagai koreksi pencatatan berdasarkan Surat Keterangan Nomor:
478/BTIP.1/KOMINFO/9/2009 tanggal 14 September 2009 perihal dimaksud.
1) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Surabaya
Terdapat perbedaan saldo awal per 1 Juli 2009 sebesar Rp5.000.000,00 yang
merupakan biaya lelang KDP berupa Gedung dan Bangunan pada Balmon Kelas II
Surabaya yang belum dibukukan dalam Laporan BMN Semester I Tahun 2009.
Pada saat Semester II telah dikoreksi, namun tanggal pembukuan dicatat pada
Semester I Tahun 2009 sehingga terjadi perubahan pada saldo awal Semester II
Tahun 2009.
2) Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Gorontalo
Terdapat perbedaan saldo awal per 1 Juli 2009 sebesar Rp3.339.637,00 yang
merupakan perubahan data hasil rekonsiliasi ulang LBKP Semester I Tahun 2009
dengan KPKNL yang belum dibukukan dalam Laporan BMN Semester I Tahun
2009. Pada saat Semester II telah dikoreksi, namun tanggal pembukuan dicatat
pada Semester I Tahun 2009 sehingga terjadi perubahan pada saldo awal Semester
II Tahun 2009.
3) Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Ambon
Permasalahan Bangunan dan Gedung Kantor Permanen (eks kantor Satker Monitor
SFR dan Orsat Ambon) milik Loka Ambon diatas tanah milik PT T yang telah
dibongkar oleh PT T tanpa proses penghapusan. Permasalahan tersebut sedang
dalam proses penyelesaian dengan PT T.
4) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Bandung
- Permasalahan tanah seluas 1.000 m2 Rp545.000,00 yang terletak Blok Negla
Kec. Antapani, Bandung masih dalam proses sengketa dan saat ini sedang
dalam proses penyelesaian.
- BMN berupa peralatan dan mesin pada Balmon Bandung sebanyak 57 unit
senilai Rp51.718.000,00 telah dihapusbukukan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 302/KEP/M.KOMINFO/9/2009
tanggal 17 September 2009.
5) Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Makassar
Permasalahan pengadaan tanah seluas 1.300 m2 senilai Rp2.048.000.000,00 yang
terletak di jalan Racing Center, Makassar. Pada Balmon Makassar masih dalam
proses penyelesaian pengembalian yang telah di terima oleh Balmon Makassar
pada tahun 2008 sebesar Rp874.300.000,00 dan pada tahun 2009 sebesar
Rp100.000.000,00 sehingga posisi pengembalian per 31 Desember 2009 sebesar
Rp974.300.000,00.
6) Pelaksanaan Revaluasi di Lingkungan Ditjen Postel
KPKNL setempat telah melakukan Penilaian Kembali (Revaluasi) terhadap BMN
Satker di lingkungan Ditjen Postel sebanyak 35 satker daerah dan 1 satker pusat di
lingkungan Ditjen Postel dan hasilnya telah dilaporkan pada laporan SIMAK BMN
Ditjen Postel.
Berdasarkan laporan keuangan pada Kementerian Keuangan Tahun 2008
ditemukan Proyek Bantuan Pemerintah yang belum ditetapkan statusnya pada
Kemkominfo khususnya pada Ditjen Postel, berupa:

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 34 dari 43


No. Bantuan Unit Nilai (Rp)
1. Mesin Mekanisasi dan Otomatisasi (Mekot) MPC 1 12.823.339.510,00
Surabaya
2. Mesin X-Ray (Denpasar, Aceh dan Jakarta 4 5.727.590.000,00
Total 18.550.929.510,00
Dimana aset tersebut telah digunakan/dioperasikan oleh PT PI. Ditjen Postel pada
saat ini sedang mengajukan permohonan penetapan status sebagai Penyertaan
Modal Pemerintah Pusat melalui Sekretaris Jenderal kepada Menteri Keuangan.
Terdapat penambahan saldo awal Aset Tetap berupa Peralatan dan Mesin dengan
nama barang Mesin Perangko sebesar Rp12.823.339.510,00. Peralatan tersebut
merupakan hasil proyek Pengadaan Peralatan Mekanisme dan Otomatisasi Kantor
Sentral Pengolahan Pos Surabaya pada tahun 1998 dan belum pernah diinput ke
dalam Laporan Aset (SIMAK-BMN) dikarenakan data pendukung yang berupa
Berita Acara Serah Terima Hasil Proyek baru ditemukan. Pada saat ini peralatan
tersebut sedang dalam proses pengajuan Penyertaan Modal Pemerintah ke
Kementerian Keuangan.
Pada Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio, Ditjen Postel terdapat
kegiatan Renovasi dan Sewa Gedung milik Pihak Ketiga sehingga tidak dapat
diinput ke dalam SIMAK-BMN. Akibatnya menimbulkan selisih Neraca Keuangan
terhadap Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Keuangan. Adapun rinciannya
sebagai berikut:
No. Kegiatan Nilai (Rp) Ket.
1. Renovasi lt. 24 Gd. Sapta Pesona 192.926.943,00 1 Paket
2. Renovasi Bangunan Slave pada :
181.391.519,10 1 Paket
Slave Stasiun Benowo
180.996.329,80 1 Paket
Slave Stasiun Sukodono
133.109.906,60 1 Paket
Slave Stasiun Mulyorejo
3. Stasiun Monitor Malang 63.282.137,60 1 Paket
4. Stasiun Monitor Probolinggo 63.282.137,60 1 Paket
5. Stasiun Monitor Kediri 61.295.564,00 1 Paket
6. Enam Orang Tenaga Ahli dalam rangka Renovasi 219.255.000,00 1 Lot
7. Sewa Tower (Malang, Madiun, Probolinggo) 315.000.000,00 1 Lot
Total 1.410.539.538,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan/laporan SIMAK BMN


tahun anggaran 2009 terdapat perubahan akun sebagai berikut:
a) Terdapat pengurangan aset pada akun Aset Tak Berwujud yaitu pada jenis
transaksi pengembangan nilai aset senilai Rp29.169.984,00 yang disebabkan
adanya pengembalian belanja modal.
b) Terdapat penambahan persediaan obat senilai Rp6.164.800,00 yang disebabkan
adanya kekurangan pencatatan.
Penambahan Aset dari Belanja Barang/Jasa
Pada Ditjen Postel terdapat penambahan aset yang berasal dari Belanja Barang/Jasa
yang disebabkan oleh adanya kapitalisasi sebagai berikut:
Nilai Aset Dari Balanja Barang/Jasa
No. Nama Satker
(Rp)
1. Balmon Balikpapan 17.744.375,00
2. Loka Jambi 13.686.300,00
3. Loka Kupang 10.000.000,00
4. Balmon Manado 4.940.000,00
5. Balmon Medan 61.945.720,00
6. Balmon Pekan Baru 49.995.000,00
7. Balmon Pontianak 111.309.600,00
Total 269.620.995,00

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 35 dari 43


d. DITJEN SARANA KOMUNIKASI DAN DISEMINASI INFORMATIKA
(SKDI)
1) Peralatan dan Mesin dalam Pengerjaan (5.01.01)
Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan pada Satuan Kerja Direktorat Penyiaran
per 31 Desember 2009 sebesar Rp165.187.413.148,00. Jumlah tersebut terdiri
dari saldo awal Rp70.973.313.051,00 dan penambahan nilai Kontruksi Dalam
Pengerjaan (KDP) sebesar Rp94.214.100.097,00 berupa pembangunan ITTS
yang akan diserahkan dan digunakan oleh TVRI.
Pelaksanaan Konstruksi Dalam Pengerjaan per 31 Desember 2009 sudah
dilakukan di 26 lokasi, yang sudah mengalami pengembangan KDP yaitu:
No. Lokasi Nilai Per Unit KDP (Rp)
1. Sanggauledo 8.780.859.510,00
2. Kefamenanu 8.780.859.510,00
3. Betun 8.780.859.510,00
4. Wanci 8.780.859.510,00
5. Nunukan 8.780.859.510,00
6. Balikpapan 8.780.859.510,00
7. Sambas 8.780.859.510,00
8. Gn Lampu-Samarinda 8.780.859.510,00
9. Gombel 221.145.657,00
10. Yogyakarta 221.145.657,00
11. Makassar 221.145.657,00
12. Manado 4.524.101.034,00
13. Polimak Jayapura 4.524.101.034,00
14. Panyandakan 4.524.101.034,00
15. Banjarmasin 4.524.101.034,00
16. Yogyakarta 4.524.101.034,00
17. Banda Aceh 4.524.101.034,00
18. Makassar 4.997.892.630,00
19. Gombel 4.997.892.630,00
20. Panyandakan 4.997.892.630,00
21. Bukit Bakung 4.997.892.630,00
22. Palembang 4.997.892.630,00
23. Palembang 3.831.184.613,00
24. Ternate 3.831.184.613,00
25. Malinau 3.831.184.613,00
26. Semitau 3.831.184.613,00
27. Gn Gebug 3.831.184.613,00
28. Surabaya 3.831.184.613,00
29. Oro-Oro Ombo 3.831.184.613,00
30. Yogyakarta 3.831.184.613,00
31. Sebatik 3.831.184.613,00
32. Bengkayang 3.831.184.613,00
33. Makassar 3.831.184.613,00
165.187.413.148,00

Catatan:
Terjadi koreksi perolehan KDP pada nomor urut aset 1 sampai dengan 8 pada
Semester I tertulis nilai aset KDP Rp8.788.734.510,00 seharusnya
Rp8.780.859.510,00. Jumlah yang dikoreksi sebesar Rp7.875.000,00. Jumlah
ini sudah dibulatkan.
Hal ini disebabkan terjadi kesalahan perhitungan pada nilai SP2D nomor
853333C. Nilai KDP Rp4.510.228.644,00 dikoreksi menjadi
Rp4.502.353.644,00 sehingga total yang dikoreksi pada Semester I sebesar
Rp63.000.000,00.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 36 dari 43


Saldo KDP tersebut berasal dari Soft Loan Pemerintah Spanyol berdasarkan
kontrak nomor: 565/DJSKDI.2/KOMINFO/7/200 dengan BTESA untuk
pembangunan Peralatan Pemancar (ITTS) yang akan digunakan oleh TVRI.
Proses hibah akan diselesaikan tahun 2010. Sisa pembangunan 9 lokasi dari 35
lokasi dilanjutkan hingga kontrak berakhir pada 26 Juli 2010 yaitu:
(a) Kalabahi
(b) Atambua
(c) Lirung
(d) Saumlaki
(e) Tanah Merah
(f) Selat Panjang
(g) Balai Karangan
(h) Nanga Marakai
(i) Bengkulu
2) Unit Kerja Direktorat Penyiaran merenovasi gedung LPP TVRI di 15
lokasi senilai Rp600.988.000,00, yaitu:
No. Lokasi Nilai (Rp)
1. Gedung Transmisi LPP TVRI di Kefamenanu, NTT 31.070.000,00
2. Gedung Transmisi LPP TVRI di Betun, NTT 28.841.000,00
3. Gedung Transmisi LPP TVRI di Kalabahi, NTT 29.193.000,00
4. Gedung Transmisi LPP TVRI di Atambua, NTT 41.247.000,00
5. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sanggauledo, Kalimantan Barat 49.650.000,00
6. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sambas, Kalimantan Barat 49.700.000,00
7. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balai Karangan, Kalimantan Barat 49.800.000,00
8. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balai Karangan, Kalimantan Barat 49.700.000,00
9. Gedung Transmisi LPP TVRI di Semitau, Kalimantan Barat 49.800.000,00
10. Gedung Transmisi LPP TVRI di Gn. Lampu, Kalimantan Timur 44.650.000,00
11. Gedung Transmisi LPP TVRI di Nunukan, Kalimantan Timur 37.201.000,00
12. Gedung Transmisi LPP TVRI di Balikpapan, Kalimantan Timur 34.968.000,00
13. Gedung Transmisi LPP TVRI di Sebatik, Kalimantan Timur 38.713.000,00
14. Gedung Transmisi LPP TVRI di Malinau, Kalimantan Timur 37.467.000,00
15. Gedung Transmisi LPP TVRI di Wanci, Sulawesi Tenggara 28.988.000,00

3) Penambahan Aset
Pada Direktorat Jenderal SKDI terdapat selisih lebih penambahan aset sebesar
Rp43.859.950,00. Hal tersebut disebabkan oleh adanya koreksi yang dilakukan
oleh Monumen Pers yang merupakan salah satu Satker Ditjen SKDI. Koreksi
tersebut merupakan koreksi atas temuan BPK tahun 2008 yang ditindaklanjuti
pada Semester I Tahun 2009 berupa pencatatan buku perpustakaan yang
diadakan melalui belanja barang senilai Rp43.859.950,00.

e. BADAN LITBANG SDM


1) Tanah
Tanah di satker BPPKI Banjarmasin seluas 1.265 m2 yang berdasarkan hasil
inventarisasi dinilai sebesar Rp676.620.000,00. Kemudian dalam tahun 2008,
direvaluasi oleh Kantor Pelayanan Piutang Negara dan Lelang (KPPNL)
Banjarmasin dengan nilai sebesar Rp0,00. Menurut penjelasan tim penilai
KPPNL karena bukti pemilikan tanah tersebut atas nama Pemda Provinsi

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 37 dari 43


Kalimantan Selatan. Tanah di atas tetap dikuasai dan tercatat sebagai aset tetap
atau BMN milik instansi yang bersangkutan. Sampai saat ini Kemkominfo telah
berkirim surat kepada DJKN Depkeu Nomor: 872/SJ/KOMINFO/10/2009
tanggal 20 Oktober 2009 perihal Permohonan Pendapat Hukum yang sampai
dengan saat ini masih dalam proses pada Kementerian Keuangan.
Total yang dikelola senilai Rp334.420.064.918,00 dengan rincian sebagai
berikut:
Mutasi tambah Mutasi Saldo Akhir
Saldo Awal (Rp)
(Rp) Kurang (Rp) (Rp)
Tanah 187.811.380.822,00 0,00 0,00 187.811.380.822,00
Peralatan dan
95.311.717.960,00 35.116.741.535,00 29.510.220.122,00 100.918.239.373,00
Mesin
Gedung dan
41.720.306.343,00 10.625.105.557,00 10.996.740.289,00 41.348.671.611,00
Bangunan
Jalan dan
428.071.000,00 150.000.000,00 150.000.000,00 428.071.000,00
Jembatan
Irigasi 245.492.500,00 327.490.000,00 327.490.000,00 245.492.500,00
Jaringan 347.859.080,00 415.154.000,00 274.999.500,00 488.013.580,00
Aset Tetap
2.704.468.803,00 1.816.849.425,00 1.514.102.325,00 3.007.215.903,00
Lainnya
Aset Tetap
Yang Tidak 67.946.204,00 105.143.925,00 110.000,00 172.980.129,00
Digunakan
Total 328.637.242.712,00 48.556.484.442,00 42.773.662.236,00 334.420.064.918,00

2) Penambahan Aset
Pada Badan Litbang terdapat penambahan Aset yang berasal dari Belanja
Barang/Jasa(MAK 5221) senilai Rp63.942.223,00 berupa:
Renovasi Gedung pada BPPKI Medan Senilai Rp23.763.848,00
Renovasi Gedung pada BPPKI Surabaya senilai Rp38.924.000,00
Pembelian Modem Rp 1.254.375,00
Total Aset yang diperoleh dengan Belanja Barang/Jasa
MAK 5221 Rp63.942.223,00

f. DITJEN APLIKASI TELEMATIKA


1) Hibah
Terdapat BMN yang diusulkan permohonan izin hibah oleh Ditjen Aplikasi dan
Telematika (Aptel) kepada Kementerian Keuangan, dengan rincian sebagai
berikut:
No. Satker Uraian Thn Nilai (Rp) Ket.
1. Setditjen Aptel Peralatan Komputer 2005 33.900.000,00 Proses
2. Dit. PT Peralatan dan Mesin 2006 5.486.604.767,00 Proses
M-CAP 2007 3.790.108.923,00 Proses
3. Dit. e-Government Pengembangan Jaringan 2005 113.580.000,00 Proses
LAN 2006 519.847.473,00 Proses
2007 637.138.000,00 Proses
4. Dit. e-Business WARMASIF 2005 124.370.000,00 Proses
2006 411.338.400,00 Proses
2007 2.280.175.000,00 Proses

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 38 dari 43


2) Aset Tetap yang Telah Dihapuskan
Pada Direktorat Pemberdayaan Telematika (Dit. PT) Ditjen Aptel Semester II
Tahun 2009 Aset Tetap yang Telah Dihapuskan adalah NIHIL. Untuk Semester
II Tahun 2009 terdapat mutasi kurang yang berupa transaksi hibah keluar dari
BMN tersebut sebanyak 32 unit/buah sebesar Rp15.359.903.925,00 berupa
Mobil Unit Visual Mini (MUVIANI) yang telah disetujui izin hibahnya oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan surat Nomor: S-150/MK.6/2009 tanggal
12 Juni 2009 dan Nomor: S-177/MK.6/2009 tanggal 30 Juni 2009. Dihapuskan
dari Daftar Barang Milik Negara Kemkominfo Nomor:
311/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 29 September 2009 dan Nomor:
312/KEP/M.KOMINFO/9/2009 tanggal 29 September 2009.
3) Penambahan Aset
Terdapat perbedaan antara realisasi belanja modal dengan penambahan aset
pada aplikasi SIMAK BMN sebagai berikut:
Realisasi Belanja Modal Rp 2.144.277.615,00
Penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN Rp 2.094.734.640,00
Selisih Rp 49.542.975,00
Selisih tersebut merupakan Belanja Modal Biaya Renovasi Gedung milik Biro
Umum yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Aplikasi dan Telematika.
Penambahan aset renovasi tersebut dicatat oleh Biro Umum.
4) Pencatatan Aplikasi Persediaan
Terdapat transaksi persediaan berupa pembelian Peralatan dan Mesin pada Dit.
PT Ditjen Aptel Semester II Tahun 2009 yang dicatat dalam Belanja Barang
Non Operasional Lainnya yang ditujukan sebagai bantuan kepada masyarakat
dan pemerintah daerah sesuai program kegiatan di Direktorat Pemberdayaan
Telematika. Nilai pembelian tersebut sebesar Rp4.968.280.000,00. (MAK:
5221-Belanja Barang Non Operasional Lainnya).

g. BADAN INFORMASI PUBLIK


1) Penambahan Aset
Terdapat perbedaan antara realisasi belanja modal dengan penambahan aset
pada aplikasi SIMAK BMN sebagai berikut:
Realisasi Belanja Modal Rp 2.890.079.200,00
Penambahan aset pada aplikasi SIMAK BMN Rp 2.974.579.200,00
Selisih Rp 84.500.000,00
Selisih tersebut disebabkan oleh adanya kapitalisasi biaya konsultan pengadaan
Peralatan dan Pengembangan jaringan SIM TKI senilai Rp84.500.000,00 yang
dianggarkan dengan menggunakan Belanja Jasa (MAK 5221). Kapitalisasi
tersebut sesuai dengan PP Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, khususnya pernyataan No. 7
tentang Aset Tetap.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 39 dari 43


2) Hibah
Pada Unit Kerja Badan Informasi Publik (BIP) terdapat hibah sebagai berikut:
Jenis Hibah Nilai (Rp) Keterangan
Hibah Personal Komputer 2.382.041.585,00 Permohonan izin hibah
kepada pemda/pemkot di Nomor: 65/SJ/KOMINFO/1/2008 tgl 31 Januari 2008,
35 lokasi masih dalam proses di Kementerian Keuangan
Hibah Mobil Unit kepada 7.654.888.736,00 Permohonan izin hibah
33 Provinsi Nomor: 67/SJ/KOMINFO/1/2008 tgl 31 Januari 2008,
masih dalam proses di Kementerian Keuangan
Hibah sarana Komunikasi 1.273.242.500,00 Dengan izin hibah dari Kementerian Keuangan
dan Komputer Nomor: S-156/MK.6/2009 tgl 22 Juni 2009
Hibah Penguatan Media 2.861.605.845,00 Dengan Izin Hibah Kementerian Keuangan
Centre Nomor: S-07/6/2010 tgl 12 Januari 2010.

h. Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan


BMN yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan sejak
tahun 2006 yang belum diserahkan dengan rincian sebagai berikut:
Mutasi Mutasi Kurang
Uraian Saldo Awal (Rp) Saldo (Rp)
Tambah (Rp) (Rp)
Peralatan dan Mesin 2.656.314.800,00 - - 2.656.314.800,00
Jalan Jembatan,Irigasi 3.552.759.500,00 - - 3.552.759.500,00
Aset Tetap Lainnya 76.000.000,00 - - 76.000.000,00
Total 6.285.074.300,00 - - 6.285.074.300,00

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 40 dari 43


GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum Pemeriksaan


a. Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
d. UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;
e. UU Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun 2009 dan UU Nomor 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU
Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009.
2. Standar Pemeriksaan
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN).
3. Tujuan Pemeriksaan
Untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan (LK) Kemkominfo Tahun
2009, dengan memperhatikan:
a. Kesesuaian LK yang diperiksa dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
b. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam LK yang diperiksa, sesuai
dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan SAP;
c. Kepatuhan entitas yang diperiksa terhadap peraturan perundang-undangan terkait
dengan pelaporan keuangan; dan
d. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

4. Entitas yang Diperiksa


Entitas pelaporan Kemkominfo yang terdiri dari entitas akuntansi satuan kerja (satker)
Kantor Pusat dan Kantor Daerah.

5. Lingkup Pemeriksaan
Pembukuan yang diperiksa adalah LK Kemkominfo Tahun 2009 yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas LK yang telah disampaikan
kepada Menteri Keuangan.
6. Sasaran Pemeriksaan
Pemeriksaan LK 2009 Kemkominfo meliputi pengujian atas saldo atas akun-akun yang
ada di Neraca dan transaksi-transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran. Sasaran
pemeriksaan atas LK 2009 Kemkominfo meliputi:
a. Pemantauan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo
Tahun 2008, 2007, 2006, 2005 dan 2004;
b. Penilaian kepatuhan atas ketentuan perundang-undangan terkait dengan
pengelolaan pendapatan, belanja, pembiayaan, kas dan bank, investasi, aset tetap
dan utang;
c. Penilaian efektivitas pengendalian intern atas pengelolaan rekonsiliasi pendapatan
dan belanja, rekening, piutang, aset tetap, dan utang;
d. Pengujian substantif atas transaksi-transaksi TA 2009 atas pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 41 dari 43


7. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan atas LK Kemkominfo dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
a. Berbasis risiko (risk based)
Metodologi yang diterapkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap LK
Kemkominfo menggunakan pendekatan risiko, yang didasarkan pada pemahaman
dan pengujian atas efektivitas SPI penyusunan LK. Hasil pemahaman dan pengujian
tersebut akan menentukan tingkat keandalan asersi manajemen dan ketentuan yang
berlaku. Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat
keandalan pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent risk)
entitas yang akan diperiksa yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan
risiko deteksi (detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan
dilakukan serta menentukan fokus pemeriksaan.
b. Materialitas (materiality)
Pertimbangan atas tingkat materialitas meliputi kegiatan: (1) Penetapan tingkat
materialitas awal (Planning Materiality)/PM yang merupakan tingkat materialitas
pada keseluruhan laporan keuangan yaitu sebesar 1% dari total realisasi belanja.
Selanjutnya untuk tingkat akun, ditetapkan kesalahan tertolerir (Tolerable
Error)/TE yaitu proporsi besaran nilai setiap akun terhadap total akun signifikan
dikalikan PM atau berdasarkan hasil penilaian tingkat risiko masing-masing akun.
Standar materialitas di atas tidak berlaku atas penyimpangan yang mengandung
unsur kolusi korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum.
c. Uji petik (sampling)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik atas
unit-unit populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh
berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari
populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa dapat menggunakan metode non
statistical sampling atau metode statistical sampling dengan memperhatikan
kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis
transaksinya. Penggunaan metode uji petik baik statistik maupun non statistik harus
didokumentasikan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Dokumentasi tersebut
antara lain mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum metode uji
petik tersebut.
d. Pelaporan
Pemeriksa menyusun Konsep Temuan Pemeriksaan atas LK Kemkominfo apabila
menemukan permasalahan yang perlu dikomunikasikan kepada pejabat Kemkominfo
yang berwenang. Permasalahan tersebut meliputi:
(1) Ketidakefektivan SPI;
(2) Kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan;
(3) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan; dan
(4) Ikhtisar koreksi.
Konsep Temuan Pemeriksaan tersebut disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
pejabat Kemkominfo yang berwenang untuk mendapatkan tanggapan tertulis dan
resmi Kemkominfo.
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada
Kemkominfo, tim pemeriksa membahas temuan tersebut dengan pejabat entitas yang
berwenang di Kemkominfo. Penolakan atas ikhtisar koreksi, temuan SPI dan
ketidakpatuhan akan berpengaruh terhadap opini. Tanggapan resmi dan tertulis atas

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 42 dari 43


Konsep Temuan Pemeriksaan diperoleh dari pejabat entitas yang berwenang.
Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas LK
Kemkominfo. Temuan Pemeriksaan atas LK Pemerintah Pusat (LKPP) dan LK
Kemkominfo diserahkan oleh ketua tim kepada pejabat entitas yang berwenang.
Pemeriksa dalam hal ini ketua tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan kepada
menteri/pimpinan lembaga atau sekretaris menteri/pimpinan lembaga. Penyampaian
Temuan Pemeriksaan atas LKPP dan LK Kemkominfo tersebut merupakan akhir
dari pekerjaan Kemkominfo pemeriksaan LKPP dan LK serta Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara Kemkominfo.
8. Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan selama 55 hari kerja berdasarkan Surat Tugas Anggota III
Nomor: 51/ST/V-XVI/02/2010 tanggal 15 Februari 2010

9. Batasan Pemeriksaan
Semua informasi yang disajikan dalam LK merupakan tanggung jawab manajemen.
Oleh karena itu, BPK tidak bertanggung jawab terhadap salah interpretasi dan
kemungkinan pengaruh atas informasi yang tidak diberikan baik yang sengaja maupun
tidak disengaja oleh manajemen.
Pemeriksaan BPK meliputi prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang memadai dalam mendeteksi adanya kesalahan dan salah saji yang
berpengaruh material terhadap LK. Pemeriksaan BPK tidak ditujukan untuk
menemukan kesalahan atau penyimpangan. Walaupun demikian, jika dari hasil
pemeriksaan ditemukan penyimpangan, akan diungkapkan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga menyadari kemungkinan adanya
perbuatan-perbuatan melanggar hukum yang timbul. Namun pemeriksaan BPK tidak
memberikan jaminan bahwa semua tindakan melanggar hukum akan terdeteksi dan
hanya memberikan jaminan yang wajar bahwa tindakan melanggar hukum yang
berpengaruh secara langsung dan material terhadap angka-angka dalam LK akan
terdeteksi. BPK akan menginformasikan bila ada perbuatan-perbuatan melanggar
hukum atau kesalahan/penyimpangan material yang ditemukan selama pemeriksaan.
Dalam melaksanakan pengujian kepatuhan atas peraturan perundang-undangan, kami
hanya menguji kepatuhan instansi atas peraturan perundang-undangan yang terkait
langsung dengan penyusunan LK. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa masih
terdapat ketidakpatuhan pada peraturan yang tidak teridentifikasi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BPK LHP Opini atas LK Kemkominfo Tahun 2009 halaman 43 dari 43


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TAHUN 2009

Nomor : 84B/HP/XVI/05/2010
Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210
Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi .............................................................................................................. i
Daftar Lampiran .................................................................................................. ii
Resume Laporan Atas Pengendalian Intern …………………………………… 1
BAB 1 Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern 3
1.1 Piutang
1.1.1. Pengelolaan, Pencatatan dan Pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen
Postel Kurang Memadai .................................................................... 4
1.1.2. Ditjen SKDI Tidak Menatausahakan dan Menyajikan Piutang
PNBP yang Dikelolanya dalam Laporan Keuangan dan Terlambat
Menyetor PNBP Ke Kas Negara........................................................ 9

1.2 Sistem Pengendalian Persediaan


Pencatatan dan Pelaporan Persediaan per 31 Desember 2009 Belum
Seluruhnya Berdasarkan Stock Opname dan Didukung
Penatausahaan yang Memadai Sehingga Melemahkan
Pengendalian Intern ........................................................................... 14
BAB 2 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Atas Sistem
Pengendalian Intern Tahun 2004-2008 ............................................. 19

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman i


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Konfirmasi Piutang PNBP Ditjen Postel


Lampiran 2 Pemantauan Tindak Lanjut atas Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian
Intern Kemkominfo

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman ii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa
Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) tanggal 31 Desember
2009 dan 2008, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan
atas Laporan Keuangan Kemkominfo tahun 2009 yang memuat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) dengan Nomor: 84A/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010 dan
Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor:
84C/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010.
Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Kemkominfo tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian
intern Kemkominfo untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk memberikan
keyakinan atas sistem pengendalian intern.
BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian
intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas
Laporan Keuangan Kemkominfo yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:
1. Pengelolaan, pencatatan dan pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen Postel kurang
memadai sehingga saldo piutang yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan Tahun
2009 tidak dapat diyakini kewajarannya dan rawan terhadap penyelewengan PNBP.
Kondisi tersebut terjadi karena tidak ada kebijakan yang jelas mengenai ketentuan
pemberlakuan Payment Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP
Frekuensi bagi penyelenggara telekomunikasi, Direktorat Telekomunikasi dan BTIP
tidak melaksanakan prosedur pencatatan Piutang PNBP BHP Telekomunikasi dan
Piutang PNBP KKPU secara rutin dan periodik, dan belum ada personil/unit kerja
yang secara khusus bertanggung jawab terhadap penatausahaan Piutang PNBP atas
SPP yang belum dilunasi.
2. Ditjen SKDI tidak menatausahakan dan menyajikan Piutang PNBP yang dikelolanya
dalam Laporan Keuangan dan terlambat menyetor PNBP Ke Kas Negara sehingga
saldo Piutang PNBP Kemkominfo belum menggambarkan nilai wajarnya, lemahnya
pengendalian atas database security pada Sistem Perijinan Penyiaran, penerapan dan
penghitungan potensi PNBP dari denda keterlambatan tidak dapat dilakukan, dan
penerimaan Negara tahun 2009 terlambat diterima. Kondisi ini disebabkan belum

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 1 dari 19


BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern Kementerian Komunikasi dan


Informasi (Kemkominfo) Tahun 2009, adalah:
1.1. Sistem Pengendalian Piutang
Kemkominfo mengelola beberapa jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
meliputi penerimaan yang berasal dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi,
Penyelenggaraan Penyiaran, Jasa Sewa Sarana dan Prasarana, dan Jasa Pendidikan dan
Pelatihan. Penerimaan dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi dikelola oleh unit
Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel)
melalui Direktorat Telekomunikasi dan Informatika (Dittel), Direktorat Spektrum
Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Ditfrek), Balai Besar Pengujian Perangkat
Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP).
Penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo
Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI).
Berdasarkan pemeriksaan Laporan Keuangan (LK) Tahun 2006, BPK
melaporkan kelemahan-kelemahan dalam sistem pengendalian intern PNBP yaitu Ditjen
Postel belum menyelenggarakan laporan/catatan piutang atas PNBP Biaya Hak
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio. Kondisi ini menyulitkan dalam mengidentifikasi
dengan akurat nilai piutang serta adanya lebih saji piutang. Pemeriksaan atas LK Tahun
2007 juga mengungkapkan permasalahan mengenai pencatatan piutang PNBP Ditjen
Postel. Pencatatan piutang belum dilaksanakan secara tertib, yaitu pembukuan piutang
dilakukan berdasarkan data transaksi sampai dengan tanggal 5 Desember 2007 dan
transaksi pembayaran piutang antara tanggal 6 s.d. 31 Desember 2007 belum
dibukukan/dicatat, sehingga piutang yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan TA 2007
lebih disajikan. Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan LK Tahun 2008 diketahui terdapat
kelemahan Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF). Sistem itu belum dilengkapi
dengan catatan secara memadai sehingga SIMF tidak dapat menyajikan saldo piutang
BHP Frekuensi yang sesungguhnya tanpa ada catatan lain yang dapat digunakan sebagai
alat uji silang untuk meyakini saldo tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut BPK menyarankan agar Ditjen Postel
menyusun dan menetapkan Standard Operating Procedure (SOP) yang berkaitan dengan
pencatatan piutang dan mengoreksi lebih saji piutang, serta merekomendasikan
Menkominfo agar menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar
penyajian saldo piutang. Menindaklanjuti temuan tersebut, Ditjen Postel telah menyusun
dan menetapkan SOP pencatatan dan pembukuan piutang PNBP di lingkungan Ditjen
Postel dengan Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor:
134/Dirjen/2008 tanggal 14 April 2008, dan sesuai dengan Memo dinas Menkominfo
Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada Dirjen Postel telah
diinstruksikan untuk menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar
penyajian saldo piutang.
Pada pemeriksaan LK 2009 diketahui bahwa Ditfrek telah menyediakan kartu
piutang dan buku piutang. Namun demikian petugas tidak memutakhirkan data secara

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 3 dari 19


periodik. Contohnya petugas tidak mencatat mutasi kredit piutang per debitur. Untuk
keperluan pelaporan saldo piutang per 31 Desember 2009, Ditfrek tidak menggunakan
data kartu atau buku piutang yang dikelolanya, melainkan mengolah data dari database
SIMF secara manual.
1.1.1. Pengelolaan, Pencatatan dan Pelaporan Piutang PNBP pada Ditjen Postel
Kurang Memadai
Kemkominfo melaporkan saldo Piutang PNBP per 31 Desember 2009 sebesar
Rp1.232.169.204.330,00 sesuai Neraca per 31 Desember 2009. Saldo Piutang PNBP
sebesar Rp1.232.169.204.330,00 terdiri dari Piutang PNBP pada Ditjen Postel sebesar
Rp1.232.036.194.330,00 dan Multi Media Training Center (MMTC) Yogyakarta-
Balitbang SDM sebesar Rp133.010.000,00. Piutang PNBP pada Ditjen Postel merupakan
tagihan kepada pihak ketiga atas Biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi (BHP Frek),
Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi (BHP Tel) dan Kontribusi Kewajiban
Pelayanan Universal (KKPU)/Universal Service Obligation (USO). Piutang PNBP pada
MMTC berupa jasa penginapan yang belum dibayar oleh pihak ketiga.
BHP Frek adalah kewajiban yang harus dibayar oleh setiap pengguna frekuensi
radio. Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib mendapatkan izin menteri
dalam bentuk Izin Stasiun Radio (ISR) pita spektrum frekuensi radio dan atau ISR kanal
spektrum frekuensi radio. Pemohon izin spektrum frekuensi radio yang telah
mendapatkan penetapan pita frekuensi radio oleh menteri wajib membayar BHP Frek
sesuai Surat Perintah Pembayaran (SPP) yang diterbitkan oleh Ditjen Postel sesuai
ketentuan yang berlaku. Demikian pula, setiap penyelenggara telekomunikasi yang telah
mendapatkan izin penyelenggaraan wajib membayar BHP Tel dan KKPU/USO.
Penelusuran lebih lanjut atas saldo Piutang PNBP per 31 Desember 2009 pada
Ditjen Postel sebesar Rp1.232.036.194.330,00 menginformasikan hal-hal sebagai berikut:
a. Piutang PNBP BHP Frek sebesar Rp1.207.079.637.943,00 merupakan tagihan BHP
Frek yang belum dilunasi oleh 2510 wajib bayar. BHP Frek dikelola oleh DitFrek
dalam Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF).
b. Piutang PNBP BHP Tel sebesar Rp24.919.608.923,00 berupa tagihan BHP Tel yang
belum dilunasi oleh delapan wajib bayar.
Dari total Piutang PNBP BHP Tel sebesar Rp24.919.608.923,00, sebesar
Rp24.879.673.831,00 diantaranya merupakan tagihan kepada lima operator yang
ditemukenali oleh Tim Teknis Optimalisasi Penerimaan Negara Satgas Bidang PNBP-
Sektor Kominfo (Tim OPN) untuk periode pemeriksaan tahun 2006 dan 2007. Tim
OPN adalah Tim Pemeriksa yang terdiri dari personil BPKP dan Ditjen Postel untuk
mengawal upaya optimalisasi PNBP pada Ditjen Postel. Dari sisa piutang sebesar
Rp39.935.092,00, sebesar Rp12.267.791,00 merupakan tagihan BHP Tel tahun 2005
kepada dua operator dan sebesar Rp27.667.301,00 tagihan BHP Tel tahun 2001-2008
kepada satu operator.
c. Piutang PNBP KKPU pada Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP)
sebesar Rp36.947.464,00.
Piutang PNBP KKPU sebesar Rp36.947.464,00 merupakan tagihan kepada dua
operator sejak tahun 2007, yaitu PT BK senilai Rp34.666.654,00 dan PT LW senilai
Rp2.280.810,00 berdasarkan Berita Acara Pencocokan dan Penelitian Tim
Intensifikasi KKPU BTIP. Kedua operator menyatakan keberatan atas temuan Tim

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 4 dari 19


Intensifikasi KKPU BTIP tersebut sehingga Piutang PNBP KKPU dengan total
sebesar Rp36.947.464,00 belum dilunasi. Selain piutang berdasarkan temuan tersebut,
BTIP tidak mencatat penambahan maupun pengurangan saldo piutang KKPU sejak
tahun 2007.
Direktur Frekuensi Radio dan Orbit Satelit bertanggung jawab atas pencatatan
dan pembukuan Piutang PNBP. Bagi pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR
yang belum membayar atau melunasi maka Ditfrek wajib mencatat dan membukukan
sebagai Piutang PNBP. Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan PNBP dan Piutang
PNBP BHP Frek menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencatatan Piutang PNBP pada Ditfrek belum memenuhi Asersi Pisah Batas (Cut
Off) pelaporan tahun buku akuntansi. Dalam kasus ini terdapat data pembayaran BHP
Frek sebagai pengurang piutang yang dicatat tidak sesuai dengan Tahun Anggaran
pelaporan, yaitu:
1) Realisasi Pembayaran BHP Frek sebelum Tahun Anggaran (TA) 2008 diinput
secara manual sebagai pengurang piutang pada TA 2009 dengan nilai total
transaksi sebesar Rp536.977.698.896,00.
2) Realisasi Pembayaran BHP Frek pada TA 2009 diinput secara manual sebagai
pengurang piutang pada TA 2010 dengan nilai transaksi sebesar
Rp274.683.974.897,00.
b. Aplikasi Payment Gateway Host to Host belum berjalan Optimal
Payment Gateway Host to Host merupakan aplikasi sarana pembayaran bagi wajib
bayar BHP Frek dan sudah diterapkan sejak awal tahun 2009. Namun sampai akhir
periode pemeriksaan, masih terdapat penyelenggara telekomunikasi yang membayar
BHP Frek tidak melalui mekanisme aplikasi Payment Gateway Host to Host pada
Bank Mandiri dan tidak melampirkan nomor aplikasi SPP yang dilunasi. Hal ini jelas
akan menyulitkan petugas pelaksana dalam menginput dan mengidentifikasi data
tagihan yang dilunasi client. Kondisi ini timbul karena belum ada peraturan yang
menjadi landasan pemberlakuan Payment Gateway Host to Host untuk seluruh client
di lingkungan Direktorat Frekuensi.
Selain itu, dari penelusuran data SIMF diketahui bahwa pada seluruh Transaksi Input
Manual yang tidak menggunakan aplikasi Host to Host Payment Gateway, data
tanggal pembayaran Client yang diinput petugas pencatatan tidak sesuai dengan data
tanggal pembayaran Client menurut rekening bendahara penerimaan Ditjen Postel.
Hal ini akan berpengaruh pada perhitungan denda keterlambatan.
c. Perbandingan total nilai penerimaan BHP Frek pada Laporan Bendahara PNBP
berdasarkan rekening koran tahun 2009 tidak sama dengan total nilai pembayaran
BHP Frek berdasarkan database SIMF. Selisih tersebut dapat ditelusuri sebagai
berikut:

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 5 dari 19


Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara penerimaan selama
Rp8.109.402.315.925
tahun 2009 = PNBP BHP Frek tahun 2009
Pembayaran oleh wajib bayar BHP Frek untuk tahun 2009, sesuai dengan
penerimaan di rekening tahun 2009 : Rp5.938.898.817.021
Selisih: Rp2.170.503.498.904

Penelusuran atas selisih tersebut, diketahui:


Pembayaran oleh wajib bayar BHP Frek untuk tahun 2010 yang diterima
di rekening tahun 2009 : Rp341.505.257.928
Penerimaan Lelang BWA diterima di rekening tahun 2009 (tidak dicatat
pada SIMF) : Rp526.420.320.000
Sisa Selisih: Rp1.302.577.920.976

Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara Penerimaan selama


tahun 2009 namun pengirim tidak jelas, status ISR sudah digudangkan
dan pembayaran BHP ISR Amatir : Rp1.214.204.012
Penerimaan berdasarkan rekening koran Bendahara Penerimaan selama
tahun 2009 yang diduga sebagai Pembayaran BHP Frek tahun 2009 yang
tidak tercatat pada SIMF
(harus diinput dan dicek secara manual) *)Rp1.301.363.716.964
*) Nilai ini belum bisa dipastikan karena harus di query satu persatu pada daftar rekening koran vs
daftar payment di database SIMF
BPK mengonfirmasi pihak pengelola dan diketahui bahwa selisih sebesar
Rp1.302.577.920.976,00 ditengarai sebagian merupakan penerimaan dengan status
pengirim tidak jelas, status ISR sudah digudangkan dan BHP ISR Amatir sebesar
Rp1.214.204.012,00. Sisa selisih sebesar Rp1.301.363.716.964,00 diduga
merupakan penerimaan di rekening koran tahun 2009 sebagai pembayaran BHP
Frek tahun 2009 yang tidak tercatat pada SIMF. Data tersebut harus diinput dan
dicek secara manual. Menurut petugas pencatatan, dari saldo sebesar
Rp1.301.363.716.964,00 tersebut, penerimaan sebesar Rp687.278.028,00 belum
dapat dipastikan karena masih harus dicek satu persatu dengan menandingkan data
pada rekening koran dengan daftar payment di database SIMF. Sampai dengan
periode pemeriksaan berakhir, petugas pencatatan tidak dapat menelusuri dan
merinci lebih lanjut nilai tersebut karena membutuhkan waktu lebih lama dan
tenaga (SDM).
Beberapa permasalahan diatas menunjukkan bahwa implementasi SIMF pada tahun
2009 belum cukup handal sebagai dasar untuk pelaporan saldo piutang di lingkungan
Direktorat Frekuensi dan prosedur alternatif secara manual juga tidak dapat
memberikan dukungan data secara optimal.
Selanjutnya, BPK mengonfirmasi sepuluh debitur terbesar Ditjen Postel untuk
mengetahui nilai utang para debitur kepada Ditjen Postel per 31 Desember 2009. Total
tagihan yang belum dibayar oleh sepuluh debitur tersebut sekitar 97% dari total Piutang
PNBP Ditjen Postel. Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa kesepuluh debitur tersebut
rata-rata mengakui nilai utang yang berbeda dengan saldo Piutang PNBP menurut catatan
Ditjen Postel, yaitu:
a. Total utang BHP Frek yang diakui oleh sepuluh debitur yang dikonfirmasi hanya
sekitar setengah dari total Piutang PNBP BHP Frek kesepuluh debitur yang dicatat
oleh Ditjen Postel.
b. Sepuluh perusahaan yang dikonfirmasi mengaku berutang lebih besar yaitu 120%
dari total Piutang PNBP BHP Tel atas kesepuluh debitur yang dicatat oleh Ditjen
Postel.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 6 dari 19


c. Empat dari sepuluh perusahaan yang dikonfirmasi menyatakan memiliki utang
KKPU kepada BTIP sebesar Rp61.789.561.564,00. Seperti sudah dikemukakan
sebelumnya, BTIP tidak mencatat adanya piutang PNBP KKPU selain piutang yang
didasarkan pada temuan Tim Intensifikasi KKPU BTIP di tahun 2007.
Rincian atas data tersebut diatas dapat dilihat pada lampiran 1.
Penelusuran lebih lanjut atas perbedaan pencatatan nilai Piutang PNBP Ditjen Postel
dengan nilai utang yang diakui debiturnya menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Perbedaan persepsi piutang yaitu bahwa Ditjen Postel tidak memperlakukan SPP
atas ISR baru yang belum dibayar oleh wajib bayar sebagai Piutang PNBP BHP Frek
sedangkan beberapa debitur mencatatnya sebagai utang BHP Frek.
b. Beberapa debitur tidak setuju dengan tagihan kekurangan pembayaran BHP Frek,
BHP Tel dan KKPU berikut dendanya sedangkan Ditjen Postel telah mencatatnya
sebagai Piutang PNBP.
c. Sebagian debitur tidak memperhitungkan cut off 31 Desember 2009, yaitu saldo
utang yang dilaporkan adalah saldo pada saat dikonfirmasi oleh BPK (bukan saldo
akhir tahun 2009).
d. Ditjen Postel tidak pernah mengonfirmasi nilai Piutang PNBP kepada para
debiturnya.
e. Petugas pencatat Piutang PNBP mengakui adanya data-data SPP maupun
pelunasannya yang masih harus diverifikasi dan disesuaikan.
Selain itu Ditjen Postel Kemkominfo belum mengungkapkan informasi mengenai
akun piutang yang telah disajikan dalam Neraca secara cukup dalam Catatan atas Laporan
Keuangan, antara lain tentang:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
piutang;
b. rincian jenis-jenis saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya;
c. penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian
Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yakni PSAP No.1 tentang Penyajian Laporan Keuangan, yaitu:
Paragraf 43: Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut yakni
(termasuk) Piutang pajak dan bukan pajak.
Paragraf 48: Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
Paragraf 61: Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Pasal 3 menyatakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) dapat dilengkapi dengan Buletin Teknis yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
c. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi
Piutang (Agustus 2008):

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 7 dari 19


Bab II.A.2, apabila pada akhir periode pelaporan masih ada tagihan pendapatan yang
belum ada surat penagihannya, satuan kerja dimaksud wajib menghitung besarnya
piutang tersebut dan selanjutnya menyiapkan dokumen sebagai dasar untuk menagih.
Dokumen inilah yang menjadi dokumen sumber untuk mengakui piutang, untuk
disajikan di neraca.
Bab III.B, untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan perundang-
undangan, harus dipenuhi kriteria: telah diterbitkan surat ketetapan, dan/atau telah
diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
Bab III.D.3. Pengungkapan di CaLK
Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun
piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi
dimaksud dapat berupa:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
piutang;
2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat
kolektibilitasnya;
3) penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian
Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL;
4) jaminan atau sita jaminan jika ada.
Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan merupakan
tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun
berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode
berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di
neraca sebagai Aset Lancar.
d. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Pasal 33 berbunyi:
1) Piutang, Investasi, dan Utang Belanja pada Kementerian Negara/Lembaga harus
dilaporkan dalam Laporan Keuangan.
2) Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari piutang pajak dan
PNBP.
e. Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/DIRJEN/2008
tanggal 14 April 2008 tentang Standar Operasi dan Prosedur Pencatatan dan
Pembukuan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi, pada ketentuan sebagai berikut:
Pasal 10: Pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR yang belum melakukan
pembayaran atau pelunasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9,
Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit wajib mencatat dan
membukukan sebagai piutang PNBP.
Pasal 11 ayat (1) Direktur Frekuensi Radio dan Orbit Satelit bertanggungjawab atas
pencatatan dan pembukuan piutang PNPB.
Pasal 14 ayat (1) Pencatatan dan pembukuan piutang BHP Telekomunikasi harus
dicatat dan dibukukan oleh Direktorat Telekomunikasi dan pembayaran KKPU oleh
Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, dan ayat (2) Direktur
Telekomunikasi bertanggungjawab atas pencatatan dan pembukuan piutang BHP
Telekomunikasi dan Kepala Balai Telekomunikasi bertanggungjawab atas
pencatatan dan pembukuan piutang KKPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 8 dari 19


Pasal 15 ayat (1) Atas piutang PNBP yang belum terbayar, penanggung jawab
pencatatan dan pembukuan piutang PNBP wajib melakukan penagihan secara
periodik.

Kondisi tersebut mengakibatkan Saldo Piutang yang dilaporkan dalam Laporan


Keuangan tidak dapat diyakini kewajarannya dan rawan terhadap penyelewengan PNBP.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Tidak ada kebijakan yang jelas mengenai ketentuan pemberlakuan Payment
Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP Frekuensi bagi
penyelenggara telekomunikasi, sementara prosedur alternatif berupa pencatatan
secara manual belum memadai.
b. Dittel dan BTIP tidak melaksanakan prosedur pencatatan Piutang PNBP BHP Tel
dan Piutang PNBP KKPU secara rutin dan periodik.
c. Belum ada personil/unit kerja yang secara khusus bertanggung jawab terhadap
penatausahaan Piutang PNBP atas SPP yang belum dilunasi.

Kemkominfo menanggapi bahwa Kemkominfo sudah mengupayakan perbaikan


dengan menetapkan SOP Piutang. Ditjen Postel telah mengupayakan penggunaan
sosialisasi Payment Gateway Host to Host kepada para wajib bayar, namun memang tidak
ada ketetapan untuk memberlakukan Payment Gateway Host to Host.

BPK merekomendasikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo)


untuk mengelola Piutang PNBP secara tertib dan mengkaji kemungkinan ditetapkannya
pemberlakuan Gateway Host to Host serta meningkatkan sosialisasi pemberlakuan
Gateway Host to Host sebagai aplikasi pembayaran BHP Frekuensi bagi penyelenggara
telekomunikasi. Pengelolaan secara tertib sangat penting karena menyangkut PNBP yang
sangat besar.
Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:
315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel agar:
a. Meningkatkan pengelolaan dana piutang PNBP secara tertib dengan mengoptimalkan
pemberlakuan Gateway Host to Host dan menyosialisasikannya kepada para
pengguna frekuensi radio.
b. Menyempurnakan SOP pencatatan piutang PNBP.

1.1.2. Ditjen SKDI Tidak Menatausahakan dan Menyajikan Piutang PNBP yang
Dikelolanya dalam Laporan Keuangan dan Terlambat Menyetor PNBP ke
Kas Negara
Kemkominfo mengelola beberapa jenis PNBP diantaranya Penerimaan dari
Penyelenggaraan Penyiaran yang dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Ditjen SKDI.
Pada Tahun Anggaran 2009, Ditjen SKDI telah menyusun Laporan Keuangan Tahun
2009 yang terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Catatan atas

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 9 dari 19


Laporan Keuangan. Realisasi PNBP yang tercatat pada LRA SKDI sebesar
Rp6.968.508.992,00.
Jenis penerimaan dari Penyelenggaraan Penyiaran yang dikelola SKDI sejak Juli
2009 terdiri dari:
a. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik.
b. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal.
c. Biaya Izin Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta.
d. Biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas.
e. Biaya Izin Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Berlangganan.
Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) adalah hak yang diberikan oleh negara kepada
Lembaga Penyiaran, dalam hal ini radio dan televisi, untuk menyelenggarakan penyiaran.
IPP terdiri dari Izin Prinsip (baru), Izin Tetap (baru), dan Izin Perpanjangan. Biaya
penyesuaian izin penyelenggaraan penyiaran jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran
televisi harus dibayar oleh lembaga penyiaran jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran
televisi setiap tahun. Pelunasan IPP dibayarkan ke Kas Negara melalui rekening
Bendahara Penerimaan Ditjen SKDI selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterimanya Surat Perintah Pembayaran (SPP) Biaya IPP.
Pengelolaan SPP dilakukan melalui Sistem Perijinan Penyiaran (Invoicing
Service) yang berada di Seksi Pemetaan Televisi. Sistem tersebut juga mengelola piutang.
Dari pemeriksaan atas pengelolaan SPP, PNBP, dan penatausahaan Piutang PNBP
diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Hasil konfirmasi dengan pengelola PNBP pada tanggal 31 Maret 2009 menunjukkan
bahwa pada tanggal 31 Desember 2009 masih terdapat 526 SPP yang telah diterbitkan
oleh Sistem Perijinan Penyiaran yang belum dilunasi wajib bayar total senilai
Rp2.739.893.000,00, terdiri dari Biaya Izin Prinsip senilai Rp1.526.590.000,00 dan
Biaya IPP Perpanjangan sebesar Rp1.213.303.000,00. Namun dalam kolom status
pada Sistem Perijinan Penyiaran terdapat variasi status atas SPP tersebut yaitu SPP
senilai Rp1.521.213.000,00 dengan status sudah dicetak dan dikirim, SPP senilai
Rp1.128.135.000,00 dengan status belum divalidasi, dan SPP senilai Rp90.545.000,00
dengan status masih diproses. Sampai akhir pemeriksaan tanggal 28 April 2010,
pengelola PNBP belum bisa menentukan berapa nilai SPP yang telah diterbitkan oleh
Sistem Perijinan Penyiaran yang belum dilunasi oleh wajib bayar yang dapat
dikategorikan sebagai piutang. Selain itu, konfirmasi kepada Bagian Penagihan dan
Penerbitan SPP menginformasikan bahwa tidak ada prosedur maupun personil/unit
kerja yang bertanggung jawab atas penatausahaan Piutang PNBP atas SPP yang belum
dilunasi oleh wajib bayar.
Setelah pemeriksaan berakhir, pada tanggal 10 Mei 2010 Bagian Penagihan dan
Penerbitan SPP telah memverifikasi SPP IPP PNBP yang dikelolanya dan diketahui
terdapat 176 SPP yang telah diterbitkan oleh Sistem Perijinan Penyiaran yang belum
dilunasi wajib bayar total senilai Rp1.593.900.000,00. Namun nilai tersebut belum
diotorisasi oleh Direktur Usaha Penyiaran Ditjen SKDI. BPK juga tidak dapat
menelusuri lebih lanjut nilai piutang PNBP yang diajukan tersebut karena pemeriksaan
telah berakhir.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 10 dari 19


b. Selain itu, terhadap Software Sistem Perijinan Penyiaran disimpulkan masih perlu
disempurnakan karena:
1) Sistem Perijinan Penyiaran yang terdapat pada SKDI tidak mengakomodir
penambahan field database tanggal pembayaran/pelunasan SPP sehingga pengelola
PNBP akan sulit memperhitungkan denda keterlambatan.
2) Belum terdapat aplikasi penerapan pengenaan potensi denda dari keterlambatan
pembayaran.
3) Tidak ada pengendalian dan pembagian hak akses atas pengamanan otorisasi
Sistem Perijinan Penyiaran. Hal ini disebabkan belum adanya pembatasan otorisasi
administrator dan masing-masing user yang mengoperasikan Sistem Perijinan
Penyiaran untuk menjamin security system atas updating data pada Sistem
Perizinan Penyiaran.
Dengan adanya keterbatasan sistem tersebut, pihak pengelola PNBP tidak dapat
mengenakan denda adminstrasi seperti yang diatur dalam Peraturan Menkominfo
Nomor: 24/PER/M.KOMINFO/5/2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan PNBP yang Berasal dari Penyelenggaraan Penyiaran.
BPK mengecek ketertiban Bendahara Penerimaan dalam menyetorkan PNBP ke
Kas Negara. Pada tanggal 31 Desember 2009 rekening koran bendahara penerimaan
memiliki saldo sebesar Rp23.434.000,00. Nilai tersebut merupakan PNBP yang diterima
pada akhir bulan Desember 2009 (tanggal 30 dan 31 Desember 2009) yang belum
disetorkan ke Kas Negara. Bendahara Penerimaan baru menyetorkan saldo kas sebesar
Rp23.434.000,00 tersebut ke Kas Negara pada tanggal 13 Januari 2010. Hal tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu untuk segera menyetorkan seluruh
penerimaan dalam waktu satu hari kerja setelah penerimaannya. Dengan demikian terjadi
keterlambatan penyetoran PNBP ke Kas Negara sekitar 12-13 hari.
BPK juga mengamati ketertiban Bendahara Penerimaan dalam menyetorkan PNBP
sepanjang tahun berjalan yaitu sejak Juli s.d. Desember 2009, dan diketahui bahwa
penyetoran PNBP ke Kas Negara sebesar Rp6.713.424.001,00, mengalami keterlambatan
berkisar 1 s.d. 20 hari.
Dari konfirmasi kepada Bendahara Penerimaan mengenai keterlambatan penyetoran
PNBP diketahui bahwa Bendahara Penerimaan kesulitan dalam menentukan identitas
penyetor PNBP ke rekening Bendahara Penerimaan sehingga perlu waktu untuk
memastikan SSBP-nya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP, Pasal 4 menyatakan seluruh
PNBP disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
b. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 20 menyatakan antara lain bahwa orang atau
badan yang melakukan pemungutan atau penerimaan uang negara wajib menyetor
seluruh penerimaan dalam waktu 1 (satu) hari kerja setelah penerimaannya ke
rekening Kas Negara pada bank pemerintah, atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yakni Pernyataan SAP No.1 tentang Penyajian Laporan
Keuangan, yaitu:

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 11 dari 19


Paragraf 43: Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut yakni
(termasuk) Piutang pajak dan bukan pajak.
Paragraf 48: Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.
Paragraf 61: Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Pasal 3 menyatakan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP) dapat dilengkapi dengan Buletin Teknis yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
e. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi
Piutang (Agustus 2008):
Bab II.A.2, apabila pada akhir periode pelaporan masih ada tagihan pendapatan yang
belum ada surat penagihannya, satuan kerja dimaksud wajib menghitung besarnya
piutang tersebut dan selanjutnya menyiapkan dokumen sebagai dasar untuk menagih.
Dokumen inilah yang menjadi dokumen sumber untuk mengakui piutang, untuk
disajikan di neraca.
Bab III.B, untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan perundang-
undangan, harus dipenuhi kriteria: telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau telah
diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
Bab III.D.3. Pengungkapan di CaLK
Piutang disajikan dan diungkapkan secara memadai. Informasi mengenai akun
piutang diungkapkan secara cukup dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi
dimaksud dapat berupa:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran
piutang;
2) rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat
kolektibilitasnya;
3) penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di Kementerian
Negara/Lembaga/Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL;
4) jaminan atau sita jaminan jika ada.
Penyajian piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan merupakan
tagihan yang harus dilunasi oleh para wajib pajak pada periode berjalan tahun
berikutnya sehingga tidak ada piutang jenis ini yang melampaui satu periode
berikutnya. Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan di
neraca sebagai Aset Lancar.
f. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 171/PMK.05/2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada Pasal 33 berbunyi:
1) Piutang, Investasi, dan Utang Belanja pada Kementerian Negara/Lembaga harus
dilaporkan dalam Laporan Keuangan.
2) Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari piutang pajak dan
PNBP.
g. Peraturan Menkominfo Nomor: 24/PER/M.KOMINFO/5/2009 tanggal 25 Mei 2009
tentang Petunjuk Pelaksanaan PNBP yang Berasal dari Penyelenggaraan Penyiaran,
Pasal 1.7 yang menyatakan bahwa Surat Perintah Pembayaran selanjutnya disebut
SPP adalah alat bukti penagihan biaya Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) yang
diterbitkan oleh Ditjen SKDI.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 12 dari 19


Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. saldo Piutang PNBP Kemkominfo belum menggambarkan nilai wajarnya;
b. lemahnya pengendalian atas security database pada Sistem Perijinan Penyiaran;
c. penerapan dan penghitungan potensi PNBP dari denda keterlambatan tidak dapat
dilakukan;
d. penerimaan negara tahun 2009 sebesar Rp23.434.000,00 terlambat diterima di Kas
Negara.

Kondisi tersebut terjadi karena:


a. belum terdapat Standar Operasi dan Prosedur Pencatatan dan Pembukuan Piutang
PNBP di Lingkungan Ditjen SKDI;
b. belum ada personil/unit kerja yang bertanggung jawab atas penatausahaan piutang
PNBP atas SPP yang belum dilunasi;
c. Sistem Perijinan Penyiaran belum handal untuk menghitung denda atas
keterlambatan pembayaran;
d. belum terdapat kebijakan/prosedur mengenai hak akses atau password masing-
masing user pada sistem;
e. Bendahara Penerimaan dan atasan langsungnnya kurang menaati ketentuan
penyetoran penerimaan negara.

Kemkominfo menjelaskan bahwa memang SKDI belum memiliki SOP tentang


piutang, akan menjadi perhatian untuk waktu yang akan datang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. menyusun dan menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang berkaitan
dengan pencatatan piutang;
b. menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang sebagai dasar penyajian saldo
piutang secara tertib;
c. menyempurnakan Sistem Perijinan Penyiaran terkait tanggal pembayaran SPP dan
hak akses.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen SKDI agar
a. Menyusun tim yang bertugas menyusun dan menetapkan SOP yang berkaitan
dengan pencatatan piutang
b. Meningkatkan penertiban dalam menyelenggarakan kartu piutang dan buku piutang
sebagai dasar penyajian saldo piutang
c. Merencanakan pelaksanaan pencatatan piutang PNBP Bidang Penyiaran dengan
menggunakan sistem SMP3.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 13 dari 19


1.2. Sistem Pengendalian Persediaan
Pencatatan dan Pelaporan Persediaan per 31 Desember 2009 Belum Seluruhnya
Berdasarkan Stock Opname dan Tidak Didukung Penatausahaan yang Memadai
Kemkominfo telah menyampaikan LK Tahun 2009 kepada Menteri Keuangan
pada tanggal 27 Februari 2009. Nilai persediaan yang dilaporkan dalam neraca sebesar
Rp13.524.080.338,00 yang terdiri dari persediaan habis pakai berupa barang-barang
konsumsi dan bahan untuk pemeliharaan. Pencatatan persediaan Tahun Anggaran 2009
sudah menggunakan aplikasi SIMAK Persediaan. Pemeriksaan lebih lanjut atas
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan persediaan serta penelusuran terhadap dokumen
sumber pencatatan persediaan secara sampling pada 15 satker Kemkominfo menunjukkan
bahwa terdapat kelemahan–kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan persediaan yaitu
sebagai berikut:
a. Beberapa satker belum melakukan opname fisik persediaan pada akhir tahun
Dua satker yaitu Biro Umum dan Balai Monitor Banten tidak melakukan opname fisik
persediaan per 31 Desember 2009. Selain itu tiga satker yaitu Direktorat Jenderal
Sarana Komunikasi Diseminasi Informasi (SKDI), Badan Informasi Publik (BIP), dan
Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika (Aptel) telah membuat berita acara stock
opname persediaan akhir tahun namun belum ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Anggaran.
b. Belum semua jenis persediaan dibukukan pada buku persediaan dan
pengeluaran persediaan serta tidak didukung dengan bukti pendistribusian
barang pada satker antara lain:
1) Lima satker belum mencatat secara tertib yaitu tidak mengisi buku persediaan
setiap ada mutasi barang persediaan, baik saat pembelian maupun mutasi
penggunaan barang persediaan. Kondisi ini terjadi pada Ditjen Postel (Direktorat
Standardisasi, Direktorat Kelembagaan Internasional), Ditjen Aptel, Sekretariat
Ditjen SKDI, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Jakarta.
2) Ditjen Aplikasi dan Telematika (Aptel)
Saldo persediaan yang seharusnya dilaporkan Direktorat E-Business adalah
sebesar Rp2.990.500,00. Hal ini terjadi karena terdapat persediaan yang dicatat
tidak sama dengan jumlah fisiknya dan penilaian persediaan bukan menurut nilai
persediaan 31 Desember 2009. Pada tanggal 26 April 2010, Ditjen Aptel telah
melaporkan persediaan per 31 Desember 2009 sebesar Rp1.106.817.913,00 yang
merupakan hasil koreksi sebesar Rp400.586.000,00 dari Rp1.507.403.913,00.
3) Badan Infomasi Publik (BIP)
Hasil pemeriksaan dokumen berupa Laporan Persediaan per 31 Desember 2009
berdasarkan SIMAK BMN pada Eselon I BIP terdapat item persediaan berupa
video editing parpol jelang pemilu pada Direktorat Pusat Pengelolaan Pendapat
Umum senilai minus Rp14.400.000,00. Nilai tersebut berbeda dengan Laporan
Persediaan di tingkat Direktorat dhi. Direktorat Pusat Pengelolaan Pendapat
Umum yang melaporkan saldo persediaan sebesar Rp0,00. Penelusuran lebih
lanjut menunjukkan bahwa pada hasil stock opname yang dilakukan oleh unit kerja
lain pada Eselon I yang sama yaitu Sekretariat BIP per 31 Desember 2009 terdapat
item video editing parpol jelang pemilu yang nilainya sebesar Rp14.400.000,00,

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 14 dari 19


namun tidak didukung Berita Acara Serah Terima Barang dari Direktorat Pusat
Pengelolaan Pendapat Umum kepada Sekretariat BIP. Selain itu, pada saat BPK
mengecek Gudang Sekretariat BIP ditemukan banyak barang titipan berupa
barang-barang cetakan sebelum tahun 2009 seperti buku cetakan, block note,
leafleat, stiker, dan poster yang tidak diketahui siapa pemiliknya.
4) Ditjen SKDI
Tahun Anggaran 2009 Direktorat Sarana Teknologi dan Komunikasi pada Ditjen
SKDI mengadakan Set Top Box (STB) untuk dibagikan kepada masyarakat.
Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh PT PHG sesuai kontrak Nomor:
03/DJSKDI.4/PPK/STB/KOMINFO/5/2009 tanggal 12 Mei 2009 dalam jangka
waktu 60 hari kalender dengan nilai pekerjaan Rp1.267.500.000,000 dan telah
selesai dilaksanakan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor:
2/TT/DJSKDI.4/KOMINFO/7/2009 tanggal 10 Juli 2009. Pada saat pemeriksaan
fisik ke gudang persediaan Ditjen SKDI, BPK mengetahui bahwa masih terdapat
sisa Set Top Box merk Fulan tahun 2009 yang belum dibagikan ke masyarakat dan
belum dibukukan pada aplikasi persediaan senilai Rp907.725.000,00. Selain itu di
gudang persediaan Ditjen SKDI juga terdapat barang titipan Konsorsium TV
Digital Indonesia berupa Set Top Box merk Polytron sebanyak 572 buah dan merk
Akari sebanyak 130 buah untuk dibagikan kepada masyarakat.
5) Ditjen Pos dan Telekomunikasi (Postel)
Total persediaan yang dilaporkan pada Setditjen Postel sebesar Rp272.975.932,00.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tanggal 26 Maret 2010 diketahui bahwa terdapat
kekurangan catat sebesar Rp677.450,00 berupa sisa persediaan obat padat tahun
2008. Pada tanggal 23 April 2010 pengelola persediaan pada Setditjen Postel
melaporkan persediaan yang kurang catat senilai Rp6.164.800,00 sehingga nilai
persediaan yang harus dilaporkan sebesar Rp279.140.732,00.  
6) Loka Monitor Ternate
Pada Tahun Anggaran 2009 Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Ternate
mengadakan pekerjaan pembuat laporan keuangan dan program kerja. Pekerjaan
tersebut dilaksanakan oleh CV MSM sesuai kontrak Nomor: KU.203/B.97/LOKA-
TTE/II/2009 tanggal 12 Februari 2009 dalam jangka waktu 14 hari kalender sejak
11 Februari 2009 s.d. 25 Februari 2009 dengan nilai pekerjaan Rp15.000.000,00
sebanyak 1 paket atau 80 eksemplar. CV MSM telah selesai melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor:
KU.203/B.139/LOKA-TTE/II/2009 tanggal 25 Februari 2009 dan telah dibayar
lunas sesuai SP2D Nomor 331711L tanggal 3 Maret 2009. Dari hasil pemeriksaan
dokumen atas pengelolaan pencatatan hasil pengadaan barang berupa persediaan
diketahui bahwa buku laporan keuangan dan program kerja belum dicatat secara
tertib pada buku persediaan sehingga BPK mengalami kesulitan untuk menelusur
ke dokumen sumber.
7) Balai Monitor Surabaya
Proses pencatatan persediaan dimulai dengan menginput data masuk keluarnya
persediaan berdasarkan dokumen sumber berupa bukti-bukti pengadaan persediaan
dan bukti pengeluaran barang yang diterima oleh petugas persediaan. Hasil
pemeriksaan atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas
yang menangani persediaan menunjukkan bahwa tidak seluruh pengeluaran barang
didukung dengan bukti pengeluaran barang. BPK melakukan pemeriksaan fisik

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 15 dari 19


secara uji petik pada tanggal 8 Desember 2009 dan diketahui terdapat perbedaan
antara barang persediaan sesuai cek fisik dengan laporan persediaan per 30
November 2009 seperti spidol white board, kertas HVS F4 70 gr, kertas HVS F4
60 gr, dan amplop dinas besar @ 100 bh.
8) Loka Monitor Mataram
Saldo Aset Lancar Persediaan pada Neraca per 30 November 2009 dilaporkan
sebesar Rp32.231.950,00, sedangkan dalam SIMAK BMN nilai persediaan barang
konsumsi untuk tanggal yang sama sebesar Rp12.210.950,00. Hasil pemeriksaan
atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas yang menangani
persediaan menginformasikan bahwa laporan hasil pemeriksaan fisik persediaan
barang konsumsi yang ada pada staf pengelola BMN dan persediaan Loka Monitor
Mataram pada tanggal 17 November 2009 menyatakan tidak ada barang
persediaan dan dalam buku persediaan saldo atau sisa barang persediaan
dilaporkan sebesar Rp0,00.
Staf pengelola BMN menyatakan bahwa barang habis pakai persediaan diadakan
setiap dua bulan sekali (pengadaan terakhir pada bulan Oktober) dan langsung
dibagi habis sesuai permintaan seksi-seksi yang ada.
Dengan demikian penatausahaan persediaan belum sepenuhnya mendukung nilai
persediaan yang disajikan dalam Neraca.
9) Loka Monitor Batam
Proses pencatatan persediaan dimulai dengan menginput data masuk/keluarnya
persediaan berdasarkan dokumen sumber berupa bukti-bukti pengadaan persediaan
dan bukti pengeluaran barang yang diterima oleh petugas persediaan. Hasil
pemeriksaan atas distribusi pengeluaran barang dan konfirmasi kepada petugas
yang menangani persediaan menunjukkan bahwa tidak seluruh pengeluaran barang
didukung dengan bukti pengeluaran barang contohnya pada barang persediaan
berupa BBM.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 44 menyatakan Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik
negara yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yakni Pernyataan SAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan
yang menyatakan antara lain:
1) Persediaan merupakan aset lancar yang berwujud barang atau perlengkapan
(supplies) yang digunakan dalam rangka mendukung kegiatan operasional
pemerintah.
2) Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor.
3) Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
4) Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah.
5) Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi
fisik.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 16 dari 19


c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.: PER-40/PB/2006 tanggal
16 Agustus 2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan
1) Pasal 1:
- Kementerian Negara/Lembaga wajib menyajikan nilai persediaan di dalam
Neraca Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah aset lancar
dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk
dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
- Pengakuan, pengukuran dan pengungkapan persediaan mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintah.
2) Pasal 2: Akuntansi Persediaan yang diselenggarakan oleh Kementerian
Negara/Lembaga diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan, yaitu lampiran Bab II tentang Penatausahaan Persediaan antara
lain menyatakan bahwa:
- Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan (dalam bentuk kartu) untuk setiap
jenis barang. Laporan persediaan disusun menurut Sub Kelompok Barang dan
dilaporkan setiap semester. Laporan persediaan dibuat dari UAKPB dikirimkan
ke UAPPB-W. Laporan persediaan pada tingkat UAPPB-W, UAPP-EI dan
UAPB dibuat berdasarkan penggabungan Laporan Persediaan Organisasi
Barang Milik Negara (BMN) dibawahnya dan disajikan dalam bidang barang.
- Setiap akhir tahun perlu diadakan inventarisasi persediaan untuk menentukan
kuantitas dari setiap item persediaan dan selanjutnya Buku Persediaan
disesuaikan berdasarkan hasil inventarisasi tersebut.

Kondisi tersebut mengakibatkan:


a. nilai persediaan yang dilaporkan pada Neraca Kemkominfo Tahun 2009 belum
seluruhnya berdasarkan stock opname;
b. penatausahaan yang tidak tertib melemahkan pengendalian intern.

Kondisi tersebut terjadi karena:


a. pengelola dan penatausaha barang persediaan kurang teliti dan kurang memahami
pengelolaan persediaan beserta kewajiban pencatatan dan pelaporan keuangan,
b. pengawasan atasan langsung petugas pengelola persediaan belum optimal.

Kemkominfo menjelaskan bahwa telah diupayakan pembinaan penatausahaan


persediaan dan akan menjadi perhatian untuk masa yang akan datang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar meningkatkan pembinaan dan


pengawasan atas pengelolaan dan penatausahaan barang persediaan.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel, Dirjen SKDI,

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 17 dari 19


Kepala BIP, Dirjen APTEL, dan Kepala BPPKI Jakarta agar meningkatkan penertiban
administrasi barang persediaan.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 18 dari 19


BAB 2
HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN
ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN TAHUN 2004–2008

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009,


BPK memantau tindak lanjut Kemkominfo terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern Kemkominfo Tahun 2004–2008. Sesuai dengan Pasal 20 UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah/Kemkominfo dan
DPR.
Pemantauan atas tindak lanjut Kemkominfo terhadap temuan tersebut
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
No. Jumlah Sesuai Belum Belum
LHP Tahun
Temuan Sesuai / Ditindaklanjuti
Selesai
1. Tahun 2008 5 4 1 -
2. Tahun 2007 6 4 2 -
3. Tahun 2006 9 8 1 -
4. Tahun 2005 7 6 1 -
5. Tahun 2004 1 - 1 -
Total 28 22 6 -
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 2.

Kemkominfo telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain


mengenai peningkatan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pencatatan
pelaporan persediaan, koordinasi dengan DJKN guna menyelesaikan revaluasi aset dan
mengupayakan penetapan draft Peraturan Pemerintah tentang PNBP di Kemkominfo,
proses pencetakan RTH secara rutin dan melakukan pencocokan data antara RTH yang
dicetak dengan hasil rekonsiliasi KPPN dan data dari bendaharawan, perbaikan sistem
aplikasi SAI bersama dengan Kementerian Keuangan dan meningkatkan pengawasan
atasan langsung terhadap pelaksanaan dan penyusunan Laporan Keuangan, pencatatan
kepemilikan aset berupa bidang tanah yang terletak di Sukmajaya Depok dan
mengungkapkan status hukumnya secara memadai dalam Laporan Keuangan
Kemkominfo.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain
mengenai kelemahan Sistem Informasi Manajemen Frekuensi (SIMF) untuk menyajikan
saldo piutang belum dilengkapi dengan catatan secara memadai, pencatatan Piutang
PNBP Ditjen Postel belum dilaksanakan secara tertib, pencatatan piutang TGR tidak
tertib dan penyelesaian TGR tidak lancar, penyelesaian TGR Setjen Kemkominfo
berlarut-larut dan berpotensi menjadi piutang macet, dan sebidang tanah milik Ditjen
Postel (Ex Depparpostel) seluas 1000 m2 di Jalan Antapani Bandung belum bersertifikat.

BPK LHP SPI atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 19 dari 19


LAMPIRAN 1
HASIL KONFIRMASI PIUTANG PNBP DITJEN POSTEL

Total Piutang PNBP BHP Frekuensi Total Piutang PNBP BHP Telekomunikasi Total Piutang PNBP KKPU
Per 31 Desember 2009 (Rp) per 31 Desember 2009 (Rp) per 31 Desember 2009 (Rp)
Menurut Ditfrek Menurut Debitur Menurut Dittel Ditjen Menurut Debitur Menurut BTIP Menurut Debitur
Ditjen Postel (utang yang diakui) Postel (utang yang diakui) Ditjen Postel (utang yang diakui)
1. PT T 210.918.887.083 437.129.734.312 24.410.260.419 - -
2. PT I 3.985.438.135 - - N/A -
3. PT EP - - - 18.455.916.149 46.139.790.372
4. PT H 44.373.468.389 - 45.218.285 - -
5. PT N - 1.774.680.026 38.615.840 - -
6. PT BT 56.460.719.148 2.165.314.320 - - -
7. PT ST 675.170.907.104 353.386.267 70.803.409 2.162.893.829 5.407.234.571
8. PT STI 36.659.474 1.901.230.811 - 147.839.338 369.598.345
9. PT MT 146.680.565.253 138.821.715.463 314.775.878 9.019.071.566 9.872.938.276
10. LT 30.350.504.245 23.500.555.357 - - -

Jumlah 1.167.977.148.831 605.646.616.556 24.879.673.831 29.785.720.882 0 61.789.561.564

PT BK 34.666.654
PT LW 8.430.435 2.280.810

Total Piutang
yang tercantum
1.207.079.637.943 1.207.079.637.943 24.919.608.923 24.919.608.923 36.948.464 N/A
pada Neraca
Ditjen Postel

97% 52% 100% 120% 0% N/A


LAMPIRAN 2
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN KEMKOMINFO

Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan


No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Tahun 2008
1 Pencatatan dan
Pelaporan Persediaan
9 BPK menyarankan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika agar
1. Memo dinas Menkominfo
Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/
9
pada Beberapa Satker menginstruksikan kepada Sekjen 2009 tanggal 24 Juni 2009
Depkominfo Belum Depkominfo supaya kepada Sekretaris Jenderal dan
Tertib memerintahkan secara tertulis Dirjen Postel untuk
kepada masing-masing Kepala menindaklanjuti rekomendasi
satker untuk meningkatkan temuan BPK.
pembinaan dan pengawasan atas 2. Memo dinas Sekjen Nomor:
pelaksanaan pencatatan pelaporan 553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal
persediaan. 29 Juni 2009 kepada Sekretaris
Ditjen Postel, Sekretaris Ditjen
Aptel, Sekretaris SKDI,
Sekretaris Balitbang SDM,
Sekretaris BIP untuk
menindaklanjuti rekomendasi
temuan BPK.
3. Nota Dinas Dirjen Postel Nomor:
181/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009
tanggal 7 Mei 2009 kepada
Direktur Pengelolaan Spektrum
Frekuensi Radio dan Orsat agar
melaporkan nilai saldo persediaan
ATK per 31 Desember 2008.
4. Surat Dirjen Postel Nomor:
181.A/DJPT.1/KOMINFO/5/200
9 tanggal 7 Mei 2009 kepada
Direktur Postel Pusat, KaBalmon
Jakarta dan KaBalmon Manado
agar melakukan opname fisik
persediaan pada akhir tahun.
5. Memo Dinas Sekditjen Postel
Nomor: 182/DJPT.1/KOMINFO/
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
5/2009 tanggal 7 Mei 2009
kepada KaBalmon Manado untuk
menanggapi temuan BPK dan
menegur untuk meningkatkan
pengawasan atas kegiatan yang
dilakukan.
6. Nota Dinas Dirjen Postel Nomor:
210/DJPT.1/KOMIN FO/8/2009
tentang Tindak Lanjut Temuan
BPK-RI pada Ditjen Postel.
7. Memo dinas Sekditjen SKDI
Nomor: 497/DJSKDI.1/KOMIN
FO/9/2009 tanggal 7 September
2009 kepada para Ses dan Para
Kepala agar melakukan opname
fisik.
8. Nota Dinas Sekditjen SKDI
Nomor: 494/DJSKDI.1/KOMIN
FO/9/2009 tanggal 3 September
2009 kepada Karo Keuangan
perihal tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK.
9. Memo Dinas Sekditjen SKDI
Nomor: 507/DJSKDI.1/Komin
fo/9/2009 tanggal 7 September
2009 kepada Karo Keuangan
bahwa Setditjen SKDI telah
melakukan opname fisik
persediaan akhir tahun namun
belum melakukan perubahan
sehubungan dengan temuan
mengenai persediaan buku Ditjen
SKDI sejumlah Rp49.625.000,00
yang telah terinput sebagai
belanja modal fisik lainnya,
dimana seharusnya dimasukkan
ke dalam belanja barang
persediaan.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
10. Nota Dinas Ses Ditjen Aptel
Nomor: 1221/DJAT.1/Kominfo/
8/2009 kepada Sekjen Kominfo
bahwa persediaan pada Ditjen
Aptel sebesar Rp172.994.051,00
telah dibukukan dan disajikan
pada neraca per 31 Desember
2008.
11. Nota Dinas Sekretaris BIP
Nomor: 651/BIP.1/Kominfo/8/
2009 tanggal 18 Agustus 2009
kepada para kepala pusat di
lingkungan BIP dan para kepala
bagian di lingkungan BIP agar
melakukan opname fisik
persediaan sebelum penyusunan
LK, baik pada Smt I maupun Smt
II.
12. Nota Dinas Sekretaris BIP
Nomor: 700/BIP.1/Kominfo/9/
2009 tanggal 3 September 2009
perihal tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK TA 2008.
13. Memo Dinas Ses Balitbang SDM
Nomor: 422A/BLSDM.1/
KOMINFO/7/2009 tanggal 2 Juli
2009 kepada Kepala STMM
“MMTC” Yogyakarta, para
Kepala BBPPKI, Kepala BPPKI
perihal tindak lanjut hasil
pemeriksaan BPK.
2 Aset Tetap Lima Satker
di Lingkungan
Rp860.266.320.521 9 9 9 BPK menyarankan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika agar
1. Memo dinas Menkominfo
Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/
9
Depkominfo Sebesar menginstruksikan kepada Sekjen 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada
Rp860.266,32 Juta Depkominfo supaya berkoordinasi Setjen supaya berkoordinasi
Masih dalam Proses dengan DJKN guna menyelesaikan dengan Direktorat Jenderal
Revaluasi Aset revaluasi aset atas lima satker Kekayaan Negara (DJKN) guna
tersebut menyelesaikan revaluasi aset lima
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
satker tersebut.
2. Balmon Palembang telah selesai
melakukan revaluasi aset pada
bulan Februari 2009.
3. Nota Dinas Plt.Karo Keuangan
Nomor: 765/SJ.3/KOMINFO/8
/2009 tanggal 25 Agustus 2009
kepada Sekditjen Postel, Karo
Umum, KaBLU-BTIP, Ka
Balmon medan untuk
menyampaikan hasil revaluasi.
4. Surat BLU-BTIP Nomor:
462/BTIP.1/KOMINFO/08/2009
tanggal 4 Agustus 2009
penyampaian hasil revaluasi TA
2008 yang telah dilaksanakan
oleh BLU-BTIP.
5. Surat KaBalmon Medan Nomor:
981/I.c.B.II/VIII/2009 perihal
revaluasi BMN sampai saat ini
sedang pencocokan ulang hasil
pendataan dari KPKNL Medan
dengan data yang ada pada pihak
Balmon kelas II Medan.
6. Nota dinas Kepala Biro Umum
Nomor: 877/SJ.5/KOMINFO/9
/2009 tanggal 9 September 2009
bahwa telah melakukan revaluasi
aset namun menemui kendala
pada pendataan aset kendaraan
dinas roda empat dan telah
melakukan koordinasi dengan
pihak KPKNL untuk segera
menyelesaikan hasil revaluasi
tersebut.
7. Nota dinas Dirjen Postel Nomor:
210/DJPT.1/KOMINFO/8/2009
tentang tindak lanjut temuan
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
BPK-RI pada Ditjen Postel.
8. Seluruh Aset Tetap Departemen
Komunikasi dan Informatika
telah dilakukan Penilaian kembali
(revaluasi) oleh Tim penilai dari
Kantor Pelayanan Piutang Negara
dan Lelang Departemen
Keuangan RI berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor: 17
Tahun 2007 tentang Penertiban
Barang Milik Negara.
3 Buku Perpustakaan
pada Beberapa Satker
BPK menyarankan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika agar
1. Memo
Nomor:
dinas Menkominfo
330A/M.KOMINFO/6
9
Belum Dilakukan menginstruksikan kepada Sekjen /2009 tanggal 24 Juni 2009
Penilaian serta Belum Depkominfo supaya kepada Setjen agar
Dilaporkan pada memerintahkan secara tertulis memerintahkan secara tertulis
Laporan Keuangan Kepala satker untuk melaporkan kepada KaBPPKI Manado dan
Satker nilai buku perpustakaan dalam KaMPN Surakarta untuk
laporan keuangan tahun 2009. melaporkan nilai buku
perpustakaan dalam LK 2009.
2. Memo dinas Sekjen Nomor:
553A/SJ/Kominfo/6/2009 tanggal
29 Juni 2009 kepada KaBPPKI
Manado dan KaMPS untuk
melaporkan nilai buku
perpustakaan dalam LK 2009.
3. Memo dinas Sekditjen SKDI
Nomor: 497/DJSKDI.1/KOMIN
FO/9/2009 tanggal 7 September
2009 kepada Kepala Monumen
Pers Surakarta agar dilakukan
penilaian serta belum dilaporkan
pada laporan keuangan satker.
4. Surat KaMPN Surakarta Nomor:
029/B/MPN/IX/2009 bahwa buku
perpustakaan senilai
Rp57.980.550,00 telah dinilai dan
dilaporkan pada laporan realisasi
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
anggaran satker Semester I/2009.
5. Memo dinas Ses Balitbang SDM
Nomor: 422A/BLSDM.1/KOMIN
FO/7/2009 tanggal 2 Juli 2009
kepada Kepala STMM “MMTC”
Yogyakarta, para Kepala
BBPPKI, Kepala BPPKI perihal
tindak lanjut hasil pemeriksaan
BPK.
6. Surat KaBPPKI Manado Nomor:
338/BppKI-MDO/PK.06/IX/2009
tanggal 3 September 2009 bahwa
buku perpustakaan sebanyak 818
telah dimasukkan dalam Laporan
BMN Semester I 2009.
4 Dua Puluh Lima Satker
Depkominfo yang
Rp2.110.000.000 BPK menyarankan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika agar
1. Memo dinas Menkominfo
Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/
9
Melaksanakan menginstruksikan kepada Sekjen 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada
Pemeliharaan Peralatan Depkominfo supaya segera Setjen supaya segera melakukan
dan Mesin dalam melakukan koreksi atas nilai koreksi atas nilai peralatan dan
Tahun 2008 Belum peralatan dan mesin yang belum mesin yang belum dikapitalisasi
Mengidentifikasi dikapitalisasi tersebut. tersebut.
Besarnya Biaya 2. Nota dinas Postel Nomor:
Pemeliharaan per Jenis 056/DJPT.1/KOMINFO/2/2007
Peralatan dan Mesin tentang TLHP BPK-RI atas
untuk Melakukan PNBP TA 2006.
Kapitalisasi 3. Nota dinas Dirjen Postel Nomor:
181/DJPT.1/KOMIN FO/5/2009
tanggal 7 Mei 2009 kepada
Direktur Pengelolaan Spektrum
frekuensi Radio dan Orsat agar
melaporkan belanja pemeliharaan
peralatan dan mesin yang
dikapitalisasi.
4. Surat Direktur Pengelolaan
Spektrum Frekuensi Radio
Nomor: 853/DJPT.4/KOMINFO/
6/2009 tentang berita acara aset
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
pemeliharaan 24 satker daerah.
5. Kelemahan Sistem
Informasi Manajemen
9 9 BPK menyarankan kepada Menteri 1. Memo
Komunikasi dan Informatika agar
dinas Menkominfo
Nomor: 330A/M/KOMINFO/6/
9
Frekuensi (SIMF) menginstruksikan kepada Dirjen 2009 tanggal 24 Juni 2009 kepada
untuk Menyajikan Postel untuk menyelenggarakan Dirjen Postel untuk
Saldo Piutang Belum kartu piutang dan buku piutang menyelenggarakan kartu piutang
Dilengkapi Dengan sebagai dasar penyajian saldo dan buku piutang sebagai dasar
Catatan Secara piutang. penyajian saldo piutang.
Memadai 2. Nota dinas Dirjen Postel Nomor:
181/DJPT.1/KOMINFO/5/2009
tanggal 7 Mei 2009 kepada
Direktur pengelolaan Spektrum
frekuensi radio dan Orsat agar
membenahi SIMF khususnya
dalam penyajian saldo piutang
dan melakukan pencatatan
piutang secara manual untuk
setiap periodenya.
3. Surat Dirjen Postel Nomor:
210/DJPT.1/KOMINFO/8/2009
tentang tindak lanjut temuan BPK
pada Ditjen Postel.
4. Nota Dinas Direktur Pengelolaan
Spekfrekrad Nomor:
1235/ND/O/DJPT.4 /9/09 tanggal
2 September 2009 kepada
Sekditjen Postel perihal
pencatatan Piutang PNBP BHP
frekuensi.
5. Pada pemeriksaan LK 2009
diketahui bahwa Ditfrek telah
menyediakan kartu piutang dan
buku piutang, namun petugas
tidak memutakhirkan data secara
periodik. Untuk keperluan
pelaporan saldo piutang per 31
Desember 2009, Ditfrek tidak
menggunakan data kartu atau
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
buku piutang yang dikelolanya,
melainkan mengolah data dari
database SIMF secara manual.

Tahun 2007
1 Pencatatan dan
Pelaporan Persediaan
Rp3.736.905.604,00 BPK menyarankan agar Kepala
Biro Keuangan lebih meningkatkan
Biro Keuangan telah melakukan
Bimtek Penatausahaan barang
9
Tidak Tertib pembinaan dan pengawasan atas Persediaan dua kali di Surabaya dan
pelaksanaan pencatatan pelaporan di Bandung.
persediaan.
2 Pencatatan Piutang Rp375.524.007,00 BPK menyarankan Menteri 1. Menkominfo telah mengirim
TGR Tidak Tertib dan Komunikasi dan Informatika surat kepada Tim TP/TGR
Penyelesaian TGR menginstruksikan kepada Sekjen Nomor: 266/ M.KOMINFO/11/
Tidak Lancar Depkominfo agar: 2008 tgl 7 November 2008
1. segera menyelesaikan TGR perihal Penyelesaian Kasus-
yang tertunda dengan Kasus Kerugian Negara.
mengintensifkan penerimaan
dari angsuran TGR dan
2. SK Menteri Kominfo Nomor:
115/Kep/M/kominfo/5/2008
9
menegur pegawai yang telah telah mendelegasikan
lalai memenuhi kewajiban wewenang tindak lanjut
TGR- nya; penyelesaian kerugian negara
2. menetapkan pembebanan atas kepada pejabat Eselon I, kecuali
kerugian yang telah terjadi dalam menetapkan pembebanan
terhadap enam orang pegawai
yang bertanggung jawab atas
kerugian
menandatangani
negara dan
keputusan
9
hilangnya barang milik pembebanan ganti rugi.
negara, serta; Perkembangan s.d. Semester I
3. melakukan pembinaan tentang Tahun 2009 antara lain:
prosedur pencatatan dan Memo Dinas dari Kepala Biro
pelaporan piutang TGR. Keuangan Nomor: 433/SJ.3/ 9
KOMINFO/5/2008 tanggal 13 Mei
2008 perihal Peserta Sosialisasi
Penyelesaian Kerugian Negara
(TP/TGR).
3 Pencatatan Piutang Rp41.261.001.043,56 BPK menyarankan agar Menteri 1. Telah diinstruksikan kepada
PNBP Direktorat Komunikasi dan Informatika Direktur Frekuensi dengan Nota
Jenderal Pos dan 9 menginstruksikan kepada Dirjen Dinas Nomor: 707/DJPT.1/
Telekomunikasi Belum Postel untuk: Kominfo/9/2006 agar
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Dilaksanakan secara 1. menegur petugas pencatatan penyelenggaraan Pembukuan
Tertib dan Terdapat
Denda Keterlambatan
piutang dan
penagihan BHP Frekuensi
petugas Piutang PNBP secara lengkap
dan memadai.
9
Piutang PNBP Sebesar agar bekerja lebih cermat; 2. Telah dibangun Sistem Payment
Rp11.001,49 Juta Tidak 2. mereviu kembali gateway pada SIM-F untuk
Dipungut ketentuan/peraturan yang
berkaitan dengan penerbitan
mengintegrasikan pembayaran
dari Bank ke SIM-F.
9
ISR dan penagihan piutang Perkembangan s.d. Semester I
PNBP atas BHP Frekuensi. Tahun 2009 antara lain:
Telah diterbitkan PP 29 Tahun 2009
tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran
PNBP yang Terutang dan akan
dilakukan revisi Keputusan Menteri
Nomor:
17/PER/M.KOMINFO/5/2007
tentang Tata Cara Perizinan dan
Ketentuan Operasional Frekuensi
Radio,
19/PER/KOMINFO/10/2005
tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif
Atas PNBP dari BHP Frekuensi.
4 Penatausahaan dan
Penyetoran Jasa Giro
Rp288.592.187,10 BPK menyarankan agar Sekjen
Depkominfo memerintahkan para
Sekjen telah membuat memo dinas
Nomor: 529A/SJ/Kominfo/ 7/2008
9
Tidak Tertib Bendahara untuk secara aktif tgl 7 Juli 2008 kepada para
mengingatkan pihak Bank agar bendahara untuk mengingatkan
menyetorkan jasa giro ke Kas pihak bank.
Negara tepat waktu.
5 Pengelolaan PNBP
pada Sekolah Tinggi
Rp262.361.000,00 9 BPK menyarankan agar Menteri
Komunikasi dan Informatika untuk:
Menteri Kominfo telah mengajukan
Surat Permohonan kepada Menteri
9
MMTC Belum a. mengupayakan agar draft Keuangan untuk diterbitkan PP
Memiliki Dasar Hukum Peraturan Pemerintah tentang tentang PNBP dengan Surat Nomor:
yang Kuat dan PNBP di Depkominfo 100/ M.KOMINFO/3/2007 tanggal
Penatausahaannya diupayakan penetapannya; 30 Maret 2007 tentang Usulan
Tidak Tertib b. memberikan teguran tertulis PNBP Depkominfo dan sampai saat
kepada Bendahara ini PP tersebut masih dalam proses
Penerimaan dan atasan pembahasan, sedangkan dalam
langsungnya yang terlambat pelaksanaannya Menteri Keuangan
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
dalam menyetorkan telah mengeluarkan Persetujuan
penerimaan negara dan atas Penggunaan Sebagian Dana PNBP
penatausahaan piutang dan dengan Surat Nomor: S-
pengelola piutang PNBP 220/MK.02/2007 tanggal 22 Mei
yang tidak melakukan 2007.
penatausahaan dengan tertib. Telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia
Nomor 7 tahun 2009 tanggal
16 Januari 2009
tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang
Berlaku Pada Departemen
Komunikasi Dan Informatika
6 Departemen
Komunikasi dan
9 BPK menyarankan kepada
Sekretaris Jenderal Depkominfo
Telah diterbitkan SK. Men.
Kominfo Nomor: 59/Kep/Kominfo/
9
Informatika Belum agar melaksanakan revaluasi BMN 3/2008 tgl 3 Maret 2008 tentang
Melakukan Penilaian bekerja sama dengan Departemen Pembentukan Tim Inventarisasi
Barang Milik Negara Keuangan sesuai dengan jadwal BMN di Lingkungan Depkominfo.
dalam Rangka yang telah ditetapkan. 1. Tim Depkominfo, Dep.
Menyusun Neraca Keuangan dan BPKP telah
Awal melaksanakan re-evaluasi BMN.
2. Hasil re-evaluasi akan
dilaporkan dalam Laporan BMN
Tahun 2008.
Seluruh Aset Tetap Departemen
Komunikasi dan Informatika telah
dilakukan Penilaian kembali
(revaluasi) oleh Tim penilai dari
Kantor Pelayanan Piutang Negara
dan Lelang Departemen Keuangan
RI berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Penertiban Barang Milik
Negara.(LK 2009)
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Tahun 2006
1. Pelaksanaan Sistem
Akuntansi Instansi pada
9 BPK menyarankan agar:
1. melakukan proses pencetakan
1. Ditjen Postel telah melakukan
pencetakan RTH secara rutin dan
Eselon 1 Ditjen Postel
Departemen Kominfo
RTH secara rutin
melakukan pencocokan data
dan melakukan pencocokan data
antara RTH dengan hasil
9
Belum Berjalan antara RTH yang dicetak rekonsiliasi KPPN serta data dari
Optimal dengan hasil rekonsiliasi KPPN Bendaharawan dan melakukan
dan data dari bendaharawan; koordinasi dengan Dep.
2. mengupayakan perbaikan Keuangan dalam rangka
sistem aplikasi SAI bersama penyempurnaan SAI. 9
dengan Departemen keuangan; 2. Memo sekjen Nomor:
dan 544A/SJ/Kominfo/7/2008
3. meningkatkan pengawasan tanggal 14 Juli 2008 kepada
atasan langsung terhadap seluruh pejabat Eselon 1 untuk 9
pelaksanaan dan penyusunan meningkatkan pengawasan
LK. kepada bawahan.
2. Sistem Akuntansi 9 1. Memberikan pelatihan kepada 1. Petugas UAPPA/B-E1 telah
Barang Milik Negara
pada Departemen
SDM yang mengoperasikan
aplikasi SABMN.
mengikuti
SIMAK BMN.
Bimtek tentang 9
Kominfo Masih Lemah 2. Melakukan koordinasi dengan 2. Biro Keuangan telah
dan Pelaksanaannya Departemen Keuangan untuk menyelenggarakan Bimtek
Belum Berjalan penyempurnaan kodefikasian SIMAK BMN. 9
Optimal barang-barang teknis. 3. Sudah dilakukan Rapat
Koordinasi dengan E1 untuk
penyempurnaan kodefikasi
barang-barang teknis dan telah
dilakukan penyempurnaan
kodefikasi barang sesuai
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 97/PMK.06/2007.
3. Saldo Awal dalam 1. Melakukan koreksi atas aset 1. Telah dilakukan koreksi atas
Laporan Keuangan
Departemen Kominfo
yang belum masuk dalam
laporan keuangan.
saldo awal pada Neraca LK
Audited Tahun 2006.
9
Tahun 2006 Belum 2. Menatausahakan dokumen- 2. Telah ditatausahakan dengan
Menggambarkan Nilai dokumen aset secara tertib pada tertib melalui pembinaan
yang Sebenarnya masing-masing satker di terhadap UAPPB-E1. 9
lingkungan Depkominfo.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
4. UPT Daerah
Departemen Kominfo
9 1. Memberikan pelatihan
mengenai SAK kepada petugas
1. Biro Keuangan
menyelenggarakan
telah
Bimtek
9
Belum Seluruhnya yang belum memahami SAK.
Menyampaikan ketentuan penyusunan dan 2. Sekjen telah mengirim Memo
Laporan Keuangan penyampaian laporan keuangan Sekjen Nomor: 544A/SJ/
serta. Kominfo/7/2008 tanggal 14 Juli 9
2. Memberikan teguran tertulis 2008 kepada seluruh pejabat
kepada pejabat Eselon I untuk Eselon 1 untuk meningkatkan
melakukan pengawasan pengawasan kepada bawahan.
langsung terhadap bawahannya
dalam menyusun laporan
keuangan.
5. Sistem Pengendalian 1. Memberikan teguran tertulis 1. Menteri telah menginstruksikan
Intern atas Pendapatan
Belum Memadai
kepada Dirjen Postel agar
melakukan pengawasan
Dirjen
meningkatkan
Postel untuk
Pengawasan
9
terhadap bawahannya. Pengelolaan Keuangan di
2. Menginstruksikan Kabag. lingkungan Ditjen Postel.
Keuangan untuk memberikan 2. Dirjen Postel telah
teguran tertullis kepada menginstruksikan kepada
Bendahara Penerimaan agar Kabag. Keuangan untuk 9
pada lembar SSBP memberikan Surat Teguran
mencantumkan nomor seri tertulis kepada Bendahara
(prenumbered) secara berurutan Penerimaan agar setiap lembar
dan menatausahakan secara SSBP mencantumkan nomor
tertib. seri (prenumbered) secara
3. Menyusun dan menetapkan berurutan dan telah
Standar operating Prosedure ditindaklanjuti oleh Kabag 9
(SOP) yang berkaitan dengan Keuangan dengan memberikan
laporan/catatan piutang BHP Teguran tertulis kepada
Frekuensi. Bendahara Penerimaan,
Bendahara Penerimaan telah
melaksanakan saran Tim BPK.
3. Telah disusun SOP tentang
Pencatatan dan Pembukuan
Piutang PNBP di lingkungan
Ditjen Postel melalui Peraturan
Dirjen Postel.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
6. Nilai Piutang PNBP
dalam Laporan
Rp340.453.468.217,00 1. Melakukan koreksi atas
kelebihan pencatatan piutang
Telah dilakukan koreksi atas
kelebihan pencatatan piutang pada
9
Keuangan Depkominfo pada laporan keuangan. LK Audited 2006. Ditjen Postel
Tahun 2006 Lebih 2. Meningkatkan koordinasi telah berkoordinasi dengan Dep.
Disajikan Senilai dengan masing-masing Keuangan, kepada Direktorat
Rp340.453,47 Juta direktorat penghasil PNBP Penghasil PNBP telah diinstruksikan 9
dalam hal pengakuan melalui Nota Dinas Nomor:
pembukuan dan pelaporan 706/DJPT.1/Kominfo/ 9/2008 untuk
piutang. melaksanakan Pembukuan dan
3. Melakukan koordinasi dengan Pelaporan Piutang.
Departemen Keuangan untuk Perkembangan s.d. Semester I
perbaikan sistem akuntansi Tahun 2009 antara lain Ditjen Postel 9
piutang. telah melakukan koordinasi intensif
dengan pihak Depkeu khusus DJA
c.q. Direktorat PNBP dan hasilnya
dengan telah diterbitkannya PP 29
Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penentuan Jumlah, Pembayaran dan
Penyetoran PNBP yang Terutang.
7. Saldo Kas di
Bendahara Pengeluaran
1. Melakukan koreksi pada pos
saldo kas dibendahara
1. Telah dilakukan koreksi pada LK
Audited 2006.
9
Beberapa Eselon Satu pengeluaran. 2. Dep. Kominfo telah melakukan
Belum 2. Menyelenggarakan pelatihan Bimtek tentang Verifikasi
Menggambarkan Nilai kepada bendahara di Pertanggungjawaban Belanja
yang Sebenarnya lingkungan Depkominfo. APBN.
3. Menginstruksikan kepada para 3. Bendahara dan Petugas UAKPA 9
bendahara untuk melakukan setiap bulan sudah melakukan
rekonsiliasi antara pembukuan rekonsiliasi dengan KPPN.
dengan rekening koran secara 4. Memo dinas Sekjen Nomor:
rutin. 931A/SJ/Kominfo/11/2007 9
tentang instruksi bagi Bendahara
Pengeluaran untuk melakukan
rekonsiliasi.
8. Pembebanan Anggaran
Belanja pada Beberapa
Memberikan teguran tertulis
kepada Kabag. Keuangan supaya
Memo Dinas Dirjen Postel Nomor:
091/DJPT.1/Kominfo/Keu/III/08
9
Kegiatan Pengadaan menyusun rencana anggaran sesuai menginstruksikan Kabag. Keuangan
Barang dan Jasa pada mata anggaran yang telah dalam menyusun Rencana Anggaran
Ditjen Postel Belum ditetapkan. sesuai dengan mata anggaran yang
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Sesuai Ketentuan telah ditetapkan.
9. Sebidang Tanah Milik
Ditjen Postel (Ex
9 Memberikan
kepada
teguran tertulis
Dirjen Postel untuk
1. Memo Sekjen Nomor: 530/SJ/
Kominfo/7/2008 tanggal 7 Juli
9
Depparpostel) Seluas menyelesaikan permasalahan aset 2008 kepada Dirjen Postel untuk
1000 m2 di Jalan yang masih bersengketa dan menyelesaikan permasalahan
Antapani Bandung mengupayakan sertifikat atas tanah tanah dan mengupayakan
Belum Bersertifikat tersebut. sertifikat atas tanah.
2. Pihak Ditjen Postel telah
mengadukan US (Penjual) kepada
Polwiltabes Bandung karena
gugatan ke Pengadilan Negeri
tidak dapat diterima (Lampiran
Pri Postel).
Perkembangan s.d. Semester I
Tahun 2009 antara lain:
1. Ditjen Postel telah mengupayakan
langkah-langkah penyelesaian
tanah dimaksud melalui upaya-
upaya persuasif dan hukum
kepada pihak penjual, namun
mengalami kendala di lapangan
dikarenakan tanah yang dibeli
oleh Pempro Pengendalian
Frekuensi Kanwil Parpostel pada
waktu itu telah diklaim dan
dikuasai pihak lain, atas dasar
permasalahan tersebut telah
diajukan oleh Kabalmon Bandung
ke Pengadilan Perkara Perdata
untuk penyelesaiannya. Hasil
keputusan sidang perdata batal
karena kedua belah pihak tidak
mengetahui obyek tanah yang
diperjualbelikan sehingga Balmon
Bandung merasa dirugikan atas
keputusan pengadilan tersebut.
2. Selanjutnya Balmon Bandung
melaporkan pihak penjual (H.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
US) ke Polwil Bandung terkait
dengan penipuan. Pihak Polwil
Bandung telah dilakukan
pemanggilan terhadap H. Umar
Saleh, namun yang bersangkutan
belum pernah memenuhi
panggilan Polwil Bandung
sehingga yang bersangkutan
ditetapkan sebagai Daftar
Pencarian Orang (DPO).

Tahun 2005
1 Pelaksanaan Sistem
Akuntansi Instansi
BPK menyarankan agar pihak
Depkominfo mengupayakan
Telah dilaksanakan Bimtek
SAK/SAI sebanyak dua kali di
9
(SAI) pada Departemen perbaikan sistem aplikasi SAI Denpasar dan Jakarta dengan
Kominfo Belum bersama dengan Departemen narasumber dari Ditjen
Optimal Keuangan dan Perbendaharaan Dep. Keuangan RI.
menyelenggarakanpelatihan dan
sosialisasi pelaksanaan sistem
tersebut kepada segenap pelaksana
pembukuan di jajaran
Depkominfo.
2 Reviu Internal atas
Revisi Laporan
BPK menyarankan agar Itjen
Depkominfo meningkatkan kualitas
Laporan Keuangan Depkominfo:
1. Th. 2005 opini Disclaimer
9
Keuangan Depkominfo reviu atas laporan Keuangan 2. Th. 2006 opini WDP
Tahun 2005 Belum sebelum diampaikan kepada 3. Th. 2007 opini Tidak Wajar
Dilakukan Departemen Keuangan.
3 Pelaksanaan Sistem BPK menyarankan agar Sekjen 1. Petugas UAPPA/B-E1 telah
Akuntansi BMN Belum Depkominfo: mengikuti Bimtek tentang
Berjalan Optimal 1. mengoptimalkan peran dan SIMAK BMN.
fungsi Unit Akuntansi 2. Biro Keuangan telah 9
Pembantu Pengguna menyelenggarakan Bimtek
Anggaran/Barang Eselon 1 SIMAK BMN.
(UAPPA/B-E1) dalam 3. Seluruh Aset telah dilakukan
pembukuan dan penyusunan pencatatan (Lampiran Laporan
Laporan Keuangan maupun BMN).
Barang;
2. menyelenggarakan pelatihan
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
dan sosialisasi pelaksanaan
sistem tersebut kepada segenap
9
pelaksana pembukuan di
jajaran Depkominfo;
3. mencatat barang-barang yang
belum dibukukan kedalam 9
laporan BMN.
4 Laporan Keuangan
Eselon 1 dan UPT
BPK menyarankan agar setiap
penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Depkominfo
2006 dan 2007 telah dibuat CaLK-
9
Departemen Kominfo tingkat Eselon 1 menyertakan pula nya.
Belum Seluruhnya Catatan atas Laporan Keuangan
Memuat Catatan atas sebagai bagian tak terpisahkan
Laporan Keuangan dari Laporan Keuangan itu sendiri.
5 Dinas Infokom Maluku
dan Maluku Utara
Rp11.100.000.000,00 BPK menyarankan
Menkominfo menyampaikan surat
agar Telah dibuat Surat Kepala Biro
Keuangan Nomor: 245/SJ.3/
9
Belum Menyampaikan teguran tertulis kepada dinas Kominfo/3/2008 tanggal 18 Maret
Laporan Infokom Maluku dan Maluku 2008 tentang Laporan Keuangan
Pertanggungjawaban Utara untuk segera menyampaikan kepada Kepala Dinas Infokom
atas Penggunaan Dana bukti pertanggungjawaban atas Provinsi Maluku dan Kepala Biro
Implementasi INPRES penggunaan dana tersebut. Infokom Provinsi Maluku Utara.
No. 6/2003 Sebesar Selanjutnya melakukan pembinaan
Rp11.100,00 Juta kepada pelaksana di daerah dalam
kepada Departemen rangka menyusun laporan
Komunikasi dan pertanggungjawaban penggunaan
Informatika dana secara efektif dan tepat
waktu.
6 Penyelesaian
Setjen
TGR
Depkominfo
BPK menyarankan agar pihak
Depkominfo segera menyelesaikan
Telah dibuat Peraturan Menteri
Kominfo Nomor: 21/P/M.
9
Berlarut-Larut dan juklak mengenai pelaksanaan KOMINFO/8/2006 tentang
Berpotensi Menjadi pembebanan TGR di lingkungan Penyelesaian Kerugian Negara di
Piutang Macet Depkominfo dan selanjutnya lingkungan Depkominfo.
menetapkan pembebanan atas
kerugian yang telah terjadi.
7 Terdapat
Berupa
Aset Tetap
Tanah yang
BPK menyarankan agar Sekjen
Depkominfo segera mencatat
Telah dicatat dan dilaporkan pada
Laporan Aset Depkominfo.
9
Belum Dicatat dan kepemilikan aset berupa bidang
Sengketa atas Tanah tanah yang terletak di SD dan
yang Belum mengungkapkan status hukumnya
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2008 2007 2006 2005 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Diungkapkan Secara secara memadai dalam Laporan
Memadai dalam Keuangan Depkominfo.
Laporan Keuangan
Depkominfo Tahun
2005

Tahun 2004
1 BPKB Kendaraan Rp3.103.015.295,00 BPK menyarankan agar Sekretaris Sampai saat ini telah diterbitkan 86
Operasional Sebanyak Jenderal Departemen Komunikasi BPKB sedangkaan sisanya sedang
93 Buah Senilai dan Informatika agar: diupayakan ditarik,
Rp3.103,02 Juta yang 1. memberikan sanksi/peringatan kepada pemegang BPKB tersebut
Dikuasai oleh Pemakai
Kendaraan
terhadap para pemakai
kendaraan dinas operasional
telah dikirim Surat Nomor: 235/SJ.3/
Kominfo/2008.
9
Menyulitkan Dalam yang tidak mengembalikan
Pengendalian BPKB;
Aset/Kendaraan 2. memerintahkan Kepala Biro
Umum dhi. Kasubbag Rumah
9
Tangga agar segera menarik
seluruh BPKB yang masih
dikuasai oleh para pemakai
kendaraan dinas tersebut;
3. memerintahkan kepada Kepala
Biro Umum untuk 9
meningkatkan pengawasan
atas pengelolaan Barang Milik
Negara.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TAHUN 2009

Nomor : 84C/HP/XVI/05/2010
Tanggal : 20 Mei 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta Pusat 10210
Telp./Faks. (021) 5704395 Eks. 621/(021) 5738669
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar Isi ……............................................................................................................. i
Daftar Lampiran .......................................................................................................... iii
Resume Laporan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan .......... 1
BAB 1 Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Perundang-
Undangan .................................................................................................... 6
1.1 Pendapatan .................................................................................................. 6
1.1.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan
(BHP) Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan
Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) Belum Dipungut
Sebesar Rp15.821,07 Juta ........................................................................... 6
1.1.2 Direktorat Frekuensi Ditjen Postel Belum Menagih Potensi PNBP dari
Denda Keterlambatan Sebesar Rp8.900,45 Juta ......................................... 11
1.1.3 Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut dan
Pendapatan Jasa Giro Terlambat Disetor ke Kas Negara ........................... 13
1.2 Belanja ........................................................................................................ 16
1.2.1. Pelaksana Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan Tidak Dapat Memenuhi Target Pekerjaan Tahap
Pra Operasional ........................................................................................... 16
1.2.2. Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp1.064,97 Juta dan Kelebihan
Perhitungan Nilai Amandemen Kontrak Sebesar Rp2.353,49 Juta pada
Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan ………………………………………………………………… 22
1.2.3. Pemanfaatan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan Tidak Sepenuhnya Optimal …………………………………... 26
1.2.4. Pejabat Pembuat Komitmen di Empat Direktorat Ditjen Aptel Terlalu
Tinggi Memperhitungkan Biaya untuk Membayar Beberapa Pekerjaan
Konsultansi ………………………………………………………………. 29
1.2.5. Kelebihan Pembayaran pada Beberapa Kegiatan di Beberapa Satker
Sebesar Rp157,21 Juta …………………………………………………… 32
1.2.6. Pejabat Pembuat Komitmen Belum Mengenakan Sanksi Denda
Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Sebesar Rp136,01 Juta ………… 38
1.2.7. Pelaksanaan Beberapa Pekerjaan dan Kegiatan Tidak Sesuai Ketentuan .. 44
1.2.8. Bendahara Pengeluaran pada Empat Satker Ditjen Postel Belum
Memotong Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target Sebesar
Rp66,29 Juta dan Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sebesar Rp36,16 Juta dari Pelanggaran
Aturan Jam Kerja Pegawai ………………………………………………. 49
1.2.9. Bukti Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas Pegawai pada Enam
Satker Kemkominfo Tidak Menggambarkan Kondisi Senyatanya ……… 54

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman i


Aset ............................................................................................................................. 60
1.3.1 Penatausahaan Barang Milik Negara Tidak Tertib dan Pemanfaatan
Barang Milik Negara Tidak Optimal …………………………………….. 60
BAB 2 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap
Peraturan Perundang-Undangan Tahun 2004-2008 .................................... 65

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman ii


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta


Sanksi Denda Keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan 2009
Lampiran 2 Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT TS Tahun 2007 dan
Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT BT Tahun Buku 2008 dan
Tahun Buku 2009
Lampiran 3 Denda Keterlambatan Pembayaran Perpanjangan ISR di Tahun 2009
sebanyak 136 SPP dari 151 SPP
Lampiran 4 Rincian Lokasi, Jumlah SSL, Jangka Waktu Pelaksanaan, Target
Pekerjaan, Nomor dan Tanggal serta Perjanjian Kerja Sama ( PKS) pada
Tujuh Paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan
Lampiran 5 Perhitungan Denda Keterlambatan sampai dengan 16 Maret 2010
Pelaksana Pekerjaan PT TS
Lampiran 6 Pemanfaatan USO
Lampiran 7 Rincian Pekerjaan, Nomor dan Tanggal, serta Nilai Kontrak Jasa
Konsultan pada Ditjen Aptel
Lampiran 8 Rincian Perhitungan Ulang Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel
Lampiran 9 Rincian Kelebihan Pehitungan pada Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan
Kantor bersifat Formalitas dan Kontrak Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan Balai Monitor Kupang
Lampiran 10 Pemantauan Tindak Lanjut atas Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap
Peraturan Perundang-undangan

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman iii


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME LAPORAN ATAS KEPATUHAN

Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


dan Undang-Undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
(BPK) telah memeriksa Neraca Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
Kemkominfo. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas
Laporan Keuangan Kemkominfo tahun 2009 yang memuat opini Wajar Dengan
Pengecualian dengan Nomor: 84A/HP/XVI/05/2010 tanggal 20 Mei 2010 dan Laporan
Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Nomor: 84B/HP/XVI/05/2010 tanggal
20 Mei 2010.
Sebagai bagian pemerolehan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN), BPK melakukan pengujian kepatuhan pada Kemkominfo terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang berpengaruh
langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Namun, pemeriksaan yang
dilakukan BPK atas Laporan Keuangan Kemkominfo tidak dirancang khusus untuk
menyatakan pendapat atas kepatuhan terhadap keseluruhan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
BPK menemukan adanya ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan dalam
pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Kemkominfo. Pokok-
pokok temuan adalah sebagai berikut.
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP)
Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service
Obligation (KKPU/USO) belum dipungut sehingga berisiko kehilangan potensi
PNBP pada Direktorat Telekomunikasi dan Balai Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan (BTIP) dari tiga operator sebesar Rp15.821,07 juta dan nilai Piutang PNBP
disajikan kurang dari nilai wajarnya. Kondisi ini disebabkan Direktorat
Telekomunikasi dan BTIP belum melaksanakan kegiatan pencocokan dan penelitian
dengan tertib dan tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda
keterlambatan, kurangnya kesadaran operator telekomunikasi sebagai wajib bayar
untuk segera melunasi kewajibannya, dan kekurangcermatan petugas pencocokan dan
penelitian.
2. PNBP dari denda keterlambatan belum ditagih oleh Direktorat Frekuensi Ditjen
Postel sehingga berisiko hilangnya PNBP yang belum ditagih dari denda

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 1 dari 66


keterlambatan Perpanjangan ISR dengan nilai total Rp8.900,45 juta. Kondisi ini
disebabkan Ditjen Postel tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda
keterlambatan dan/atau pembatalan permohonan Surat Pemberitahuan Pembayaran
(SPP) baru yang melewati batas waktu pembayaran.
3. Denda keterlambatan pembayaran sewa gedung belum dipungut dan pendapatan jasa
giro terlambat disetor ke Kas Negara sehingga penerimaan sanksi denda sebesar
Rp9,06 juta dari NHHB belum diterima negara dan penerimaan negara TA 2009
berupa jasa giro terlambat diterima Kas Negara sebesar Rp2,21 juta. Kondisi tersebut
disebabkan Sekretaris Jenderal Kemkominfo tidak tegas menerapkan sanksi denda
keterlambatan penyetoran PNBP dan Bendahara Pengeluaran Balai Monitor Kupang
tidak mengingatkan pihak bank supaya menyetorkan jasa giro secara tepat waktu.
4. Pelaksana pekerjaan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan
tidak dapat memenuhi target pekerjaan tahap pra operasional, mengakibatkan
tertundanya pemanfaatan jasa akses telekomunikasi perdesaan oleh masyarakat di
lokasi pelayanan. Pelaksana pekerjaan belum dikenakan sanksi denda keterlambatan
minimal sebesar Rp34.837,26 juta. Kondisi tersebut disebabkan PT TI tidak
sepenuhnya melaksanakan ketentuan dalam kontrak dan PT ICP belum memiliki
Perjanjian Kerjasama dengan Penyelenggara Telekomunikasi lainnya sehingga PT
ICP tidak dapat melakukan interkoneksi antar operator serta tidak dapat melakukan
layanan voice teleponi dan layanan SMS pada seluruh SSL KPU/USO. Selain itu tim
pengawas Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan belum bekerja optimal dalam mengawasi pekerjaan
Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.
5. Kelebihan pembayaran untuk pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan sebesar Rp1.064,97 juta dan kelebihan perhitungan nilai
amandemen kontrak sebesar Rp2.353,49 juta. Kondisi ini disebabkan oleh tim
pengawas tidak berfungsi secara efektif, verifikasi dokumen kontrak sebagai dasar
pembayaran tidak dilakukan secara optimal, lemahnya pengawasan atasan langsung,
ketidakcermatan dan kelalaian PPK dalam mengotorisasi pembayaran dan pembuatan
amandemen PKS, dan tidak mengadministrasikan dokumen kontrak dengan tertib.
6. Pemanfaatan penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan tidak
optimal sehingga tujuan untuk mempercepat pemerataan penyediaan akses dan
layanan telekomunikasi dan informatika perdesaan belum tercapai. Kondisi ini terjadi
karena kurangnya perencanaan dan sosialiasi keberadaan dan penggunaan fasilitas
telekomunikasi dan informatika.
7. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di empat Direktorat Ditjen Aptel kelebihan
memperhitungkan biaya beberapa pekerjaan konsultansi mengakibatkan kelebihan
pembayaran kepada 13 pelaksana pekerjaan sebesar Rp210,68 juta. Kondisi tersebut
disebabkan Panitia Pengadaan Barang/Jasa kurang cermat dalam melaksanakan
tugasnya, terutama dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan, dan
Pejabat Pembuat Komitmen kurang optimal dalam melakukan pengendalian dan
pengawasan.
8. Kelebihan pembayaran pada beberapa kegiatan di beberapa satker sebesar
Rp157,26 juta. Kondisi tersebut disebabkan panitia pengadaan barang/jasa lalai dan
tidak cermat dalam melakukan klarifikasi, negosiasi, evaluasi perhitungan aritmatika,
PPK dan KPA kurang optimal dalam melakukan pengawasan, Kuasa Penguna

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 2 dari 66


Anggaran (KPA) dan Panitia Pengadaan Barang Loka Monitor Ternate sengaja
menggunakan nama perusahaan secara formalitas untuk pencairan anggaran, dan
Kepala Loka Monitor Mataram, Kepala Loka Monitor Ternate dan Kepala Balai
Monitor Batam kurang cermat dalam menetapkan besaran honor dan tidak
memperhatikan ketentuan mengenai standar biaya umum tahun 2009.
9. Pejabat Pembuat Komitmen belum mengenakan sanksi denda keterlambatan
penyelesaian pekerjaan sebesar Rp136,01 juta sehingga penerimaan sanksi denda
keterlambatan dari lima pelaksana pekerjaan belum diterima negara. Kondisi ini
disebabkan kelalaian dan ketidakcermatan Panitia Pemeriksa/Penerima Barang/Jasa
dan pemilik kegiatan, dan lemahnya pengendalian/pengawasan PPK dan para
pelaksana pekerjaan tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya.
10. Pelaksanaan beberapa pekerjaan dan kegiatan tidak sesuai ketentuan sehingga para
satker tidak mempunyai dasar untuk menilai kewajaran penawaran guna
mendapatkan harga yang paling menguntungkan bagi negara dan mengakibatkan
pemborosan dari biaya pengadaan sebesar Rp126,88 juta. Selain itu mengakibatkan
pemborosan dari biaya lembur pada BPPKI Jakarta sebesar Rp34,85 juta, serta
kelebihan pembayaran honor lembur sebesar Rp1,08 juta. Kondisi tersebut
disebabkan KPA dan Panitia Pengadaan Barang memecah pengadaan menjadi
beberapa paket pekerjaan sehingga tidak terjadi pelelangan, kelalaian panitia
pengadaan barang dan jasa dalam mengerjakan pemeliharaan peralatan dan lemahnya
pengendalian/pengawasan PPK, dan Bendahara Pengeluaran pada BPPKI Jakarta
kurang memahami peraturan mengenai lembur tersebut.
11. Bendahara Pengeluaran pada empat Satker Ditjen Postel belum memotong Tunjangan
Biaya Operasional Pencapaian Target sebesar Rp66,29 juta dan Tunjangan Kegiatan
Operasional Intensifikasi PNBP sebesar Rp36,16 juta dari pelanggaran aturan jam
kerja pegawai. Kondisi ini disebabkan Bendahara Pengeluaran dan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha pada masing-masing satker kurang tegas dalam mengenakan
sanksi pemotongan tunjangan, dan kurangnya pengawasan oleh Kepala Satker terkait.
12. Bukti pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas pegawai pada enam satker
Kemkominfo tidak menggambarkan kondisi senyatanya sehingga pengeluaran biaya
perjalanan dinas tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp356,61 juta,
pengeluaran biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan tidak sesuai ketentuan
sebesar Rp312,94 juta, dan pemborosan dari biaya penelitian BPPKI Surabaya
sebesar Rp68,21 juta. Kondisi tersebut disebabkan kelalaian dan kebijakan pelaksana
kegiatan untuk tidak melaksanakan perjalanan dinas sesuai SPPD, pengawasan dan
pengendalian oleh Kuasa Pengguna Anggaran kurang optimal, dan Bendahara
Pengeluaran dan Kepala BPPKI Surabaya tidak menaati ketentuan dalam
memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan tim peneliti.
13. Penatausahaan Barang Milik Negara tidak tertib dan pemanfaatan Barang Milik
Negara tidak optimal sehingga pengendalian dan pengamanan Barang Milik Negara
pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang tidak optimal, tujuan
pembangunan rumah negara golongan III tipe C pada Loka Mataram senilai
Rp198,93 juta tidak tercapai, tujuan pengadaan media center oleh BIP tidak tercapai,
dan hasil pengadaan Balai Monitor Banten berupa papan reklame/billboard tidak
dapat memberikan manfaat karena hilang. Kondisi tersebut disebabkan pengelola
barang pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang belum optimal dalam

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 3 dari 66


melaksanakan tugasnya, perencanaan pada Loka Monitor Mataram tidak sesuai
dengan kebutuhan, perencanaan pengadaan media center oleh BIP kurang matang,
dan kurangnya perhatian pihak Balai Monitor Banten terhadap pekerjaan yang telah
dilakukan yang masih memiliki masa manfaat selama satu tahun.

Sehubungan dengan temuan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Menteri


Komunikasi dan Informatika agar:
1. Menagih PNBP berupa kurang bayar dan denda dari tiga operator, meningkatkan
kecermatan dan ketertiban dalam melaksanakan kegiatan pencocokan dan penelitian,
dan menyosialisasikan dan memberlakukan ketentuan-ketentuan tentang PNBP
kepada para wajib bayar secara tegas, termasuk pengenaan sanksi denda.
2. Menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan pembayaran dan/atau pembatalan
permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran sesuai ketentuan yang
berlaku dan menagih denda keterlambatan kepada wajib bayar yang terlambat
melunasi tagihan dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara serta menyampaikan copy
bukti setor ke BPK.
3. Menagih denda keterlambatan dan menyetorkannya ke Kas Negara dan
menyampaikan copy bukti setor ke BPK serta meningkatkan pengawasan dan
pengendalian terhadap pembayaran sewa.
4. Menerapkan dengan tegas sanksi denda keterlambatan yang diatur dalam kontrak,
menagih denda keterlambatan dan kelebihan pembayaran, menyetorkannya ke Kas
Negara dan menyampaikan copy bukti setor ke BPK, meningkatkan kecermatan dan
ketelitian baik dalam membuat perjanjian kerja sama/kontrak maupun dalam
menyiapkan pembayaran atas tagihan, meningkatkan pengawasan dan pengendalian
terhadap proses pembuatan perjanjian kerja sama, amandemen dan pembayaran,
mengoptimalkan peran Tim Pengawas.
5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan menggalakkan sosialisasi kegiatan
dengan cara yang efisien dan efektif, mengoptimalkan peran Tim Pengawas dan
memanfaatkan hasil Pekerjaan Pendampingan seperti Pengukuran Kinerja yang telah
dilaksanakan oleh pihak ketiga untuk memperbaiki, dan meningkatkan pengawasan
dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.
6. Menagih kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara dan
menyampaikan copy bukti setor ke BPK, mengklarifikasi dan menegosiasi dengan
cermat atas biaya pekerjaan, dan meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada
proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
7. Mengklarifikasi dan menegosiasi dengan cermat biaya pekerjaan, dan meningkatkan
pengendalian dan pengawasan proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa, meminta
pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikannya,
meningkatkan kecermatan dalam memeriksa dan menerima hasil pekerjaan, dan
meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan dan
pembayaran pekerjaan.
8. Meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengevaluasi harga serta
memedomani Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa secara lebih tegas, meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada
proses pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 4 dari 66


BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Hasil pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan


Kemkominfo Tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1.1 Pendapatan Negara dan Hibah
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengelola beberapa
jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jenis-jenis itu meliputi penerimaan yang
berasal dari Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi, Penyelenggaraan Penyiaran, Jasa
Sewa Sarana dan Prasarana, dan Jasa Pendidikan dan Pelatihan. Penerimaan dari
Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo
Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) melalui Direktorat
Telekomunikasi dan Informatika (Dittel), Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit (Ditfrek), Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP). Penerimaan dari Penyelenggaraan
Penyiaran dikelola oleh unit Eselon I Kemkominfo Direktorat Jenderal Sarana
Komunikasi Diseminasi Informasi (Ditjen SKDI). Kemkominfo melaporkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) per 31 Desember 2009 jumlah PNBP sebesar
Rp10.063.665.417.602,00.

1.1.1 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Biaya Hak Penyelenggaraan


(BHP) Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan
Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) Belum Dipungut
Sebesar Rp15.821,07 Juta
Realisasi PNBP Kemkominfo Tahun 2009 sebesar Rp10.063.665.417.602,00
sebagian besar berasal dari Ditjen Postel yaitu sebesar Rp10.050.548.415.799,00. Ditjen
Postel mengelola PNBP antara lain Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi (BHP
Tel) dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation
(KKPU/USO). Pengelolaan pemungutan BHP Tel dilaksanakan oleh Dittel dan
pemungutan KKPU/USO dilaksanakan oleh BTIP. Dittel melaporkan PNBP BHP Tel
tahun 2009 sebesar Rp644.619.475.963,00 dan BTIP melaporkan PNBP KKPU/USO
tahun 2009 sebesar Rp1.107.276.107.437,00. Jumlah wajib bayar BHP Tel dan
KKPU/USO adalah sebanyak 265 operator.
Setiap penyelenggara telekomunikasi yang telah mendapatkan ijin
penyelenggaraan wajib membayar BHP Tel dan KKPU/USO. Dasar perhitungan
pembayaran BHP Tel dan KKPU/USO adalah berdasarkan Laporan Keuangan yang telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik atau dokumen pendukung lainnya yang sah dan
dianggap setara. Tarif pemungutan PNBP atas BHP Tel dan KKPU adalah sebagai
berikut :
No. Jenis PNBP Tarif 2009 Tarif 2010 Dasar Perhitungan
1. BHP Tel 1% 0,5% (Pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi
pertahun buku) – (unsur pengurang per tahun buku)
2. KKPU 0.75% 1,25% (Pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi
pertahun buku) – (unsur pengurang per tahun buku)

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 6 dari 66


Unsur yang dapat dikurangkan meliputi:
a. Piutang yang tidak tertagih dari penyelenggaraan telekomunikasi.
b. Piutang yang tidak tertagih sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan piutang
yang nyata-nyata tidak dapat tertagih.
c. Pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang merupakan hak
dari pihak lain.
Penyelenggara telekomunikasi dapat membayar BHP Tel dan KKPU per triwulan
(khusus BHP Tel) atau per semester atau per tahun. Pembayarannya paling lambat
tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Bagi penyelenggara telekomunikasi dengan laporan
keuangan diaudit oleh akuntan publik tetapi belum menyelesaikan laporan audit sampai
dengan batas akhir pembayaran, wajib menghitung BHP Tel dan KKPU berdasarkan
jumlah pendapatan kotor yang tercantum dalam laporan keuangan yang belum diaudit.
Dalam hal rekalkulasi BHP Tel yang dibayarkan tersebut kurang dari besaran yang
dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, penyelenggara telekomunikasi
wajib membayar kekurangannya selambat-lambatnya satu bulan setelah tanggal laporan
audit diterbitkan.
Apabila pembayaran PNBP yang terutang melampaui jatuh tempo pembayaran
yang ditetapkan, wajib bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% per
bulan dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh.
Perhitungan kewajiban pembayaran dilaksanakan secara Self Assessment oleh masing-
masing wajib bayar. Ditjen Postel dapat mencocokkan dan meneliti untuk menguji
akurasi hasil perhitungan wajib bayar. Hasil pencocokan dan penelitian kemudian
dituangkan dalam Berita Acara Pencocokan dan Penelitian.
Penelusuran lebih lanjut atas kegiatan pencocokan dan penelitian
menginformasikan hal-hal sebagai berikut: 
a. Selama tahun 2009, Dittel dan BTIP telah melakukan kegiatan pencocokan dan
penelitian masing-masing sebagai berikut:
Unit Jumlah Jumlah Nilai PNBP coklit Total PNBP (Rp) %
kerja Coklit Waba (Rp)
1 2 3 4 5 6 = 4/5
Dittel 3 265 181.656.811.099,00 644.619.475.963,00 28,18
BTIP 4 265 384.261.661,00 1.107.276.107.437,00 0,03
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan pencocokan dan penelitian sangat
jarang dilakukan. Mengingat perhitungan kewajiban pembayaran BHP Tel dan
KKPU dilaksanakan secara Self Assessment oleh masing-masing wajib bayar,
kegiatan pencocokan dan penelitian sangat diperlukan untuk menguji akurasi hasil
perhitungan dari wajib bayar.
b. Secara uji petik, BPK mengecek perhitungan penetapan BHP Tel dan KKPU/USO
yang belum dicocokkan dan diteliti oleh Dittel dan BTIP. Dari Daftar Penerimaan
PNBP Tahun 2009 pada Dittel dan BTIP diketahui wajib bayar PT MT belum
melaksanakan kewajiban membayar BHP Tel dan KKPU/USO sampai Tahun
Anggaran 2009 berakhir. BTIP telah mengirim surat peringatan pembayaran KKPU
pada 3 Maret 2009. Namun sampai Tahun Anggaran 2009 berakhir PT MT belum
melunasi tagihan KKPU dan PT MT tidak menyampaikan Laporan Keuangan 2008
kepada BTIP.
BPK menghitung jumlah kewajiban KKPU menggunakan Laporan Keuangan
Konsolidasian PT MT tahun 2008. Hasil perhitungan menunjukkan jumlah kewajiban
KKPU sebesar Rp5.432.032.131,00. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, 28 April

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 7 dari 66


2010, PT MT belum juga melunasi kewajiban KKPU untuk Tahun Buku 2008
sebesar Rp5.432.032.131,00 atau terlambat selama 13 bulan (1 April 2009 s.d.
28 April 2010). Sanksi denda yang dapat dikenakan adalah minimal sebesar
Rp1.412.328.354,00 (2% x Rp5.432.032.131,00 x 13 bulan). Nilai denda tersebut
merupakan nilai minimal karena Pihak BTIP harus menghitung denda keterlambatan
sampai dengan tanggal pelunasan/pembayaran.
Hasil konfirmasi kepada pengelola PNBP BHP Tel pada Dittel menunjukkan bahwa
PT MT telah membayar BHP Tel untuk Tahun Buku 2008 pada 25 Februari 2010
sebesar Rp7.242.709.508,00. Namun Dittel belum mengenakan sanksi denda
keterlambatan pembayaran BHP Tel tahun buku 2008 terhadap PT MT selama
11 bulan (1 April 2009 s.d. 25 Februari 2010). Sanksi denda yang seharusnya
dikenakan adalah sebesar Rp1.593.396.092,00 (2% x Rp7.242.709.508,00 x 11
bulan).
Dengan demikian untuk Tahun Buku 2008, PT MT masih mempunyai kewajiban
membayar KKPU dan sanksi denda keterlambatan dari pembayaran BHP Tel dan
KKPU minimal sebesar Rp8.437.756.577,00.
Selain itu, pada TA 2009 Dittel maupun BTIP tidak menerbitkan surat tagihan kepada
PT MT sehingga nilai tagihan tidak tercatat sebagai Piutang PNBP di Neraca Ditjen
Postel Kemkominfo per 31 Desember 2009.
Selanjutnya, dari Daftar Penerimaan PNBP Tahun 2010 bulan April 2010 pada Dittel
dan BTIP diketahui bahwa PT MT belum membayar BHP Tel dan KKPU/USO
Tahun Buku 2009. PT MT sebagai wajib bayar wajib membayar BHP Tel dan
KKPU/USO paling lambat tanggal 31 Maret 2010. Laporan audit atas Laporan
Keuangan Konsolidasian Tahun 2009 telah diterbitkan oleh Kantor Akuntan Publik
per tanggal 30 Maret 2010 dan telah dipublikasikan di website resmi perusahaan
(official website).
Dengan menggunakan Laporan Keuangan Tahun 2009 PT MT yang telah diaudit
Kantor Akuntan Publik pada 30 Maret 2010 dan telah dipublikasikan di website resmi
perusahaan (official website), BPK menghitung jumlah kewajiban BHP Tel dan
KKPU/USO Tahun 2009 beserta sanksi denda keterlambatan yang harus dilunasi oleh
PT MT yaitu minimal sebesar Rp6.341.612.547,00. Dittel maupun BTIP belum
menerbitkan surat tagihan kepada PT MT terhadap kewajiban PT MT tersebut.
Dalam hal ini, BPK menghitung nilai denda keterlambatan sampai dengan tanggal
pemeriksaan berakhir sehingga nilai denda merupakan denda minimal. Pada saat PT
MT membayar kewajiban ini, BHP Tel dan KKPU harus menghitung nilai denda
keterlambatan sampai dengan kapan kewajiban yang tertunggak dilunasi oleh wajib
bayar.
Rincian perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta sanksi
denda keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan Tahun Buku 2009 dapat dilihat
pada Lampiran 1.
c. Secara uji petik, BPK mengecek perhitungan penetapan BHP Tel dan KKPU/USO
wajib bayar yang sudah dicocokkan dan diteliti oleh Dittel dan BTIP. Berdasarkan
perhitungan self assessment PT TS dan perhitungan pencocokan dan penelitian oleh
petugas Ditjen Postel diketahui bahwa PT TS telah melunasi seluruh kewajiban BHP
Tel Tahun 2007 dengan total perhitungan BHP Tel sebesar Rp365.689.029.509,00.
Namun demikian, pada perhitungan tersebut terdapat salah satu unsur pengurang
pendapatan berupa cadangan piutang tak tertagih yang tidak diperkenankan menjadi

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 8 dari 66


unsur pengurang. Seharusnya unsur pengurang yang dapat diperhitungkan adalah
piutang yang nyata-nyata tidak tertagih. BPK menghitung ulang Kewajiban BHP Tel
dan KKPU dari PT TS Tahun Buku 2007 dan menemukan kurang bayar BHP Tel dan
KKPU/USO PT TS beserta dendanya sebesar Rp498.173.106,00 dengan perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 2.
d. Selain itu dari pemeriksaan dokumen diketahui bahwa salah satu wajib bayar yaitu
PT BT telah melunasi kewajiban BHP Tel dan KKPU untuk tahun 2008 dan 2009.
Namun pembayaran tersebut melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan
yakni tanggal 31 Maret sehingga PT BT seharusnya dikenakan denda keterlambatan
masing-masing Tahun Buku 2008 dan 2009 sebesar Rp223.000.002,00 dan
Rp320.526.328,00. Perhitungan kewajiban PT BT dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika
yakni pada lampiran tabel tarif berbunyi sebagai berikut:
1) ”Pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi adalah 0,50% dari
pendapatan kotor penyelenggaraan telekomunikasi per tahun buku.
2) Kontibusi Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi/Universal Service
Obligation (USO) adalah 1,25% dari pendapatan kotor penyelenggaraan
telekomunikasi per tahun buku”.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,
Pembayaran dan Penyetoran PNBP Terutang yakni ketentuan yang tercantum pada
Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Terutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib
Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh”.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99 Tahun 2006 tentang Modul Penerimaan
Negara pada Pasal 7 ayat (2) yang berbunyi: “Penetapan penerimaan perpajakan dan
bukan pajak yang belum dan/atau sudah jatuh tempo tetapi belum disetor ke
Rekening Kas Negara pada saat tanggal Neraca diakui sebagai piutang”.
d. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
22/PER/M.KOMINFO/10/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Penerimaan
Negara Bukan Pajak dari pungutan Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi
pada:
1) Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi: ”BHP Telekomunikasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dipungut sebesar 1% dari pendapatan kotor penyelenggara
telekomunikasi per tahun buku”.
2) Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi: ”Pelaksanaan pembayaran atas pungutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per triwulan, per
semester atau per tahun paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya”.
3) Pasal 6 ayat (1) yang berbunyi: ”Bagi penyelenggara telekomunikasi yang
laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik dan belum menyelesaikan
laporan audit sampai dengan batas akhir pembayaran BHP Telekomunikasi
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2), wajib membayar sebesar jumlah
pendapatan kotor yang tercantum dalam laporan keuangan yang belum diaudit”.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 9 dari 66


e. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 15/PER/M.KOMINFO/
9/2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak
dari KKPU/USO pada:
1) Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi: ”KKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dipungut sebesar 0,75% dari pendapatan kotor penyelenggara telekomunikasi per
tahun buku”.
2) Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi: ”Pelaksanaan pembayaran atas pungutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per triwulan, per
semester atau per tahun”.
3) Pasal 3 ayat (3) yang berbunyi: ”Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling lambat 31 Maret tahun berikutnya”.
4) Pasal 5 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa pendapatan kotor dapat
dikurangi unsur yang dapat dikurangkan meliputi antara lain:
a) Piutang yang tidak tertagih dari penyelenggaraan telekomunikasi.
b) Piutang tak tertagih tersebut merupakan piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih.
c) Pendapatan yang diterima oleh Penyelenggara Telekomunikasi yang
merupakan hak dari pihak lain.
f. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor: 05/PER/M.KOMINFO/2/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak dari KKPU/USO pada:
i. Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi: ”Untuk keperluan perhitungan besarnya
pembayaran KKPU, BTIP PPK-BLU melaksanakan pencocokan dan penelitian
setiap tahun berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan”.
ii. Pasal 5 ayat (3) yang berbunyi: ”Dalam hal penyelenggara telekomunikasi
merupakan perusahaan terbuka, pencocokan dan penelitian dilaksanakan
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik”.

Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kekurangan PNBP pada Dittel dan BTIP
dari tiga operator sebesar Rp15.821.068.560,00 (Rp8.437.756.577,00 +
Rp6.341.612.547,00 + Rp498.173.106,00 + Rp223.000.002,00 + Rp320.526.328,00) dan
nilai Piutang PNBP disajikan kurang dari nilai wajarnya.

Kondisi ini terjadi karena:


a. Direktorat Telekomunikasi dan BTIP tidak melaksanakan kegiatan pencocokan dan
penelitian dengan tertib dan tidak tegas dalam menerapkan ketentuan sanksi denda
keterlambatan.
b. Kurangnya kesadaran operator telekomunikasi sebagai wajib bayar untuk segera
melunasi kewajibannya.
c. Kekurangcermatan petugas pencocokan dan penelitian.

Kemkominfo menjelaskan kondisi yang disampaikan BPK terhadap kegiatan


pencocokan dan penelitian yang sangat jarang dilaksanakan adalah benar hal ini
mengingat Ditjen Postel mengacu pada peraturan yang berlaku yaitu PM 05 Tahun 2007,
bahwa pada dasarnya perhitungan pembayaran KKPU berdasarkan Self Assesment. Untuk
selanjutnya kegiatan pencocokan dan penelitian akan ditingkatkan. Untuk adanya kurang

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 10 dari 66


bayar dan denda keterlambatan, kondisi ini juga diakui, selanjutnya Ditjen postel akan
mengoordinasikan dengan para wajib bayar dan menerbitkan surat penagihan.

BPK merekomendasikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika


(Menkominfo) agar:
a. Segera menagih PNBP berupa kurang bayar dan denda kepada tiga operator.
b. Meningkatkan kecermatan dan ketertiban dalam melaksanakan kegiatan pencocokan
dan penelitian.
c. Menyosialisasikan dan memberlakukan ketentuan-ketentuan tentang PNBP kepada
para wajib bayar secara tegas, termasuk pengenaan sanksi denda.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan Ditjen Postel agar Kepala BTIP:
a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada ketiga operator
pelaksana mengenai kekurangan bayar dan denda keterlambatan.
b. Meningkatkan efektivitas pengendalian melalui pembentukan SPI, menambah jumlah
SDM untuk tugas pencocokan dan penelitian.
c. Menyosialisasikan ketentuan tentang PNBP termasuk sanksi denda kepada para wajib
bayar baik secara tertulis maupun melalui pertemuan.

1.1.2 Direktorat Frekuensi Ditjen Postel Belum Menagih PNBP dari Denda
Keterlambatan Sebesar Rp8.900,45 Juta
LRA Kemkominfo TA 2009 menyajikan PNBP sebesar
Rp10.063.665.417.602,00. PNBP tersebut sebagian besar berasal dari salah satu jenis
PNBP di lingkungan Kantor Pusat Ditjen Postel yaitu Biaya Hak Penggunaan Spektrum
Frekuensi Radio (BHP Frek) dengan total penerimaan sebesar Rp8.109.402.315.925,00.
BHP Frek adalah kewajiban yang harus dibayar oleh setiap pengguna frekuensi radio.
Setiap penggunaan spektrum frekuensi radio wajib mendapatkan izin menteri dalam
bentuk Izin Stasiun Radio (ISR) pita spektrum frekuensi radio dan atau ISR kanal
spektrum frekuensi radio. Pemohon izin spektrum frekuensi radio yang telah
mendapatkan penetapan pita frekuensi radio oleh menteri wajib membayar BHP Frek
sesuai Surat Pemberitahuan Pembayaran (SPP) yang diterbitkan oleh Ditjen Postel sesuai
ketentuan yang berlaku. BHP Frek dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun.
Jika pemohon ISR telah membayar BHP Frek maka Ditjen Postel dapat menerbitkan ISR
atas nama pemohon. ISR dapat diperpanjang setiap tahun. BHP Frek atas ISR
perpanjangan juga dibayar di muka untuk masa penggunaan satu tahun.
Menurut ketentuan, Ditjen Postel akan membatalkan permohonan SPP baru yang
melewati batas waktu pembayaran dan mencabut ISR yang melewati batas waktu
pembayaran perpanjangan ISR. Pemegang ISR yang terlambat dan atau kurang
membayar BHP Frek akan dikenakan sanksi berupa denda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pengelolaan ISR dan PNBP BHP Frek dilakukan di dalam Sistem Informasi
Manajemen Frekuensi (SIMF).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 11 dari 66


Penelusuran atas data SPP yang diterbitkan pada SIMF, menunjukkan sebagai
berikut:
a. Ditjen Postel tidak membatalkan permohonan SPP baru yang melewati batas waktu
pembayaran dan tidak mencabut ISR yang melewati batas waktu pembayaran
perpanjangan ISR. Seharusnya untuk pemohon ISR status baru yang telah
mendapatkan persetujuan penetapan frekuensi radio, Direktur Jenderal Postel
menerbitkan SPP BHP spektrum frekuensi radio yang berlaku 30 hari kerja sejak
tanggal pengiriman SPP. Selama jangka waktu tersebut, pemohon harus
membayarnya dan bila batas waktu tersebut terlampaui, maka permohonan ISR
dibatalkan.
b. BPK menemukan sejumlah 151 SPP ISR Perpanjangan yang melewati tanggal jatuh
tempo pembayaran. Ditjen Postel tidak menagih denda keterlambatan pembayaran
perpanjangan ISR di Tahun 2009 sebanyak 136 SPP dari 151 SPP , dengan total nilai
denda sebesar Rp8.900.448.982,44. Rincian dapat dilihat pada lampiran 3. Selain itu,
Ditjen postel belum dapat memberikan penjelasan secara memadai mengenai 15 SPP
sisanya yang telah lewat jatuh tempo dan tidak dikenakan denda keterlambatan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah,
Pembayaran dan Penyetoran PNBP Terutang yakni ketentuan yang tercantum pada
Pasal 5 ayat (2) yang berbunyi: “Dalam hal pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Terutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib
Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) per bulan
dari bagian yang terutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh”.
b. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 19/PER.KOMINFO/10/2005
yakni ketentuan sebagai berikut:
Pasal 5 ayat (1) : “Bagi pemohon ISR baru yang telah mendapatkan persetujuan
penetapan frekuensi radio, Direktur Jenderal menerbitkan SPP
BHP spektrum frekuensi radio sebagaimana contoh dalam
Lampiran III Peraturan ini.
Pasal 5 ayat (2) : “SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak tanggal pengiriman.
Pasal 5 ayat (3) : “Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terlampaui, maka permohonan ISR dibatalkan.
c. Peraturan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi Nomor: 134/DIRJEN/2008 pada
Pasal 10 yang berbunyi: “Pemegang izin pita frekuensi radio dan atau ISR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terlambat dan atau kurang pembayaran
BHP untuk Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio dikenakan sanksi berupa denda
sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.

Kondisi tersebut mengakibatkan terdapat risiko hilangnya Penerimaan Negara


Bukan Pajak dari denda keterlambatan Perpanjangan ISR yang belum ditagih dengan nilai
total Rp8.900.448.982,44.

Kondisi tersebut disebabkan Ditjen Postel tidak tegas dalam menerapkan


ketentuan sanksi denda keterlambatan dan/atau pembatalan permohonan SPP baru yang
melewati batas waktu pembayaran.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 12 dari 66


Kemkominfo menjelaskan adanya denda keterlambatan memang diakui, dan
selanjutnya Ditfrek akan menagihkan potensi PNBP yang dimaksud ke tiap pengguna
frekuensi radio.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Menerapkan ketentuan sanksi denda keterlambatan pembayaran dan/atau pembatalan
permohonan SPP baru yang melewati batas waktu pembayaran sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Menagih denda keterlambatan kepada wajib bayar yang terlambat melunasi tagihan
dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara. Copy bukti setor disampaikan kepada
BPK.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar
Difrek:
a. Menerapkan sanksi denda secara tegas sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada wajib bayar yang
terlambat melunasi pembayaran dan denda keterlambatan.

1.1.3 Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut dan


Pendapatan Jasa Giro Terlambat Disetor ke Kas Negara
a. Denda Keterlambatan Pembayaran Sewa Gedung Belum Dipungut Sebesar
Rp9,06 Juta
Kemkominfo mengelola Barang Milik Negara, salah satu diantaranya adalah
Gedung Diklat Lembaga Informasi Nasional Kebon Jeruk yang beralamat di Jalan Raya
Kelapa Dua No. 49 D Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Pada Tahun Anggaran 2009, Sekretaris Jenderal Kemkominfo mengadakan perikatan
Perjanjian Tambahan (Addendum) III Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) Kemenkominfo di Kebon Jeruk Jakarta Barat dengan PT NHHB sesuai
Perjanjian Nomor: 03/SJ/KOMINFO/1/2009 tanggal 14 Januari 2009. Perjanjian tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Induk dengan Nomor:
23A/KL/I/2005 dan 16/I/2005/PRO tanggal 14 Januari 2009 mengenai Perjanjian Gedung
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Lembaga Informasi Nasional di Kebon Jeruk, Jakarta
Barat.
Pada Perjanjian Sewa Menyewa telah disepakati harga sewa sebesar
Rp1.133.001.000,00 dan akan dibayarkan selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak
Perjanjian Tambahan (Addendum) III tersebut ditandatangani atau tanggal 4 Februari
2009. Namun, penyewa gedung menyetorkan sewa gedung tersebut langsung ke Kas
Negara pada tanggal 12 Februari 2009 sesuai Surat Setoran Bukan Pajak nya. Dengan
demikian, telah terjadi keterlambatan pembayaran selama delapan hari dan pihak
penyewa belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp9.064.008,00 (8 x 1‰ x
Rp1.133.001.000,00).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 13 dari 66


b. Pendapatan Jasa Giro dari Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit (Balai Monitor) Kelas II Kupang Terlambat Disetor ke Kas Negara
Sebesar Rp2,21 Juta
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II (Balai
Monitor) Kupang memperoleh DIPA untuk membiayai kegiatan sesuai dengan Tupoksi.
Dalam rangka mengelola dan mencairkan dana tersebut Balai Monitor Kupang memiliki
satu rekening pada Bank Mandiri yang dikelola oleh Bendahara Pengeluaran. Bendahara
Pengeluaran diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor: 01/KEP/M.KOMINFO/1/2009 tanggal 5 Januari 2009.
Hasil pemeriksaan rekening koran Bendahara Pengeluaran menunjukkan terdapat
pendapatan jasa giro dari bulan Januari s.d. Juli 2009 sebesar Rp2.205.174,37 belum
disetor ke Kas Negara.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP, Pasal 4 menyatakan seluruh
PNBP disetor langsung secepatnya ke Kas Negara.
b. Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppes) Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 20
menyatakan antara lain bahwa orang atau badan yang melakukan pemungutan atau
penerimaan uang negara wajib menyetor seluruh penerimaan dalam waktu 1 (satu)
hari kerja setelah penerimaannya ke rekening Kas Negara pada bank pemerintah,
atau lembaga lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
c. Kesepakatan Perjanjian Induk dan telah diaddendum dengan Perjanjian Nomor
03/SJ/KOMINFO/1/2009 tanggal 14 Januari 2009 pada :
1) Pasal 3 poin (4) yang berbunyi ”Para Pihak sepakat untuk tahun kelima (Tahun
2009 yaitu dari tanggal 14 Januari 2009 s/d tanggal 14 Januari 2010) harga sewa
dan fasilitas yang disewakan adalah sebesar Rp1.133.001.000,00 dan akan
dibayarkan oleh Pihak Kedua selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
sejak Perjanjian Tambahan (Addendum) III ini ditandatangani”.
2) Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi ”Bilamana Pihak Kedua terlambat membayar
harga sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 perjanjian ini, maka Pihak
Kedua dikenakan denda sebesar 1‰ dari harga sewa untuk setiap hari
keterlambatan, maksimal 5% dari harga sewa”.

Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan sanksi denda sebesar


Rp9.064.008,00 dari NHHB belum diterima negara dan penerimaan negara TA 2009
berupa jasa giro terlambat diterima Kas Negara sebesar Rp2.205.174,37.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Sekretaris Jenderal Kemkominfo tidak tegas menerapkan sanksi denda keterlambatan
penyetoran PNBP.
b. Bendahara Pengeluaran Balai Monitor Kupang tidak mengingatkan pihak bank
supaya menyetorkan jasa giro secara tepat waktu.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 14 dari 66


Biro Umum menyatakan akan menindaklanjuti temuan BPK kepada pimpinan
PT NHHB dan Balai Monitor Kupang telah menindaklanjuti dengan meminta Bank
Mandiri menyetorkan jasa giro sebesar Rp2.205.174,37 ke rekening Kas Negara pada
5 Januari 2010.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Menarik denda keterlambatan sebesar Rp11.269.182,37 dan menyetorkannya ke Kas
Negara. Copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.
b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pembayaran sewa.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Kepala Biro Umum agar
meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap penyewaan gedung pusdiklat.
Kepala Biro Umum telah menindaklanjuti dengan menarik denda keterlambatan
pembayaran sebesar Rp9.064.008,00 dan telah menyetorkan ke Kas Negara sesuai SSBP
tanggal 29 Juni 2010 untuk keperluan pendapatan denda atas kekurangan keterlambatan
penyetoran penerimaan negara. Kepala Balai Monitor Kupang telah menindaklanjuti
dengan menyetorkan pendapatan jasa giro ke Kas Negara sebesar Rp2.205.174,37 pada
5 Januari 2010

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 15 dari 66


1.2. Belanja
1.2.1. Pelaksana Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan Tidak Dapat Memenuhi Target Pekerjaan Tahap
Pra Operasional
Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan tujuh
paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang
dialokasikan pada sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) di
seluruh Indonesia. Total penyediaan jasa akses telekomunikasi dan informatika adalah
sebanyak 31.644 Satuan Sambungan Langsung (SSL) Teleponi dan 100 akses internet.
Pelaksana pekerjaan ditentukan melalui pelelangan umum dengan evaluasi penawaran
menggunakan metode Merit Point yang dimenangkan masing-masing oleh PT TS untuk
Paket Pekerjaan 1,2,3,6, dan7, dan PT ICP untuk Paket Pekerjaan 4 dan 5.
Ruang lingkup Pekerjaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
adalah Penyediaan jaringan akses end-to-end yang memungkinkan terselenggaranya
layanan telekomunikasi berupa:
a. Menyediakan jaringan akses telekomunikasi, mengoperasikan, memelihara jaringan
dan layanan KPU telekomunikasi dengan kemampuan jaringan yang memungkinkan
layanan teleponi, SMS dan jasa akses internet terselenggara secara bersamaan di desa-
desa sebagaimana tercantum dalam kontrak.
b. Mengoperasikan layanan jasa teleponi (memanggil dan dipanggil) untuk seluruh SSL.
c. Memberikan layanan SMS (mengirim dan menerima) untuk seluruh SSL.
Setiap paket pekerjaan dibagi menjadi dua tahapan utama, yaitu:
a. Tahap pra operasional, merupakan tahap penyediaan infrastruktur akses
telekomunikasi dan informatika (deployment).
b. Tahap operasional, merupakan tahap penyediaan jasa layanan akses telekomunikasi
dan informatika dengan spesifikasi teknis tertentu.
Rincian lokasi, jumlah SSL, jangka waktu pelaksanaan, target pekerjaan, nomor dan
tanggal serta nilai Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk masing-masing paket dapat dilihat
pada lampiran 4.

a. Paket Pekerjaan 1,2,3,6, dan 7


Perjanjian Kerja Sama atas pekerjaan tersebut diamandemen dua kali pada 28
September 2009 dan 29 Desember 2009, yaitu:
a. Amandemen I mengatur tata cara pembayaran yang ditentukan berdasar prestasi
pekerjaan, penambahan kategori kondisi kahar dan dokumen yang diperlukan untuk
membuktikan keadaan kahar.
Pada 21 Agustus 2009, PT TS sesuai dengan surat Nomor: 345/PD/00/VIII/2009
mengajukan permohonan pembahasan mengenai keterlambatan pengiriman 7.000 unit
berupa Fix Wireless Telephone (FWT) yang sedianya akan digunakan sebagai handset
pada titik-titik pemasangan fasilitas telephoni USO. Keterlambatan tersebut terjadi
karena kapal yang mengangkut distribusi FWT dari pelabuhan Hongkong menghadapi
masalah sehingga harus kembali ke pelabuhan untuk diperbaiki. Karena masalah
tersebut distribusi FWT terlambat selama 24 hari (6 Juli 2009 s.d. 30 Juli 2009).
Berdasar pada kondisi tersebut, BTIP mengadakan Rapat Pembahasan Force Majeure
dan Realokasi Desa WPUT pada 14 September 2009. Salah satu hasil rapat adalah
menambah butir 4) pada Pasal 2.6.1.a. SSUK tentang Keadaan Kahar (force majeure)

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 16 dari 66


yaitu perang, pemberontakan, dan/atau perang saudara, kekacauan, kebakaran,
dan/atau huru hara yang besar, bencana alam yang meliputi: banjir, gempa bumi,
badai, gunung meletus, tanah longsor, wabah penyakit, angin topan di luar WPUT,
sepanjang mempengaruhi langsung keterlambatan proses penyediaan sarana dan
prasarana jasa akses telekomunikasi dan informatika perdesaan di (semua) Paket
Pekerjaan yang dibuktikan dengan pernyataan resmi instansi, pemerintah, terkait atau
stakeholder terkait.
b. Amandemen II mengatur penambahan harga kontrak termasuk PPN dan perubahan
jangka waktu pekerjaan (pra operasional I menjadi s.d. 31 Januari 2010 sedangkan
operasional I s.d. Maret 2014) karena ada tambahan lokasi dan realokasi. Jasa layanan
diamandemen untuk mengakomodir realokasi berupa SSL teleponi dan akses internet
beserta penambahan SSL teleponi dan akses internet.
Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar termin I kepada PT TS untuk
paket 1,2,3,6, dan 7 dengan total sebesar Rp52.567.374.873,00 masing-masing sebesar
Rp17.236.630.296,00, Rp8.050.093.959,00, Rp7.158.440.736,00, Rp8.972.409.537,00,
dan Rp11.149.800.345,00 sesuai kuitansi Nomor: 967/T-119-BTIP/1109 tanggal
6 November 2009. Berdasarkan amandemen PKS ke 1, pembayaran ditentukan berdasar
prestasi pekerjaan, dalam hal ini jumlah SSL yang telah terpasang sampai dengan tanggal
30 September 2009 yang merupakan akhir dari periode operasional I. Jumlah SSL
terpasang yang diklaim dari pelaksana pekerjaan berdasarkan Call Detail Record (CDR)
yang disampaikan PT TS kepada BTIP kemudian dievaluasi oleh pihak BTIP. Jumlah
SSL terpasang yang direkonsiliasi oleh kedua belah pihak, BTIP dan TS, menjadi dasar
pembayaran termin I tersebut, yaitu total sebanyak 13.541 SSL.
Namun analisis data list desa USO yang merupakan extract dari Call Detail
Record (CDR) menunjukkan kondisi sebagai berikut:
a. Lima belas SSL ditempatkan pada lokasi yang tidak sesuai dengan Perdirjen Postel
Nomor: 247/DIRJEN/2008 tanggal 10 Oktober 2008 dan Perdirjen Postel Nomor:
260/DIRJEN/2009 tanggal 9 Desember 2009.
b. Dua SSL ditempatkan pada satu desa. Hal ini terjadi pada Desa Kota Padang
Bengkulu dan Desa Pulau Panggung Sumatera Selatan.
Dengan demikian total prestasi pencapaian target tahap Pra Operasional I PT TS adalah
sebanyak 13.524 SSL (13.451 SSL–15 SSL-2 SSL) yang dapat dirinci sebagai berikut:
Total SSL Target SSL Realisasi SSL SSL Belum Terpenuhi
Paket
sesuai PKS Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah
Paket 1 8.115 85% 6.898 53% 4.295 32% 2.602
Paket 2 5.197 80% 4.158 41% 2.126 39% 2.021
Paket 3 3.797 75% 2.848 31% 1.194 44% 1.654
Paket 6 2.368 85% 2.013 68% 1.596 17% 414
Paket 7 4.574 100% 4.574 94% 4.313 6% 259
24.051 20.491 13.524 6.967
Pencapaian tersebut dalam tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada satu paket pun
yang memenuhi target pra operasional I pada 30 September 2009.
Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 28 April 2010, pihak BTIP belum
selesai menentukan prestasi deployment SSL untuk Pra Operasional II secara penuh.
Data prestasi deployment yang dapat dianalisis adalah extract data CDR yang diterima
sampai dengan tanggal 16 Maret 2010. Hasil analisis menunjukkan sebagai berikut:
a. PT TS menyelesaikan target deployment Pra Operasional I pada 27 Januari 2010
sejumlah 20.491 SSL, yang seharusnya berakhir pada 30 September 2009. Pada
tanggal 30 September 2009 PT TS baru menyelesaikan sebanyak 13.524 SSL atau

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 17 dari 66


sejumlah 6.967 SSL terlambat dipasang. Dari 6.967 SSL tersebut, sebanyak 448
SSL berhasil diselesaikan pada periode 24 hari tambahan sebagai akibat terjadinya
kondisi kahar sehingga denda hanya dikenakan terhadap 6.519 SSL dengan lama
keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari.
b. Pada Tahap Pra Operasional II PT TS seharusnya menyelesaikan deployment 3.066
SSL yang berakhir pada 31 Desember 2009. Namun sampai dengan tanggal
16 Maret 2010, PT TS hanya dapat menyelesaikan target Pra Operasional II untuk
Paket I sejumlah 1.147 SSL pada 22 Februari 2010 atau terlambat berkisar antara
1 s.d. 53 hari. Untuk 3 Paket lainnya (Paket 2, Paket 3, dan Paket 6) PT TS belum
dapat memenuhi target Pra Operasional II. Prestasi pekerjaan tahap Pra
Operasional II yang dapat diketahui sampai dengan 16 Maret 2010 untuk Paket 2,
Paket 3, dan Paket 6 berjumlah 1.398 SSL dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75
hari. Sisa target Pra Operasional sejumlah 1.668 SSL belum diketahui kapan
terpasang atau berapa hari terlambat sehingga denda keterlambatan belum dapat
dihitung.
c. PT TS juga belum dapat memenuhi target realokasi dan tambahan SSL yang
seharusnya ditargetkan tercapai pada 31 Januari 2010 dan 28 Februari 2010.
Sampai dengan tanggal 16 Maret 2010, pembangunan untuk tahap realokasi baru
dilakukan sebanyak 68 SSL untuk Paket I dengan keterlambatan berkisar antara
22 hari s.d. 44 hari.
Pengenaan sanksi denda keterlambatan diatur Pada PKS bab Syarat-Syarat Khusus
Kontrak (SSKK) yaitu sebesar 1/1000 (satu per mil) dari nilai bagian pekerjaan yang
belum diselesaikan per hari. Dalam hal ini, PT TS yang telah terlambat dalam
penyelesaian pekerjaan deployment harus dikenakan denda sebesar
Rp30.462.589.134,66 dengan rincian:
a. Pra Operasional I, sebesar Rp21.840.522.088,29 atas 6.519 SSL dengan lama
keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari.
b. Pra Operasional II, sebesar Rp8.482.308.307,28 atas 2.545 SSL (1.147 SSL +
1.398 SSL) dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75 hari.
c. Sebesar Rp139.758.739,08 atas 68 SSL yang merupakan bagian dari realokasi
untuk Paket I dengan keterlambatan berkisar antara 22 hari s.d. 44 hari.
BPK menghitung keterlambatan untuk masing-masing SSL sampai dengan SSL
terpasang. BPK belum dapat menghitung keterlambatan untuk SSL yang belum
diketahui waktu terpasangnya (deployment). Rincian perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 5.
b. Paket Pekerjaan 4 dan 5
Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar uang muka untuk pekerjaan Paket
4 dan Paket 5 tersebut kepada PT ICP pada 24 Agustus 2009, sesuai kuitansi Nomor:
2408/01/2879 sebesar Rp16.467.632.281,00 dan Nomor: 2408/01/2880 sebesar
Rp27.338.407.233,00.
Pada Periode Pra Operasional I Penyedia Jasa Wajib menyediakan infrastruktur
akses telekomunikasi dan informatika perdesaan minimal 10% desa yang menjadi
kewajibannya paling lambat 31 Desember 2009 (Paket 4) dan 31 Maret 2010 (Paket 5)
untuk siap Uji Laik Operasi (ULO). ULO adalah pengujian teknis yang dilakukan oleh
lembaga yang telah diakreditasi atau tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Postel

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 18 dari 66


(Dirjen Postel) dengan tugas melaksanakan proses pengujian sistem secara teknis dan
operasional.
Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan kedua paket tersebut menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sampai dengan akhir pekerjaan lapangan pemeriksaan ini, 28 April 2010, diketahui
bahwa pelaksana pekerjaan belum sepenuhnya memenuhi target kewajiban Pra
Operasional I yaitu pemasangan USO sebesar 10% dari seluruh desa yang
ditargetkan. PT ICP telah memasang fisik SSL sebagai berikut:
Target SSL Pra Realisasi SSL Pra SSL Belum Terpenuhi Pra
Total SSL Operasional I Operasional I Operasional I
Paket
sesuai PKS
Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah
Paket 4 4.758 10% 476 100% 476 32% 0
Paket 5 3.015 10% 302 95% 287 39% 15
7.773 778 763 15
Namun demikian, prestasi tersebut tidak dapat diakui selesai karena sambungan
telepon yang terpasang belum dapat melakukan panggilan telepon ke luar jaringan
(masih intra jaringan) atau berstatus on net. Tahap Pra Operasional dinyatakan
selesai jika SSL yang terpasang sudah berstatus off net yaitu dapat melakukan
panggilan telepon lokal, interlokal, dan internasional.
b. PT ICP belum memenuhi persyaratan ULO oleh Dirjen Postel. PT ICP bahkan belum
memenuhi Pekerjaan Persiapan ULO yaitu:
1) Belum dapat mengoperasikan layanan jasa voice teleponi (memanggil dan
dipanggil) untuk seluruh SSL;
2) Belum dapat memberikan layanan SMS (mengirim dan menerima) untuk seluruh
SSL.
c. PT ICP tidak dapat memasuki tahapan selanjutnya yaitu Tahap Operasional karena PT
ICP belum memenuhi persyaratan ULO.
Dengan demikian dalam penyelesaian Tahap Periode Pra Operasional I PT ICP
telah terlambat minimal 118 hari (31 Desember 2009 s.d. 28 April 2010) dan harus
dikenakan denda minimal sebesar Rp3.238.634.349,00 (Rp274.460.538.027,00 X 10%
X 1‰ X 118 hari) untuk Pekerjaan Paket 4, dan terlambat minimal 28 hari (31 Maret
s.d 28 April 2010) dan harus dikenakan denda minimal sebesar Rp1.275.792.338,00
(Rp455.640.120.561,00 x 10% x 1‰ x 28 hari) untuk Paket 5.
Total denda keterlambatan PT ICP s.d. 28 April 2010 adalah sebesar
Rp4.514.426.686,00 (Rp3.238.634.349,00 + Rp1.275.792.338,00).
Selain tahapan pekerjaan Pra Operasional, tujuh PKS paket pekerjaan ini juga
mengatur prestasi yang harus dipenuhi dalam tahap operasional. Jangka waktu tahap
pekerjaan operasional dengan masa layanan 51 bulan seharusnya sudah dimulai paling
lambat 1 Oktober 2009 dan 1 Januari 2010 untuk PT TS dan 1 April 2010 untuk
PT ICP. Pelaksana pekerjaan memiliki kewajiban untuk melaksanakan layanan
operasional mulai tanggal-tanggal tersebut. Namun pelaksana pekerjaan belum
memenuhi target tersebut secara optimal, sehingga pelaksana pekerjaan seharusnya
dikenakan sanksi berupa denda harian dan denda akumulasi terhadap SSL yang
berstatus tidak aktif. Sampai dengan pemeriksaan berakhir tanggal 28 April 2010, pihak
BTIP belum selesai menentukan SSL-SSL yang berstatus tidak aktif, sehingga nilai
denda untuk SSL yang tidak aktif selama akumulasi tujuh hari dalam sebulan dan denda
jika terjadi akumulasi SSL tidak aktif selama 21 hari dalam periode triwulanan belum
dapat dihitung.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 19 dari 66


Sebagai upaya mengawal pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, BTIP mengadakan:
a. Tim Pengawas yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil
pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil
pemeriksaan tersebut kepada PPK. Hasil evaluasi Tim Pengawas antara lain
mencakup pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan denda, dan/atau pemutusan
kontrak. Dirjen Postel telah membentuk Tim Pengawas Internal Ditjen Postel yang
terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan Dirjen Postel Nomor:
217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009.
b. Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service Obligation
(KPU/USO) dengan total nilai Rp5.968.833.500,00 yang terbagi dalam tiga paket
pekerjaan. Ketiga paket tersebut yaitu Paket 1 pada Wilayah Sumatera dan
Kalimantan, Paket 2 pada Wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT, dan Paket 3 Wilayah
Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat dan Papua. Pekerjaan Pengukuran
Kinerja tersebut diadakan antara lain untuk menilai kesiapan dan mengevaluasi
pelaksanaan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan.
Walaupun telah dikawal oleh dua kegiatan tersebut pelaksanaan pekerjaan Penyediaan
Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan tidak berjalan sesuai yang
diharapkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden RI (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12:
1) Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip hemat, tidak
mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan, efektif,
terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta fungsi
setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah, mengutamakan penggunaan
produksi dalam negeri.
2) Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan
bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
b. Surat Perjanjian Kerjasama (PKS) Nomor: 03/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal
4 Februari 2009, Nomor: 01/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 tanggal 16 Januari 2009,
Nomor: 04/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009, Nomor:
05/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 tanggal 4 Februari 2009, Nomor:
02/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 tanggal 16 Januari 2009, Nomor:
6/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 tanggal 16 Juli 2009 dan Nomor:
7/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 tanggal 16 Juli 2009, beserta addendum-
addendumnya, yaitu pada:
1) Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK) Nomor 7.2.1: Dalam hal Penyedia Jasa
Terlambat dalam pemenuhan pekerjaan pada tahap pekerjaan Pra Operasional
sebagaimana dimaksud dalam SSKK karena kesalahan atau kelalaian Penyedia
Jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu per mil) dari nilai
bagian pekerjaan yang belum diselesaikan per hari;
2) Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) Nomor 7.2.2: Pengenaan denda terhadap
Status tidak Aktif Layanan:

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 20 dari 66


• Apabila suatu SSL tidak aktif selama akumulasi tujuh hari dalam sebulan akan
dikenakan denda harian dengan formula sebagai berikut:
Xi =biaya sewa bulanan desa i
Oi = jumlah hari system mati di desa i
Σ3% x Xi x (Oi-7)
• Jika terjadi akumulasi SSL tidak aktif selama 21 hari dalam periode
triwulanan maka dikenakan denda sepuluh kali dari denda bulanan rata-rata
dari periode triwulanan tersebut.

Kondisi tersebut mengakibatkan:


a. Tertundanya pemanfaatan Jasa Akses Telekomunikasi Perdesaan oleh masyarakat di
lokasi pelayanan.
b. Pelaksana pekerjaan belum dikenakan sanksi denda keterlambatan minimal sebesar
Rp34.837.257.081,57 dari PT TS dan PT ICP, masing-masing sebesar
Rp30.322.830.395,57 (Rp21.840.522.088,29 + Rp8.482.308.307,28) dan PT ICP
Rp4.514.426.686,00.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. PT TI tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan dalam kontrak.
b. PT ICP belum memiliki Perjanjian Kerjasama dengan Penyelenggara Telekomunikasi
lainnya sehingga PT ICP tidak dapat melakukan interkoneksi antar operator serta
tidak dapat memberikan layanan voice teleponi dan layanan SMS pada seluruh SSL
KPU/USO.
c. Tim pengawas Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi
dan Informatika Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service
Obligation (KPU/USO) - belum bekerja optimal dalam mengawal pelaksanaan
pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Kemkominfo menjelaskan adanya ketidaktercapaian target dan denda


keterlambatan memang diakui, namun masih keberatan atas perhitungan dan besarnya
denda. Sampai dengan tanggal 21 Mei 2010, BTIP menyatakan masih akan mengelola
data tambahan dari PT TS dan meminta waktu satu minggu lagi untuk menyelesaikannya.
Namun sampai dengan 15 Juni 2010, BTIP tidak menyerahkan data dimaksud kepada
BPK.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Segera menagih denda keterlambatan kepada PT TS dan PT ICP dan menyetorkannya
kepada Kas Negara, copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.
b. Lebih tegas dalam menerapkan sanksi denda keterlambatan yang diatur dalam PKS.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 21 dari 66


agar Kepala BTIP:
a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada PT TS dan PT
ICP mengenai kekurangan bayar dan denda keterlambatan.
b. Menerapkan sanksi denda secara tegas sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.2 Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp1.064,97 Juta dan Kelebihan


Perhitungan Nilai Amandemen Kontrak Sebesar Rp2.353,49 Juta pada
Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan
Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan tujuh
paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan yang
dialokasikan pada sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) di
seluruh Indonesia. Dua paket diantaranya adalah:
a. Paket Pekerjaan 3 Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan di Blok WPUT IV  meliputi Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan
Tengah yang tergabung dalam Blok WPUT V dan Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan. Penyediaan jasa berupa 3.797 SSL Teleponi dan 12 akses
internet.
b. Paket Pekerjaan 6 Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan di Blok WPUT X meliputi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur. Penyediaan jasa berupa 2.368 SSL Teleponi dan 9 akses internet.
Pelaksana Paket Pekerjaan 3 dan 6 adalah PT TS sesuai dengan Perjanjian Kerja
Sama (PKS) pada 4 Februari 2009 masing-masing Nomor:
04/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009-PKS.45/LG.05/PD-00/II/2009 senilai
Rp365.898.864.682,00 dan Nomor: 05/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009-
PKS.46/LG.05/PD-00/II/2009 senilai Rp209.042.257.717,00.
Berdasarkan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi Nomor: 64/PL-
USO/PAKET-3/BTIP-BLU/KOMINFO/1/2009 tanggal 9 Januari 2009, harga penawaran
PT TS untuk paket 3 dapat dinegosiasi dari sebesar Rp387.111.075.240,00 menjadi
sebesar Rp365.898.864.682,00, sehingga terdapat penurunan harga sebesar
Rp21.212.210.558,00. Penurunan tersebut terutama karena penurunan pada harga satuan
jasa akses teleponi dari Rp1.998.448,00 menjadi sekitar Rp1.888.907,00.
Sedangkan untuk paket 6 sesuai dengan Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi
Nomor: 64/PL-USO/PAKET-6/BTIP-BLU/KOMINFO/1/2009 tanggal 9 Januari 2009,
harga penawaran PT TS dapat dinegosiasi dari sebesar Rp225.975.214.866,00 menjadi
sebesar Rp209.042.257.717,00, sehingga terdapat penurunan harga sebesar
Rp16.932.957.149,00. Penurunan tersebut terutama karena penurunan pada harga satuan
jasa akses teleponi dari Rp1.870.421,00 menjadi sekitar Rp1.730.210,00.
Perjanjian Kerja Sama pekerjaan tersebut diamandemen dua kali pada
28 September 2009 dan 29 Desember 2009, yaitu:
a. Amandemen I mengatur tata cara pembayaran yang ditentukan berdasar prestasi
pekerjaan, penambahan katagori kondisi kahar dan dokumen yang diperlukan untuk
membuktikan keadaan kahar.
b. Amandemen II mengatur penambahan harga kontrak termasuk PPN dan perubahan
jangka waktu pekerjaan karena ada tambahan lokasi dan realokasi.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 22 dari 66


Bendahara Pengeluaran BTIP telah membayar termin I kepada PT TS untuk paket 3
dan paket 6 total sebesar Rp16.130.850.273,00, masing-masing sebesar
Rp7.158.440.736,00 dan Rp8.972.409.537,00 sesuai kuitansi Nomor: 967/T-119-
BTIP/1109 tanggal 6 November 2009. Berdasarkan amandemen PKS ke 1, pembayaran
ditentukan berdasar prestasi pekerjaan, dalam hal ini jumlah SSL yang telah terpasang
sampai dengan tanggal 30 September 2009 yang merupakan akhir dari periode
operasional I. Jumlah SSL terpasang yang diklaim dari pelaksana pekerjaan berdasarkan
Call Detail Record (CDR) yang disampaikan PT TS kepada BTIP kemudian dievaluasi
oleh pihak BTIP. Jumlah SSL terpasang yang direkonsiliasi oleh kedua belah pihak, BTIP
dan TS, menjadi dasar pembayaran termin I tersebut, yaitu untuk paket 3 dan paket 6
masing-masing sebanyak 1.194 SSL (31,50%) dan 1.599 SSL (67,50%).
Sesuai dengan Amandemen II, nilai kontrak paket 3 menjadi sebesar
Rp380.512.751.074,00 dari semula Rp365.898.864.682,00. Jasa layanan semula terdiri
dari 3.797 SSL teleponi dan 12 akses internet diamandemen untuk mengakomodir
realokasi berupa 210 SSL teleponi dan empat akses internet serta penambahan berupa 143
SSL teleponi dan sebelas akses internet.
Untuk paket 6 harga kontrak menjadi sebesar Rp230.725.525.480,00 dari semula
Rp209.042.257.717,00. Jasa layanan semula terdiri dari 2.368 SSL teleponi dan sembilan
akses internet diamandemen untuk mengakomodir realokasi berupa 22 SSL teleponi dan
sembilan akses internet serta penambahan berupa 227 SSL teleponi dan tiga akses
internet.
Hasil Pemeriksaan atas dokumen kontrak dan dokumen pembayaran
menunjukkan sebagai berikut:
a. Nilai total pekerjaan sudah dinyatakan dalam kontrak/PKS, tetapi dalam PKS tidak
terdapat rincian dari nilai total pekerjaan. Contohnya harga sewa jasa layanan per unit,
baik dalam isi batang tubuh PKS maupun lampiran PKS. BPK berpendapat rincian
harga sewa jasa layanan per unit adalah penting dan sangat dibutuhkan mengingat
perhitungan pembayaran pekerjaan dan sanksi (jika nanti ada) ditetapkan berdasarkan
prestasi kerja dan harga per unit (unit price).
b. Panitia Pengadaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
KPU/USO telah menjilid dokumen kontrak yang terdiri dari PKS dan dokumen
pendukungnya, antara lain dokumen penawaran dari PT TS. Tetapi Berita Acara
Klarifikasi dan Negosiasi terkait dengan PKS beserta lampirannya tidak termasuk
dalam jilidan dokumen kontrak.
c. BPK mereviu perhitungan dasar pembayaran termin I dan menghitung ulang perkalian
prestasi pekerjaan pelaksana yang dinyatakan valid oleh Tim BTIP dengan harga
satuan yang telah disepakati oleh pihak BTIP dan PT TS. Perhitungan ulang
menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan dasar pembayaran, sehingga BTIP dalam
membayar dua paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan tersebut lebih bayar sebesar Rp1.064.968.029,00. Dengan
rincian sebagai berikut:
Waktu Selisih
Jumlah Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)
/bulan Pembayaran (Rp)
SSL
Dibayarkan Seharusnya Dibayarkan Seharusnya
1 2 3 4 5 6=2x3x5 7=2x4x5 8=6-7
Paket 3 1.194 1.998.448,00 1.888.907,00 3 7.158.440.736,00 6.766.064.874,00 392.375.862,00
Paket 6 1.599 1.870.421,00 1.730.210,00 3 8.972.409.537,00 8.299.817.370,00 672.592.167,00
Total 3.868.869,00 3.619.117,00 16.130.850.273,00 15.065.882.244,00 1.064.968.029,00

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 23 dari 66


Sebagai BLU penuh BTIP dapat mengelola keuangannya sendiri. BTIP menyimpan
dana yang dikelolanya dalam sejumlah deposito. Jika kelebihan bayar ini tidak
terjadi, maka BTIP memiliki potensi jasa giro dari uang sebesar Rp1.064.968.029,00
yang disimpan di bank sejak tanggal pembayaran (6 November 2009) sampai uang
tersebut dikembalikan oleh pelaksana pekerjaan.
d. Selain itu, BPK juga mereviu perhitungan penambahan nilai pekerjaan pada
Amandemen II, yaitu harga kontrak paket 3 (termasuk PPN) menjadi
Rp380.512.751.074,00 dari semula Rp365.898.864.682,00. Dengan demikian terjadi
penambahan nilai kontrak paket 3 sebesar Rp14.613.886.392,00 untuk penambahan
lokasi layanan 143 SSL teleponi dan sebelas akses internet.
Sedangkan untuk paket 6 harga kontrak (termasuk PPN) menjadi
Rp230.725.525.480,00 dari semula Rp209.042.257.717,00. Dengan demikian terjadi
penambahan nilai kontrak paket 6 sebesar Rp21.683.267.763,00 untuk penambahan
pekerjaan berupa 227 SSL teleponi dan tiga akses internet.
Penambahan akses tersebut diperhitungkan dengan harga satuan yang telah
disepakati oleh pihak BTIP dan PT TS. Perhitungan ulang menunjukkan terdapat
kelebihan perhitungan sehingga nilai Amandemen II paket 3 dan paket 6 Pekerjaan
Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan lebih sebesar
Rp2.353.496.286,00; dengan rincian sebagai berikut:
Tambahan Harga satuan (Rp) Penambahan TOTAL Selisih lebih
Harga Kontrak Waktu Tambahan Tambahan
Paket SSL
(Rp) /bulan SSL Teleponi Internet Internet Harga Harga Kontrak
Teleponi Seharusnya (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8=3(4x6+5x7) 9=1-8
P3 14.613.886.392 51 1.888.907,00 192.182 143 11 13.883.612.853,00 730.273.539,00
P6 21.683.267.763 51 1.730.210,00 192.182 227 3 20.060.045.016,00 1.623.222.747,00
Total 2.353.496.286,00

Dalam SPK diatur bahwa Pihak Pertama (PPK) membentuk Tim Pengawas
yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil pekerjaan lainnya baik
secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut kepada
PPK. Hasil pemeriksaan mencakup juga pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan
denda, dan/atau pemutusan kontrak. Direktur Jenderal Postel telah membentuk Tim
Pengawas Internal Ditjen Postel yang terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Postel Nomor: 217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009.
Lingkup penugasan Tim Pengawas terutama memeriksa setiap proses dan/atau hasil
pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu, melakukan pemeriksaan baik
kunjungan langsung ke lapangan maupun pemeriksaan laporan-laporan dalam rangka
pemenuhan Standar Pelayanan Operasional, dan mengevaluasi kewajiban atau prestasi
pekerjaan Penyelenggaraan Jaringan Tetap Lokal KPU/USO Telekomunikasi yang
ditetapkan dalam Kontrak.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa (Keppres 80 tahun 2003) Pasal 3: Pengadaan barang/jasa wajib
menerapkan prinsip-prinsip (a) efisien berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Keppres 80 tahun 2003 Pasal 5: “Pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan
para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mematuhi

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 24 dari 66


etika antara lain menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa”.

Kondisi tersebut mengakibatkan:


a. Kelebihan pembayaran kepada PT TS sebesar Rp1.064.968.029,00.
b. Terdapat potensi kelebihan pembayaran sebesar Rp2.353.496.286,00 dari kelebihan
perhitungan nilai amandemen.
c. Hilangnya potensi jasa giro dari uang sebesar Rp1.064.968.029,00 sejak tanggal
6 November 2009.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Tim Pengawas tidak berfungsi secara efektif.
b. Verifikasi dokumen kontrak sebagai dasar pembayaran tidak dilakukan secara
optimal dan lemahnya pengawasan atasan langsung.
c. Ketidakcermatan dan kelalaian PPK dalam mengotorisasi pembayaran dan
pembuatan amandemen PKS.
d. Panitia Pengadaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan KPU/USO tidak mengadministrasikan dokumen kontrak dengan tertib.

Kemkominfo menjelaskan adanya kelebihan bayar dan kelebihan perhitungan


dalam addendum PKS memang diakui, dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan PT TS
untuk menyelesaikannya.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Segera menagih kelebihan pembayaran kepada PT TS dan menyetorkannya kepada
Kas Negara dan copy bukti setor agar disampaikan kepada BPK.
b. Segera memperbaiki nilai PKS dalam Amandemen PKS.
c. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian baik dalam membuat perjanjian kerja
sama/kontrak maupun dalam menyiapkan pembayaran atas tagihan.
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pembuatan perjanjian
kerja sama, amandemen dan pembayaran.
e. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar
Kepala BTIP:
a. Memanggil, mengklarifikasi dan menetapkan serta menagih kepada PT TS mengenai
kelebihan pembayaran.
b. Mengevaluasi dan memperbaiki nilai PKS dalam amandemen PKS.
c. Meningkatkan kecermatan dan ketelitian dalam membuat PKS dan amandemennya
dan menyiapkan pembayaran atas tagihan.
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian dalam membuat PKS, amandemen dan
pembayaran.
e. Mengoptimalkan peran tim pengawas.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 25 dari 66


1.2.3 Pemanfaatan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan Tidak Sepenuhnya Optimal
Pada Tahun Anggaran 2009 BTIP yang merupakan Badan Layanan Umum
(BLU) Ditjen Postel Kemkominfo mengadakan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan di seluruh Indonesia yang dialokasikan pada
sebelas Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT). Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan dilaksanakan oleh dua pelaksana pekerjaan
yaitu PT TS dan PT ICP. Pelaksana pekerjaan menyediakan akses teleponi dan internet di
perdesaan yang ditempatkan pada tempat-tempat tertentu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan amandemen PKS, setelah
perhitungan realokasi dan penambahan, target desa yang akan dilayani jasa
telekomunikasi tersebut total sebanyak 33.079 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
131 desa diantaranya akan mendapatkan akses internet. Lokasi desa ditentukan
berdasarkan Perdirjen Postel Nomor: 247/DIRJEN/2008 tanggal 10 Oktober 2008 tentang
Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi (WPUT) Beban Kontribusi Kewajiban
Pelayanan Universal (KKPU) Telekomunikasi dan Perdirjen Postel Nomor:
260/DIRJEN/2009 tanggal 9 Desember 2009 tentang Perubahan atas Perdirjen Postel
Nomor: 247/DIRJEN/2008 tentang Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi
(WPUT) Beban Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal (KKPU) Telekomunikasi.
Pada satu desa akan ditempatkan satu jasa telekomunikasi. Pada setiap lokasi
akan dilengkapi dengan perangkat berupa papan penunjuk arah (dengan keterangan jarak
1 Km), plang Pusat Pelayanan Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (Pusyantip),
Fix Wireless Telephone (FWT) berikut charger, Billing Display, Power Supply, Indoor
Repeater, Antenna Yaggie, Antenna Vsat, dan Meja KB. Untuk setiap lokasi yang
mendapatkan akses internet akan dilengkapi dengan seperangkat komputer dan
pendukungnya serta modem. Selain itu, untuk lokasi yang tidak mempunyai jaringan
listrik akan dilengkapi dengan solar panel.
Secara umum, PT TS mengelompokkan lokasi ke dalam enam kategori Solusi
Teknik (ST) sebagai berikut:
a. ST 1A, yaitu Solusi Teknik untuk wilayah pemasangan yang mendapatkan sinyal
kuat (dekat dengan BTS tertentu) dan terjangkau oleh jaringan listrik.
b. ST 1B, yaitu Solusi Teknik untuk wilayah pemasangan yang mendapatkan sinyal
kuat namun tidak terjangkau oleh jaringan listrik.
c. ST 2A, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan
sinyal cukup baik namun terjangkau oleh jaringan listrik.
d. ST 2B, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan
sinyal cukup baik dan juga tidak terjangkau oleh jaringan listrik.
e. ST 3A, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan
sinyal sama sekali namun masih terjangkau oleh jaringan listrik.
f. ST 3B, yaitu solusi teknik untuk wilayah pemasangan yang tidak mendapatkan
sinyal sama sekali dan juga tidak terjangkau oleh jaringan listrik.
Hasil analisis data desa berupa extract data dari Call Detail Record (CDR)
menunjukkan kondisi sebagai berikut:
a. 15 SSL ditempatkan pada lokasi yang tidak sesuai dengan lokasi yang ditentukan.
b. Dua SSL ditempatkan di satu desa di dua lokasi yang berbeda.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 26 dari 66


BPK melakukan pemeriksaan fisik ke beberapa lokasi pemasangan SSL di
Batam, Provinsi Banten, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Maluku Utara. BPK juga mendapatkan data dari Tim Pemeriksa
Kantor Akuntan Publik (KAP) A, R, H & J, KAP yang memeriksa LK Tahun 2009 BTIP,
berupa data hasil kunjungan ke Provinsi Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, dan
Kalimantan Tengah, untuk melengkapi laporan ini. Dari kunjungan tersebut, ditemukan
kondisi sebagai berikut:
a. Pemilihan beberapa Solusi Teknik tidak tepat
Fasilitas jasa telekomunikasi (fastel) disesuaikan dengan Solusi Teknik (ST)
berdasarkan kekuatan sinyal dan ketersediaan jaringan listrik pada wilayah
pemasangan. Pemilihan ST pada beberapa Fastel tidak sesuai dengan kondisi di
wilayah pemasangan. Contohnya pada Pulau Tunda di Provinsi Banten, ST yang
digunakan adalah 2B padahal pada lokasi tersebut tidak ada sinyal. Hal ini akan
sangat berpengaruh pada mutu layanan jastel yang dihasilkan. Lokasi ini diusulkan
untuk menjadi ST 3B. Sedangkan pada Kelurahan Mayasopa, Kota Singkawang,
Provinsi Kalimantan Barat, ST yang digunakan adalah 3A padahal cukup
menggunakan ST 2A. Agar perangkat 3A yang sudah terpasang tidak menjadi sia-sia,
maka pada Kelurahan Mayasopa dilengkapi juga dengan fasilitas internet, namun
Internet tersebut sangat jarang digunakan.
b. Rendahnya minat masyarakat untuk memanfaatkan fastel
Penempatan fasilitas telekomunikasi dan informatika perdesaan dimaksudkan untuk
mengatasi permasalahan masyarakat perdesaan akan kurangnya akses telekomunikasi
dan informasi. Masyarakat perdesaan diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas
telekomunikasi dan informatika perdesaan yang disediakan. Dari hasil kunjungan ke
lokasi, diketahui bahwa masyarakat pada beberapa titik pemasangan SSL kurang
memanfaatkan fasilitas teleponi yang telah disediakan karena masyarakat tidak
membutuhkan fastel tersebut. Mayoritas masyarakat sudah memiliki telepon seluler
dan masyarakat kurang memahami cara penggunaan fastel maupun keuntungan dari
menggunakan fastel tersebut. Contohnya di Kelurahan Mayasopa, Kota Singkawang,
Kalimantan Barat, hampir setiap warga memiliki lebih dari satu ponsel sehingga
mereka enggan menggunakan fastel teleponi yang difasilitasi oleh BTIP. Kondisi ini
dibuktikan pula dengan subsidi pulsa fastel yang tidak/sedikit terpakai dan perangkat
yang masih disimpan dalam box/dus.
c. Pelanggaran penggunaan fastel
Pengadaan layanan jasa telekomunikasi ditujukan kepada masyarakat umum di
wilayah perdesaan yang telah ditetapkan. Akses terhadap fastel harus dibuka seluas-
luasnya agar setiap masyarakat mempunyai kesempatan untuk menggunakannya.
Namun, dari kunjungan ke lokasi diketahui terdapat fastel yang dimanfaatkan oleh
individu-individu tertentu untuk kepentingan pribadi, contohnya memindahkan SIM
Card dari FWT ke ponsel pribadi. Dengan demikian kesempatan masyarakat secara
luas untuk mengakses fastel tersebut menjadi terbatas.
d. Ketidaklengkapan/kehilangan perangkat fastel
Pada beberapa lokasi yang dikunjungi, BPK mendapati fastel yang ada pada lokasi
tidak lengkap, contohnya Desa Kelurahan Pabean tidak menerima billing display.
Desa Banten, Serang kehilangan tiang rambu penunjuk lokasi pusyantip dan Desa
Sodong di Pandeglang, Banten, kehilangan sebuah Fix Wireless Telephone (FWT)

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 27 dari 66


dan charger. Kehilangan perangkat fastel juga terjadi di Desa Sungai Abang, Padang
Pariaman, berupa fastel dan SIM card.
e. Perangkat fastel rusak
Salah satu kendala yang sering ditemui adalah mudahnya baterai FWT drop karena
fastel sulit mendapatkan sinyal. Kondisi tersebut didapati pada Desa Wargasara,
Pulau Tunda, Serang. Selain itu, Tim juga menemukan billing display yang rusak
atau tidak terbaca di Desa Pasir, Kab. Tangerang. Tim juga mendapati perangkat
charger FWT rusak di Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak. Kondisi FWT rusak
juga terjadi di:
1) Desa Sungai Sialang, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau.
2) Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau.
3) Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau.
4) Desa Lubuk Saung, Kab. Agam, Provinsi Sumatera Barat.
5) Desa Samba Danum, Kab. Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah.
Dari kondisi-kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan
fastel masih belum optimal. Rincian lokasi yang menghadapi permasalahan tersebut di
atas dapat dilihat pada lampiran 5.
Sebagai upaya mengawal pelaksanaan pekerjaan Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan, BTIP mengadakan:
a. Tim Pengawas yang bertugas untuk memeriksa setiap proses dan/atau hasil
pekerjaan lainnya baik secara berkala atau sewaktu-waktu dan melaporkan hasil
pemeriksaan tersebut kepada PPK. Hasil evaluasi Tim Pengawas terutama evaluasi
mengenai pembayaran prestasi pekerjaan, pengenaan denda, dan/atau pemutusan
kontrak. Dirjen Postel telah membentuk Tim Pengawas Internal Ditjen Postel yang
terdiri dari 55 personil berdasarkan Keputusan Dirjen Postel Nomor:
217/DIRJEN/2009 tanggal 11 September 2009.
b. Pekerjaan Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan Kontribusi Pelayanan Universal/Universal Service Obligation
(KPU/USO) dengan total nilai Rp5.968.833.500,00 yang terdiri dari tiga paket
pekerjaan. Pekerjaan Pengukuran Kinerja tersebut diadakan antara lain untuk menilai
kesiapan dan mengevaluasi pelaksanaan Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.
Walaupun telah dikawal oleh dua kegiatan tersebut pelaksanaan pekerjaan Penyediaan
Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan tidak berjalan sesuai yang
diharapkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah:
a. Pasal 3 huruf a menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus seefisien
mungkin dan diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat singkatnya dan dapat
dipertanggujawabkan;
b. Pasal 3 huruf b menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus efektif
sesuai dengan kebutuhaan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 28 dari 66


Kondisi tersebut mengakibatkan tujuan untuk mempercepat pemerataan
penyediaan akses dan layanan telekomunikasi dan informatika perdesaan belum tercapai.

Kondisi tersebut terjadi karena kurangnya perencanaan dan sosialiasi keberadaan


dan penggunaan fasilitas telekomunikasi dan informatika.

Kemkominfo dhi. BTIP akan melakukan koordinasi kepada PT TS kembali


mengenai penempatan fasilitas USO.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Mengevaluasi hasil pelaksanaan pekerjaan dan menggalakkan sosialisasi kegiatan
dengan cara yang efisien dan efektif.
b. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas dan memanfaatkan hasil Pekerjaan
Pendampingan seperti Pengukuran Kinerja yang telah dilaksanakan oleh pihak ketiga
untuk melakukan perbaikan.
c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan
Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar
Kepala BTIP:
a. Mengevaluasi hasil penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan, dan menyosialisasikan pemanfaatan dari Jasa Akses Telekomunikasi dan
Informatika Perdesaan yang sudah tersedia.
b. Mengoptimalkan peran Tim Pengawas yang sudah dibentuk dan memanfaatkan hasil
pekerjaan pendampingan dari pihak ketiga untuk melakukan perbaikan.
c. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan Jasa Akses
Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan.

1.2.4 Pejabat Pembuat Komitmen di Empat Direktorat Ditjen Aptel Terlalu


Tinggi Memperhitungkan Biaya untuk Membayar Beberapa Pekerjaan
Konsultansi
Pada tahun 2009 Ditjen Aptel Kemkominfo mengadakan beberapa pekerjaan jasa
konsultansi di masing-masing direktorat. Tiga belas diantaranya dilaksanakan pada empat
direktorat dengan total nilai kontrak sebesar Rp4.463.909.450,00. Pelaksanaa pekerjaan
ditentukan melalui pelelangan umum. Rincian pekerjaan, nomor dan tanggal serta nilai
kontrak dapat dilihat pada lampiran 7.
Hasil pemeriksaan atas ke-13 pekerjaan jasa konsultasi tersebut menunjukkan
bahwa:
a. Panitia Lelang/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa tidak melakukan tahap klarifikasi
dan negosiasi yang seharusnya dilakukan oleh panitia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Dalam tahap ini panitia seharusnya mengklarifikasi dan/atau menegosiasi,
antara lain, aspek-aspek biaya terutama kesesuaian rencana kerja dengan jenis

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 29 dari 66


pengeluaran biaya, volume kegiatan dan jenis pengeluaran, serta kewajaran biaya
satuan.
b. Pemeriksa mengecek harga satuan/rate dari masing-masing tenaga ahli dengan
menghitung ulang rate berdasarkan gaji dan atau penghasilan yang telah diterima
oleh tenaga ahli sesuai yang dilaporkan dalam SPT PPh pasal 21-nya dan diketahui
terdapat kelebihan rate atas beberapa tenaga ahli. Rate maksimal yang seharusnya
digunakan adalah 3,2 kali gaji dasar yang diterima tenaga ahli tetap dan 1,5 kali
penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap.
c. Pemeriksa juga mengecek man month yang sebenarnya dari masing-masing tenaga
ahli/pendukung, dan menemukan terdapat jumlah personil yang diajukan oleh
pelaksana berlebih jika dibandingkan dengan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang
disusun oleh panitia.
d. Pada Pekerjaan Pengembangan Standar Kebijakan Audit diketahui tenaga ahli
komputer network atas nama Moe pada saat yang sama yaitu pada 29 Juni 2009
sampai dengan tanggal 19 November 2009 juga melaksanakan pekerjaan Pemetaan
Interoperabilitas Sistem Informasi Inter-Departemen pada Direktotar Sistem
Informasi Perangkat Lunak dan Konten Ditjen Aptel Kemkominfo pada tahun 2009
yang dilaksanakan oleh PT PIS sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK) Nomor:
32/MAP.01/SIPLK.1/06/2009 tanggal 29 Juni 2009.
BPK kemudian menghitung ulang Rincian Anggaran Biaya dengan mempertimbangkan
kondisi-kondisi tersebut dan perhitungan ulang BPK menunjukkan perhitungan biaya
personil terlalu tinggi sebesar Rp210.684.334,65 tidak termasuk pajak 10%. Rincian
perhitungan dapat dilihat pada lampiran 8.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa BAB II.B.1.p. antara lain menyatakan Panitia/pejabat pengadaan
melakukan klarifikasi dan negosiasi kepada calon pemenang seleksi umum dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Klarifikasi dan negosiasi dilakukan oleh panitia/pejabat pengadaan dengan
pemimpin/direktur utama perusahaan konsultan atau wakil yang memperoleh
kuasa penuh dari pemimpin/direktur utama perusahaan (dinyatakan dengan surat
kuasa).
2) Dalam hal penilaian menggunakan metode evaluasi kualitas. Klarifikasi dan/atau
negosiasi dilakukan untuk memperoleh kemantapan dan kejelasan teknis dan
biaya dengan memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan dan tenaga ahli
yang ditugaskan dengan mempertimbangkan pula kebutuhan perangkat/fasilitas
pendukung yang proporsional guna pencapaian hasil kerja yang optimal:
(a) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama
lingkup dan sasaran jasa konsultansi, cara penanganan pekerjaan dan
rencana kerja, kualifikasi tenaga ahli, organisasi pelaksanaan, program alih
pengetahuan, jadwal pelaksanaan pekerjaan, jadwal penugasan personil,
fasilitas penunjang.
(b) Klarifikasi dan/atau negosiasi dilakukan untuk memperoleh kesepakatan
biaya yang efisien dan efektif dengan tetap mempertahankan hasil yang
ingin dicapai sesuai dengan penawaran teknis yang diajukan konsultan.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 30 dari 66


(c) Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan/atau dinegosiasi terutama
kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran biaya, volume kegiatan
dan jenis pengeluaran, biaya satuan dibandingkan dengan biaya yang
berlaku di pasaran/kewajaran biaya.
(d) Klarifikasi dan/atau negosiasi terhadap unit biaya personil dilakukan
berdasarkan daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak
penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan. Biaya satuan dari
biaya langsung personil maksimum 3,2 (tiga koma dua) kali gaji dasar yang
diterima tenaga ahli tetap dan maksimum 1,5 (satu koma lima) kali
penghasilan yang diterima tenaga ahli tidak tetap.
b. Surat Perjanjian Kerja (SPK) Nomor: 32/MAP.01/SIPLK.1/06/2009 tanggal 29 Juni
2009 tentang Pekerjaan Pemetaan Interoperabilitas Sistem Informasi Inter-
Departemen pada Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Ditjen
Aptel tahun 2009 yang dilaksanakan oleh PT PIS dan Surat Pernyataan Kesediaan
Untuk Ditugaskan atas nama Moe.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada 13 pelaksana


pekerjaan sebesar Rp210.684.334,65.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Panitia Pengadaan Barang/Jasa kurang cermat dalam melaksanakan tugasnya,
terutama dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan.
b. Pejabat Pembuat Komitmen kurang optimal dalam melakukan pengendalian dan
pengawasan.

Kemkominfo mengakui adanya kelebihan perhitungan yang mengakibatkan


kelebihan pembayaran dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan para pelaksana
pekerjaan untuk menyelesaikannya.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Lebih cermat dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan.
b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.

Kemkominfo dhi. Ditjen Aptel telah melakukan penyetoran ke Kas Negara atas
kelebihan perhitungan biaya personil tersebut. Copy bukti setor telah disampaikan kepada
BPK.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Aptel agar:
a. Panitia pengadaan jasa konsultasi yang terkait lebih cermat dalam melakukan
klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 31 dari 66


b. PPK yang terkait meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses
pelaksanaan pengadaan jasa konsultan.

1.2.5 Kelebihan Pembayaran pada Beberapa Kegiatan di Beberapa Satker Sebesar


Rp157,26 Juta
Pada tahun 2009, Kemkominfo mengadakan beberapa pekerjaan melalui masing-
masing satker. Penelusuran atas pekerjaan di masing-masing satker yang menjadi
sampling pemeriksaan menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksana Pekerjaan Perbaikan Peralatan Kantor Bersifat Formalitas
Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Ternate (Loka
Monitor Ternate) Ditjen Postel Kemkominfo pada tahun 2009 mengadakan tiga pekerjaan
perbaikan peralatan kantor yang dilaksanakan oleh tiga pelaksana pekerjaan yang
berbeda, yaitu:
No. Pelaksana No, Tanggal, dan Nilai Perjanjian Jangka Waktu SPM SP2D
1. CV HP SPK Nomor: Ku.203/B.95/LOKA- 14 hari 00019/654226/059/0 331395L/062/110
TTE/II/2009 tanggal 12 Pebruari (12/2/2009 s.d. 3/2009 tanggal tanggal 25/2/2009
2009 senilai Rp50.000.000,00. 25/2/2009) 25/2/2009
2. CV AA SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-
TTE/II/2009 tanggal 12 Pebruari
2009 senilai Rp46.190.000,00
3. CV AI SPK Nomor:
KU.203/B.452/LOKA-
TTE/IX/2009 tanggal 16 September
2009 senilai Rp15.000.000,00
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Loka Monitor Ternate telah membayar lunas
ketiga pelaksana pekerjaan di atas. Hasil analisis dokumen kontrak menunjukkan bahwa:
1) Proses pengadaan dilakukan dengan penunjukkan langsung yang tidak didukung
dengan Harga Perhitungan Sendiri (HPS) untuk menilai kewajaran penawaran
rekanan serta tidak dilakukan negosiasi untuk mendapatkan harga yang paling
menguntungkan.
2) Pekerjaan Perbaikan Peralatan yang dilaksanakan oleh CV HP adalah pengkalibrasian
frequency counter dan spectrum analyzer. Dokumen penerimaan dan pengeluaran
barang tentang frequency counter dan spectrum analyzer menunjukkan bahwa yang
mengkalibrasi kedua alat tersebut adalah PT T. Staf Loka Ternate (Ma dan Sa), yang
kebetulan melakukan perjalanan dinas ke Jakarta membawa sendiri alat tersebut
kepada PT T untuk dikalibrasi. BPK mengonfirmasi CV HP dan CV HP mengakui
tidak melaksanakan pekerjaan tersebut dan hanya mendapatkan fee dari pemakaian
nama perusahaan. Biaya untuk mengkalibrasi spectrum analyzer berdasarkan
pekerjaan sejenis yang dilakukan pada Balai Monitor Jakarta dan sesuai dengan price
list PT T adalah sebesar Rp3.800.000,00 per unit. Biaya yang diperlukan untuk
mengkalibrasi dua peralatan tersebut hanya sebesar Rp7.600.000,00 (Rp3.800.000,00
x 2 unit). Dengan demikian terjadi kelebihan pembayaran atas SPK kepada CV HP
sebesar Rp40.665.454,00.
3) Hasil pemeriksaan fisik dan konfirmasi dengan Kepala Loka Monitor Ternate dan
staf mengenai Pekerjaan Perbaikan Peralatan Kantor yang dilaksanakan oleh CV AA
menunjukkan terdapat penggelembungan jumlah barang yang diperbaiki senilai
Rp10.570.000,00. Selain itu, untuk pekerjaan pemeliharaan genset diakui bahwa
pekerjaan tersebut dilakukan sendiri oleh staf Loka Monitor Ternate. Biaya
senyatanya yang dikeluarkan berupa biaya pembelian tiga buah oli kemasan empat
liter senilai Rp1.200.000,00 (4 x Rp400.000,00) dan filter (saringan) oli untuk dua

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 32 dari 66


genset senilai Rp800.000,00 (2 x Rp400.000,00). Dengan demikian, untuk sekali
penggantian oli dan filter oli dibutuhkan biaya sebesar Rp2.000.000,00 atau untuk
dua genset diperlukan biaya sebesar Rp4.000.000,00. Dengan memperhitungkan
kondisi-kondisi di atas, BPK menghitung ulang nilai SPK dengan hasil terdapat
kelebihan pembayaran kepada CV AA sebesar Rp15.028.954,55.
4) Ketika BPK mengonfirmasi Kepala Loka Monitor Ternate dan staf atas Pekerjaan
Peralatan Kantor yang dilaksanakan oleh CV AI berupa pemeliharaan genset, diakui
pemeliharaan genset dilakukan sendiri oleh staf Loka Monitor Ternate. Biaya
senyatanya yang dikeluarkan berupa biaya pembelian oli dan filter oli untuk
memelihara dua genset hanya sebesar Rp4.000.000,00. Dengan demikian terdapat
kelebihan pembayaran sebesar Rp4.795.545,55.
Rincian semua perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.
b. Kelebihan Perhitungan Biaya Pendidikan Program S2 Telematika ITS
Balitbang SDM Sebesar Rp52,00 Juta dan Kelebihan Pembayaran Belum
Disetorkan ke Kas Negara Sebesar Rp41,00 Juta
Pada TA 2009 Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(Balitbang SDM) mengadakan kegiatan penyelenggaraan Pendidikan Program S2
Telematika ITS Angkatan ke-2. Kegiatan ini berdasarkan Perjanjian Kerjasama (PKS)
antara Balitbang SDM dengan Fakultas Teknologi Industri ITS Nomor:
156/KEP/BLSDM/KOMINFO/6/2009 tanggal 24 Juni 2009 tentang Pemberian Beasiswa
Pendidikan Program Magister Teknik (S2)–Telematika. Dalam PKS dinyatakan beasiswa
ini diberikan kepada 25 orang mahasiswa dalam jangka waktu 16 bulan terhitung
selambat-lambatnya awal September 2009 dengan biaya sebesar Rp1.025.000.000,00.
Namun hasil pemeriksaan atas dokumen pembayaran menunjukkan bahwa kegiatan
penyelenggaraan program S2 Telematika ITS ini hanya diberikan kepada 16 orang
mahasiswa yang telah lulus seleksi dengan biaya sebesar Rp656.000.000,00 (16 orang
@ Rp41.000.000,00). Balitbang SDM membayar sekaligus sesuai SP2D Nomor 267329N
tanggal 17 November 2009 sebesar Rp589.328.123,00 berdasarkan Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan Nomor: 84/BAST/BLSDM/2009 tanggal 1 September 2009.
Selanjutnya rincian biaya penyelenggaraan beasiswa yang diberikan oleh pihak
penyelenggara (ITS) menunjukkan terdapat kelebihan perhitungan biaya sebesar
Rp32.000.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Volume dalam Volume Selisih Tarif/Satuan Kelebihan
Jenis Pengeluaran Satuan
Rincian Biaya Seharusnya Volume (Rp) Biaya (Rp)
Honorarium Pengelola dan Bulan 24 16 8 4.000.000,00 32.000.000,00
Staf

Selain itu, dalam rincian biaya yang diberikan juga ditemukan terdapat biaya
sosialisasi beasiswa Kemkominfo ke empat lokasi dengan nilai Rp20.000.000,00 yang
seharusnya tidak dibayarkan kepada pihak penyelenggara (ITS). Balitbang SDM
Kemkominfo telah melaksanakan kegiatan sosialisasi dan promosi program S2 ITS
dengan biaya sebesar Rp103.328.200,00. Pengeluaran tersebut berupa biaya perjalanan
dinas sosialisasi dan promosi program S2 Telematika ITS sesuai SPM Nomor: 00530/LS-
115/BLSDM/2009 tanggal 18 Juni 2009 dan SP2D Nomor: 056466M/019/111/2009
tanggal 22 Juni 2009. Dengan demikian terjadi perangkapan biaya sosialisasi dan promosi
program S2 ITS sebesar Rp20.000.000,00 yang dibayarkan kepada pihak penyelenggara.
Total kelebihan perhitungan adalah sebesar Rp52.000.000,00 (Rp32.000.000,00 +
Rp20.000.000,00).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 33 dari 66


Selain itu, hasil klarifikasi dari pihak ITS menunjukkan bahwa satu dari
16 mahasiswa peserta program mengundurkan diri berdasarkan surat yang ditujukan
kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika tanggal 7 November 2009. Namun
demikian Balitbang SDM tetap membayar seluruh biaya penyelenggaraan beasiswa untuk
16 orang mahasiswa sesuai SP2D Nomor 267329N tanggal 17 November 2009. Dengan
demikian terdapat kelebihan pembayaran untuk satu mahasiswa sebesar
Rp41.000.000,00. Pihak ITS telah mengembalikan kelebihan biaya pendidikan tersebut
ke Bagian Kepegawaian Badan Litbang sesuai bukti setor pemindahbukuan ke rekening
pribadi Kepala Bagian Kepegawaian Badan Litbang SDM tanggal 17 Desember 2009.
c. Kelebihan Perhitungan Biaya dalam RAB Pekerjaan Konsultansi Perencanaan
dan RAB Pekerjaan Konsultansi Pengawasan Renovasi Gedung Kantor Loka
Monitor Mataram Sebesar Rp18,55 Juta
Pada TA 2009 Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio Mataram Ditjen Postel
Kemkominfo (Loka Monitor Mataram) melaksanakan pekerjaan renovasi gedung kantor.
Guna mendukung pelaksanaan pekerjaan tersebut, Loka Mataram juga melaksanakan
pekerjaan konsultansi perencanaan renovasi gedung dan pekerjaan konsultansi
pengawasan renovasi gedung.
Pekerjaan konsultansi perencanaan gedung kantor dilaksanakan oleh CV KASC
sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor: 02.a/LOKA/MTR/ III/2009 tanggal
27 Maret 2009 senilai Rp89.500.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama
50 hari kalender terhitung mulai tanggal 27 Maret 2009 sampai dengan tanggal 15 Mei
2009. Loka Mataram telah membayar lunas pekerjaan tersebut sesuai dengan SPM
Nomor: 00065 tanggal 25 Juni 2009 sebesar Rp89.500.000,00 dengan SP2D Nomor:
039241M/038112 tanggal 25 Juni 2009.
Pekerjaan konsultansi pengawasan gedung kantor dilaksanakan oleh CV GTD
sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja Nomor: 011/Loka/Mtr/VII/2009 tanggal 23 Juli
2009 senilai Rp59.000.000,00. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selama 150 hari
kalender terhitung mulai tanggal 23 Juli 2009 sampai dengan tanggal 29 Desember 2009.
Hasil pemeriksaan dokumen dan konfirmasi kepada pelaksana pekerjaan atas
kedua pekerjaan konsultasi menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Hasil konfirmasi dengan CV KASC menunjukkan dua dari lima tenaga ahli yang
diajukan dalam dokumen penawaran tidak bekerja pada proyek pekerjaan
perencanaan. Tenaga ahli tersebut adalah BM (ahli mekanikal elektrikal) dengan
harga satuan sebesar Rp9.150.000,00 dan MZ (ahli estimator) dengan harga satuan
sebesar Rp6.100.000,00. Pemeriksa menghitung ulang biaya dan hasilnya
menunjukkan terdapat kelebihan biaya langsung personil sebesar Rp15.250.000,00.
2) Pada RAB pekerjaan konsultasi pengawasan terdapat biaya transportasi dan
operasional untuk sewa kendaraan roda empat selama lima bulan. Penelusuran lebih
lanjut terhadap jadwal pemakaian fasilitas pendukung dan daftar fasilitas dan
peralatan pendukung yang dimiliki oleh CV GTD dalam dokumen penawaran teknis
menunjukkan bahwa lama sewa kendaraan roda empat tersebut hanya dua bulan.
Dengan demikian terdapat selisih lebih atas perhitungan sewa kendaraan roda empat
selama tiga bulan dengan nilai sebesar Rp3.300.000,00.
Total kelebihan perhitungan biaya dalam dua pekerjaan ini adalah sebesar
Rp18.550.000,00 (Rp15.250.000,00 + Rp3.300.000,00).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 34 dari 66


d. Kelebihan Perhitungan dalam Kontrak Pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan Balai Monitor Kupang Sebesar Rp18,73 Juta
Pada TA 2009 Balai Monitor Kupang melaksanakan pekerjaan Pemeliharaan
Gedung dan Bangunan yang dilaksanakan oleh CV MT berdasarkan kontrak Nomor:
369/KP.004/VI/ BLM-KPG-2009 tanggal 3 Juni 2009. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan adalah 90 hari kalender sejak tanggal 3 Juni 2009 sampai dengan 31 Agustus
2009. Pekerjaan tersebut telah selesai diserahterimakan sesuai Berita Acara Serah Terima
Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 497/KP.004/VIII/BLM.KPG-2009 tanggal 31 Agustus
2009 dan telah dibayar lunas sesuai SP2D terakhir Nomor: 182366M/039/111 tanggal
1 September 2009 dan SPM terakhir Nomor 00104 tanggal 1 September 2009.
Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak menunjukkan terdapat kesalahan
perhitungan aritmatik pada dokumen penawaran pada beberapa item pekerjaan sebesar
Rp18.734.000,00. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.
e. Pekerjaan Pengadaan PABX Loka Ternate Lebih Bayar Sebesar Rp5,45 Juta
Pada tahun 2009 Loka Monitor Ternate mengadakan PABX yang dilaksanakan
oleh CV FJ dengan nilai pekerjaan sebesar Rp57.497.000,00. Pekerjaan tersebut
berdasarkan Surat Perintah Kerja Nomor: KU.203/B.189a/LOKA-TTE/III/2009 tanggal
10 Maret 2009. Jangka waktu pekerjaan selama 14 hari kalender terhitung sejak tanggal
10 Maret 2009 sampai dengan 9 April 2009.
Hasil pemeriksaan fisik atas hasil pekerjaan menunjukkan bahwa terdapat
beberapa pekerjaan yang tidak dilaksanakan oleh CV FJ yaitu pembongkaran plafond dan
pemasangan plafond kembali karena seharusnya kabel-kabel instalasi yang dipasang
didalam plafond dipasang di atas lantai keramik dan tembok gedung kantor. Pekerjaan
pembongkaran plafond dan pemasangan plafon kembali berdasarkan penawaran lampiran
kontrak adalah senilai Rp5.550.000,00.
f. Kelebihan Perhitungan Pembayaran atas Beberapa Kegiatan Sebesar
Rp12,93 Juta
Hasil penelusuran dokumen pada Satker Loka Monitor Ternate, Loka Monitor
Mataram dan Balai Monitor Batam menunjukkan kelebihan pembayaran honor/lembur
sebagai berikut:
1) honor Pengelola Sistem Akuntansi Pemerintah sebesar Rp4.095.000,00 pada Loka
Monitor Mataram;
2) honor Tim Penanggungjawab Pengelola Keuangan DIPA Sebesar Rp4.161.000 dan
honor Pengelola Sistem Akuntansi Pemerintah sebesar Rp4.230.000,00 pada Loka
Monitor Ternate;
3) uang lembur Sebesar Rp448.950,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12 yang
menyatakan bahwa belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan
berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
b. Keppres 80 tahun 2003 pada Pasal 5 berbunyi: “Pengguna barang/jasa, penyedia
barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 35 dari 66


harus mematuhi etika antara lain menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan
dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.”
c. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: 64/PMK.02/2008 tanggal 24 April 2008
tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2009 Pasal 1 yang menyatakan
standar biaya umum adalah satuan biaya yang merupakan batas paling tinggi yang
penggunaannya bersifat lintas kementrian Negara/lembaga, dan/atau lintas wilayah
dan pasal 2 yang menyatakan standar biaya umum digunakan sebagai pedoman bagi
kementerian Negara/lembaga dalam menyusun biaya kegiatan dalam rencana kerja
dan anggaran kementrian Negara/lembaga tahun anggaran 2009, Lampiran dengan
nomor 1 yakni besaran honorium penanggung jawab pengelola keuangan, dan
Lampiran dengan nomor 9.4 yakni besaran honorium tim pelaksana kegiatan yang
ditetapkan atas dasar Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran untuk jabatan ketua
sebesar Rp275.000,00 dan jabatan anggota sebesar Rp150.000,00.
d. Dokumen Pelelangan dan dokumen kualifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan pada Bab I nomor 30.1 huruf b.2) dan c) yang berbunyi: “ Apabila terdapat
kesalahan hasil pengalian antara kuantitas dengan harga satuan dan penjumlahan,
maka dilakukan pembetulan dan yang mengikat adalah hasil koreksi dan apabila
terdapat perbedaan antara harga satuan pada daftar kuantitas dan harga, dengan harga
satuan pada analisa harga satuan yang bersangkutan, maka yang mengikat adalah
harga satuan pada daftar kuantitas dan harga.
e. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa belanja atas
beban anggaran negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah
untuk memperoleh pembayaran.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar


Rp157.258.904,00 (Rp40.665.454,00 + Rp15.028.954,55 + Rp4.795.545,55 +
Rp41.000.000,00 + Rp18.550.000,00 + Rp18.734.000,00 + Rp5.550.000,00 +
Rp12.934.950,00).

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Panitia pengadaan barang/jasa lalai dan tidak cermat dalam melakukan klarifikasi,
negosiasi evaluasi perhitungan aritmatika.
b. PPK dan KPA kurang optimal dalam melakukan pengawasan.
c. KPA dan Panitia Pengadaan Barang Loka Monitor Ternate sengaja menggunakan
nama perusahaan secara formalitas untuk pencairan anggaran.
d. Kepala Loka Monitor Mataram, Kepala Loka Monitor Ternate dan Kepala Balai
Monitor Batam kurang cermat dalam menetapkan besaran honor dan tidak
memperhatikan ketentuan mengenai standar biaya umum tahun 2009.

Kemkominfo mengakui adanya kelebihan perhitungan yang mengakibatkan


kelebihan pembayaran, dan selanjutnya akan berkoordinasi dengan para pelaksana
pekerjaan untuk menyelesaikannya, kecuali untuk kelebihan perhitungan biaya
pendidikan program S2 Telematika ITS Balitbang SDM sebesar Rp52.000.000,00.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 36 dari 66


BPK akan menindaklanjuti temuan kelebihan perhitungan biaya pendidikan
program S2 Telematika ITS Balitbang SDM sebesar Rp52.000.000,00 dalam
pemeriksaan yang akan dilaksanakan pada semester berikut.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Menarik kembali kelebihan pembayaran kepada para pelaksana pekerjaan dengan
total sebesar Rp157.208.904,00 dan menyetorkan ke Kas Negara serta menyampaikan
copy bukti setor kepada BPK.
b. Lebih cermat dalam melakukan klarifikasi dan negosiasi atas biaya pekerjaan.
c. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.

Loka Ternate dan Badan Litbang SDM telah menindaklanjuti masalah tersebut
dengan menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta
telah menyampaikan copy bukti setor ke BPK dengan bukti setor berupa:
a. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp60.489.954,00 (Rp40.665.454,00
+ Rp15.028.954,55 + Rp4.795.545,55) dengan bukti SSBP Nomor 001 tanggal
29 Maret 2010 sebesar Rp165.520.654,00 untuk keperluan pengembalian perbaikan
peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.95/LOKA-TTE/II/2009, pengembalian
perbaikan dan pemeliharaan peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-
TTE/II/2009, KU.203/B.452/LOKA-TTE/IX/2009, pengembalian Pemeliharaan
dilakukan dengan penunjukan langsung SPK Nomor: KU.203/B.110-/LOKA-
TTE/II/2009 KU.203/B.68d/LOKA-TTE/II/2009 KU.203-/B.68e/LOKA-
TTE/II/2009 KU.203/B.91/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.237-/LOKA-
TTE/IV/2009 KU.203/B.299/-LOKA-TTE/IV/2009, pengembalian tunjangan BOPT
PNBP a.n. SSP dan DR (Loka Ternate).
b. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp13.840.091,00 (Rp4.230.000,00 +
Rp4.161.000,00 + Rp5.449.090,91) dengan bukti SSBP Nomor 002 tanggal 25 Maret
2010 sebesar Rp31.837.282,00 untuk keperluan pengembalian pengadaan meubelair
dilakukan dengan penunjukkan langsung sesuai SPK Nomor: KU.203/B.15/LOKA-
TTE/I/2009, pengembalian kelebihan pembayaran pengadaan PABX sesuai SPK
Nomor: KU.203/B.189a/LOKA-TTE/III/2009, pengembalian kelebihan pembayaran
honorium pengelola sistem akuntansi pemerintah, dan pengembalian kelebihan
pembayaran honorium tim penanggungjawab pengelola keuangan DIPA (Loka
Ternate).
c. SSBP tanggal 21 Mei 2010 sebesar Rp41.000.000,00 untuk keperluan setor kembali
belanja barang non operasional lainnya berupa biaya pendidikan program S2
SPM Nomor 1321/LS-293 tanggal 13 November 2009, SP2D Nomor
267329N/019/2009 tanggal 17 November 2009 (Badan Litbang SDM).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Kabalitbang dan

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 37 dari 66


Dirjen Postel agar:
a. Kelebihan pembayaran yang belum ditarik segera ditarik dan disetorkan ke Kas
Negara
b. Panita pengadaan barang dan jasa yang terkait lebih cermat dalam melakukan
klarifikasi dan negosiasi biaya pekerjaan
c. PPK yang terkait meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.

1.2.6 Pejabat Pembuat Komitmen Belum Mengenakan Sanksi Denda


Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Sebesar Rp136,01 Juta
Pada tahun 2009, Kemkominfo melalui satker-satker melaksanakan beberapa
pekerjaan, diantaranya adalah:
Jangka
No. Pekerjaan No dan Tanggal Perjanjian Nilai (Rp) Pelaksana
Waktu
a. Pekerjaan Pemeliharaan Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 1.543.300.000,00 PT DI 198 hari
Perangkat Stasiun 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 tanggal 17 (17/6/2009
Monitoring RMS III & Juni 2009, diaddendum sesuai dengan SPK s.d.
IV dan Training Aid Nomor: 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 31/12/2009)
tanggal 17 Juni 2009 dengan nilai pekerjaan
menjadi sebesar Rp1.697.300.000,00.
b. Pengadaan alat studio Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 510.125.000,00 CV DP 78 hari
dan komunikasi 23/SPK/BM-BTN/ALT-KOM/IX/2009 (28/9/2009
tanggal 28 September 2009 s.d.
14/12/2009)
c. Pekerjaan pemeliharaan Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 274.725.000,00 PT LGP 78 hari
dan perbaikan perangkat 21/SPK/BM-BTN/PB-RMS/IX/2009 tanggal ((28/9/2009
RMS 28 September 2009 s.d
14/12/2009)
d. Pengadaan alat absensi Surat Perjanjian Nomor: 120.398.630,00 PT CS 5 hari
elektronik 11A/SJ.2/SP/12/2009 tanggal 10 Desember (10/10/2009)
2009 s.d.
15/12/2009)
e. pengadaan Community Surat Perjanjian Kerjasama/Kontrak (SPK) 1.470.780.000,00 PT ERU 50 hari
Acces Point (CAP) Nomor: (19/10/2009)
untuk 15 lokasi 04/CAP/PPK/DJAT.5/KOMINFO/10/2009 s.d.
Kabupaten/Kota tanggal 19 Oktober 2009 18/12/2009)

Hasil pemeriksaan pada satker terkait menunjukkan Pelaksana Pekerjaan belum


menyelesaikan seluruh pekerjaan atau terlambat menyelesaikan kewajibannya. Namun
demikian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) telah membayar lunas pekerjaan dan tidak
mengenakan sanksi denda keterlambatan. PPK membayar lunas berdasarkan pada Berita
Acara Selesai Pekerjaan dari pelaksana pekerjaan kepada Panitia Penerima Barang dan
Berita Acara Serah Terima (BAST) yang menyatakan bahwa pekerjaan telah
diterima/diselesaikan 100%. Rincian SPM dan SP2D tersebut adalah sebagai berikut:
SPM SP2D
No. Pekerjaan Nilai (Rp)
Nomor Tanggal Nomor Tanggal
1. Pemeliharaan Perangkat 01934 16/11/2009 269570N/019/111 20/11/2009 424.325.000,00
Stasiun Monitoring RMS III & 02441 11/12/2009 289445N/019/111 17/12/2009 848.650.000,00
IV dan Training Aid 02442 11/12/2009 164522O/019/111 23/12/2009 424.325.000,00
2. Pengadaan Alat Studio dan 00186/654251/LS/ 14/12/2009 543643N/127/110 15/12/2009 510.125.000,00
Komunikasi RM/09
3. Pemeliharaan dan Perbaikan 00147/654251/ 11/11/2009 539500N/127/110 16/11/2009 137.362.500,00
Perangkat RMS LS/PNP/09
00190/654251/ 14/12/2009 543644N/127/110 16/12/2009 137.362.500,00
LS/PNP/09
4. Pengadaan Alat Absensi 01695/SETJEN/ 14/12/2009 160546O/019/11 21/12/2009 120.398.630,00
Elektronik KOMINFO/2009
5. Pengadaan Community Acces 02004/PB1/DITJEN 11/12/2009 286852N/019/111 15/12/2009 1.176.624.000,00
Point (CAP) untuk 15 lokasi APTEL/ 2009
Kabupaten/Kota 02056/PB1/DITJEN 15/12/2009 161466N/019/111 22/12/2009 294.156.000,00
APTEL/ 2009

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 38 dari 66


Menurut ketentuan Pasal 37 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, PPK seharusnya mengenakan denda
kepada pelaksana pekerjaan sebesar 1‰ dari nilai kontrak selama hari keterlambatan.
Namun Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK)/kontrak mengatur sanksi denda keterlambatan
maksimal adalah sebesar 5% dari nilai kontrak. Ketentuan Sanksi Denda maksimal 5%
dalam SPK tersebut tidak tepat karena dalam Keppres 80 Tahun 2003 tidak diatur
mengenai denda maksimal.
Sanksi denda keterlambatan yang belum dipungut tersebut terjadi pada Direktorat
Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio Ditjen Postel (Direktorat Frekuensi), Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit Kelas II Banten (Balai Monitor
Banten), Biro Kepegawaian dan Organisasi Sekretariat Jenderal, dan Direktorat
Pemberdayaan Telematika Ditjen Aptel.
Hasil lebih rinci adalah sebagai berikut:
a. Pemeliharaan Perangkat Stasiun Monitoring RMS III & IV dan Training Aid
pada Direktorat Frekuensi
Hasil pemeriksaan atas dokumen pendukung kontrak dan hasil konfirmasi
menunjukkan bahwa:
1) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan Pemeliharaan Perangkat Stasiun Monitor RMS
III & IV dan Training Aid tanggal 31 Desember 2009 menyatakan bahwa prestasi
kerja telah mencapai 100% sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 ayat (1) butir c.
Berita acara tersebut tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya yaitu
menyatakan bahwa pekerjaan selesai 100% padahal belum semua pekerjaan selesai
pada tanggal tersebut, yaitu:
a) Berdasarkan laporan akhir pekerjaan, diketahui bahwa SPA Agilent E4407B S/N
MY41440974 (UPT Balai Monitor Banten) diambil oleh PT DI pada 16 Oktober
2009 untuk diperbaiki dan dikalibrasi. Alat tersebut baru selesai dikalibrasi pada
22 Januari 2010 sesuai dengan sertifikat kalibrasi.
Dengan demikian, pekerjaan jasa perbaikan dan kalibrasi untuk SPA Agilent
E4407B S/N MY41440974 (UPT Balai Monitor Banten) baru selesai
dilaksanakan pada 22 Januari 2010, sehingga penyerahannya melewati akhir
penyerahan pekerjaan yaitu tanggal 31 Desember 2009, atau terlambat selama 22
hari.
b) Sampai dengan akhir pemeriksaan dan hasil konfirmasi ulang tanggal 4 Mei 2010
kepada PT DI, PT DI belum berhasil memperbaiki dan mengkalibrasi SPA
Advantest R3182 S/N 130900910 (UPT Balai Monitor Banjarmasin) karena
suku cadang yang dibutuhkan belum ada/belum dibeli.
Walaupun PT DI belum menyelesaikan semua pekerjaan dan terlambat
menyelesaikan sebagian pekerjaan, PPK membayar lunas PT DI sesuai harga kontrak dan
tidak mengenakan sanksi denda kepada PT DI. Menurut Ketentuan Pasal 37 Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa,
PPK seharusnya mengenakan denda kepada PT DI sebesar 1‰ dari nilai kontrak minimal
selama 118 hari (31 Desember 2009 s.d. 28 April 2010), yaitu sebesar Rp200.281.400,00
(1‰ x Rp1.697.300.000,00 x 118). Namun denda maksimal menurut Addendum SPK
adalah sebesar 5% dari nilai kontrak yaitu sebesar Rp84.865.000,00 (5% x
Rp1.697.300.000,00).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 39 dari 66


b. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi pada Balai Monitor Banten
Hasil pemeriksaan fisik oleh BPK pada 2 Maret 2010 menunjukkan bahwa satu
jenis barang yaitu Frequency counter (hand held) sebanyak 10 unit senilai
Rp48.500.000,00 belum diterima oleh Balai Monitor Banten. Dengan demikian Berita
Acara Selesai Pekerjaan Nomor: 13/BA-SP/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal
14 Desember 2009 dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor: 13/BA-ST/BM-
BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam
hal ini PPK belum mengenakan denda keterlambatan sebesar Rp25.506.250,00 (5% x
Rp510.125.000,00) sesuai dengan denda maksimal berdasarkan SPK.
c. Pemeliharaan dan Perbaikan Perangkat RMS pada Balai Monitor Banten
Hasil pemeriksan fisik oleh BPK pada 3 Maret 2010 menunjukkan bahwa satu
dari empat Spectrum Analyzer (SPA) yang dikalibrasi belum dikembalikan oleh PT LGP.
PT LGP memberikan penjelasan sesuai dengan surat pemberitahuan Nomor:
003/LGP/ADM/101/I/2010 tanggal 20 Januari 2010 bahwa SPA Advantest U3772 tidak
dapat dikalibrasi oleh PT TI karena alat tersebut dalam kondisi rusak. Namun, Pengelola
Barang Balai Monitor Banten menyatakan bahwa saat alat tersebut diambil oleh PT LGP
untuk dikalibrasi, alat tersebut dalam kondisi baik sesuai dengan Berita Acara Pekerjaan
Pemeliharaan. Dengan demikian Berita Acara Selesai Pekerjaan Nomor: 12/BA-SP/BM-
BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 serta Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan Nomor: 12/BA-ST/BM-BTN/DJPT/XII/2009 tanggal 14 Desember 2009 tidak
sesuai kondisi senyatanya. Walaupun PT LGP belum menyelesaikan semua pekerjaan,
PPK telah membayar lunas sesuai harga kontrak dan tidak mengenakan sanksi denda
kepada PT LGP. Menurut Ketentuan Pasal 37 dalam Keppres Nomor 80 Tahun 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, PPK mengenakan denda kepada
PT LGP sebesar 1‰ dari nilai kontrak sebesar Rp274.725.000,00 minimal selama 135
hari (14 Desember 2009 s.d. 28 April 2010) yaitu sebesar Rp37.087.875,00 (1‰ x
Rp274.725.000,00 x 135). Namun denda maksimal menurut Pasal 15 ayat (1) SPK adalah
sebesar 5% dari nilai kontrak sebesar Rp274.725.000,00 yaitu sebesar Rp13.736.250,00
(5% x Rp274.725.000,00).
d. Pengadaan Presensi Elektronik pada Biro Kepegawaian dan Organisasi
Pada TA 2009 Biro Kepegawaian dan Organisasi Setjen Kemkominfo
melaksanakan pekerjaan pengadaan alat presensi elektronik. Hasil pemeriksaan fisik oleh
BPK dan hasil konfirmasi kepada pengelola atas hasil pelaksanaan pekerjaan
menunjukkan bahwa:
1) Pemasangan alat yang dialokasikan di gedung lobby utama baru dilaksanakan pada
18 Februari 2010 sebanyak empat mesin absensi elektronik, sehingga terdapat
keterlambatan penyelesaian pekerjaan selama 95 hari dari yang dipersyaratkan. Sesuai
dengan Pasal 2 Surat perjanjian keseluruhan pekerjaan pangadaan barang/jasa absensi
elektronik dilaksanakan selama lima hari kalender dan berakhir pada 15 Desember
2009.
2) Sebanyak dua unit Hub/Switch Merk D Link Type DES 100D belum dimanfaatkan
untuk operasional instalasi mesin absen elektronik.
Walaupun PT CS terlambat menyelesaikan pekerjaan selama 65 hari, Pejabat
Pembuat Komitmen membayar lunas sesuai harga kontrak dan tidak mengenakan sanksi
denda kepada PT CS. Dalam hal ini pelaksana pekerjaan belum dikenakan denda

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 40 dari 66


keterlambatan Rp6.019.931,50 (5% x Rp120.398.630,00) sesuai dengan denda maksimal
berdasarkan SPK.
e. Pelaksana Pekerjaan Pengadaan Peralatan Community Acces Point (CAP)
Belum Dikenakan Sanksi Denda Keterlambatan Sebesar Rp5,88 Juta
Pada TA 2009 Direktorat Pemberdayaan Telematika Ditjen Aptel Kemkominfo
melaksanakan pengadaan Community Acces Point (CAP) untuk 15 lokasi
Kabupaten/Kota. Sesuai dengan Pasal 1 SPK, lingkup pekerjaan pengadaan peralatan
Community Acces Point (CAP) menyediakan barang dan jasa pada 15 lokasi pesantren
atau sekolah yang ditunjuk oleh Ditjen Aptel. Barang tersebut antara lain berupa server,
personal computer, dan printer. Jasa yang harus disediakan antara lain berupa asuransi
dan biaya pengiriman, biaya akses internet, biaya instalasi dan supervisi.
Hasil pemeriksaan secara uji petik di Provinsi Jawa Timur khususnya di Pondok
Pesantren SAQJ Kabupaten Probolinggo pada 6 Desember 2009 menunjukkan bahwa
peralatan telah disampaikan dan difungsikan sebagaimana yang disyaratkan baik jumlah
maupun spesifikasinya. Namun demikian PT ERU sebagai pelaksana pekerjaan hanya
memberikan sebesar Rp1.500.000,00 untuk biaya akses internet. Sesuai SPK PT ERU
seharusnya memberikan biaya akses internet secara tunai sebesar Rp1.700.000,00 kepada
masing-masing pesantren/sekolah. Penelusuran lebih lanjut terhadap dokumen bukti
penyerahan biaya akses internet menunjukkan PT ERU memberikan biaya akses internet
pada lima dari 15 pesantren/sekolah hanya sebesar Rp1.500.000,00. Tim Pemeriksa
menyampaikan informasi tersebut kepada pemilik program, Ditjen Aptel. Ditjen Aptel
menindaklanjuti temuan pemeriksaan dengan memperingatkan PT ERU untuk
menjalankan kewajibannya secara penuh, dan sampai dengan tanggal 22 Desember 2009
semua kekurangan biaya akses internet telah dibayarkan oleh pelaksana.
Dengan demikian telah terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan
peralatan CAP sesuai dengan klausul SPK dan RKS selama empat hari (18 Desember s.d.
22 Desember 2009). Dalam hal ini pelaksana pekerjaan belum dikenakan denda
keterlambatan sebesar Rp5.883.120,00 (1‰ x 4 hari x Rp1.470.780.000,00).

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Pasal 12 yang menyatakan antara lain
belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-
bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran.
b. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 37 bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan akibat dari kelalaian
penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan denda
keterlambatan sekurang-kurangnya 1‰ (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.
c. SPK Nomor: 857/DJPT.4/KOMINFO/6/2009 tanggal 17 Juni 2009 dan Adendum
SPK Nomor: 1300A/TU/DJPT.4/KOMINFO/9/2009 tanggal 14 September 2009;
1) Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan selama 198 hari
kalender mulai tanggal ditandatanganinya SPMK tanggal 17 Juni 2009 dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II
perjanjian yaitu tanggal 31 Desember 2009.
2) Pasal 10 ayat (1) Dalam hal PIHAK KEDUA tidak dapat menyerahkan hasil
pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Perjanjian ini tepat pada waktu

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 41 dari 66


yang telah ditentukan dalam Pasal 4 Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA
dikenakan denda sebesar 1‰ (satu per mil) dari nilai Perjanjian tersebut pada
Pasal 6 Perjanjian ini, atau 1‰ dari Rp1.697.300.000,00 untuk setiap hari
keterlambatan dengan maksimum denda sebesar 5% dari nilai perjanjian dan
wajib segera dibayar langsung ke Kas Negara.
d. SPK Nomor: 23/SPK/BM-BTN/ALT-KOM/IX/2009 tanggal 28 September 2009
Pasal 13 tentang sanksi dan denda.
e. SPK Nomor: 21/SPK/BM-BTN/PB-RMS/IX/2009 tanggal 28 September 2009 Pasal
15 ayat (1) diatur mengenai sanksi dan denda apabila pihak kedua tidak dapat
menyerahkan hasil pekerjaan seperti pada Pasal 2 perjanjian ini, tidak sesuai dengan
yang terlampir dalam dokumen kontrak ini dan tidak tepat pada waktu yang telah
ditentukan pada Pasal 17 perjanjian ini, maka Pihak Kedua dikenakan denda sebesar
1‰ dari nilai kontrak tersebut pada Pasal 10 perjanjian ini, atau 1‰ dari
Rp274.725.000,00 yaitu sebesar Rp274.725,00 untuk setiap hari keterlambatan
setinggi-tingginya 5% dan disetorkan ke Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan
Negara (KPPN) Tangerang.
f. Surat Perjanjian Nomor: 11A/SJ.2/SP/12/2009 tanggal 10 Nopember 2009 Pasal 6
tentang sanksi dan denda yang menyatakan bahwa denda kelambatan bilamana jangka
waktu pelaksanaan pekerjaan dilampaui, maka pihak kedua yaitu PT CS dikenakan
denda sebesar 1‰ dari harga pekerjaan/nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan
atau maksimal 5% dari nilai kontrak/pekerjaan.
g. SPK Nomor: 04/CAP/PPK/DJAT.5/KOMINFO/10/2009 tanggal 19 Oktober 2009
Pasal 12 poin 1 yang menyatakan bahwa bilamana jangka pelaksanaan pekerjaan
dilampaui, maka pihak kedua dikenakan denda keterlambatan sebesar 1‰ dari nilai
kontrak untuk setiap hari keterlambatan, poin 2 menyatakan jika pihak kedua
melakukan kelalaian dan oleh pihak pertama telah diperingatkan secara tertulis 3 kali
berturut-turut tidak diindahkan, maka pihak kedua dikenakan denda sebesar 1‰ dari
nilai kontrak untuk setiap hari kelalaian.

Kondisi tersebut mengakibatkan:


a. Penerimaan sanksi denda keterlambatan total sebesar Rp136.010.551,50 (sebesar
Rp84.865.000,00 dari PT DI, sebesar Rp25.506.250,00 dari CV DP, sebesar
Rp13.736.250,00 dari PT LGP, sebesar Rp6.019.931,50 dari PT CS, dan sebesar
Rp5.883.120,00 dari PT ERU) belum diterima negara.
b. Pekerjaan perbaikan serta kalibrasi untuk SPA Advantest R3182 S/N 130900910
belum diterima Balai Monitor Banjarmasin, jasa kalibrasi SPA Advantest U3772 dan
Frequency counter (hand held) sebanyak 10 unit dengan nilai Rp48.500.000,00 belum
diterima oleh Balai Monitor Banten.
c. Mengingat SPA merupakan alat bantu yang sangat penting bagi Balai Monitor dalam
menjalankan tugas monitoring, kegiatan Balai Monitor Banten dan Balai Monitor
Banjarmasin dalam melaksanakan tupoksinya menjadi tidak optimal.

Kondisi tersebut disebabkan oleh:


a. Kelalaian dan ketidakcermatan Panitia Pemeriksa/Penerima Barang/Jasa dan pemilik
kegiatan, serta lemahnya pengendalian dan pengawasan Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Para pelaksana pekerjaan tidak melaksanakan tanggungjawabnya sebagaimana
mestinya.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 42 dari 66


Pada intinya masing-masing satker mengakui kondisi tersebut. Ditjen Postel akan
meminta PT DI untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai serta menarik denda
keterlambatan sebesar Rp84.865.000,00 demikian pula Balai Monitor Banten akan
menarik denda dan meminta pelaksana pekerjaan menyelesaikan pekerjaan yang kurang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Menarik denda keterlambatan total sebesar Rp136.010.551,50 kepada dua pelaksana
pekerjaan dan menyetorkan hasilnya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar
disampaikan kepada BPK.
b. Meminta pelaksana pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum
diselesaikannya.
c. Meningkatkan kecermatan dalam memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap proses pelaksanaan dan
pembayaran pekerjaan.

Balai Monitor Banten, Biro Kepegawaian dan Organisasi, dan Ditjen Aptel telah
menindaklanjuti masalah tersebut dengan mengenakan sanksi denda keterlambatan dan
menyetorkannya ke Kas Negara serta copy bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan
bukti setor berupa:
a. SSBP Nomor 01/SSBP/BM-BTN/4/2010 tanggal 20 April 2010 sebesar Rp
Rp25.506.250,00 (Balai Monitor Banten).
b. SSBP Nomor 02/SSBP/BM-BTN/5/2010 tanggal 12 Mei 2010 sebesar
Rp10.500.000,00 (Balai Monitor Banten).
c. SSBP tanggal 15 April 2010 sebesar Rp6.019.931,50 untuk keperluan pendapatan
denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah pada pengadaan mesin
absensi (Biro Kepegawaian dan Organisasi).
d. SSBP tanggal 5 Mei 2010 sebesar Rp5.883.120,00 untuk keperluan denda
keterlambatan penyelesaian pekerjaan pengadaan peralatan CAP untuk 15 lokasi, PT
Elmara Rezki Utama (Ditjen Aptel).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada:
a. Dirjen Postel agar
1) Direktur Frekuensi menarik denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar
Rp84.865.000,00 untuk disetorkan ke Kas Negara.
2) Menarik denda keterlambatan pengadaan alat studio dan komunikasi sebesar
Rp25.506.250,00.
3) Menarik sanksi denda pemeliharaan dan perbaikan pernagkat RMS pada Balai
Monitor Banten sebesar Rp13.736.250,00 untuk disetorkan ke Kas Negara.
4) PPK memerintahkan kepada pelaksana pekerjaan segera menyelesaikan
kewajibannya.
5) Tim penerima pekerjaan lebih cermat dalam memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 43 dari 66


6) PPK meningkatkan pengawasan dan pengendalian proses pelaksanaan dan
pembayaran pekerjaan.
b. Sekjen agar memerintahkan Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi untuk menarik
denda keterlambatan pengadaan presensi elektronik sebesar Rp6.019.931,00.
c. Dirjen Aptel agar memerintah Direktur Pemberdayaan Telematika untuk menarik dan
menyetorkan denda keterlambatan pengadaan peralatan CAP sebesar Rp5.883.120,00.

1.2.7 Pelaksanaan Beberapa Pekerjaan dan Kegiatan Tidak Sesuai Ketentuan


Komunikasi dan Informatika melalui Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komujnikasi dan Informatika (BPPKI) Jakarta, Loka Monitor Ternate dan Balai Monitor
Kupang 2009 mengadakan beberapa pekerjaan pengadaan peralatan kantor, pengadaan
meubelair, pemeliharaan kantor, pemeliharaan alat dan mesin dan kegiatan kerja lembur.
Hasil pemeriksaan pada pekerjaan-pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
Pengadaan peralatan kantor pada BPPKI Jakarta
Sesuai Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) tahun 2009 pada BPPKI Jakarta
terdapat kegiatan pengadaan peralatan kantor pada program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur negara yang dialokasikan pada mata anggaran 532111, belanja modal
peralatan dan mesin, sebesar Rp100.000.000,00. Belanja pengadaan peralatan kantor
direalisasikan melalui dua pekerjaan yaitu:
Kontrak
No. Nilai (Rp) Pelaksana
Nomor Tanggal
1. 142A/BPPKI/SPK/VIII/2009 7 Agustus 2009 49.295.500,00 CV CN
2. 166/SPK/BPPKI/XI/2009 10 Nopember 2009 49.800.000,00 CV FA
Jumlah 99.095.500,00

Hasil pemeriksaan atas pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:


a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat
Pengadaan Barang (PPB) merealisasikan pengadaan peralatan kantor tersebut
dengan memecah menjadi dua pekerjaan sehingga nilai pengadaan menjadi dibawah
Rp50.000.000,00.
b. Pejabat Pengadaan Barang tidak membuat dan menyusun HPS secara benar dan
profesional yang seharusnya digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran dari
penawaran rekanan.
c. Hasil perbandingan harga kedua pengadaan tersebut dengan harga pembanding,
menunjukkan kelebihan memperhitungkan harga total sebesar Rp9.423.500,00.
Dengan demikian terdapat pemborosan sebesar Rp9.423.500,00 dengan rincian
sebagai berikut:
Harga Pembanding (Rp) Total selisih
Harga
No. (jumlah x
Jenis Barang Jml Satuan Selisih (Rp)
Harga Laba 15% PPN 10% Total Harga selisih)
(Rp)
(Rp)
1. Notebook HP 2 14.015.000,00 8.900.000,00 1.335.000,00 1.023.500,00 11.258.500,00 2.756.500,00 5.513.000,00
Presario CQ20-
412TU
2. Notebook Mini 2 7.205.000,00 4.150.000,00 622.500,00 477.250,00 5.249.750,00 1.955.250,00 3.910.500,00
HP Preasrio
1013TU
Jumlah 9.423.500,00

Pengadaan meubelair pada Loka Monitor Ternate


Sesuai POK tahun 2009 Loka Monitor Ternate mengadakan meubelair.
Pengadaan yang dialokasikan pada belanja modal peralatan dan mesin sebesar
Rp59.250.000,00. Selain itu terdapat kegiatan perawatan gedung kantor yang telah

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 44 dari 66


dialokasikan pada belanja pemeliharaan gedung kantor sebesar Rp261.138.000,00.
Belanja modal peralatan dan mesin serta biaya pemeliharaan gedung kantor direalisasikan
dalam beberapa pekerjaan sebagai berikut:
Kontrak Pekerjaan
No. Nilai (Rp) Pelaksana
Nomor Tanggal
1. KU.203/B.15j/LOKA-TTE/I/2009 16/1/2009 Pengadaan meubelair 43.000.000,00 CV MSM
2. KU.203/B.15k/LOKA-TTE/I/2009 16/1/2009 Pengadaan meubelair 16.250.000,00 CV AA
Jumlah 59.250.000,00
1. KU.203/B.68.d/LOKA-TTE/II/2009 03/2/2009 Pengecatan kantor 50.000.000,00 CV BA
2. KU.203/B.110/LOKA-TTE/II/2009 18/2/2009 Pengecatan atap mess 38.000.000,00 CV BA
3. KU.203/B.68e/LOKA-TTE/II/2009 03/2/2009 Pengecatan mess operator 40.000.000,00 CV GBA
4. KU.203/B.110a/LOKA-TTE/II/2009 18/2/2009 Pengecatan atap kantor 25.000.000,00 CV GBA
5. KU.203/B.91/LOKA-TTE/II/2009 12/2/2009 Pengecatan pos jaga 32.988.000,00 CV FIU
Pengecatan dan perbaikan ruang garasi
Pengecatan ruang genset
Pengecatan halaman kantor
6. KU.203/B.299/LOKA-TTE/IV/2009 21/3/2009 Perbaikan pintu 50.000.000,00 CV BA
Perbaikan wastafel
Perbaikan plafond
Perbaikan kamar mandi
7. KU.203/B.237/LOKA-TTE/IV/2009 01/3/2009 Perbaikan pintu 24.300.000,00 CV GBA
Perbaikan jendela
Perbaikan kamar mandi
Jumlah 260.288.000,00

Hasil pemeriksaan atas pekerjaan-pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai


berikut:
1) KPA/PPK dan PPB merealisasikan belanja pemeliharaan gedung dan bangunan
dengan memecah pekerjaan menjadi beberapa pekerjaan sehingga nilai pekerjaan
dibawah Rp50.000.000,00. Tujuannya adalah untuk menghindari proses
pelelangan.
2) PPB tidak membuat dan menyusun HPS yang seharusnya digunakan sebagai alat
untuk menilai kewajaran dari penawaran rekanan dan tidak membuat rincian
biaya pekerjaan/kegiatan didalam Surat Perjanjian Pekerjaan.
3) PPB tidak melakukan negosiasi untuk mendapatkan harga yang paling
menguntungkan.
4) Pelaksana beberapa pekerjaan pemeliharaan tersebut yaitu CV AA dan CV MSM
adalah dua perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama yaitu HSAB, SA dan
FA, dan CV BA dan CV GBA adalah dua perusahaan yang dimiliki oleh orang
yang sama yaitu DB, He, dan SA.
5) Analisis harga terhadap SPK Nomor: KU.203/B.15j/LOKA-TTE/I/2009 tanggal
16 Januari 2009 menunjukkan ada kemahalan harga sebesar Rp18.246.000,00
jika dibandingkan dengan harga pasar.
6) Dari dua pekerjaan pengecatan atap gedung diketahui terdapat kemahalan harga
sebesar Rp13.000.000,00 jika dibandingkan dengan harga pasar.
7) Dari tiga pekerjaan pengecatan gedung terdapat nilai pekerjaan per m2 yang
terendah sebesar Rp43.502,84 yaitu pada SPK Nomor: KU.203/B.68e/LOKA-
TTE/II/2009. Jika harga satuan/m2 yang terendah tersebut dijadikan sebagai dasar
harga satuan kedua SPK yang lain maka terdapat kelebihan perhitungan harga
sebesar Rp43.069.354,68.
8) Hasil perbandingan dengan harga pasar menunjukkan kemahalan harga sebesar
Rp13.140.000,00 (Rp24.300.000,00 – Rp11.160.000,00) atas pekerjaan perbaikan
pintu, jendela, dan kamar mandi sesuai SPK Nomor: KU.203/B.237/LOKA-
TTE/IV/2009.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 45 dari 66


9) Hasil pemeriksaan fisik pekerjaan perbaikan pintu, wastafel, plafond dan kamar
mandi sesuai SPK Nomor: KU.203/B.299/LOKA-TTE/IV/2009 menunjukkan
bahwa perbaikan hanya pada pipa wastafel 2 unit, penggantian plafond 2 kamar
mandi dan bak air kamar mandi yang bocor. CV BA tidak merinci biaya untuk
setiap pekerjaan perbaikan tersebut. BPK menghitung ulang biaya untuk
pekerjaan perbaikan tersebut, dan hasilnya menunjukkan terdapat kelebihan
perhitungan nilai pekerjaan sebesar Rp30.000.000,00.
Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Berupa Pemeliharaan Perangkat RMS I, II, III
dan Fasilitas Pendukung Radio Monitoring System pada Balai Monitor Kupang
Pada TA 2009, Balai Monitor Kupang mengadakan Pemeliharaan Peralatan dan
Mesin Berupa Pemeliharaan perangkat RMS I, II, III dan Fasilitas Pendukung Radio
Monitoring System yang dilaksanakan oleh PT LGP. Sesuai dengan kontrak Nomor:
286.A/KP.004/IV/BLM-KPG.2009 tanggal 28 April 2009, pekerjaan dilaksanakan selama
60 hari kalender sejak tanggal 29 April 2009 sampai dengan 26 Juni 2009. Pekerjaan
tersebut telah diserahterimakan sesuai Berita Acara Serah Terima Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor: 411/KP.004/VI/BLM.KPG-2009 tanggal 26 Juni 2009 dan telah dibayar lunas
sesuai SP2D Nomor: 176217M/039/111 tanggal 29 Juni 2009 dan SPM Nomor:
00065/613480/BLM.53/2009.
Hasil pemeriksaan atas pekerjaan tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksana pekerjaan ditentukan melalui Penunjukan Langsung sesuai dengan Surat
Keputusan Kepala Balai Monitor Kupang TA 2009 Nomor: 275/KP.004/IV/BLM-
KPG/2009 tentang Penetapan Pelaksana Pekerjaan Pemeliharaan Peralatan dan
Mesin Berupa Pemeliharaan Perangkat RMS I, II, III, dan Fasilitas Pendukung Radio
Monitoring System Kantor Balai Monitor Klas II Kupang TA 2009.
b. Panitia pengadaan barang/jasa tidak mendokumentasikan perhitungan dan data yang
mendasari penyusunanan/penetapan HPS.
Kegiatan Kerja Lembur pada BPPKI Jakarta
Pada tahun 2009 BPPKI Jakarta telah melaksanakan kerja lembur yang dilakukan
setiap hari Sabtu dan Minggu selama enam bulan dengan biaya honor lembur sebesar
Rp34.854.000,00. Kerja lembur adalah segala pekerjaan yang harus dikerjakan oleh
Pegawai Negeri Sipil pada waktu-waktu tertentu di luar waktu kerja sebagaimana telah
ditetapkan bagi tiap-tiap instansi dan kantor pemerintah.
Hasil pemeriksaan secara uji petik atas bukti pertanggungjawaban keuangan
menunjukkan terdapat pengeluaran biaya lembur sebesar Rp34.854.000,00 tidak
didukung dengan daftar hadir kerja lembur dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Uang
No. Bulan No. Dan tgl. SPK Lembur Personil
(Rp)
1. Januari 2009 Nomor: /BPPI-JKT/K/1/2009 11 orang 5.918.000,00
Tgl. 2 Januari 2009
2. Februari 2009 Nomor: /BPPI-JKT/K/2/2009 11 orang 5.104.000,00
Tgl. 30 Januari 2009
3. Maret 2009 Nomor: 135/BPPI-JKT/K/2009 11 orang 6.380.000,00
Tgl. 28 Pebruari 2009
4. April 2009 Nomor: 136/BPPI-JKT/K/2009 11 orang 6.416.000,00
Tgl. 31 Maret 2009
5. Mei 2009 Nomor: 137/BPPI-JKT/K/5/2009 11 orang 6.416.000,00
Tgl. 30 April 2009
6. September 2009 Nomor: /BPPI/K/8/2009 11 orang 4.620.000,00
Tgl. 31 Agustus 2009
Jumlah 34.854.000,00

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 46 dari 66


Dalam Surat Perintah Kerja Lembur yang dikeluarkan oleh Kepala BPPKI Jakarta
dinyatakan bahwa dalam pelaksanaan perintah kerja lembur harus dibuat daftar hadir
sesuai dengan kenyataan.
Konfirmasi kepada Kepala BPPKI Jakarta menginformasikan bahwa sebagian
pelaksanaan lembur tidak dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu melainkan pada hari
kerja. Output atau hasil kerja lembur pada intinya merupakan hasil dari kegiatan rutin
yang tidak dilaksanakan pada waktu kerja rutin. Dengan demikian pekerjaan tersebut
sebenarnya tidak perlu dilemburkan karena merupakan pekerjaan rutin sehari-hari yang
seharusnya dikerjakan pada jam kerja harian. Selain itu, hasil perhitungan ulang
menunjukkan terdapat kelebihan bayar sebesar Rp1.076.450,00 atas pembayaran honor
lembur yang dilakukan pada hari kerja/bukan hari libur. Sesuai dengan PER-41/PB/2009
tanggal 1 Oktober 2009, tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan serta Pembayaran
Uang Lembur Bagi Pegawai Negeri Sipil Pasal 3 ayat (3), pemberian uang lembur pada
hari libur kerja sebesar 200% dari besarnya uang lembur pada hari kerja.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Pengadaan Barang/Jasa
1) Pasal 5 tentang etika pengadaan yaitu pengguna barang/jasa, penyedia
barang/jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa harus mematuhi etika sebagai diantaranya menghindari dan
mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan negara;
2) Pasal 13 Bagian Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri menyatakan:
a) Pengguna barang/jasa wajib memiliki HPS yang dikalkulasikan secara
keahlian dan berdasarkan data yang dapat dipertangungjawabkan.
b) HPS disusun oleh panitia/pejabat pengadaan dan ditetapkan oleh pengguna
barang/jasa.
c) HPS digunakan sebagai alat untuk menilai kewajaran harga penawaran
termasuk rinciannya dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai jaminan
pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai terlalu rendah, tetapi tidak dapat
dijadikan dasar untuk menggugurkan penawaran.
3) Lampiran I poin C.1.a.(4) yang menyatakan bahwa Penunjukan Langsung dapat
dilaksanakan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Keadaan tertentu, yaitu:
a) penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan
masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda, atau
harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana
alam; dan/atau
b) pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut pertahanan dan
keamanan negara yang ditetapkan oleh Presiden; dan/atau
c) pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan:
(a) untuk keperluan sendiri; dan/atau
(b) teknologi sederhana; dan/atau
(c) resiko kecil; dan/atau

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 47 dari 66


(d) dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa usaha orang perseorangan
dan/atau badan usaha kecil termasuk koperasi kecil
2) Pengadaan barang/jasa khusus, yaitu:
(1) pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang ditetapkan pemerintah; atau
(1) pekerjaan/barang spesifik yang hanya dapat dilaksanakan oleh satu
penyedia barang/jasa, pabrikan, pemegang hak paten; atau
(2) merupakan hasil produksi usaha kecil atau koperasi kecil atau
pengrajin industri kecil yang telah mempunyai pasar dan harga yang
relatif stabil; atau
(3) pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi khusus dan/atau hanya ada satu penyedia
barang/jasa yang mampu mengaplikasikannya.
4) Lampiran I Bab I.A.1.a.3) a) yang menyatakan bahwa Pengguna barang/jasa
dilarang: memecah pengadaan barang/jasa menjadi beberapa paket dengan
maksud untuk menghindari pelelangan;
b. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa belanja atas
beban anggaran negara dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah
untuk memperoleh pembayaran.
c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER-41/PB/2009 tanggal 1
Oktober 2009, tentang Prosedur dan Tata Cara Permintaan serta Pembayaran Uang
Lembur Bagi Pegawai Negeri Sipil:
1) BAB I Pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa daftar hadir lembur adalah daftar yang
memuat nama dan tanda tangan Pegawai Negeri Sipil sebagai bukti bahwa
pegawai tersebut hadir dan melaksanakan kerja lembur.
2) BAB III Pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa pembayaran uang lembur didasarkan
pada daftar hadir lembur.
3) BAB IV Pasal 11 menyatakan bahwa Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya
laku surut terhitung sejak tanggal 1 Januari 2009.
d. Surat Perintah Kerja Lembur Kepala BPPKI Jakarta Nomor:
137/BPPI_JKT/K/5/2009 menyatakan dalam pelaksanaan perintah ini harus dibuat
daftar hadir sesuai dengan kenyataan.

Kondisi tersebut mengakibatkan para satker tidak mempunyai dasar untuk


menilai kewajaran penawaran guna mendapatkan harga yang paling menguntungkan bagi
negara dan mengakibatkan pemborosan biaya pengadaan sebesar Rp126.878.854,68 dan
pemborosan atas biaya lembur pada BPPKI Jakarta sebesar Rp34.854.000,00, serta
kelebihan pembayaran honor lembur sebesar Rp1.076.450,00.

Kondisi tersebut terjadi karena:


a. KPA dan PPB memecah pengadaan menjadi beberapa paket pekerjaan sehingga tidak
terjadi pelelangan.
b. Kelalaian panitia pengadaan barang dan jasa dalam melakukan pekerjaan
pemeliharaan peralatan dan lemahnya pengendalian/pengawasan PPK.
c. Kurangnya pengawasan dan pengendalian Kepala BPPKI Jakarta.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 48 dari 66


d. Bendahara pengeluaran pada BPPKI Jakarta kurang memahami peraturan mengenai
lembur tersebut.

Para Kepala Satker kecuali Kepala Satker BPPKI Jakarta pada intinya mengakui
kondisi tersebut dan akan memperbaiki di waktu yang akan datang.

BPK akan menindaklanjuti temuan kegiatan kerja lembur pada BPPKI Jakarta
dalam pemeriksaan yang akan dilaksanakan pada semester berikut.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam mengevaluasi harga serta
memedomani Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa secara lebih tegas.
b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
c. Menarik kelebihan uang lembur dan menyetorkannya kepada Kas Negara sebesar
Rp1.076.450,00.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada:
a. Dirjen Postel agar:
1) Panita pengadaan agar meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam
mengevaluasi harag sesuai Keppres Nomor 80 Tahun 2003
2) Panitia pengadaan barang dan jasa meningkatkan pengawasan dan pengendalian
proses pelaksanaan barang dan jasa.
b. Kabalitbang agar:
1) Panita pengadaan meningkatkan kecermatan dan kehati-hatian dalam
mengevaluasi harga sesuai Keppres Nomor 80 Tahun 2003
2) BPPKI Jakarta menarik kelebihan pembayaran honor lembur sebesar
Rp1.076.450,00 dan menyetorkannya ke Kas Negara.

1.2.8 Bendahara Pengeluaran pada Empat Satker Ditjen Postel Belum Memotong
Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target Sebesar Rp66,29 Juta dan
Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi Penerimaan Negara Bukan
Pajak Sebesar Rp36,16 Juta dari Pelanggaran Aturan Jam Kerja Pegawai
LRA Kemkominfo TA 2009 melaporkan realisasi Belanja Barang sebesar
Rp813.983.906.684,00. Senilai Rp437.431.520.787,00 diantaranya merupakan realisasi
Belanja Barang Eselon I Ditjen Postel. Realisasi tersebut termasuk realisasi beberapa
tunjangan yang ada di lingkungan Ditjen Postel. Dua tunjangan diantaranya adalah
Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target (BOPT) dan Tunjangan Kegiatan
Operasional Intensifikasi PNBP (Tunjangan Intensifikasi) dengan total anggaran masing-
masing sebesar Rp73.308.962.000,00 dan Rp38.932.166.000,00 untuk seluruh pegawai
Ditjen Postel di 35 satker, baik pusat maupun daerah. Tunjangan BOPT dan Intensifikasi
PNBP tersebut diberikan dalam rangka untuk lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 49 dari 66


tugas kedinasan yang bersifat segera dan atau bersifat khusus serta sebagai upaya
meningkatkan motivasi dan gairah kerja di lingkungan Ditjen Postel. Penelusuran lebih
lanjut atas kedua tunjangan tersebut menunjukkan sebagai berikut:
a. Tunjangan Biaya Operasional Pencapaian Target (BOPT) PNBP
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi (SK Dirjen
Postel) Nomor: 30/DIRJEN/2009 tanggal 4 Februari 2009 tentang pemberian BOPT
PNBP, kepada masing-masing pejabat dan pegawai diberikan tunjangan BOPT setiap
bulan yang besarnya adalah sebagai berikut:
1) Pejabat Struktural berkisar antara Rp 5.000.000,00 s.d. Rp 6.470.588,00,
Pegawai Non Struktural berkisar antara Rp 2.647.059,00 s.d. Rp 4.411.765,00.
2) Biaya operasional tersebut sudah termasuk pajak sebesar 15%.
Pengaturan pemberian biaya operasional bagi pegawai Ditjen Postel adalah:
1) Pegawai yang setiap kali terlambat datang atau pulang cepat tanpa alasan yang
jelas dan masuk akal dikenakan potongan tunjangan BOPT sebesar 2,5% per hari
dari jumlah tunjangan yang diterima setiap bulan.
2) Pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah setiap harinya dikenakan
potongan tunjangan BOPT PNBP sebesar 4% dari tunjangan yang diterima setiap
bulannya. Besarnya potongan tunjangan BOPT PNBP bagi pegawai yang sering
tidak masuk kerja maksimal 50% dari tunjangan yang diterima setiap bulan.
3) Pegawai yang setiap kali terlambat masuk kerja dan tidak mengikuti apel dan
senam kesegaran jasmani dan olah raga lainnya tanpa alasan yang sah (mangkir),
kepadanya dikenakan potongan BOPT PNBP sebesar 5% dari tunjangan yang
diterima setiap bulan.
Pemeriksa memverifikasi secara uji petik dokumen daftar hadir dan mencocokkannya
dengan Daftar Tunjangan yang dibayarkan kepada pegawai Ditjen Postel pada Satker
Kantor Pusat, Satker Balai Monitor Surabaya, Satker Balai Monitor Banten dan
Satker Loka Monitor Ternate. Hasilnya menunjukkan bahwa:
1) Kantor Pusat Ditjen Postel
Sesuai dengan dokumen daftar hadir pegawai Satker Kantor Pusat dari bulan
Oktober sampai dengan Desember 2009, beberapa pegawai terlambat datang atau
pulang cepat tanpa alasan yang jelas dan masuk akal serta tidak masuk kerja/tidak
menandatangani daftar hadir kerja tanpa dilengkapi keterangan/alasan yang sah.
Namun demikian kepada pegawai-pegawai yang melanggar aturan jam kerja
tersebut tidak dikenakan pemotongan tunjangan sesuai ketentuan yang berlaku.
Bendahara Pengeluaran seharusnya mengenakan potongan tunjangan dari bulan
Oktober sampai dengan Desember 2009 sebesar Rp14.110.012,00 dengan rincian
sebagai berikut:
Jumlah Pemotongan yang
No. Bulan
Seharusnya Dikenakan (Rp)
1. Oktober 3,595.006,00
2. November 3,465.003,00
3. Desember 7.050,003,00
Jumlah 14.110.012,00

2) Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten


Sesuai dengan dokumen daftar hadir pegawai bulan Januari s.d. Oktober 2009
pada Balai Monitor Surabaya dan bulan September s.d. Desember 2009 pada
Balai Monitor Banten, diketahui beberapa pegawai terlambat masuk kerja dan
atau pulang cepat; dan/atau tidak masuk kerja dengan keterangan izin namun

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 50 dari 66


tidak didukung dengan surat izin, sehingga termasuk dalam kategori tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah. Namun kepada pegawai-pegawai yang melanggar
aturan jam kerja tidak dikenakan pemotongan tunjangan sesuai ketentuan yang
berlaku. Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dikenakan oleh Bendahara
Pengeluaran Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten adalah masing-
masing sebesar Rp13.752.500,00 dan Rp28.555.018,00 dengan rincian sebagai
berikut:
Balai Monitor Surabaya Balai Monitor Banten
No. Bulan
(Rp) (Rp)
1. Januari 1.057.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
2. Februari 1.812.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
3. Maret 1.706.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
4. April 673.750,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
5. Mei 1.302.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
6. Juni 1.126.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
7. Juli 1.521.250,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
8. Agustus 1.382.500,00 (Tidak dilakukan verifikasi)
9. September 928.750,00 5.331.505,00
10. Oktober 2.241.250,00 5.233.504,00
11. November (Tidak dilakukan verifikasi) 8.985.004,00
12. Desember (Tidak dilakukan verifikasi) 9.005.005,00
Jumlah 13.752.500,00 28.555.018,00

3) Loka Monitor Ternate


Hasil verifikasi atas dokumen daftar hadir pegawai dan daftar pembayaran
tunjangan pegawai pada Loka Monitor Ternate menunjukkan bahwa dua orang
pegawai pada satker tersebut seharusnya dikenakan potongan BOPT dengan total
nilai sebesar Rp9.880.000,00, masing-masing sebesar Rp9.750.000,00 dan
Rp130.000,00. Pemotongan ini terkait dengan mangkirnya (tidak masuk kerja)
dua pegawai yang bersangkutan setelah kembali dari menjalankan tugas dinas
luar.
b. Tunjangan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP
Berdasarkan SK Dirjen Postel Nomor: 35A/DIRJEN/2009 tanggal 9 Februari 2009
tentang Pelaksanaan Kegiatan Operasional Intensifikasi PNBP bagi para pegawai di
lingkungan Ditjen Postel, kepada masing-masing pegawai diberikan tunjangan setiap
bulan yang besarnya berkisar antara Rp1.647.159,00 s.d. Rp2.480.000,00 per bulan.
Biaya operasional tersebut sudah termasuk pajak sebesar 15%.
Tunjangan Intensifikasi PNBP tersebut tidak diberikan kepada PNS Non eselon yang
tidak hadir tanpa alasan yang sah dengan besaran potongan per hari adalah besaran
operasional intensifikasi PNBP per bulan dibagi 22 hari, PNS Non eselon yang
mengikuti pendidikan dan dibebastugaskan dari tugas kedinasan dan PNS Non eselon
yang ditempatkan/diperbantukan pada instansi lain di luar Kemkominfo.
BPK memverifikasi dokumen daftar hadir pegawai dan membandingkannya dengan
bukti pertanggung jawaban atas pembayaran tunjangan Satker Kantor Pusat, Satker
Balai Monitor Surabaya, Satker Balai Monitor Banten dan Satker Loka Monitor
Ternate. Hasil verifikasi menunjukkan masing-masing Bendahara Pengeluaran Satker
tidak memotong tunjangan pegawai-pegawai yang melanggar aturan jam kerja sesuai
ketentuan yang berlaku, yaitu:
1) pegawai tidak masuk kerja atau tidak menandatangani daftar hadir tanpa alasan
yang sah;

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 51 dari 66


2) pegawai terlambat masuk kerja dan pulang lebih cepat;
3) pegawai tidak masuk kerja dengan keterangan izin tanpa didukung dengan surat
izin sehingga termasuk kategori tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah.
Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dikenakan pada empat satker adalah
sebesar Rp36.155.005,32, dengan rincian sebagai berikut:
1) Kantor Pusat Ditjen Postel
Nilai potongan tunjangan dari bulan Oktober s.d. Desember 2009 yang
seharusnya dikenakan adalah sebesar Rp6.026.136,00, yaitu:
Jumlah Pemotongan yang
No. Bulan
Seharusnya Dikenakan (Rp)
1. Oktober 2,091.409,00
2. November 2,182,182,00
3. Desember 1,752,545,00
Jumlah 6.026.136,00

2) Balai Monitor Surabaya dan Balai Monitor Banten


Nilai potongan tunjangan yang seharusnya dilakukan oleh Balai Monitor Banten
pada bulan September s.d. Desember 2009 dan Balai Monitor Surabaya pada
Januari s.d. Oktober 2009 adalah sebesar Rp25.382.824,00 dan Rp4.746.045,32
dengan rincian sebagai berikut:
Potongan yang Potongan yang
seharusnya dilakukan seharusnya
No. Bulan
Balai Monitor dilakukan Balai
Surabaya (Rp) Monitor Banten (Rp)
1. Januari 166.909,09 -
2. Februari 562.227,25 -
3. Maret 594.272,71 -
4. April 83.454,55 -
5. Mei 486.090,89 -
6. Juni 569.545,44 -
7. Juli 753.863,61 -
8. Agustus 594.272,71 -
9. September 434.681,81 5.393.943,00
10. Oktober 500.727,27 6.135.762,00
11. Nopember - 7.051.483,00
12. Desember - 6.801.636,00
Jumlah 4.746.045,32 25.382.824,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. SK Dirjen Postel Nomor: 30/DIRJEN/2009 tanggal 4 Februari 2009 tentang
pemberian Biaya Operasional Pencapaian Target Penerimaan Negara Bukan Pajak.
b. SK Dirjen Postel Nomor: 35A/DIRJEN/2009 tanggal 9 Februari 2009 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Operasional Intensifikasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
bagi para pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran tunjangan BOPT PNBP


sebesar Rp66.297.530,00 (Rp14.110.012,00 + Rp13.752.500,00 + Rp28.555.018,00 +
Rp9.880.000,00) dan Tunjangan Intensifikasi PNBP sebesar Rp36.155.005,32
(Rp6.026.136,00 + Rp25.382.824,00 + Rp4.746.045,32).

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 52 dari 66


Kondisi tersebut disebabkan:
a. Bendahara Pengeluaran dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada masing-masing
satker kurang tegas dalam mengenakan sanksi pemotongan tunjangan.
b. Kurangnya pengawasan oleh Kepala Satker terkait.
c. Ditjen Postel mengakui bahwa disiplin kerja para pegawai kurang optimal.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Menarik kelebihan pembayaran tunjangan BOPT PNBP sebesar Rp66.297.530,00
dan Tunjangan Intensifikasi PNBP sebesar Rp36.155.005,32.
b. Mengenakan sanksi pemotongan tunjangan pegawai-pegawai yang melanggar aturan
jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Meningkatkan pengawasan terhadap disiplin kerja para pegawai.

Balai Monitor Surabaya dan Loka Ternate telah menindaklanjuti masalah tersebut
dengan menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta
copy bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan bukti setor berupa:
a. SSBP Nomor 02/XII/2009 tanggal 28 Desember 2009 untuk keperluan pengembalian
kelebihan BOPT TA 2009 sebesar Rp13.752.500,00 (Balai Monitor Surabaya).
b. SSBP Nomor 03/XII/2009 tanggal 28 Desember 2009 untuk keperluan pengembalian
kelebihan biaya intensifikasi TA 2009 sebesar Rp4.746.045,32 (Balai Monitor
Surabaya).
c. Kelebihan pembayaran total sebesar Rp9.880.000,00 dengan bukti setor Surat Setoran
Bukan Pajak (SSBP) nomor 001 tanggal 29 Maret 2010 sebesar Rp165.520.654,00
untuk keperluan pengembalian perbaikan peralatan kantor SPK Nomor:
KU.203/B.95/LOKA-TTE/II/2009, pengembalian perbaikan dan pemeliharaan
peralatan kantor SPK Nomor: KU.203/B.98/LOKA-TTE/II/2009,
KU.203/B.452/LOKA-TTE/IX/2009, pengembalian pemeliharaan dilakukan dengan
penunjukan langsung SPK Nomor: KU.203/B.110/LOKA-TTE/II/2009
KU.203/B.68d/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.68e/LOKA-TTE/II/2009 KU.203/-
B.91/LOKA-TTE/II/2009, KU.203/B.237-/LOKA-TTE/IV/2009 KU.203/B.299/-
LOKA-TTE/IV/2009, pengembalian tunjangan BOPT PNBP a.n. SSP dan DR(Loka
Ternate).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Dirjen Postel agar:
a. Bendahara Pengeluaran pada empat satker terkait menarik kelebihan pembayaran
tunjangan BOPT PNBP sebesar Rp42.665.030,00 dan tunjangan intensifikasi PNBP
sebesar Rp31.408.960,00 dan menyetorkannya ke Kas Negara.
b. Bendahara Pengeluaran mengenakan sanksi pemotongan tunjangan bagi pegawai
yang melanggar aturan jam kerja sesuai ketentuan.
c. Para Direktur dan sekretaris Ditjen Postel agar meningkatkan pengawasan terhadap
disiplin kerja para pegawai di lingkungan satuan kerja masing-masing.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 53 dari 66


1.2.9 Bukti Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas Pegawai pada Enam
Satker Kemkominfo Tidak Menggambarkan Kondisi Senyatanya
Dalam rangka pemeriksaan LK Kemkominfo Tahun 2009, BPK menganalisis
secara uji petik bukti pertanggungjawaban perjalanan dinas pegawai pada enam satker
Kemkominfo yaitu Inspektorat Jenderal (Itjen), Badan Informasi Publik (BIP), Biro
Perencanaan Sekretariat Jenderal (Rocan), Balai Telekomunikasi dan Informatika
Perdesaan (BTIP), Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) dan Balai
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Surabaya (BPPKI
Surabaya). Perjalanan dinas dibiayai dari anggaran belanja barang. Pada Tahun Anggaran
2009 realisasi belanja barang pada Kemkominfo adalah sebesar Rp813.973.669.854,00,
diantaranya direalisasikan sebesar Rp123.630.983.700,00 pada BTIP, sebesar
Rp11.486.239.440,00 pada Itjen, sebesar Rp78.394.107.058,00 pada Setjen, sebesar
Rp60.593.209.471,00 pada BIP, sebesar Rp8.192.883.265,00 pada BBPPT, dan sebesar
Rp1.612.247.337,00 pada BPPKI Surabaya. Hasil pemeriksaan dokumen atas bukti
pertanggungjawaban perjalanan dinas dan hasil konfirmasi kepada maskapai penerbangan
serta klarifikasi kepada pelaksana perjalanan dinas menunjukkan sebagai berikut:
a. Indikasi Perjalanan Dinas Pada Kemkominfo yang Tidak Dilaksanakan Sesuai
Bukti Pertanggungjawabannya pada BTIP, Itjen, Setjen, BIP, dan BBPPT
1) Hasil konfirmasi kepada pimpinan maskapai penerbangan GI, menunjukkan
terdapat perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan dengan menggunakan
maskapai sesuai tiket yang dilampirkan sebagai bukti pertanggungjawaban
perjalanan dinas. Pengeluaran untuk perjalanan dinas tersebut berupa biaya tiket
pesawat, airport tax, transport lokal, akomodasi dan uang harian total sebesar
Rp1.371.305.704,00 yaitu pada Itjen sebesar Rp763.014.300,00, pada BIP
sebesar Rp48.930.904,00, pada Biro Perencanaan sebesar Rp68.804.000,00, pada
BTIP sebesar Rp365.086.400,00, dan pada BBPPT sebesar Rp125.097.100,00.
Namun Pengelola Kegiatan menanggapi kondisi tersebut dengan menyatakan
bahwa:
a) Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan maskapai lain yaitu LA
dan SA maupun menggunakan Kereta Api. Pihak pengelola kegiatan
mengajukan tiket yang diakui sebagai tiket sesungguhnya yang digunakan
untuk perjalanan dengan total Rp430.854.950,00. Perbandingan harga tiket
(termasuk airport tax) GI dengan tiket lain yang diajukan oleh pengelola
kegiatan adalah sebagai berikut:
Harga Tiket GI Harga Tiket Lain
No. Satker Selisih (Rp)
(Rp) (Rp)
1. Itjen 381.308.500,00 243.303.600,00 138.004.900,00
2. BIP 18.710.600,00 10.747.300,00 7.963.300,00
3. Biro Perencanaan 34.018.000,00 32.032.000,00 1.986.000,00
4. BTIP 182.537.300,00 105.349.850,00 77.187.450,00
5. BBPPT 73.827.100,00 39.422.200,00 34.404.900,00
Total 690.401.500,00 430.854.950,00 259.546.550,00
Tiket yang diakui pihak pengelola kegiatan tersebut belum dikonfirmasi ke
maskapai penerbangan terkait.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 54 dari 66


b) Perjalanan dinas benar dilakukan namun dengan perubahan hari (contohnya
pulang lebih cepat), sehingga terdapat selisih biaya yang sebenarnya
dikeluarkan (selain tiket) dengan bukti pertanggungjawaban sebagai berikut:
Nilai SPJ selain tiket
Nilai SPJ selain tiket
No. Satker yang dilaksanakan Selisih (Rp)
yang dibayarkan (Rp)
(Rp)
1. Itjen 65.135.000,00 45.760.000,00 19.375.000,00
2. BIP 2.421.001,00 1.610.500,00 810.501,00
3. BBPPT 2.540.000,00 2.410.000,00 130.000,00
Total 70.096.001,00 49.780.500,00 20.315.501,00
c) Hasil klarifikasi dengan pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas
menunjukkan terdapat biaya perjalanan dinas pada Itjen sebesar
Rp54.008.500,00 yang memang tidak dilaksanakan.
2) Hasil konfirmasi dengan pimpinan maskapai penerbangan BA dan MA
menunjukkan terdapat perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan dengan
menggunakan maskapai sesuai tiket yang dilampirkan sebagai bukti
pertanggungjawaban perjalanan dinas. Pengeluaran untuk perjalanan dinas
tersebut berupa tiket pesawat, airport tax, transport lokal, akomodasi dan uang
harian total sebesar Rp107.269.000,00, yaitu pada Itjen sebesar
Rp103.999.000,00 dan Biro Perencanaan sebesar Rp3.270.000,00.
Pengelola kegiatan menanggapi kondisi tersebut dengan menyatakan bahwa:
a) Perjalanan dinas dilakukan dengan menggunakan maskapai lain yaitu LA
dan GI, serta ada juga yang menggunakan MA namun terdapat selisih harga
tiket. Pihak pengelola kegiatan mengajukan tiket yang diakui sebagai tiket
sesungguhnya yang digunakan untuk perjalanan senilai Rp50.941.400,00.
Selisih harga tiket (termasuk airport tax) yang digunakan sebagai bukti
pertanggungjawaban dengan harga tiket yang sesungguhnya digunakan
adalah sebagai berikut:
Harga Tiket BA Harga Tiket Lain
No. Satker Selisih (Rp)
dan MA (Rp) (Rp)
1. Itjen 61.555.000,00 49.261.400,00 12.293.600,00
2. Biro Perencanaan 1.680.000,00 1.680.000,00 -
Total 63.235.000,00 50.941.400,00 12.293.600,00
Tiket yang diakui pihak pengelola kegiatan tersebut belum dikonfirmasi ke
maskapai penerbangan terkait.
b) Perjalanan dinas benar dilakukan namun dengan perubahan hari (contohnya
pulang lebih cepat), sehingga terdapat selisih biaya yang sebenarnya
dikeluarkan (selain tiket) dengan bukti pertanggungjawaban. Hal ini terjadi
pada Itjen dengan selisih sebesar Rp2.400.000,00 (yang dibayarkan
Rp4.870.000,00 – yang memang dilaksanakan sebesar Rp2.470.000,00).
c) Hasil klarifikasi dengan pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas
menunjukkan terdapat biaya perjalanan dinas pada Itjen sebesar
Rp8.044.000,00 yang memang tidak dilaksanakan.
3) Dari konfirmasi atau tanggapan pihak pengelola kegiatan diketahui bahwa dari
pertanggungjawaban perjalanan dinas yang tidak sesuai senyatanya tersebut,
terdapat biaya perjalanan dinas yang memang tidak digunakan untuk perjalanan
dinas melainkan untuk membiayai kegiatan lain sebesar Rp75.962.901,00, yaitu:
a) Pada BTIP, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar
Rp55.659.600,00. Pihak BTIP menyatakan secara lisan bahwa pengeluaran

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 55 dari 66


tersebut digunakan untuk kegiatan yang bersifat keagamaan (Qurban) dan
batuan untuk orang sakit dan melahirkan.
b) Pada Biro Perencanaan, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar
Rp8.796.000,00. PPK Biro Perencanaan menyatakan bahwa pengeluaran
tersebut digunakan untuk biaya transport dan makan staf Biro Perencanaan
yang melaksanakan pekerjaan lembur maupun kerja di hari Sabtu dan
Minggu untuk pekerjaan yang sangat mendesak.
c) Pada BIP, perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan sebesar
Rp11.507.301,00. PPK Pusat Informasi Perekonomian BIP menyatakan
bahwa pengeluaran tersebut digunakan untuk bantuan pegawai yang terkena
musibah dan tali kasih kepada pegawai yang pensiun.
4) Selain dari hasil konfirmasi kepada pimpinan Maskapai Penerbangan, hasil
konfirmasi kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Bendaharawan
pengeluaran Itjen menunjukkan terdapat pertangungjawaban perjalanan dinas
yang sebenarnya tidak dilaksanakan sebesar Rp236.974.500,00.
Pertanggungjawaban tersebut berupa tiket pesawat, airport tax, transport lokal,
akomodasi dan uang harian. Dari pengeluaran sebesar Rp236.974.500,00, KPA
menyatakan telah menggunakan sebesar Rp227.000.000,00 untuk membiayai
pengeluaran yang tidak didukung dengan APBN Tahun 2009, antara lain berupa
pembayaran THR kepada seluruh pegawai Itjen, kegiatan yang bersifat
keagamaan (Natal dan Qurban), kegiatan perayaan hari besar nasional (17
Agustus), pengadaan alat musik, dan bantuan untuk orang sakit/meninggal.
b. Biaya Perjalanan Dinas Sebesar Rp68,21 Juta dalam Rangka Pengumpulan
Data Penelitian Tidak Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya
Pada tahun 2009 BPPKI Surabaya mengadakan beberapa penelitian yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala BPPKI Surabaya, diantaranya adalah lima
penelitian sebagai berikut:
1) Surat Keputusan Nomor: 21/BPPKI.SBY/SK/8/2009 tanggal 1 Agustus 2009
Penelitian Tingkat Praktisi Penyiaran terhadap Pelaksanaan Penerapan UU No. 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran.
2) Surat Keputusan Nomor: 17/BPPKI.SBY/SK/3/2009 tanggal 2 Maret 2009 tentang
Penelitian Percepatan Informasi Publik di Daerah Pedesaan.
3) Surat Keputusan Nomor: 13/BPPKI.SBY/SK/1/2009 tanggal 2 Januari 2009 tentang
Penelitian Sarana dan Prasarana Telekomunikasi dalam Percepatan Akses Informasi
ke Pedesaan.
4) Surat Keputusan Nomor: 18/BPPKI.SBY/SK/TU/6/2009 tanggal 1 Juni 2009 tentang
Penelitiaan Penggunaan Personal Komputer di lingkungan PNS di Wilayah Kerja
BPPKI Surabaya (Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat).
5) Surat Keputusan Nomor: 18/BPPKI.SBY/SK/TU/8/2009 tanggal 1 Agustus 2009
tentang Penelitian dan Pengembangan Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam
Penggunaan Legal Sofware.
Dalam Surat Keputusan telah ditetapkan susunan Tim Pelaksana Penelitian yaitu:
Penanggung Jawab, Konsultan, Peneliti Utama, Peneliti, Sekretariat dan Pembantu
Peneliti. Guna kelancaran penelitian, Tim Pelaksana Penelitian mengumpulkan data ke
daerah sesuai dengan penugasannya. Tim pelaksana diberikan biaya perjalanan dinas
dengan Surat Perintah Tugas (SPT) oleh Kepala BPPKI Surabaya.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 56 dari 66


Hasil pemeriksaan dokumen atas pertanggungjawaban keuangan dalam rangka
pengumpulan data ke daerah menunjukkan terdapat perjalanan dinas yang dilakukan oleh
beberapa personil/peneliti/pembantu peneliti yang tidak tercantum dalam Surat
Keputusan Kepala BPPKI Surabaya. Biaya perjalanan dinas dalam rangka pengumpulan
data penelitian kepada personil yang tidak berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPPKI
Surabaya total sebesar Rp68.210.000,00.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara:
1) Pasal 12 ayat (1) menetapkan bahwa pelaksanaan anggaran belanja negara
didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang
disyaratkan;
b) efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta
fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah.
2) Pasal 12 ayat (2) menetapkan bahwa belanja atas beban anggaran negara
dilakukan berdasarkan atas hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh
pembayaran.
3) Pasal 33 ayat (1) menetapkan bahwa pejabat yang berwenang wajib membatasi
pelaksanaan perjalanan dinas untuk hal-hal yang mempunyai prioritas tinggi dan
penting dengan mengurangi frekuensi, jumlah orang dan lamanya perjalanan.
b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 45/PMK.05/2007 tanggal
25 April 2007 tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap:
- Pasal 7 menetapkan bahwa Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai
Negeri Tidak Tetap dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali
atau lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.
- Pasal 20 ayat (3) menyatakan bahwa Pejabat yang berwenang dan Pejabat/pegawai
yang melakukan perjalanan dinas bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian
yang diderita oleh negara sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan
yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas dimaksud.
c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: Per-21/PB/2008 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara,
Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap:
- Pasal 19 ayat (3) menyatakan bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transport
pegawai, antara lain terdiri dari tiket pesawat dilampiri boarding pass dan airport
tax.
- Pasal 21 ayat menyatakan:
1) Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang telah melakukan
perjalanan dinas menyampaikan seluruh bukti pengeluaran asli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
2) Pejabat Pembuat Komitmen melakukan perhitungan rampung seluruh bukti
pengeluaran biaya perjalanan dinas Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai
Tidak Tetap yang bersangkutan dan disampaikan kepada Bendahara
Pengeluaran.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 57 dari 66


3) Apabila terdapat kelebihan pembayaran, Pejabat Negara/Pegawai
Negeri/Pegawai Tidak Tetap yang melakukan perjalanan dinas
mengembalikan kelebihan.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Pengeluaran biaya perjalanan dinas tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar
Rp356.608.151,00 (Rp259.546.550,00 + Rp20.315.501,00 + Rp54.008.500,00 +
Rp12.293.600,00 + Rp2.400.000,00 + Rp8.044.000,00).
b. Pengeluaran biaya perjalanan dinas dipertanggungjawabkan tidak sesuai ketentuan
sebesar Rp312.937.401,00 (Rp236.974.500,00 + Rp75.962.901,00).
c. Pemborosan atas biaya penelitian BPPKI Surabaya sebesar Rp68.210.000,00.

Kondisi tersebut disebabkan:


a. Kelalaian dan kebijaksanaan pelaksana kegiatan untuk tidak melaksanakan perjalanan
dinas sesuai SPPD.
b. Pengawasan dan pengendalian oleh Kuasa Pengguna Anggaran kurang optimal.
c. Bendahara Pengeluaran dan Kepala BPPKI Surabaya tidak menaati ketentuan dalam
memverifikasi bukti pembayaran yang diajukan tim peneliti.

Kemkominfo menanggapi sebagai berikut:


a. BTIP akan berupaya meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap
administrasi perjalanan dinas. Kelebihan biaya perjalanan dinas tersebut akan disetor
ke Kas Negara.
b. BIP mengakui dan telah menindaklanjuti kelebihan pembayaran biaya perjalanan
dinas.
c. Itjen mengakui kondisi tersebut dan masa mendatang akan melakukan pengawasan
dan pengendalian sebagaimana ketentuan yang berlaku.
d. BBPPT menyatakan mengakui dan masa mendatang akan melakukan perjalanan
dinas sesuai prosedur yang berlaku. Selisih biaya perjalanan dinas akan disetorkan ke
Kas Negara.
e. Biro Perencanaan mengakui dan telah menindaklanjuti kelebihan pembayaran biaya
perjalanan dinas.
f. BPPKI Surabaya menyatakan kondisi tersebut terjadi bukan faktor kesengajaan
melainkan kelalaian dan kurang memperhatikan SK yang telah diterbitkan.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Memberikan sanksi kepegawaian kepada pejabat/pegawai yang lalai dalam
mempertanggungjawabkan biaya perjalanan dinas.
b. Mengkonfirmasi maskapai penerbangan atas tiket perjalanan yang diajukan satker
sebagai tiket yang diakui benar-benar digunakan dalam perjalanan, dan menarik
kembali kelebihan pembayaran biaya perjalanan (at cost) kemudian menyetorkannya
ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan ke BPK.
c. Mempertanggungjawabkan pengeluaran perjalanan dinas yang sebenarnya tidak
dilaksanakan namun untuk membiayai pengeluaran yang tidak didukung dengan
APBN Tahun 2009
d. Meningkatkan kecermatan dan ketaatan dalam memverifikasi bukti pembayaran
yang diajukan oleh pelaksana kegiatan.
e. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian KPA.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 58 dari 66


BIP dan Biro Perencanaan telah menindaklanjuti masalah tersebut dengan
menarik kembali kelebihan pembayaran dan menyetorkannya ke Kas Negara serta copy
bukti setor telah disampaikan ke BPK dengan bukti setor berupa:
a. SSBP tanggal 8 Juni 2010 sebesar Rp20.281.102,00 untuk keperluan penerimaan
kembali belanja lainnya RM Tahun Anggaran yang Lalu (BIP).
b. SSBP tanggal 14 Juni 2010 sebesar Rp10.782.000,00 untuk keperluan penerimaan
kembali belanja lainnya RM Tahun Anggaran yang Lalu (Biro Perencanaan).

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan
rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada Irjen, Dirjen Postel,
Kepala BIP, Kepala Balitbang, dan Kepala Biro Perencanaan agar:
a. Memberikan sanksi kepegawaian kepada pejabat/pegawai yang lalai dalam
mempertanggungjawabkan biaya perjalanan dinas
b. Mengkonfirmasikan maskapai penerbangan atas tiket perjalanan yang diajukan
satker sebagai tiket yang diakui benar-benar digunakan dalam perjalanan, dan
menarik kembali kelebihan pembayaran biaya perjalanan (at cost) kemudian
menyetorkannya ke Kas Negara. Copy bukti setor agar disampaikan ke BPK
c. Mempertanggungjawabkan pengeluaran perjalanan dinas yang sebenarnya tidak
dilaksanakan namun untuk membiayai pengeluaran yang tidak didukung dengan
APBN Tahun 2009
d. PPK meningkatkan kecermatan dan ketaatan dalam memverifikasi bukti
pembayaran yang diajukan oleh pelaksana kegiatan
e. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian.
BTIP telah menindaklanjuti dengan menyetorkan ke Kas Negara sebesar
Rp132.847.050,00 sesuai dengan SSBP tanggal 23 Juni 2010 untuk keperluan
pengembalian belanja perjalanan tahun anggaran yang lalu.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 59 dari 66


1.3 ASET
1.3.1 Penatausahaan Barang Milik Negara Tidak Tertib dan Pemanfaatan
Barang Milik Negara Tidak Optimal
a. Penatausahaan Barang Milik Negara Balai Monitor Banten Tidak Optimal
Balai Monitor Banten Ditjen Postel Kemkominfo pada tahun 2009 melaksanakan
beberapa pekerjaan belanja modal untuk menunjang kegiatan operasional, diantaranya
berupa:
No. Pekerjaan Nomor dan Tanggal Perjanjian Nilai (Rp)
1. Pengadaan AC SPK Nomor: 09/SPK/B.M-BTN/UPS/6/2009 29.425.000,00
tanggal 11 Juni 2009
2. Pengadaan alat sound SPK Nomor: 15/SPK/BM-BTN/DJPT/VIII/2009 29.150.000,00
sistem tanggal 24 Agustus 2009
3. Pengadaan meubelair SPK Nomor: 31/SPK/BM- 153.000.000,00
BTN/MEUBEL/X/2009 tanggal 26 Oktober 2009
4. Pengadaan UPS dan SPK Nomor: 48/SPK/BM-BTN/UPS/XI/2009 21.417.000,00
mesin ketik elektronik tanggal 6 Nopember 2009
5. Pengadaan alat studio SPK Nomor: 23/SPK/BM-BTN/ALT- 510.125.000,00
dan komunikasi KOM/IX/2009 tanggal 28 September 2009
6. Pengadaan laptop dan SPK Nomor: 02/SPK/BM-BTN/DJPT/3//2009 43.285.000,00
OS Original tanggal 18 Maret 2009
7. Pengadaan perangkat SPK Nomor: 29/SPK/BM-BTN/PR LAN/X/2009 76.037.500,00
LAN tanggal 22 Oktober 2009
Hasil pemeriksaan fisik atas keberadaan peralatan hasil pengadaan di atas
menunjukkan bahwa:
1) Barang-barang dan peralatan hasil pengadaan tujuh pekerjaan tersebut diatas belum
diberi nomor inventaris.
2) Pekerjaan pengadaan perangkat LAN belum dimanfaatkan karena server belum
terpasang.
b. Rumah Negara Golongan III Tipe C Senilai Rp198,92 Juta Belum
Dimanfaatkan Secara Optimal di Loka Monitor Mataram
Salah satu aset yang dimiliki oleh Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Mataram Ditjen Postel Kemkominfo (Loka Monitor Mataram) adalah satu unit rumah
negara golongan III tipe C yang dibangun diatas lahan seluas 200 m2 pada tahun 2007
dengan nilai sebesar Rp82.500.000,00. Pada tahun 2009 Loka Mataram mengembangkan
bangunan rumah negara golongan III tipe C berupa pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan gedung berupa pembuatan pagar keliling, dapur, atap polycarbonet,
pemasangan paving block dan urugan tanah. Pembangunan tersebut dilaksanakan oleh
CV CP yang tertuang dalam Surat Perjanjian Kerja Nomor: 09/Loka/MTR/VII/2009
tanggal 23 Juli 2009 dengan nilai pekerjaan sebesar Rp89.000.000,00 dengan jangka
waktu pekerjaan selama 60 hari kalender terhitung dari tanggal 23 Juli 2009 sampai
dengan 23 September 2009 melalui addendum kontrak Nomor: 12/Loka/MTR/IX/2009
tanggal 11 September 2009 terdapat penambahan lingkup pekerjaan meliputi pemasukan
daya listrik (PLN), pemasukan air (PDAM), dan pengecatan tembok lama dengan nilai
tambahan sebesar Rp8.880.000,00, dengan waktu pelaksanaan sampai dengan 15 Oktober
2009. Dengan adanya addendum tersebut maka nilai keseluruhan pengembangan rumah
Negara golongan III tipe C menjadi sebesar Rp97.880.000,00.
Hasil pemeriksaan fisik BPK atas hasil pekerjaan tersebut pada 16 Desember
2009 menunjukkan semua pekerjaan telah dilaksanakan sesuai kontrak. Namun demikian

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 60 dari 66


rumah dinas Kepala Loka Monitor Mataram tersebut dalam keadaan kosong, tidak
ditempati/dipergunakan oleh Kepala Loka Monitor Mataram.
c. Pengerjaan Pengadaan Penguatan Media Center Daerah pada Provinsi Jawa
Timur dan Maluku Utara Belum Dimanfaatkan
Sekretariat BIP Kemkominfo pada tahun 2009 mengadakan pekerjaan penguatan
sarana media center untuk daerah. Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh PT KTT yang
tertuang dalam Surat Perjanjian/Kontrak (SPK) Nomor: 11/Kontrak/PPK-
BIP/KOMINFO/5/2009 tanggal 18 Mei 2009 senilai Rp4.592.014.900,00. Jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan selama 30 hari kalender terhitung mulai ditetapkannya SPK
tanggal 18 Mei 2009 sampai dengan tanggal 18 Juni 2009. Pekerjaan tersebut telah
dibayar sesuai dengan:
SP2D
No. Nilai (Rp)
Nomor Tanggal
1. 053512M 12/6/2009 1.836.805.960,00
2. 650754M 5/8/2009 1.377.604.470,00
3. 258123N 28/10/2009 1.377.604.470,00
Jumlah 4.592.014.900,00
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan dirubah paling akhir sampai dengan tanggal
16 September 2009 sesuai dengan addendum SPK Nomor: 13/Addendum/PPK-
BIP/KOMINFO/6/2009 tanggal 16 Juni 2009 dikarenakan surat hibah dari Departemen
Keuangan belum dikeluarkan.
Sesuai dengan Pasal 1 SPK, pekerjaan pengadaan penguatan sarana media center
untuk daerah yaitu 10 Provinsi dan 25 Kabupaten/Kota yang meliputi pengadaan personal
computer, printer Monochrome Laser, Switch VPN Router, scanner, Unit Power Supply
600 VA, peralatan jaringan local (external modem, kabel UTP cat 6, RJ 45), Plasma
Vision 46”, server, rack server, pengiriman, pemasangan, instalasi dan konfigurasi,
pelatihan (training), perawatan dilokasi, transportasi, dan akomodasi.
Hasil pemeriksaan secara uji petik pada Dinas Komunikasi dan Informatika di
Provinsi Jawa Timur, Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Kalimantan Barat
menunjukkan bahwa:
1) Sampai dengan 11 Desember 2009 Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah
Provinsi Jawa Timur belum memanfaatkan peralatan media center. Kondisi barang
printer, scanner dan peralatan jaringan lokal masih dalam keadaan utuh belum pernah
dibuka atau masih dalam keadaan disegel. Hal tersebut dikarenakan pada saat
dilakukan pemasangan jaringan oleh oleh pelaksana, gedung Dinas Komunikasi dan
Informatika masih dalam tahap direnovasi.
2) Sampai dengan 9 Maret 2010 Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
Provinsi Maluku Utara belum memanfaatkan peralatan media center. Kondisi barang
printer, scanner dan peralatan jaringan lokal masih dalam keadaan utuh belum pernah
dibuka. Hal tersebut dikarenakan pada saat pemasangan jaringan oleh pelaksana,
gedung Pemerintah Daerah Maluku Utara pindah dari Kota Ternate ke Kota Sofifi
pulau Halmahera.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 61 dari 66


d. Billboard Iklan Layanan Masyarakat Hasil Pengadaan Balai Monitor Banten
Hilang
Balai Monitor Banten pada TA 2009 melaksanakan pengadaan berupa:
Berita Acara Serah
Nomor dan Tanggal Jangka Terima
No. Pekerjaan Pelaksana SP2D SPM
Perjanjian waktu Pelaksanaan
Pekerjaan
1. Pemasangan Iklan Kontrak Nomor: PT RJP 60 hari 02/BAST/BM- 709281K/127/ 00120/654251/LS/
Layanan 08/SPK/BM- (6/7/2009- BTN/BILL/9/2009 110 tanggal 17 PNP/09 tanggal 14
Masyarakat BTN/BILL/7/2009 3/9/2009) tanggal 3 September September September 2009.
Melalui Billboard tanggal 6 Juli 2009 2009 2009
Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak menunjukkan bahwa pihak kedua
(rekanan) menyerahkan hasil pekerjaan kepada pihak pertama yang dibuktikan dengan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan dengan melampirkan laporan pelaksanaan
pekerjaan dan foto hasil pekerjaan, surat izin lokasi selama 1 tahun, pajak reklame selama
1 tahun, jaminan bongkar selama 1 tahun, dan izin-izin lainnya yang diperlukan.
Hasil pemeriksaan dokumen menunjukkan:
1) Dari tujuh lokasi pemasangan, hanya tiga lokasi (titik) pemasangan yang memiliki
surat izin dari pemda, yaitu lokasi Jl. Raya Pelabuhan Merak, Jl. Trip Jamaksari –
Serang, dan Jl. A.Yani – Labuan (Arah Carita).
2) Hanya ada satu tanda lunas pajak reklame, yaitu dari Dinas Tata Kota Pemerintah
Kota Cilegon.
3) Tidak ada lampiran jaminan bongkar atas tujuh lokasi tersebut selama 1 tahun.
Hasil cek fisik di lapangan bersama panitia penerima barang tanggal 3 Maret
2010 atas 3 (tiga) lokasi pemasangan billboard menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pada lokasi pemasangan Pertigaan Balaraja, BPK tidak menemukan papan
reklame/billboard. Pihak Balai Monitor menyatakan bahwa di lokasi tersebut ada
pekerjaan pelebaran jalan sehingga billboard dicabut sementara, namun pihak Balai
Monitor Banten tidak memiliki surat pemberitahuan dari Pemda setempat. Selain itu
pada saat pemeriksaan fisik tanggal 3 Maret 2010 pekerjaan pelebaran jalan telah
selesai, namun fisik barang (billboard) tetap tidak ditemukan.
2) Pada lokasi pemasangan di Citra Raya, Jl. Raya Serang Tangerang, BPK tidak
menemukan papan reklame/billboard.
3) Pada lokasi pemasangan Jl. Raya Serpong, BPK menemukan papan
reklame/billboard ada dan terpasang dengan baik.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah.
1) Pasal 32 ayat (1) Pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna
barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/daerah yang berada
dalam penguasaannya, ayat (2) Pengamanan barang milik negara/daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi,
pengamanan fisik, pengamanan hukum.
2) Pasal 35 ayat (1) Pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung
jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah
penguasaannya.
3) Pasal 67 ayat (1) Kuasa pengguna barang/pengguna barang harus melakukan
pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara/daerah ke dalam Daftar Barang

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 62 dari 66


Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan
dan kodefikasi barang.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 59/PMK.06/2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat pada lampiran IV
angka III Tugas dan Fungsi Unit Akuntansi Barang Milik Negara angka 3.1.2
Petugas Akuntansi BMN melaksanakan kegiatan antara lain memberi tanda registrasi
pada BMN.
c. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pasal 3 Prinsip Dasar Pengadaan barang/jasa wajib
menerapkan prinsip efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
d. Surat Perjanjian Kontrak Nomor: 08/SPK/BM-BTN/BILL/7/2009 tanggal 6 Juli
2009 Pasal 11 tentang serah terima hasil pekerjaan yang menyatakan bahwa pihak
kedua menyerahkan hasil pekerjaan kepada pihak pertama dengan Laporan
Pelaksanaan Pekerjaan, sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan dibuatkan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan dengan melampirkan laporan pelaksanaan pekerjaan
dan foto hasil pekerjaan pemasangan iklan layanan masyarakat melalui billboard,
surat izin lokasi selama 1 tahun, pajak reklame selama 1 tahun, jaminan bongkar
selama 1 tahun, dan izin-izin lainnya yang diperlukan dari instansi yang berwenang
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

Kondisi tersebut mengakibatkan pengendalian dan pengamanan Barang Milik


Negara pada Balai Monitor Banten dan Balai Monitor Kupang tidak optimal, tujuan
pembangunan rumah negara golongan III tipe C pada Loka Mataram senilai
Rp198.925.000,00 (Rp82.500.000,00 + Rp97.880.000,00 + Rp11.195.000,00 +
Rp7.350.000,00) tidak tercapai, tujuan pengadaan media center oleh BIP tidak tercapai,
dan hasil pengadaan Balai Monitor Banten berupa papan reklame/billboard tidak dapat
memberikan manfaat karena hilang.

Kondisi tersebut disebabkan pengelola barang pada Balai Monitor Banten dan
Balai Monitor Kupang belum optimal dalam melaksanakan tugasnya, perencanaan pada
Loka Monitor Mataram tidak sesuai dengan kebutuhan, perencanaan pengadaan media
center oleh BIP kurang matang, dan kurangnya perhatian pihak Balai Monitor Banten atas
pekerjaan yang telah dilakukan yang masih memiliki masa manfaat selama 1 tahun.

Para Kepala Satker pada intinya mengakui kondisi tersebut dan akan
memperbaiki di waktu yang akan datang.

BPK merekomendasikan Menkominfo agar:


a. Meningkatkan ketertiban penatausahaan dan pemanfaatan Barang Milik Negara.
b. Lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan pada proses perencanaan.

Atas rekomendasi tersebut, Menkominfo melalui surat Nomor:


315/M.KOMINFO/7/2010 tanggal 5 Juli 2010 perihal Kesanggupan Melaksanakan
Rekomendasi Tindak Lanjut Pemeriksaan BPK RI menyatakan bahwa Menkominfo
menerima seluruh rekomendasi yang telah disampaikan BPK dan sanggup melaksanakan

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 63 dari 66


rekomendasi BPK sesuai dengan dengan Plan of Action (POA) tindak lanjut hasil
pemeriksaan yang disusun. Menkominfo memerintahkan kepada:
a. Dirjen Postel agar Kepala Balmon Banten menertibkan penatausahaan Barang Milik
Negara berupa Iklan Layanan Masyarakat/Billboard dan memberiikan nomor
inventaris barang serta memanfaatkan server yang belum terpasang.
b. Loka Mataram mengoptimalkan pemanfaatan rumah Negara golongan III tipe C
Rp198.925.000,00.
c. Kepala BIP agar melaporkan pemanfaatan media center pada Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Jawa Timur dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan
Informatika Provinsi Maluku Utara.
d. Dirjen Postel dan Kepala BIP lebih meningkatkan pengendalian dan pengawasan
proses perencanaan.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 64 dari 66


BAB 2
HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN
ATAS KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANGAN-UNDANGAN
TAHUN 2004–2008

Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kemkominfo Tahun 2009,


BPK memantau tindak lanjut Kemkominfo terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Kemkominfo Tahun 2004–2008.
Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung jawab
Pemerintah/Kemkominfo dan DPR.
Pemantauan atas tindak lanjut Kemkominfo terhadap temuan tersebut
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Jumlah
No. LHP Tahun Sesuai Belum Sesuai / Belum
Temuan
Selesai Ditindaklanjuti
1 Tahun 2008 9 5 4 -
2 Tahun 2007 8 7 1 -
3 Tahun 2006 2 2 - -
4 Tahun 2005 4 4 - -
5 Tahun 2004 2 - 2 -
Total 25 18 7 -
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 10.

Kemkominfo telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara lain


mengenai:
1. Perencanaan anggaran memperhatikan klasifikasi belanja.
2. Penyetoran sisa kas bendahara pengeluaran ke Kas Negara.
3. Pelaksanaan ketentuan pengelolaan BMN dan melakukan inventarisasi dan
memutakhirkan Daftar Barang Ruangan.
4. Peningkatan pengawasan atas kegiatan yang dilakukan dan selanjutnya menarik dan
menyetorkan kerugian negara ke Kas Negara, copy bukti supaya disampaikan ke
BPK.
5. Penyetoran kerugian negara sebesar Rp138.464.151,00 kepada Kas Negara dan
menegur secara tertulis PPK agar lebih cermat dalam melakukan klarifikasi
penawaran serta lebih meningkatkan pengawasan dan pengendalian.
6. Pengajuan Memo Penyesuaian oleh Kepala BTIP untuk dapat membukukan transaksi
yang mempengaruhi neraca yang berasal dari transaksi tahun 2006 dan 2007 sesuai
dengan masa penyusunan laporan keuangan agar dapat dikonsolidasikan pada
Laporan Keuangan Depkominfo tahun 2008.
7. Penarikan dan penyetoran kelebihan perhitungan ke Kas Negara.
8. Penagihan atas kekurangan pekerjaan, memberikan teguran kepada konsultan
pengawas pekerjaan dan melakukan pengawasan yang lebih optimal di masa yang
akan datang.
9. Penagihan denda dan penyetoran ke Kas Negara mengenai keterlambatan pengadaan
AC sebesar Rp6.863.379,55.
10. Penyelesaian pengurusan IMB dan penutupan asuransi.
11. Penarikan dan penyetoran kelebihan pembayaran honor yang diterima ke Kas Negara.

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 65 dari 66


12. Pemberian teguran tertulis kepada Bendahara penerima yang lalai melakukan
kewajiban penyetoran atas PNBP.
13. Perencanaan anggaran oleh Satker Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri sesuai
mata anggaran yang telah ditetapkan.
14. Pengiriman tagihan BHP Frek oleh Ditjen Postel kepada TVRI setiap tahun tanpa
memandang apakah tagihan tersebut dapat terbayar atau tidak.
15. Pemberian teguran tertulis oleh Sekjen Depkominfo kepada Bendahara Pengeluaran
yang lalai melakukan kewajiban penyetoran penerimaan pajak.
16. Pembukuan piutang dan PNBP oleh Ditjen Postel secara lengkap dan memadai dan
melaporkan piutang PNBP sesuai dengan pembukuan yang dibuatnya dalam rangka
penyusunan Laporan Keuangan Depkominfo.
17. Penyelesaian barang-barang yang tidak ditemukan. Depkominfo selanjutnya
melakukan koordinasi dan konsultasi dengan pihak Departemen Keuangan.

Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut adalah:


1. Penyerahan peralatan dan mesin kepada pihak lain sebesar Rp19.983,26 juta belum
ada persetujuan Menteri Keuangan.
2. Tanah seluas 60 m2 di Manado belum bersertifikat dan tanah seluas 1265 m2 di
Banjarmasin bersertifikat bukan atas nama Depkominfo.
3. Peralatan dan mesin yang kondisinya rusak berat dan sudah tidak memiliki nilai
manfaat belum diusulkan penghapusannya kepada Menteri Keuangan.
4. Internet galeri BPPKI Manado senilai Rp275,64 juta belum dimanfaatkan.
5. Balai Monitor Makassar membeli tanah senilai Rp2.048,00 juta yang status
kepemilikan tanahnya tidak atas nama penjual.
6. Sebidang tanah seluas 17.320 m2 yang dibeli Deppen tahun 1964 senilai Rp53,59 juta
di Jl. Medan Belawan Km 7,9 Medan belum dicatat sebagai Aset Depkominfo (dhi.
Lembaga Informasi Nasional) dan masih bersengketa dengan Pihak Ketiga.
7. Sebidang tanah seluas 1.750 m2 dengan harga perolehan senilai Rp15,00 juta milik
Depkominfo di Jl. Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan, kepemilikan hak atas
tanahnya masih diakui oleh Pihak Ketiga.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BPK LHP Kepatuhan atas LK Kemkominfo Tahun 2009 Halaman 66 dari 66


Lampiran 1 - Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT MT Tahun 2009 beserta Sanksi
Denda Keterlambatan untuk Tahun Buku 2008 dan 2009
PT MT
TAHUN BUKU 2008 TAHUN BUKU 2009
NO. URAIAN
(Rp) (Rp)
I. UNSUR PENDAPATAN
A Jasa Telekomunikasi
1. Percakapan 665.091.691.093,00 331.497.481.493,00
2. Pesan Singkat (SMS) 116.908.570.746,00 82.864.044.347,00
3. Data 27.205.100.783,00 32.142.671.135,00
4. Abonemen 3.234.761.804,00 4.227.600.509,00
5. Lain-lain 7.924.718.482,00 13.966.572.308,00
Sub Jumlah 820.364.842.908,00 464.698.369.792,00
B Jasa Interkoneksi
1. Domestik 87.353.980.804,00 59.420.069.264,00
2. Jelajah Internasional 18.805.950.953,00 13.259.889.160,00
Sub Jumlah 106.159.931.757,00 72.679.958.424,00
Jumlah 926.524.774.665,00 537.378.328.216,00
Potongan harga -31.588.967.762,00 -32.886.384.440,00
II. Jumlah Pendapatan Kotor 894.935.806.903,00 504.491.943.776,00
III. UNSUR PENGURANG PENDAPATAN
Beban Interkoneksi -163.105.159.887,00 -135.523.234.952,00
Pendapatan Lain-lain:
Rent Transmisi -6.552.141.087,00 -9.872.787.748,00
Rent Space and Tower -1.007.555.150,00 -3.823.509.488,00
Jumlah Pengurang Pendapatan -170.664.856.124,00 -149.219.532.188,00
IV. Dasar Pengenaan BHP Tel dan KKPU 724.270.950.779,00 355.272.411.588,00

V. A Kewajiban BHP Tel 2009 (1%) = 1% x IV 7.242.709.508,00


(telah dibayar pada 25 Februari 2010)
V. B Kewajiban BHP Tel 2010 (0,5%) = 0,5% x 1.776.362.058,00
IV

VI. A Sanksi Denda Keterlambatan BHP Tel 1.593.396.092,00


2% x V.A x 11 bulan
(1 April 2009 – 25 Februari 2010 = 11
bulan)
VI. B Sanksi Denda Keterlambatan BHP Tel 35.527.241,00
minimal 1 bulan
2% x V.B x 1 bulan
(31 Maret 2010 - 28 April 2010 = 1 bulan)

VII. A Kewajiban KKPU/USO (0,75%) 5.432.032.131,00


= 0,75% x IV
VII. B Kewajiban KKPU/USO (1,25%) 4.440.905.145,00
=1,25% x IV

VIII. Sanksi Denda Keterlambatan KKPU 1.412.328.354,00


2% x VII.A x 13 bulan
(1 April 2009 – 28 April 2010 = 13 bulan)
VIII. Sanksi Denda Keterlambatan KKPU 88.818.103,00
Minimal 1 bulan
2% x VII.B x 1 bulan
(31 Maret 2010 - 28 April 2010 = 1 bulan)

IX. JUMLAH YANG HARUS DIBAYAR 8.437.756.577,00 6.341.612.547,00


(V + VI + VII + VIII)
Catatan:
Piutang yang tak tertagih dapat menjadi pengurang pendapatan. Namun demikian nilai
piutang tak tertagih tersebut harus dibuktikan dengan dokumen pendukung sesuai
ketentuan. Jika PT MT bisa membuktikan memiliki piutang tak tertagih, nilai tersebut
dapat mengurangi pendapatan yang menjadi dasar penggenaan BHP Tel dan KPPU
USO.
Lampiran 2 - Perhitungan BHP Tel dan KKPU/USO PT TS Tahun 2007 dan Perhitungan
BHP Tel dan KKPU/USO PT BT Tahun Buku 2008 dan Tahun Buku 2009

a. PT TS
(dalam rupiah)
Pendapatan 38.799.427.571.306,00
Beban Interkoneksi (2.128.793.062.372,00)
Penghapusan Piutang berdasarkan Mutasi Piutang (82.497.075.213,00)
Pendapatan Kena BHP 36.588.137.433.72,001
Kewajiban Terutang:
BHP Telekomunikasi 1% = (1% x 36.588.137.433.721) 365.881.374.337,00
KKPU 0,75% = (0,75% x 36.588.137.433.721) 274.411.030.753,00
Pembayaran BHP Tel 2007 365.689.029.509,00
Pembayaran KKPU 2007 274.266.772.131,00
Kurang Bayar BHP Tel 2007 = (365.881.374.337-365.689.029.509) 192.344.828,00
Kurang Bayar KKPU 2007 = (274.411.030.753 - 274.266.772.131) 144.258.622,00
Denda keterlambatan BHP Tel (2% x 24 bulan Maksimum) 92.325.518,00
Denda keterlambatan KKPU (2% x 24 bulan Maksimum) 69.244.139,00
Jumlah Kurang Bayar tahun buku 2007 498.173.106,00

b. PT BT
Tahun Buku 2008 Tahun Buku 2009
(Rp) (Rp)
Pendapatan 2.202.292.036.246,00 2.742.577.398.252,00
Penghapusan Piutang Ragu-ragu (23.388.713.945,00) (16.275.383.378,00)
Pendapatan Kena BHP 2.178.903.322.301,00 2.726.302.014.874,00
Kewajiban Terutang
BHP Telekomunikasi 1% (2008) 21.789.033.223,00
KKPU 0,75% (2008) 16.341.774.917,00
BHP Telekomunikasi 0,5% (2009) 13.631.510.074,00
KKPU 1,25% (2009) 34.078.775.186,00
Pembayaran BHP Telekomunikasi
Tanggal 14-08-2008 9.267.525.783,00
Tanggal 24-12-2008 6.150.078.811,00
Tanggal 2-4-2009 6.371.428.629,00
Tanggal 24-08-2009 6.623.067.657,00
Tanggal 12-04-2010 7.008.442.417,00
Total Pembayaran BHP Telekomunikasi 21.789.033.223,00 13.631.510.074,00
Pembayaran KKPU
Tanggal 21-5-2008 3.287.542.985,00
Tanggal 14-8-2008 3.663.101.352,00
Tanggal 12-11-2008 4.612.559.108,00
Tanggal 2-4-2009 4.778.571.472,00
Tanggal 9-06-2009 8.181.323.001,00
Tanggal 24-08-2009 8.376.346.143,00
Tanggal 1-12-2009 8.503.232.064,00
Tanggal 12-04-2010 9.017.873.978,00
Total Pembayaran KKPU 16.341.774.917,00 34.078.775.186,00
Denda Keterlambatan Pembayaran BHP Telekomunikasi
(1 bulan x 2% x Rp6.371.428.629,00) 127.428.573,00
Denda Keterlambatan Pembayaran KKPU
(1 bulan x 2% x Rp4.778.571.472,00) 95.571.429,00
Denda Keterlambatan Pembayaran BHP Telekomunikasi
(1 bulan x 2% x Rp7.008.442.417,00) 140.168.848,00
Denda Keterlambatan Pembayaran KKPU
(1 bulan x 2% x Rp9.017.873.978,00) 180.357.480,00
Total Denda Keterlambatan 223.000.002,00 320.526.328,00
Lampiran 3 - Denda Keterlambatan Pembayaran Perpanjangan ISR di Tahun 2009 sebanyak 136
SPP dari 151 SPP
Denda
Jatuh Tanggal Terlambat
No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Keterlambatan
Tempo pembayaran (bulan)
(Rp)
1 00290072008 3.242.347.630,00 04/09/2009 10/11/2009 2 130.990.844,00
2 9537041 227.595.675,00 18/07/2009 10/11/2009 4 18.761.203,00
3 9542591 105.487.390,00 30/03/2009 10/11/2009 8 18.107.900,00
4 00128082007 1.070.697.260,00 31/08/2009 02/11/2009 2 43.256.169,00
5 00509072007 482.065.668,00 14/08/2009 30/10/2009 3 29.506.275,00
6 00103032008 153.674.135,00 01/04/2009 17/11/2009 8 26.379.607,00
7 00036082008 446.104.164,00 20/08/2009 02/11/2009 2 18.022.608,00
8 00129082007 417.755.822,00 31/08/2009 02/11/2009 2 16.877.335,00
9 00045092008 741.137.660,00 16/09/2009 02/11/2009 1 14.822.753,00
10 00460072006 359.406.970,00 02/09/2009 02/11/2009 2 14.520.042,00
11 00265082008 316.577.322,00 10/09/2009 02/11/2009 2 12.789.724,00
12 00146082007 295.433.510,00 31/08/2009 02/11/2009 2 11.935.514,00
13 00043092008 553.884.805,00 16/09/2009 02/11/2009 1 11.077.696,00
14 00050122006 53.871.498,00 15/01/2009 19/11/2009 10 11.772.310,00
15 00495072007 172.269.146,00 14/08/2009 02/11/2009 3 10.544.250,00
16 3352003 198.018.742,00 01-12-2008 10-02-2009 3 11.881.125,00
17 00110072008 618.410.198,00 22/08/2009 08/09/2009 1 12.368.204,00
18 00049032007 1.043.290.755,00 09/04/2009 07/05/2009 1 20.865.815,00
19 9561951 391.409.909,00 27/01/2009 19/03/2009 2 15.656.396,00
20 00272032007 16.294.424.954,00 03/04/2009 27/04/2009 1 325.888.499,00
21 00103072008 4.558.324.377,00 23/07/2009 20/10/2009 3 279.005.918,00
22 00021082008 9.150.820.457,00 20/08/2009 25/08/2009 1 183.016.409,00
23 00219022008 8.983.253.664,00 10/03/2009 27/04/2009 1 179.665.073,00
24 00224022008 8.910.950.423,00 10/03/2009 27/04/2009 1 178.219.008,00
25 00222082008 4.264.831.302,00 01/09/2009 23/10/2009 2 172.299.185,00
26 00048062006 8.105.510.565,00 14/06/2009 19/06/2009 1 162.110.211,00
27 00251072008 8.019.044.366,00 11/08/2009 13/08/2009 1 160.380.887,00
28 00017082008 7.590.549.763,00 20/08/2009 25/08/2009 1 151.810.995,00
29 00026082008 6.551.542.778,00 20/08/2009 25/08/2009 1 131.030.856,00
30 00287032007 5.724.549.734,00 11/04/2009 27/04/2009 1 114.490.995,00
31 00285032007 5.667.179.803,00 11/04/2009 27/04/2009 1 113.343.596,00
32 00170102008 5.114.888.992,00 30/10/2009 25/11/2009 1 102.297.780,00
33 00253072008 4.927.363.794,00 11/08/2009 14/08/2009 1 98.547.276,00
34 00096082007 4.755.967.734,00 29/08/2009 09/09/2009 1 95.119.355,00
35 00199022008 592.322.604,00 10/03/2009 20/10/2009 8 101.677.732,00
36 00105032008 562.727.832,00 27/03/2009 28/10/2009 8 96.597.511,00
37 00283032007 4.324.264.088,00 11/04/2009 27/04/2009 1 86.485.282,00
38 00098082007 4.054.569.482,00 29/08/2009 09/09/2009 1 81.091.390,00
39 00234082007 1.815.253.032,00 11/09/2009 20/10/2009 2 73.336.222,00
40 00047032008 449.458.192,00 24/03/2009 28/10/2009 8 77.153.715,00
41 00098072008 1.034.166.527,00 23/07/2009 20/10/2009 3 63.299.265,00
42 00235082007 1.407.518.432,00 11/09/2009 20/10/2009 2 56.863.745,00
43 00095032008 351.595.983,00 24/03/2009 28/10/2009 8 60.354.749,00
44 00047092008 1.295.293.996,00 10/09/2009 28/10/2009 2 52.329.877,00
45 00036092008 1.200.546.668,00 10/09/2009 28/10/2009 2 48.502.085,00
Denda
Jatuh Tanggal Terlambat
No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Keterlambatan
Tempo pembayaran (bulan)
(Rp)
46 00025082008 2.400.856.048,00 20/08/2009 25/08/2009 1 48.017.121,00
47 00038092008 1.154.978.466,00 10/09/2009 23/10/2009 2 46.661.130,00
48 00386112008 2.016.539.287,00 13/11/2009 19/11/2009 1 40.330.786,00
49 00198022008 1.757.398.130,00 10/03/2009 27/04/2009 1 35.147.963,00
50 00233082007 730.194.837,00 11/09/2009 28/10/2009 2 29.499.871,00
51 00094082007 1.440.704.383,00 29/08/2009 09/09/2009 1 28.814.088,00
52 00106032008 205.303.050,00 01/04/2009 28/10/2009 7 30.525.621,00
53 00097082007 1.384.151.536,00 29/08/2009 09/09/2009 1 27.683.031,00
54 00093082007 1.241.190.098,00 29/08/2009 09/09/2009 1 24.823.802,00
55 00099082007 814.285.893,00 29/08/2009 09/09/2009 1 16.285.718,00
56 00281032007 629.667.196,00 11/04/2009 27/04/2009 1 12.593.344,00
57 00259072008 595.376.990,00 11/08/2009 13/08/2009 1 11.907.540,00
58 00096032008 83.685.685,00 01/04/2009 28/10/2009 7 12.442.862,00
59 00197082007 280.974.799,00 11/09/2009 28/10/2009 2 11.351.382,00
60 00048062007 5.286.698.606,00 13/06/2009 07/08/2009 2 213.582.624,00
61 00158082007 4.154.617.566,00 07/09/2009 10/09/2009 1 83.092.351,00
62 00464122007 584.196.540,00 03/01/2009 14/07/2009 7 86.603.653,00
63 00466122007 528.827.646,00 03/01/2009 14/07/2009 7 78.395.544,00
64 00384122007 523.831.992,00 03/01/2009 14/07/2009 7 77.654.968,00
65 00420122007 467.357.232,00 03/01/2009 14/07/2009 7 69.282.922,00
66 9548881 3.046.766.233,00 02/11/2009 06/11/2009 1 60.935.325,00
67 00497122007 428.372.317,00 08/01/2009 14/07/2009 7 63.503.641,00
68 00488092006 2.766.092.362,00 03/10/2009 08/10/2009 1 55.321.847,00
69 00469122007 390.425.244,00 03/01/2009 17/07/2009 7 57.878.214,00
70 00029022008 679.368.155,00 21/02/2009 27/05/2009 4 56.001.784,00
71 00381122007 293.648.334,00 03/01/2009 14/07/2009 7 43.531.614,00
72 00001042008 508.472.172,00 10/04/2009 17/07/2009 4 41.914.459,00
73 00462122007 247.386.052,00 03/01/2009 10/07/2009 7 36.673.507,00
74 00463122007 233.186.850,00 03/01/2009 10/07/2009 7 34.568.560,00
75 00341122007 232.292.322,00 03/01/2009 10/07/2009 7 34.435.951,00
76 00470122007 212.753.178,00 03/01/2009 10/07/2009 7 31.539.390,00
77 00317112007 204.789.396,00 03/01/2009 14/07/2009 7 30.358.806,00
78 00096102007 1.344.709.074,00 22/11/2009 03/12/2009 1 26.894.181,00
79 00382122007 161.309.315,00 03/01/2009 10/07/2009 7 23.913.144,00
80 9560671 146.528.538,00 06/01/2009 10/07/2009 7 21.721.982,00
81 00343122007 145.523.574,00 03/01/2009 10/07/2009 7 21.573.002,00
82 04593102007 987.562.530,00 22/11/2009 26/11/2009 1 19.751.251,00
83 04560102007 976.640.664,00 21/11/2009 25/11/2009 1 19.532.813,00
84 9560681 159.127.566,00 17/01/2009 10/07/2009 6 20.007.021,00
85 00187092007 938.726.208,00 02/10/2009 08/10/2009 1 18.774.524,00
86 00189092007 934.578.088,00 05/10/2009 08/10/2009 1 18.691.562,00
87 00181112007 877.839.750,00 03/12/2009 07/12/2009 1 17.556.795,00
88 00084112007 862.490.064,00 21/11/2009 25/11/2009 1 17.249.801,00
89 00136102007 855.527.667,00 02/11/2009 04/11/2009 1 17.110.553,00
90 00189052008 411.486.630,00 04/06/2009 30/07/2009 2 16.624.060,00
91 00126102008 570.226.035,00 27/10/2009 02/11/2009 1 11.404.521,00
92 00569112008 549.844.160,00 03/12/2009 07/12/2009 1 10.996.883,00
93 00072112007 548.842.671,00 23/11/2009 26/11/2009 1 10.976.853,00
Denda
Jatuh Tanggal Terlambat
No. Nomor Aplikasi Nilai SPP (Rp) Keterlambatan
Tempo pembayaran (bulan)
(Rp)
94 00183112006 536.070.400,00 06/12/2009 07/12/2009 1 10.721.408,00
95 00140092007 530.998.500,00 02/10/2009 08/10/2009 1 10.619.970,00
96 00380122007 173.710.902,00 03/01/2009 28/03/2009 3 10.422.654,00
97 00238092008 516.487.593,00 25/09/2009 20/10/2009 1 10.329.752,00
98 00381122007 293.648.334,00 03-01-2009 14-07-2009 7 43.531.614,00
99 00001042008 508.472.172,00 10-04-2009 17-07-2009 4 41.914.459,00
100 9523191 141.522.742,00 11-11-2008 11-06-2009 7 20.677.129,00
101 00038062007 289.415.568,00 13-06-2008 31-03-2009 10 57.883.114,00
102 00029012008 2.311.110.159,00 09/01/2009 27/03/2009 3 138.666.610,00
103 00493112008 4.901.896.068,00 28/11/2009 16/12/2009 1 98.037.921,00
104 00030012008 499.412.260,00 09/01/2009 27/03/2009 3 29.964.736,00
105 00128062008 137.621.035,00 04/07/2009 30/10/2009 4 11.344.399,00
106 00077032007 1.555.046.064,00 02-06-2008 09-02-2009 9 279.908.292,00
107 00225052007 63.191.660,00 08-06-2008 28-01-2009 8 10.110.666,00
108 4425003 1.794.283.920,00 02/06/2009 16/06/2009 1 35.885.678,00
109 4425032 809.833.280,00 07/01/2009 21/01/2009 1 16.196.666,00
110 4425018 282.299.785,00 07-01-2009 17-03-2009 3 16.937.987,00
111 9555741 1.815.452.259,00 14/08/2009 02/09/2009 1 36.309.045,00
112 00261052007 729.736.222,00 29/05/2009 21/07/2009 1 14.594.724,00
113 00001112007 344.233.472,00 03-12-2008 06-03-2009 2 13.769.339,00
114 00002112007 328.513.444,00 28-11-2008 06-03-2009 2 13.140.538,00
115 4425015 1.221.154.926,00 07/01/2009 22/01/2009 1 24.423.099,00
116 4425014 1.036.311.255,00 08/01/2009 22/01/2009 1 20.726.225,00
117 4425006 726.806.192,00 07/01/2009 22/01/2009 1 14.536.124,00
118 00478122007 7.801.950.621,00 03/01/2009 19/08/2009 8 1.335.763.509,00
119 00158112006 15.064.421.237,00 21/11/2009 17/12/2009 1 301.288.425,00
120 00264072008 8.327.656.329,00 11/08/2009 19/08/2009 1 166.553.127,00
121 00101012007 747.545.370,00 01/02/2009 19/08/2009 7 111.149.282,00
122 00266072008 4.964.130.454,00 11/08/2009 19/08/2009 1 99.282.609,00
123 00017042008 2.831.626.665,00 10/04/2009 20/04/2009 1 56.632.533,00
124 00265072008 2.556.811.185,00 11/08/2009 19/08/2009 1 51.136.224,00
125 00022042008 1.857.725.135,00 10/04/2009 20/04/2009 1 37.154.503,00
126 00160012008 259.582.727,00 01/02/2009 19/08/2009 7 38.596.231,00
127 00068022008 270.704.888,00 21/02/2009 19/08/2009 6 34.152.784,00
128 00089102007 1.592.975.331,00 20/11/2009 17/12/2009 1 31.859.507,00
129 00016042008 1.550.188.509,00 10/04/2009 20/04/2009 1 31.003.770,00
130 00021042008 1.326.209.453,00 10/04/2009 20/04/2009 1 26.524.189,00
131 00190072008 962.423.541,00 11/08/2009 19/08/2009 1 19.248.471,00
132 9546811 908.704.217,00 08/04/2009 20/04/2009 1 18.174.084,00
133 00160032008 540.896.889,00 07/04/2009 20/04/2009 1 10.817.938,00
134 00247062008 528.685.580,00 04/07/2009 27/07/2009 1 10.573.712,00
135 00012112006 519.140.250,00 27/11/2009 03/12/2009 1 10.382.805,00
136 00200072008 515.569.115,00 11/08/2009 19/08/2009 1 10.311.382,00
8.900.448.982,44
Lampiran 4 - Rincian Lokasi, Jumlah SSL. Jangka Waktu Pelaksanaan, Target Pekerjaan, Nomor dan Tanggal serta Perjanjian Kerja Sama
(PKS) pada Tujuh Paket Pekerjaan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
Target Pra
Wilayah Pelayanan
Fasilitas Operasional
Universal Akses Waktu
Paket Nomor & Tanggal PKS Teleponi Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan
Telekomunikasi Internet Pelaksanaan
(SSL) Jumlah
(WPUT) %
SSL
1 WPUT I: Nomor: 8.115 9 Rp553.598.298.243,00 PT TS s.d. 30 Sept.
Pra operasional I 85% 6.898
1. Provinsi NAD 03/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 2009
2. Provinsi Sumut Tanggal 4 Februari 2009 s.d. 31 Des.
Pra operasional II 15% 1.217
3. Provinsi Sumbar 2009
1 Okt. 2009 – 31
Operasional I - -
Des. 2013
1 Jan. 2010 – 31
Operasional II - -
Mar. 2014
2 WPUT II: Nomor: 5.197 24 Rp333.070.219.110,00 PT TS s.d. 30 Sept.
1. Provinsi Jambi 01/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 Pra operasional I 80% 4.158
2009
2. Provinsi Riau Tanggal 16 Januari 2009
3. Provinsi Kep. s.d. 31 Des.
Riau Pra operasional II 20% 1.039
2009
4. Provinsi Kep.
Babel
WPUT III: 1 Okt. 2009 – 31
Operasional I - -
1. Provinsi Des. 2013
Bengkulu
2. Provinsi Sumsel 1 Jan. 2010 – 31
3. Provinsi Operasional II - -
Mar. 2014
Lampung.
3 WPUT IV: Nomor: 3.797 12 Rp365.898.864.682,00 PT TS s.d. 30 Sept.
Pra operasional I 75% 2.848
1. Provinsi Kalbar 04/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 2009
2. Provinsi Kalteng Tanggal 4 Februari 2009 s.d. 31 Des.
Pra operasional II 25% 949
WPUT V: 2009
1. Provinsi Kaltim 1 Okt. 2009 – 31
2. Provinsi Kalsel Operasional I - -
Des. 2013
1 Jan. 2010 – 31
Operasional II - -
Mar. 2014
Target Pra
Wilayah Pelayanan
Fasilitas Operasional
Universal Akses Waktu
Paket Nomor & Tanggal PKS Teleponi Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan
Telekomunikasi Internet Pelaksanaan
(SSL) Jumlah
(WPUT) %
SSL
4 WPUT VI: Nomor: 4.758 24 Rp274.460.538.027,00 PT ICP s.d. 31 Des.
1. Provinsi Sulut 6/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 Pra operasional I 10% 476
2009
2. Provinsi Tanggal 16 Juli 2009 s.d. 31 Mar.
Gorontalo Pra operasional II 90% 4.282
2011
3. Provinsi Sulteng 1 Apr. 2010 –
WPUT VII: Operasional I - -
30 Jun. 2014
1. Provinsi Sulbar
2. Provinsi Sulsel
3. Provinsi Sultra
WPUT IX: 1 Apr. 2011 –
Operasional II - -
1. Provinsi Maluku 30 Jun. 2015
2. Provinsi Maluku
Utara
5 WPUT VIII: Nomor: 3.015 7 Rp455.640.120.561,00 PT ICP s.d. 31 Mar.
Pra operasional I 10% 301
1. Provinsi Papua 7/PKS/BTIP/KOMINFO/7/2009 2010
2. Provinsi Irian Tanggal 16 Juli 2009 s.d. 30 Sept.
Pra operasional II 90% 2.714
Jaya Barat 2011
1 Jul. 2010 – 30
Operasional I - -
Sept .2014
1 Okt. 2011 – 30
Operasional II - -
Des. 2015
6 WPUT X: Nomor: 2.368 9 Rp209.042.257.717,00 PT TS s.d. 30 Sept.
Pra operasional I 85% 2.013
1. Provinsi Bali 05/PKS/BTIP/KOMINFO/2/2009 2009
2. Provinsi NTB tanggal 4 Februari 2009 s.d. 31 Des.
Pra operasional II 15% 355
3. Provinsi NTT 2009
1 Okt. 2009 – 31
Operasional I - -
Des. 2013
1 Jan. 2010 – 31
Operasional II - -
Mar. 2014
7 WPUT XI: Nomor: 4.574 15 Rp201.070.814.184,00 PT TS s.d. 30 Sept.
Pra operasional 100% 4.574
1. Provinsi Banten 02/PKS/BTIP/KOMINFO/1/2009 2009
Target Pra
Wilayah Pelayanan
Fasilitas Operasional
Universal Akses Waktu
Paket Nomor & Tanggal PKS Teleponi Nilai Kontrak Pelaksana Tahapan
Telekomunikasi Internet Pelaksanaan
(SSL) Jumlah
(WPUT) %
SSL
2. Provinsi Jabar tanggal 16 Januari 2009
3. Provinsi Jateng 1 Okt. 2009 – 31
Operasional - -
4. Provinsi DIY Des. 2013
5. Provinsi Jatim
Total 31.644 100 Rp2.392.781.112.524,00 31.644
Lampiran 5
Perhitungan Denda Keterlambatan
Sampai dengan 16 Maret 2010
Pelaksana Pekerjaan: PT TS

Total Denda (Rp)


Nilai Bagian
No. Paket Provinsi
Kontrak (Rp) Pra Operasional II Realokasi
Pra Operasional I
(s.d. 16 Maret 2010) (s.d. 16 Maret 2010)

1 NAD
Paket 1
2 Sumut 68.208.267,00 7.851.726.447,44 1.603.167.107,57 139.758.739,08
(85, 15)
3 Sumbar
4 Jambi
5 Babel
6 Riau
Paket 2
7 Kepri 64.039.119,00 5.293.601.654,78 4.838.155.440,45 -
(80, 20)
8 Bengkulu
9 Sumsel
10 Lampung
11 Kalbar
12 Paket 3 Kalteng
96.334.257,00 5.646.343.471,28 1.654.829.866,75 -
13 (75, 25) Kaltim
14 Kalsel
15 Bali
Paket 6
16 NTB 88.240.710,00 2.768.022.831,99 525.914.631,60 -
(85, 15)
17 NTT
18 Banten
19 Jabar
20 Paket 7 Jateng 43.927.371,00 280.827.682,80 - -
21 DIY
22 Jatim
DENDA PER TAHAP 21.840.522.088,29 8.482.308.307,28 139.758.739,08
TOTAL DENDA 30.462.589.134,66
Contoh:
Salah satu SSL pada Paket 1 dipasang pada 3 Desember 2009. SSL ini seharusnya selesai pada tahap Pra
Operasional I yang berakhir pada 30 September 2009. Sehingga SSL tersebut terlambat selama 64 hari
(30 September 2009 sampai dengan 3 Desember 2009)
Perhitungan denda atas keterlambatan pemasangan SSL tersebut adalah:
1/1000 (satu per mil) dari nilai bagian pekerjaan yang belum diselesaikan per hari.
Denda 1 hari keterlambatan = 1/1000 x (Rp1.337.417,00 x 51) x 1 = Rp68.208,27
Denda 64 hari keterlambatan = Rp68.208,27 x 64 = Rp4.365.329,09
Dengan menggunakan formula yang sama, pemeriksa menghitung denda keterlambatan untuk tiap-tiap
SSL, yaitu:
a. Pra Operasional I, sebanyak 6.519 SSL dengan lama keterlambatan berkisar antara 1 s.d. 119 hari.
b. Pra Operasional II, sebanyak 2.545 SSL dengan keterlambatan berkisar 1 s.d. 75 hari.
c. Sebanyak 68 SSL yang merupakan bagian dari realokasi untuk Paket I dengan keterlambatan
berkisar antara 22 hari s.d. 44 hari.
Lampiran 6 Pemanfaatan USO

a. Penempatan Beberapa ST Tidak Tepat


ST ST
No. Lokasi Kondisi Lokasi Keterangan
Terpasang Seharusnya
1 Kel. Mayasopa, Kota Sinyal ada namun ST 3A ST2A Lokasi
Singkawang, Kalbar lemah dilengkapi
dengan
fasilitas
internet agar
perangkat 3A
yang terpasang
tidak sia-sia
2 Desa Wargasara, Pulau Tunda, Sinyal tidak ada ST2B ST3B
Kab. Serang, Banten
3 Desa Kujangsari, Kab. Lebak, Sinyal lemah ST1A ST2A
Banten
4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Sinyal lemah ST1A ST2A
Banten
5 Desa Sodong, Kab. Pandeglang, Sinyal lemah ST1A ST2A
Banten
6 Desa Teluk Pulau Hulu, Kab. Sinyal kuat ST3A ST1A
Rokan Hilir, Riau
7 Desa Lubuk Sahung, Kab. Sinyal kuat ST2A ST1A
Seluma, Bengkulu
8 Desa Selali, Kab. Bengkulu Sinyal kuat ST2A ST1A
Selatan, Bengkulu
9 Desa Pal 100, Kab. Rejang Sinyal kuat ST3A ST1A
Lebong, Bengkulu

b. Rendahnya Minat Masyarakat Untuk Memanfaatkan Fastel


No. Lokasi Pemanfaatan Keterangan
1 Desa Sebandul, Kab. Rendah 5 orang/minggu
Bengkayang, Kalbar
2 Kel. Mayasopa, Kota Sangat rendah 5 orang sejak 6 bulan
Singkawang, Kalbar terpasang
3 Desa Kuala Secapah, Kab. Sangat rendah 1 orang/minggu
Pontianak, Kalbar
4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Rendah 2-3 orang/minggu. Pulsa
Banten belum pernah habis
5 Kel. Bagendung, Kota Cilegon, Tidak ada Tidak pernah digunakan sejak
Banten terpasang. Pengelola
mengusulkan untuk
dipindahkan ke lokasi lain
6 Desa Labuhan Tangga Kecil, Rendah -
Kab. Rokan Hilir, Riau
7 Desa Bantaian, Kab. Rokan Hilir, Rendah -
Riau
8 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Rendah -
Hilir, Riau
9 Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rendah -
Rokan Hilir, Riau
10 Desa Teluk Pulau Hulu, Kab. Rendah -
Rokan Hilir, Riau
11 Desa Melayu Tengah, Kab. Rendah -
Rokan Hilir, Riau
12 Desa Batu Hampar, Kab. Rokan Rendah -
Hilir, Riau
13 Desa Sungai Abang, Kab. Padang Rendah -
Pariaman, Sumbar
14 Desa Matua Mudiak, Kab. Agam, Rendah -
Sumbar
15 Desa Lubuk Sahung, Kab. Rendah -
Seluma, Bengkulu
16 Desa Lunjuk, Kab. Seluma, Rendah -
Bengkulu
17 Desa Renah Panjang, Kab. Rendah -
Seluma, Bengkulu
18 Desa Tanggo Raso, Kab. Rendah -
Bengkulu Selatan, Bengkulu
19 Desa Gunung Sakti, Kab. Rendah -
Bengkulu Selatan, Bengkulu
20 Desa Jeranglah Tinggi, Kab. Rendah -
Bengkulu Selatan, Bengkulu
21 Desa Kembang Ayun, Kab. Rendah -
Bengkulu Selatan, Bengkulu
22 Desa Pal 100, Kab. Rejang Rendah -
Lebong, Bengkulu
23 Desa Samba Danum, Kab. Rendah -
Katingan, Kalteng
24 Desa Rantau Asem, Kab. Rendah -
Katingan, Kalteng

c. Pelanggaran Penggunaan Fastel

No. Lokasi Kondisi


1 Desa Kayuarang, Kab. Seluma, Bengkulu SIM Card digunakan untuk Ponsel Kepala Desa
2 Desa Selali, Kab. Bengkulu Selatan, Bengkulu SIM Card digunakan untuk Ponsel Kepala Desa
3 Desa Bantaian, Kab. Rokan Hilir, Riau SIM Card terpasang di ponsel
4 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Riau SIM Card terpasang di ponsel

d. Ketidaklengkapan/Kehilangan Perangkat Fastel


Perangkat yang
No. Lokasi Hilang/Tidak Keterangan
Lengkap
1 Desa Tanjung Keracut, Kab. Sambas, Kalbar Indoor Repeater Belum terpasang
2 Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak, Kalbar Plang Pusyantip Tidak terpasang
3 Desa Banten, Kab. Serang, Banten Tiang Rambu Hilang
4 Kel. Pabean, Kota Cilegon, Banten Billing Display Tidak terpasang karena
kehabisan persediaan
5 Desa Sodong, Kab. Pandeglang, Banten FWT berikut Charger Hilang pada 30 Januari
2010. Pada saat tim
berkunjung, sudah
dilaporkan kepada Kepala
Desa namun belum
dilaporkan kepada Polsek.
Pihak T dan Subkontraktor
telah mengetahui perihal
ini
6 Desa Sungai Abang, Kab. Padang Pariaman, FWT Hilang
Sumbar

e. Perangkat Fastel Rusak


No. Lokasi Perangkat yang Keterangan
Rusak
1 Desa Wargasara, Pulau Tunda, Kab. Serang, Baterai FWT Mudah drop (kemungkinan
Banten karena terus menerus
mencari sinyal)
2 Desa Kuala Secapah, Kab. Pontianak, Kalbar Charger FWT Rusak
3 Desa Pasir, Kab. Tangerang, Banten Billing Display Rusak, seringkali tidak jelas
terbaca
4 Kel. Kulaba, Kota Ternate, Maluku Utara Baterai FWT Drop
5 Desa Sungai Sialang, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak
6 Desa Mukti Jaya, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak
7 Desa Teluk Pulau Hilir, Kab. Rokan Hilir, Riau FWT Rusak
8 Desa Lubuk Saung, Kab. Agam, Sumbar FWT Rusak
9 Desa Lunjuk, Kab. Seluma, Sumbar LCD FWT Rusak
10 Desa Kembang Ayun, Kab. Bengkulu Selatan, LCD FWT Rusak
Bengkulu
11 Desa Samba Danum, Kab. Katingan, Kalteng FWT Rusak
Lampiran 7 – Rincian Pekerjaan, Nomor dan Tanggal, serta Nilai Kontrak Jasa Konsultan
pada Ditjen Aptel
No. Pekerjaan Jasa Nomor & Tanggal Jangka Pelaksana Nilai No & Tgl SPM No & Tgl SP2D
Konsultan SPK Waktu (Rp)
(hari)
A. Direktorat e-Business – Ditjen Aptel
1. Pengembangan dan 04/PPK-e-Health/ 120 CV ESI 440.275.000 - 011157/PB1/DITJE - 249142N/019/111
Implementasi EBIZ/7/2009 N APTEL/2009 Tgl. 02/10/2009
Aplikasi e-Health Tgl. 31 Juli 2009 Tgl. 29/09/2009 - 282435N/019/111
- 01829/PB1/DITJEN Tgl. 10/12/2009
APTEL/2009
Tgl. 08/12/2009
2. Pembuatan Aplikasi 03/PPK-BPSE/ 120 PT SI 462.000.000 - 01323/PB1/DITJEN - 258182N/019/111
Sistem Pelayanan EBIZ/7/2009 APTEL/2009 Tgl. 28/10/2009
Badan Pengawas Tgl. 31 Juli 2009 Tgl. 26/10/2009 - 278955N/019/111
Penyelenggara
- 01799/PB1/DITJEN Tgl. 07/12/2009
Sertifikasi Elektronik
APTEL/2009
(BP2SE)
Tgl. 03/12/2009
3. Pembuatan Prototype 05/PPK-IKM/EBIZ/ 90 CV WRC 250.965.000 - 00803/PB1/DITJEN - 653973N/019/111
E-IKM 5/2009 APTEL/2009 Tgl. 11/08/2009
Tgl. 26 Mei 2009 Tgl. 05/08/2009 - 247526N/019/111
- 01129/PB1/DITJEN Tgl. 24/09/2009
APTEL/2009
Tgl. 15/09/2009
4. Model Implementasi 04/PPK- 150 CV WRC 371.525.000 - 00804/PB1/DITJEN - 653943N/019/111
Blue Print E-Bussines LPZ/EBIZ/4/2009 APTEL/2009 Tgl. 13/08/2009
Tgl. 27 April 2009 Tgl. 05/08/2009 - 250459N/019/111
- 01181/PB1/DITJEN Tgl. 07/10/2009
APTEL/2009
Tgl. 02/10/2009
5. Pengadaan Model 05/PPK- 150 PT Mc 368.922.400 - 01116/PB1/DITJEN - 247469N/019/111
Implementasi Blue POS/EBIZ/6/2009 APTEL/2009 Tgl. 17/09/2009
Print E-Business Tgl. 16 Juni 2009 Tgl. 15/09/2009 - 275184N/019/111
- 01656/PB1/DITJEN Tgl. 02/12/2009
APTEL/2009
Tgl. 26/11/2009
B. Direktorat SAAT – Ditjen Aptel
1. Pengembangan 32B/Audit/SAAT/DJ PT DIC 341.991.100 - 01733/PB1/DITJEN - 278964N/019/111
Standar Kebijakan AT.6/ APTEL/2009 Tgl. 07/12/2009
Audit KOMINFO/09/2009 Tgl. 01/12/2009 - 161431O/019/111
Tgl. 10 September - 02076/PB1/DITJEN Tgl. 22/12/2009
2009 APTEL/2009
Tgl. 16/12/2009
2. Pengembangan 32A/e- PT NCR 343.992.550 - 01731/PB1/DITJEN - 277638N/019/111
Standard dan Audit e- Gov/SAAT/DJAT.6/ APTEL/2009 Tgl. 04/12/2009
Gov KOMINFO/09/2009 Tgl. 01/12/2009 - 161430O/019/111
Tgl. 10 September - 02075/PB1/DITJEN Tgl. 22/12/2009
2009 APTEL/2009
Tgl. 16/12/2009
3. Pengembangan 32C/E-Health/SAAT/ PT EIT 307.102.400 - 01732/PB1/DITJEN - 277639N/019/111
Standard E-Health DJAT.6/KOMINFO/9 APTEL/2009 Tgl. 04/12/2009
/2009 Tgl. 01/12/2009 - 161432O/019/111
Tgl. 10 September - 02077/PB1/DITJEN Tgl. 22/12/2009
2009 APTEL/2009
Tgl. 16/12/2009
C. Direktorat e-Government – Ditjen Aptel
1. Aplikasi Sistem 17/SSO/eGOV/6/2009 120 PT PKI 360.360.000 02064/PB1/DITJEN 161492O/019/111
Single Sign On Tgl. 23 Juni 2009 APTEL/2009 Tgl. 22/12/2009
Tgl. 15/12/2009
No. Pekerjaan Jasa Nomor & Tanggal Jangka Pelaksana Nilai No & Tgl SPM No & Tgl SP2D
Konsultan SPK Waktu (Rp)
(hari)
2. Penyusunan Rencana 18/TOMOHON- 60 PT ATM 99.726.000 - 01769/PB1/DITJEN - 278871N/019/111
Induk e-Government ulang/ APTEL/2009 Tgl. 07/12/2009
eGOV/8/2009 Tgl. 03/12/2009 - 278872N/019/111
- 01770/PB1/DITJEN Tgl. 07/12/2009
APTEL/2009
Tgl. 03/12/2009
3. Layanan Keamanan 17/KSI/eGOV/8/2009 120 PT PTi 718.300.000 01981/PB1/DITJEN 286862O/019/111
Sistem Informasi Tgl. 05 Agustus 2009 APTEL/2009 Tgl. 15/12/2009
untuk Instansi Tgl. 11/12/2009
Pemerintah
D. Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak
dan Konten
1. Pengadaan Pustaka 16/NUSAPTEL.02/ 45 CV RL 257.400.000 00846/PB1/DITJEN 655481M/019/111
Pemrograman Bahasa SIPLK.3/05/2009 APTEL/2009 Tgl. 19/08/2009
Nusaptel Tgl. 06 Mei 2009 Tgl. 14/08/2009
2. Penyusunan Peta 25/TE/01/SIPLK.5/20 90 CV AI 141.350.000 - 01505/PB1/DITJEN - 266303N/019/111
Jalan Teknologi dan 09 APTEL/2009 Tgl. 16/11/2009
Tata Kelola Transaksi Tgl. 14 September Tgl. 12/11/2009 - 282311N/019/111
Elektronik 2009 - 01857/PB1/DITJEN Tgl. 10/12/2009
APTEL/2009
- 161493O/019/111
Tgl. 09/12/2009
Tgl. 22/12/2009
- 02067/PB1/DITJEN
APTEL/2009
Tgl. 15/12/2009
Lampiran 8 - Rincian Perhitungan Ulang Kontrak Jasa Konsultan pada Ditjen Aptel
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
A. Direktorat e-Business -
Ditjen Aptel

1. Pekerjaan Pengembangan dan Implementasi Aplikasi e-


Health
Biaya Langsung Personil
Tenaga Ahli
1 Project Manager IP 1 orang 4 9.000.000,00 36.000.000,00 4 9.000.000,00 36.000.000,00
2 System Analist MD 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
P
3 Ahli Sistem FH 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 3.750.000,00 15.000.000,00
Informasi Kesehatan
4 Ahli WebDesigner AB 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
5 Ahli Programer YP 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
6 Ahli Programer SK 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
7 Ahli Database EF 1 orang 4 7.500.000,00 30.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
8 Ahli Komunikasi dan Su 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 7.500.000,00 22.500.000,00
Jaringan Data
9 Ahli Implementary SW 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00
(uji software)
10 Ahli Implementary IM 1 orang 3 7.500.000,00 22.500.000,00 3 7.500.000,00 22.500.000,00
(uji software)
Jumlah 283.500.000,00 265.200.000,00
Tenaga Pendukung
1 Sekretaris Proyek 1 orang 3 1.500.000,00 4.500.000,00 3 1.500.000,00 4.500.000,00
2 Staf Administrasi 1 orang 3 1.250.000,00 3.750.000,00 3 1.250.000,00 3.750.000,00
3 Operator Komputer 2 orang 3 1.250.000,00 7.500.000,00 6 1.250.000,00 7.500.000,00
Jumlah 15.750.000,00 15.750.000,00
Biaya Langsung Non Personil
1 Biaya Transportasi dan
Akomodasi
Nusa Tenggara Barat 1 Paket 45.000.000,00 45.000.000,00 1 45.000.000,00 45.000.000,00
(Mataram) (2 kali, 3 orang, 4
hari)
DI Yogyakarta (Bantul) (2 1 Paket 20.000.000,00 20.000.000,00 1 20.000.000,00 20.000.000,00
kali, 3 orang, 4 hari)
2 Biaya Komunikasi (telepon, 1 Paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00
fax, internet)
3 Biaya Laporan pendahuluan 10 Eksp 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00
4 Biaya Laporan Antara 10 Eksp 150.000,00 1.500.000,00 10 150.000,00 1.500.000,00
5 Biaya Laporan Akhir 10 Eksp 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00
6 Biaya Buku Panduan e-health 150 Eksp 50.000,00 7.500.000,00 150 50.000,00 7.500.000,00
+ CD (instalasi,
administrator, operator)
7 Biaya Dokumentasi system + 5 Eksp 50.000,00 250.000,00 5 50.000,00 250.000,00
CD
8 Biaya pelatihan 1 Paket 10.000.000,00 10.000.000,00 1 10.000.000,00 10.000.000,00
9 Materi Pelatihan (2 Dinkes & 70 Eksp 25.000,00 1.750.000,00 70 25.000,00 1.750.000,00
10 Puskesmas)
Jumlah 101.000.000,00 101.000.000,00
Total Biaya 400.250.000,00 381.950.000,00
PPN 10% 40.025.000,00 38.195.000,00
Nilai Kontrak (yang 440.275.000,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 420.145.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 20.130.000,00
Pembayaran

2 Pekerjaan Pembuatan Aplikasi Sistem Pelayanan Badan Pengawas Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (BP2SE)
Pembayaran Umum
1 Laporan Pendahuluan 10 Eks 85.000,00 850.000,00 10 85.000,00 850.000,00
2 Laporan Akhir 10 Eks 85.000,00 850.000,00 10 85.000,00 850.000,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
Jumlah 1.700.000,00 1.700.000,00
Pembayaran Pekerjaan Utama
Tenaga Ahli
1 Project Manager B3 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 8.000.000,00 32.000.000,00
2 IT Security Specialist BH 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
/Software AS 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
Architecture An 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
3 IT Security IH 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
Consultan TA 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
Ri 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
4 Programer EJ 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
NB 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
5 Web Developer SPU 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
SR 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
CY 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
6 Database Specialit MT 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 6.500.000,00 26.000.000,00
Jumlah 344.000.000,00 344.000.000,00
Tenaga Pendukung
1 Operator 4 orang 4 2.500.000,00 40.000.000,00 4 2.500.000,00 10.000.000,00
2 Sekretaris 1 orang 4 2.500.000,00 10.000.000,00 4 2.500.000,00 10.000.000,00
Jumlah 50.000.000,00 20.000.000,00
Pembayaran Hasil Pendukung
1 Biaya Laporan Pendahuluan 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00
2 Biaya Laporan akhir 10 Eks 350.000,00 3.500.000,00 10 350.000,00 3.500.000,00
3 User Manual 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00
4 Dokumentasi Teknis 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00
5 CD Source Code 10 CD 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00
6 Materi Pelatihan 10 Eks 300.000,00 3.000.000,00 10 300.000,00 3.000.000,00
7 Instalasi Uji Coba dan 1 Paket 7.500.000,00 7.500.000,00 1 7.500.000,00 7.500.000,00
Pelatihan
Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00
Total 421.700.000,00 391.700.000,00
PPN 10% 42.170.000,00 39.170.000,00
Perhitungan RAB 463.870.000,00
Nilai Kontrak (yang 462.000.000,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 430.870.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 31.130.000,00
Pembayaran

3. Pekerjaan Pembuatan Prototype E-


IKM
Pembayaran Utama
Tenaga Ahli
1 Project Manager IMS 1 orang 3 6.000.000,00 18.000.000,00 3 3.840.000,00 11.520.000,00
2 Ahli System Analist CT 1 orang 3 5.500.000,00 16.500.000,00 3 3.591.492,00 10.774.476,00
3 Ahli EW 1 orang 1 4.500.000,00 4.500.000,00 1 1.796.328,75 1.796.328,75
Microfinance/Keuan
gan
4 Ahli Programer IF 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.666.666,67 7.333.333,34
5 Ahli Programer AJ 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.200.000,00 6.400.000,00
6 Ahli Database TRN 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 4.500.000,00 9.000.000,00
7 Ahli Database ER 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 4.500.000,00 9.000.000,00
M
8 Ahli Networking TYP 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.866.666,67 7.733.333,34
9 Ahli Networking AN 1 orang 2 4.500.000,00 9.000.000,00 2 3.840.000,00 7.680.000,00
Jumlah 93.000.000,00 71.237.471,43
Pendukung
1 Sekretaris SN 1 orang 3 1.750.000,00 5.250.000,00 3 1.750.000,00 5.250.000,00
2 Operator Komputer MS 1 orang 2 1.750.000,00 3.500.000,00 2 1.750.000,00 3.500.000,00
Jumlah 8.750.000,00 8.750.000,00
Pembayaran Umum
1 Laporan Pendahuluan 10 eksp 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00
2 Laporan Akhir 10 eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
3 ATK 3 bulan 375.000,00 1.125.000,00 3 375000 1.125.000
4 Perangkat kerja 3 bulan 2.500.000,00 7.500.000,00 3 2.500.000,00 7.500.000,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
5 Telekomunikasi 3 bulan 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00
6 Internet 3 bulan 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00
Jumlah 15.375.000,00 15.375.000,00

Pembayaran Hasil dan Pendukung


1 Dokumentasi Aplikasi Soft 10 paket 75.000,00 750.000,00 10 75.000,00 750.000,00
dan Hardcopy
2 Petunjuk Penggunaan Admin 10 eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
dan User
3 Source Code (Bentuk 10 paket 27.500,00 275.000,00 10 27.500,00 275.000,00
Electronic)
4 Materi Pelatihan 10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
5 Perangkat kerja 1 paket 97.000.000,00 97.000.000,00 1 97.000.000,00 97.000.000,00
6 Transportasi dan akomodasi 1 paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00
untuk uji coba, pelatihan dan
evaluasi
Jumlah 111.025.000,00 111.025.000,00
Total Biaya 228.150.000,00 206.387.471,43
PPN 10% 22.815.000,00 20.638.747,14
Nilai Kontrak (yang 250.965.000,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 227.026.218,57
Perhitungan Ulang
Kelebihan Pembayaran 23.938.781,43

4 Pekerjaan Model Implementasi Blue Print E Bussines


Pembayaran Utama
Tenaga Ahli
1 Project Manager BA 1 orang 5 6.000.000,00 30.000.000,00 5 3.840.000,00 19.200.000,00
2 Ahli System Analist FH 1 orang 5 5.500.000,00 27.500.000,00 5 3.520.000,00 17.600.000,00
3 Ahli System Analist t DM 1 orang 5 5.500.000,00 27.500.000,00 5 5.500.000,00 27.500.000,00
4 Ahli HM 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00
Microfinance/Keuan
gan
5 Ahli Programer RO 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00
6 Ahli Programer EH 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 3.200.000,00 12.800.000,00
7 Ahli Database DAS 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 4.500.000,00 18.000.000,00
8 Ahli Database AS 1 orang 4 4.500.000,00 18.000.000,00 4 3.520.000,00 14.080.000,00
9 Ahli Networking NS 1 orang 2,5 4.500.000,00 11.250.000,00 2,5 3.200.000,00 8.000.000,00
10 Ahli Networking HS 1 orang 2,5 4.500.000,00 11.250.000,00 2,5 3.840.000,00 9.600.000,00
Jumlah 197.500.000,00 162.780.000,00
Pendukung
1 Staf Administrasi 1 orang 5 1.750.000,00 8.750.000,00 5 1.750.000,00 8.750.000,00
Jumlah 8.750.000,00 8.750.000,00
Pemabayaran Umum
1 Laporan 10 Eksp 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00
Pendahuluan
2 Laporan Akhir 10 Eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
3 ATK 5 bulan 350.000,00 1.750.000,00 5 350.000 1.750.000
4 Perangkat kerja 5 bulan 2.500.000,00 12.500.000,00 5 2.500.000,00 12.500.000,00
5 Telekomunikasi 5 bulan 1.000.000,00 5.000.000,00 5 1.000.000,00 5.000.000,00
6 Internet 5 bulan 1.000.000,00 5.000.000,00 5 1.000.000,00 5.000.000,00
Jumlah 25.000.000,00 25.000.000,00
Pembayaran Hasil dan Pendukung
1 Dokumentasi 10 paket 75.000,00 750.000,00 10 75.000,00 750.000,00
Aplikasi Soft dan
Hardcopy
2 Petunjuk 10 Eksp 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
Penggunaan Admin
dan User
3 Source Code (Bentuk 10 paket 25.000,00 250.000,00 10 25.000,00 250.000,00
Electronic)
4 Materi Pelatihan 10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
5 Perangkat kerja 1 paket 92.500.000,00 92.500.000,00 1 92.500.000,00 92.500.000,00
6 Transportasi dan 1 paket 12.000.000,00 12.000.000,00 1 12.000.000,00 12.000.000,00
akomodasi untuk uji
coba. pelatihan dan
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
evaluasi

Jumlah 106.500.000,00 106.500.000,00


Total Biaya 337.750.000,00 303.030.000,00
PPN 10% 33.775.000,00 30.303.000,00
Nilai Kontrak (yang 371.525.000,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 333.333.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan Pembayaran 38.192.000,00

5 Pekerjaan Pengadaan Model Implementasi Blue Print E Bussines


Pembayaran Umum
1 Laporan 10 Eks 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00
Pendahuluan
2 Laporan Akhir 10 Eks 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00
Jumlah 3.000.000,00 3.000.000,00
Pembayaran Pekerjaan
Utama
Tenaga Ahli
1 Project Manager TRT 1 orang 5 8.500.000,00 42.500.000,00 5 8.500.000,00 42.500.000,00
2 Ahli Sistem Analisis FT 1 orang 5 7.500.000,00 37.500.000,00 5 7.500.000,00 37.500.000,00
dan retail
3 Ahli Programer 4 orang 5 6.750.000,00 135.000.000,00
DEP 5 6.750.000,00 33.750.000,00
GL 5 6.750.000,00 33.750.000,00
CR 5 6.246.000,00 31.230.000,00
YA 5 6.750.000,00 33.750.000,00
4 Ahli Database TIP 1 orang 4 6.500.000,00 26.000.000,00 4 5.250.000,00 21.000.000,00
5 Ahli Networking BL 1 orang 3 2.500.000,00 7.500.000,00 3 2.500.000,00 7.500.000,00
Tenaga Pendukung
1 Sekretaris Proyek 1 org 2 .250.000,00 4.500.000,00 2 2.250.000,00 4.500.000,00
Jumlah 253.000.000,00 245.480.000,00
Pembayaran Hasil Pendukung
1 Dokumentasi 10 paket 100.000,00 1.000.000,00 10 100.000,00 1.000.000,00
Aplikasi Soft dan
Hardcopy
2 Petunjuk 10 paket 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
Penggunaan Admin
dan user/materi
pelatihan
3 Source Code (bentuk 10 paket 5.000,00 50.000,00 10 5.000,00 50.000,00
electronic)
4 Perangkat 1 paket 5.834.000,00 75.834.000,00 1 75.834.000,00 75.834.000,00
pendukung
5 Transportasi dan akomodasi 1 paket 2.000.000,00 2.000.000,00 1 2.000.000,00 2.000.000,00
untuk uji coba . pelatihan dan
evaluasi
Jumlah 79.384.000,00 79.384.000,00
Total 335.384.000,00 27.864.000,00
PPN 10% 33.538.400,00 32.786.400,00
Nilai Kontrak (yang 368.922.400,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 360.650.400,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 8.272.000,00
Pembayaran

B. Direktorat SAAT - Ditjen Aptel

1. Pengembangan Standar
Kebijakan Audit
Biaya Personil
Tenaga Ahli
1 Ahli IT/Ketua Tim TZS 1 org 3 10.000.000,00 30.000.000,00 3 10.000.000,00 30.000.000,00
2 Ahli Audit GG 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
3 Ahli Audit HS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00
4 Ahli Hukum KRS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00
5 Ahli Komputer MO 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 - 8.000.000,00 -
Network E
6 Ahli Komputer AHS 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
Network
7 Ahli Kebijakan HS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00
Publik
8 Ahli Kebijakan HOS 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.500.000,00 25.500.000,00
Publik
9 Manajemen EG 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
Informatika
10 Manajemen JO 1 orang 3 8.000.000,00 24.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
Informatika
Jumlah 253.500.000,00 229.500.000,00
Biaya Personil Lainnya
1 Staf Adm 2 orang 3 1.635.000,00 9.810.000,00 3 1.635.000,00 9.810.000,00
2 Sekretaris 2 orang 3 1.798.500,00 10.791.000,00 3 1.798.500,00 10.791.000,00
3 Operator Komputer 2 orang 3 1.800.000,00 10.800.000,00 3 1.800.000,00 10.800.000,00
Jumlah 31.401.000,00 31.401.000,00
Biaya Bahan
A Dokumen Laporan
1 Lap Pendahuluan 15 eks 100.000,00 1.500.000,00 15 100.000,00 1.500.000,00
2 Lap Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 15 200.000,00 3.000.000,00
3 Konsep Lap Akhir 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 15 200.000,00 3.000.000,00
4 Laporan Akhir 20 eks 300.000,00 6.000.000,00 20 300.000,00 6.000.000,00
B Konsinyering
1 Forum Diskusi 20 3.500.000,00 3.500.000,00 3.500.000,00 3.500.000,00
2 Seminar 50 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00 9.000.000,00
Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00
Total 310.901.000,00 286.901.000,00
PPN 31.090.100,00 28.690.100,00
Nilai Kontrak (yang 341.991.100,00
dibayarkan)
Nilai Kontrak Hasil 315.591.100,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 26.400.000,00
Pembayaran

2. Pengembangan Standar
Audit e-Gov
Biaya Langsung
Personil
1 Ahli Standar/Ketua FHT 1 orang 3 10.000.000,00 30.000.000,00 3 10.000.000,00 30.000.000,00
Tim
2 Ahli Standar e gov LSI 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
3 Ahli Sistem IS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
informasi
4 Ahli Audit SI MS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
5 Ahli Keamanan SI AS 1 orang 3 4.905.000,00 14.715.000,00 3 4.905.000,00 14.715.000,00
6 Ahli Analisa SI NK 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
7 Ahli Analisa SI RS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
8 Ahli Kebijakan AS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
Publik
9 Ahli Jaringan H2R 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 6.375.000,00 19.125.000,00
Informatika
10 Ahli Hukum HY 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 9.000.000,00 27.000.000,00
Telematika
Jumlah 260.715.000,00 252.840.000,00
Tenaga Pendukung
1 Staf Administrasi 2 orang 3 1.635.000,00 9.810.000,00 6 1.635.000,00 9.810.000,00
2 Sekretaris 1 orang 3 1.798.500,00 5.395.500,00 3 1.798.500,00 5.395.500,00
3 Operator Komputer 2 orang 3 1.800.000,00 10.800.000,00 6 1.800.000,00 10.800.000,00
Jumlah 26.005.500,00 26.005.500,00
Biaya Langsung Non
Personil
A Dokumen Laporan
1 Laporan 15 eks 100.000,00 1.500.000,00 100.000,00 1.500.000,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
pendahuluan
3 Laporan Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00
4 Konsep Laporan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00
Akhir
5 Laporan Akhir 20 eks 300.000,00 6.000.000,00 300.000,00 6.000.000,00
B Konsinyering
1 Forum Diskusi 1 2.500.000,00 2.500.000,00 1 2.500.000,00 2.500.000,00
2 Seminar 1 10.000.000,00 10.000.000,00 1 10.000.000,00 10.000.000,00
Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00
Total 312.720.500,00 304.845.500,00
PPN 10% 31.272.050,00 30.484.550,00
Nilai Kontrak yang 343.992.550,00
Dibayarkan
Nilai Kontrak Hasil 335.330.050,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 8.662.500,00
Pembayaran

3. Pengembangan Standard
e-Health
Biaya Personil
Tenaga Ahli
1 Ketua Tim AA 1 orang 3 9.728.000,00 29.184.000,00 3 7.040.000,00 21.120.000,00
2 Ahli Teknologi AM 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00
Informasi S
3 Ahli Kebijakan IJW 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
Publik
4 Ahli Kebijakan TS 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 7.040.000,00 21.120.000,00
Publik
5 Ahli e Health PA 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
6 Ahli e Health HW 1 orang 3 9.000.000,00 27.000.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
7 Ahli Komputer AA 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 6.400.000,00 19.200.000,00
Network
8 Ahli Database GH 1 orang 3 8.500.000,00 25.500.000,00 3 8.000.000,00 24.000.000,00
Jumlah 215.184.000,00 176.640.000,00
Biaya Personil
Lainnya
1 Staf Adm 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00
2 Sekretaris 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00
3 Operator Komputer 2 orang 3 1.000.000,00 6.000.000,00 6 1.000.000,00 6.000.000,00
Jumlah 18.000.000,00 18.000.000,00
Biaya Bahan
A. Dokumen
Laporan
1 Lap Pendahuluan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00
2 Lap Kemajuan 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00
3 Konsep Lap Akhir 15 eks 200.000,00 3.000.000,00 200.000,00 3.000.000,00
4 Laporan Akhir 20 eks 200.000,00 4.000.000,00 200.000,00 4.000.000,00
B. Konsinyering
1 Forum Diskusi 20 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00
2 Seminar 50 21.000.000,00 21.000.000,00 21.000.000,00 21.000.000,00
Jumlah 46.000.000,00 46.000.000,00
Total 279.184.000,00 240.640.000,00
PPN 27.918.400,00 24.064.000,00
Nilai Kontrak yang 307.102.400,00
Dibayarkan
Nilai Kontrak Hasil 264.704.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 42.398.400,00
Pembayaran

C. Direktorat e-Government -
Ditjen Aptel
1. Pekerjaan Aplikasi Sistem Single Sign On
Pembayaran Umum
1 Ketua Tim MA 1 orang 4 10.000.000 40.000.000 4 10.000.000 40.000.000
2 Security Enginer ML 1 orang 4 8.000.000 32.000.000 4 7.500.000 30.000.000
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
3 System BS 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
Administrator
4 System Analis Yo 1 orang 4 8.000.000,00 32.000.000,00 4 7.500.000,00 30.000.000,00
5 Programer AP 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00
28.000.000,00
6 Programer RK 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00 28.000.000,00
7 Programer Bur 1 orang 4 7.000.000,00 28.000.000,00 4 7.000.000,00 28.000.000,00
Biaya Langsung Non personil
Biaya rapat dan 1 1 9.000.000,00 9.000.000,00 1 9.000.000,00 9.000.000,00
Evaluasi
Biaya fotocopy 1 1 2.000.000,00 2.000.000,00 1 2.000.000,00 2.000.000,00
Total 231.000.000,00 225.000.000,00
PPN 23.100.000,00 22.500.000,00
Nilai Kontrak yang 254.100.000,00
Dibayarkan
Nilai Kontrak Hasil 247.500.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 6.600.000,00
Pembayaran

2. Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk e-Goverment Sebesar Rp5.375.370.00.


Biaya Langsung Personil
Tenaga Ahli
1 Ketua Tim/Sistem SU 1 orang 2 6.000.000,00 12.000.000,00 2 5.250.000,00 10.500.000,00
Analis
2 Ahli Sistem GPL 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00
Informasi
3 Ahli Database W 1 orang 2 4.125.000,00 8.250.000,00 2 4.125.000,00 8.250.000,00
4 Ahli Jaringan SOE 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 3.181.650,00 6.363.300,00
5 Ahli Perangkat ATA 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00
Lunak
6 Ahli Statistik MF 1 orang 2 4.375.000,00 8.750.000,00 2 4.375.000,00 8.750.000,00
Jumlah 55.250.000,00 51.363.300,00
Pendukung
1 Dokumentator KA 1 orang 2 2.000.000,00 4.000.000,00 2 2.000.000,00 4.000.000,00
R
2 Sekretaris DR 1 orang 2 2.500.000,00 5.000.000,00 2 2.500.000,00 5.000.000,00
Jumlah 9.000.000,00 9.000.000,00
Biaya Langsung Non Personil
Biaya Kantor
1 Biaya Komunikasi 1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00
2 Biaya Peralatan 1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00
Kantor (ATK)
3 Biaya Kantor 1 ls 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00
Lainnya
Biaya Perjalanan Dinas
1 Biaya Tiket (Jakarta 1 orang 4 2.000.000,00 8.000.000,00 4 2.000.000,00 8.000.000,00
- Manado pp)
2 Uang Harian 3 1 orang 4 250.000,00 3.000.000,00 12 250.000,00 3.000.000,00
3 Biaya Penginapan 3 1 orang 4 250.000,00 3.000.000,00 12 250.000,00 3.000.000,00
4 Biaya Perjalanan 1 1 orang 4 300.000,00 1.200.000,00 4 300.000,00 1.200.000,00
Darat
5 Biaya Perjalanan 3 1 orang 4 80.000,00 960.000,00 12 80.000,00 960.000,00
Dinas Lainnya
Biaya Laporan
1 Laporan 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
Pendahuluan
2 Laporan Antara 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
3 Laporan Akhir 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
4 Laporan 10 eks 1 50.000,00 500.000,00 10 50.000,00 500.000,00
Penyelanggaraan
Workshop/Sosialisasi

Biaya Lainnya 3 10 175.000,00 5.250.000,00 30 175.000,00 5.250.000,00


Jumlah 26.410.000,00 26.410.000,00
Total Biaya 90.660.000,00 86.773.300,00
PPN 10% 9.066.000,00 8.677.330,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
Nilai Kontrak (Hasil 99.726.000,00
Klarifikasi dan
Negosiasi)
Nilai kontrak Hasil 95.450.630,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan Bayar 4.275.370,00

D. Direktorat Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten


1. Pengadaan Pustaka Pemrograman Bahasa Nusaptel
Biaya Langsung Personil
1 Team Leader (SH) 1 orang 2 9.000.000,00 18.000.000,00 2 9.000.000,00 18.000.000,00
2 Ahli Sistem Analisis (SP, 4 orang 2 7.500.000,00 60.000.000,00 8 7.360.000,00 58.880.000,00
MF, WL, YDP)
3 Ahli Programer (AR, AN, 10 orang 2 5.500.000,00 110.000.000,00 20 5.440.000,00 108.800.000,00
DM, HT, NS, MJ, SN, SS,
TAM, TP)
Tenaga Pendukung
1 Sekretaris/Adm 2 orang 2 2.000.000,00 8.000.000,00 4 2.000.000,00 8.000.000,00
2 Software tester (Data 2 orang 2 3.000.000,00 12.000.000,00 4 3.000.000,00 12.000.000,00
Entry)
Jumlah 208.000.000,00 205.680.000,00
Biaya Langsung Non Personil
1 Biaya Kantor
ATK dan bahan 1 Pkt 2 2.500.000,00 5.000.000,00 2 2.500.000,00 5.000.000,00
computer
Komunikasi (Telp. 1 Pkt 2 3.000.000,00 6.000.000,00 2 3.000.000,00 6.000.000,00
HP. Internet)
2 Penyusunan Laporan
dam user manual
Laporan akhir 10 Buku 200.000,00 2.000.000,00 10 200.000,00 2.000.000,00
user manual 10 buku 150.000,00 1.500.000,00 10 150.000,00 1.500.000,00
pembuatan CD 1 pkt 3.500.000,00 3.500.000,00 1 3.500.000,00 3.500.000,00
dengan cover
3 Presentasi dan 10 org 800.000,00 8.000.000,00 10 800.000,00 8.000.000,00
training (plus sewa
komputer)
Jumlah 26.000.000,00 26.000.000,00
Total Biaya 234.000.000,00 231.680.000,00
PPN 10% 23.400.000,00 23.168.000,00
Nilai Kontrak (tanpa 257.400.000,00
kalrifikasi dan
negosiasi)
Nilai Kontrak Hasil 254.848.000,00
Perhitungan Ulang
Kelebihan 2.552.000,00
Pembayaran

2. Pekerjaan Penyusunan Peta Jalan Teknologi dan Tata Kelola Transaksi


Elektronik Kondisi
Biaya Langsung Personil
1 Manajer Proyek (FH) 1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00
2 Ahli Keuangan 1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00
Perbankan (Sr)
3 Ahli Analisa Sistem 1 orang 3 7.750.000,00 23.250.000,00 3 7.750.000,00 23.250.000,00
(BIH)
4 Ahli Sistem 1 orang 3 6.200.000,00 18.600.000,00 3 6.200.000,00 18.600.000,00
Informasi (RB)
5 Ahli Manajemen 1 orang 3 6.200.000,00 18.600.000,00 3 4.825.671,75 14.477.015,25
Sistem (TA)
Tenaga Pendukung
1 Staf Administrasi 1 orang 3 2.300.000,00 6.900.000,00 3 2.300.000,00 6.900.000,00
(NAP)
Jumlah 113.850.000,00 109.727.015,25
Biaya Langsung Non Personil
1 Biaya Kantor
Biaya sewa kantor 3 1.000.000,00 3.000.000,00 3 1.000.000,00 3.000.000,00
Biaya pemeliharaan 3 250.000,00 750.000,00 3 250.000,00 750.000,00
Tenaga
No Jumlah Waktu RAB Kontrak/SPK (Rp) Perhitungan Pemeriksa (Rp)
Ahli/Pendukung
Harga Satuan Jumlah Jml Harga Satuan Jumlah
kantor
Biaya komunikasi 1 Pkt 1.000.000,00 1.000.000,00 1 1.000.000,00 1.000.000,00
Biaya peralatan 1 pkt 250.000,00 250.000,00 1 250.000,00 250.000,00
kantor
Biaya kantor lainnya 1 pkt 250.000,00 250.000,00 1 250.000,00 250.000,00
2 Biaya Perjalanan
Dinas
Biaya Tiket 6 lokasi 500.000,00 3.000.000,00 6 500.000,00 3.000.000,00
Biaya perjalanan 1 pkt 2.450.000,00 2.450.000,00 1 2.450.000,00 2.450.000,00
Dinas lainnya
3 Biaya laporan -
Laporan 5 buku 100.000,00 500.000,00 5 100.000,00 500.000,00
pendahuluan
Laporan antara 5 buku 150.000,00 750.000,00 5 150.000,00 750.000,00
laporan akhir 5 buku 200.000,00 1.000.000,00 5 200.000,00 1.000.000,00
Laporan 5 buku 200.000,00 1.000.000,00 5 - -
penyelenggaraan
seminar
Biaya laporan 1 pkt 700.000,00 700.000,00 1 - -
lainnya
Jumlah 14.650.000,00 12.950.000,00
Total Biaya 128.500.000,00 122.677.015,25
PPN 10% 12.850.000,00 12.267.701,53
Nilai Kontrak 141.350.000,00
(setelah klarifikasi
dan negosiasi)
Nilai Kontrak Hasil 134.944.716,78
Perhitungan Ulang
Kelebihan 6.405.283,22
Pembayaran
Lampiran 9 - Rincian Kelebihan Pehitungan pada Pelaksanaan Pekerjaan Perbaikan Kantor bersifat
Formalitas dan Kontrak Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang

a. Pelaksana Pekerjaan Perbaikan dan Pemeliharaan Peralatan Kantor Bersifat Formalitas

Kelebihan pembayaran pekerjaan perbaikan peralatan kantor oleh CV HP


Nilai SPK………………………………………………… Rp50.000.000,00
PPN 10% dari nilai SPK ………………………………… Rp4.545.454,55
PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ……………… Rp2.045.454,55
Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh ………… Rp45.454.545,45
Biaya sesungguhnya pekerjaan kalibrasi dua alat ………… Rp7.600.000,00
PPN 10% dari nilai SPK ………………………………….. Rp690.909,09
Biaya kalibrasi setelah PPN ……………………………… Rp6.909.090,91
PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ……………… Rp310.909,09
Kelebihan setor PPh……………………………………… Rp1.734.545,45
Pengembalian (Rp50.000.000,00-Rp7.600.000,00) ……… Rp42.400.000,00
Kelebihan setor PPh (Rp2.045.454,55- Rp310.909,09) … Rp1.734.545,45
Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp42.400.000,00-
Rp1.734.545,45) Rp40.665.454,55

Mark up nilai pekerjaan pemeliharaan genset


Nilai SPK…………………………………………………… Rp46.190.000,00
PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp4.199.090,91
PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp1.889.590,91
Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh …………. Rp41.990.909,09
Kelebihan setor PPh………………………………………... Rp641.045,45
Pengembalian (Rp46.190.000,00-Rp30.520.000,00) ……… Rp15.670.000,00
Kelebihan setor PPh (Rp1.889.590,91-Rp1.248.545,45)…... Rp641.045,45
Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp14.570.000,00-
Rp596.045,45)…. Rp15.028.954,55

Kelebihan pembayaran pemeliharaan genset


Nilai SPK…………………………………………………… Rp15.000.000,00
PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp1.363.636,36
PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp613.636,36
Pembayaran yang diterima setelah PPN dan PPh …………. Rp13.636.363,64
Biaya sesungguhnya pekerjaan (Rp15.000.000,00-
Rp5.000.000,00) …………………………………………… Rp10.000.000,00
PPN 10% dari nilai SPK …………………………………… Rp909.090,91
Biaya kalibrasi setelah PPN ……………………………….. Rp9.090.909,09
PPh 4,5% dari nilai SPK setelah PPN 10% ………………... Rp409.090,91
Kelebihan setor PPh………………………………………... Rp204.545,45
Pengembalian (Rp15.000.000,00-Rp10.000.000,00) ……… Rp5.000.000,00
Kelebihan setor PPh (Rp613.636,36-Rp204.545,45) ……… Rp204.545,45
Nilai SPK yang harus dikembalikan (Rp5.000.000,00-
Rp204.545,45) Rp4.795.454,55
d. Kesalahan Aritmatik Berupa Kelebihan Perhitungan dalam Kontrak Pekerjaan
Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Balai Monitor Kupang Sebesar Rp18,73 Juta

Perhitungan aritmatik pada dokumen penawaran pada beberapa item pekerjaan sebagai berikut:
Jumlah Koreksi
Harga
No. Jenis Kegiatan Vol. Sat Penawaran Aritmatika
Satuan
(Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6=(3x5) 7=(3x5)
Perawatan Jalan Setapak dan Duct Kabel
I
5900 M1
1 Bongkar jalan setapak yang rusak 100,00 M2 5.000,00 500.000,00 500.000,00
2 Bongkar duck kabel yang rusak 15,00 M2 5.000,00 75.000,00 75.000,00
3 Pasangan batu karang 1pc : 4psr 5,00 M3 429.895,00 2.149.475,00 2.149.475,00
4 Urugan batu karang dan sirtu+pemadatan 28,24 M3 11.375,00 3.145.230,00 3.145.230,00
5 Cor bibir duct kabel yang rusak 12,00 M2 392.000,00 4.704.000,00 4.704.000,00
6 Ganti duct kabel yang rusak 15,00 M2 300.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00
7 Pasang duct kabel yang baru 15,00 M2 5.000,00 75.000,00 75.000,00
Sub Jumlah 33.723.802,00 15.148.705,00
PPN 10% 3.372.380,00 1.514.871,00
Total 37.096.182,00 16.663.576,00
Pembulatan 35.398.000,00 16.663.000,00
Selisih (6-7) 18.735.000,00
II Pemeliharaan Rumah Dinas Pejabat 220 m2
1 Urugan Rumah Dinas type 70 55,50 M3 111.375,00 6.180.756,00 6.181.313,00
2 Cap kilat papan list plank lama 15,00 M2 19.980,00 299.700,00 299.700,00
3 Cat kilap kayu kusen dan bingkai jendela 48,00 M2 19.980,00 959.040,00 959.040,00
4 Pengecatan dinding tembik lama 200,00 M2 9.739,00 1.947.800,00 1.947.800,00
5 Pengecatan bidang plafon lama 200,00 M2 9.739,00 1.947.800,00 1.947.800,00
Sub Jumlah 11.335.096,00 11.335.653,00
PPN 10% 1.133.510,00 1.133.565,00
Total 12.468.605,00 12.469.218,00
Pembulatan 12.468.000,00 12.469.000,00
Selisih (6-7) (1.000,00)
Total Selisih Perhitungan Aritmatik Penawaran = 18.735.000,00 +
(1.000,00) 18.734.000,00
LAMPIRAN 10
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ATAS HASIL PEMERIKSAAN KEPATUHAN
TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMKOMINFO

Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan


No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Tahun 2008
1 Pengelompokan
pada saat penganggaran
belanja Rp2.520.759.224,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO/
9
tidak sesuai dengan dan Informatika agar dalam 6/2009 tanggal 24 Juni 2009
karakteristik belanja sebesar merencanakan anggaran kepada Setjen untuk
Rp2.520,76 juta pada masing-masing satker menginstruksikan kepada
memperhatikan klasifikasi masing-masing satker
belanja dalam menyusun tersebut agar dalam
anggaran. merencanakan anggaran
memperhatikan klasifikasi
belanja dalam menyusun
anggaran.
2. Surat Sekditjen Postel Nomor:
182A/DJPT.1/KOMINFO/5/2
009 tanggal 7 Mei 2009
kepada para direktur, para Ka
unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Ditjen Postel agar
dalam merencanakan
anggaran memperhatikan
klasifikasi belanja guna
menyusun anggaran dan
meningkatkan pembinaan
serta pengawasan atas
pelaksanaan setiap kegiatan.
3. Memo dinas Ses Balitbang
SDM Nomor: 422A/BLSDM.
1/KOMINFO/7/2009 tanggal
2 Juli 2009 kepada Kepala
STMM “MMTC” Yogyakarta
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
para kepala BBPPKI, Kepala
BPPKI perihal tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK-RI.
2 Bendahara pengeluaran
pada beberapa satker belum
Rp12.734.329,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO/
9
melaksanakan pembukuan dan Informatika agar 6/2009 tanggal 24 Juni 2009
secara tertib dan sisa kas menginstruksikan kepada kepada Setjen agar menegur
sebesar Rp12,73 juta belum Sekjen Depkominfo supaya Bendahara Pengeluaran
disetor ke Kas Negara menegur bendahara masing-masing satker yang
pengeluaran masing-masing lalai melaksanakan tugas dan
satker yang lalai kewajibannya dan
melaksanakan tugas dan meningkatkan pengawasan
kewajibannya dan dari KPA serta Kabalmon
meningkatkan pengawasan Manado segera menyetorkan
dari Kuasa Pengguna sisa kas sebesar
Anggaran serta Kepala Rp12.734.329,00 kepada Kas
Balai Monitor Manado negara dan bukti setor
segera menyetorkan sisa kas disampaikan ke BPK.
sebesar Rp12.734.329,00 2. Memo dinas Sekjen Nomor:
kepada Kas Negara dan 553A/SJ/Kominfo/6/2009
bukti setor disampaikan tanggal 29 Juni 2009 kepada
kepada BPK. Bendahara Pengeluaran
masing-masing satker yang
lalai melaksanakan tugas dan
kewajibannya dan
meningkatkan pengawasan
dari KPA serta Kabalmon
Manado segera menyetorkan
sisa kas sebesar
Rp12.734.329,00 kepada Kas
Negara dan bukti setor
disampaikan ke BPK.
3. Memo dinas Sekditjen postel
Nomor: 182/DJPT.1/-
KOMINFO/5/2009 tanggal 7
Mei 2009 kepada KaBalmon
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Manado untuk menanggapi
temuan BPK dan menegur
untuk meningkatkan
pengawasan atas kegiatan
yang dilakukan.
4. Balai Monitor Manado telah
menyetorkan sisa kas sebesar
Rp12.734.329,00 ke Kas
Negara, sesuai setoran I
tanggal 8 Mei 2009 sebesar
Rp11.860.000,00 dan setoran
II tanggal 8 Mei 2009 sebesar
Rp874.329,00. (terlampir).
3 Penyerahan peralatan dan
mesin kepada pihak lain
Rp19.983.262.155,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
sebesar Rp19.983,26 juta dan Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
belum ada persetujuan menginstruksikan kepada kepada Setjen agar segera
Menteri Keuangan Sekjen Depkominfo supaya memproses usulan kepada
segera memproses usulan Menkeu RI untuk
kepada Menteri Keuangan menghibahkan peralatan dan
untuk menghibahkan mesin yang telah diserahkan
peralatan dan mesin yang kepada pihak lain.
telah diserahkan kepada 2. Surat Setjen Kominfo
pihak lain. Nomor:26/SJ/KOMINFO/1/2
009 tanggal 14 Januari 2009
kepada Menkeu tentang
permohonan persetujuan
hibah MCAP Aptel.
3. Menteri Keuangan telah
mengeluarkan persetujuan
hibah BMN dengan Surat
nomor S.150/MK.6/2009
tanggal 12 Juni 2009 (MCAP
Aptel).
4. Surat Setjen Kominfo Nomor:
32/SJ/KOMINFO/1/2009
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
tanggal 15 Januari 2009
kepada Menkeu tentang
permohonan persetujuan
hibah MCAP Aptel.
5. Menteri Keuangan telah
mengeluarkan persetujuan
hibah BMN dengan surat
Nomor: S.177/MK.6/2009
tanggal 30 Juni 2009 (MCAP
Aptel)
6. Surat Kepala Biro keuangan
Depkominfo Nomor:
854/SJ.3/KOMINFO/9/2009
tanggal 28 September 2007
tentang permohonan
persetujuan hibah sarana
komunikasi dan kendaraan
operasional BIP.
7. Menteri Keuangan telah
mengeluarkan persetujuan
hibah BMN dengan surat
Nomor: S-156/MK.6/2009
tanggal 22 Juni 2009 (sarana
komunikasi dan kendaraan
operasional BIP).
8. Surat Sekjen Depkominfo
Nomor: 65/SJ/KOMINFO/1
/2008 tanggal 31 Januari
2008 tentang permohonan
persetujuan hibah paket
personal computer. Sampai
saat ini masih menunggu
persetujuan dari Menkeu.
4 Tanah seluas 60 m2 di Rp730.100.822,00 BPK menyarankan kepada 1. Memo dinas Menkominfo
Manado belum bersertifikat Menteri Komunikasi dan Nomor: 330A/M/KOMINFO
dan tanah seluas 1265 m2 di Informatika agar Sekjen /6/2009 tanggal 24 Juni 2009 9
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Banjarmasin bersertifikat Depkominfo segera kepada Setjen agar segera
bukan atas nama menyelesaikan proses menyelesaikan proses
Depkominfo pengurusan sertifikat tanah pengurusan sertifikat tanah
sesuai prosedur yang dimaksud sesuai prosedur
berlaku dan mengupayakan yang berlaku dan
penyelesaian masalah tanah mengupayakan penyelesaian
di Banjarm masalah tanah di BPPKI
asin. Banjarmasin.
2. Nota Dinas Plt. Kepala Biro
Keuangan Nomor: 790/SJ.3/
KOMINFO/9/2009 perihal
status tanah BPPKI
Banjarmasin.
3. Surat BPPKI Banjarmasin
tanggal 10 September 2009
kepada BPN Banjarmasin
perihal status tanah
Banjarmasin, untuk
memberikan pendapat hukum
atas lahan tanah tersebut guna
dijadikan dasar
penghapusbukuan di daftar
inventaris Depkominfo.
4. Pengurusan sertifikat tanah
saat ini dalam proses dan
telah berkoordinasi dengan
BPN Manado sesuai dengan
prosedur yang berlaku,
berdasarkan Surat Tugas
Nomor: 48/BPPKI-MDO/KP.
07/III/2009 tanggal 3 Maret
2009.
5. Surat dari BPN Nomor:
633/118/300-63.71/X/2009
kepada BPPKI Banjarmasin,
jawaban atas surat tgl 10 Sept
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
2009 bahwa secara hulum
tanah tersebut merupakan aset
Pemprov Kalsel. Disarankan
agar menyelesaikan masalah
status tanah tsb secara
musyawarah mufakat antara
kedua belah pihak.
6. Surat Sekjen Depkominfo
kepada DJKN Depkeu
Nomor: 872/SJ/KOMINFO/
10/2009 tanggal 20 Oktober
2009 perihal mohon pendapat
hukum atas status tanah
kantor BPPKI Banjarmasin.
5 Peralatan dan mesin yang
kondisinya rusak berat dan
Rp165.009.204,00 BPK menyarankan kepada 1. Memo dinas Menkominfo
Menteri Komunikasi dan Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
sudah tidak memiliki nilai Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
manfaat belum diusulkan menginstruksikan kepada kepada Setjen agar segera
penghapusannya kepada Sekjen Depkominfo supaya memproses usulan
Menteri Keuangan segera memproses usulan penghapusannya kepada
penghapusan kepada Menteri Keuangan RI.
Menteri Keuangan. 2. Surat SekDitjen Postel
Nomor: 182/DJPT.1/KOMIN
FO/5/2009 tanggal 7 Mei
2009 kepada Kabalmon
Manado untuk menanggapi
temuan BPK dan menegur
untuk meningkatkan
pengawasan atas kegiatan
yang dilakukan.
3. Surat Kabalmon Manado
Nomor: B.001/195/02/TU/-
2008 tanggal 23 Juni 2008
perihal usulan penghapusan
BMN Tahun 2008.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
4. Surat Dirjen Postel Nomor:
210/DJPT.1/KOMINFO/8/20
09 tentang tindak lanjut
temuan BPK pada Ditjen
Postel.
5. Memo dinas Ses Balitbang
SDM Nomor: 422A/BLSDM-
1/KOMINFO/7/2009 tanggal
2 Juli 2009 kepada Kepala
STMM “MMTC” Yogyakarta
para kepala BBPPKI, Kepala
BPPKI perihal tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK-RI.
6 Penatausahaan barang-
barang inventaris milik
Rp1.723.839.000,00 BPK menyarankan kepada 1. Memo dinas Menkominfo
Menteri Komunikasi dan Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
negara di beberapa satker Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
Depkominfo belum optimal menginstruksikan kepada kepada Setjen agar
Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis
memerintahkan secara masing-masing Kasatker
tertulis masing-masing supaya melaksanakan
Kepala satker supaya ketentuan mengenai
melaksanakan ketentuan pengelolaan Barang Milik
mengenai pengelolaan Negara dan segera melakukan
Barang Milik Negara dan penomoran terhadap barang
segera melakukan inventaris yang ada dan
penomoran terhadap barang memutakhirkan Daftar
inventaris yang ada dan Barang Ruangan.
memutakhirkan Daftar 2. Memo dinas Sekjen Nomor:
Barang Ruangan. 553A/SJ/Kominfo/6/2009
kepada masing-masing
Kasatker supaya melaksana-
kan ketentuan mengenai
pengelolaan Barang Milik
Negara dan segera melakukan
penomoran terhadap barang
inventaris yang ada dan
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
memutakhirkan Daftar
Barang Ruangan.
3. Memo dinas Ses Balitbang
SDM Nomor: 422A/BLSDM-
1/KOMINFO/7/2009 tanggal
2 Juli 2009 kepada Kepala
STMM “MMTC” Yogyakarta
Para kepala BBPPKI, Kepala
BPPKI perihal tindak lanjut
hasil pemeriksaan BPK-RI.
4. Surat KaBPPKI Banjarmasin
Nomor: 276/BPPKI.BJM/IX-
/2009 tanggal 10 September
2009 bahwa pada dasarnya
BMN tersebut sudah diberi
nomor inventaris dan sudah
dimasukkan dalam DBR
(terlampir).
7 Pembayaran atas pekerjaan
perbaikan sarana
Rp23.326.600,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
monitoring frekuensi radio dan Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
tidak dilaksanakan sebesar menginstruksikan kepada kepada Setjen supaya
Rp23,33 juta Sekjen Depkominfo supaya menegur secara tertulis
menegur secara tertulis KaBalmon Manado untuk
Kepala Balai Monitor meningkatkan pengawasan
Manado untuk atas kegiatan yang dilakukan
meningkatkan pengawasan dan selanjutnya menarik dan
atas kegiatan yang menyetorkan kerugian negara
dilakukan dan selanjutnya ke Kas Negara.
menarik dan menyetorkan 2. Memo dinas Sekjen Nomor:
kerugian negara ke Kas 553A/SJ/Kominfo/6/2009
Negara, copy bukti supaya tanggal 29 Juni 2009 kepada
disampaikan ke BPK. KaBalmon Manado untuk
meningkatkan pengawasan
atas kegiatan yang dilakukan
dan selanjutnya menarik serta
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
menyetorkan kerugian negara
ke Kas Negara.
3. Memo dinas Sekditjen Postel
Nomor: 182/DJPT.1/KOMIN
FO/5/2009 tanggal 7 Mei
2009 kepada Kabalmon
Manado untuk menanggapi
temuan BPK dan menegur
untuk meningkatkan
pengawasan atas kegiatan
yang dilakukan.
4. Balai Monitor Manado telah
menyetorkan sebesar
Rp23.326.600,00 ke Kas
Negara, sesuai bukti setoran I
tanggal 18 Juni 2009 sebesar
Rp15.000.000,00 dan bukti
setoran II tanggal 17 Juli
2009 sebesar
Rp8.330.000,00.
8 Perhitungan biaya tenaga
ahli pekerjaan konsultan
Rp138.464.151,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
pada Ditjen Postel lebih dan Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
tinggi sebesar Rp138,46 menginstruksikan kepada kepada Dirjen Postel supaya
juta dari yang ditetapkan Dirjen Postel Depkominfo menyetorkan kerugian negara
dalam Rencana Anggaran supaya menyetorkan sebesar Rp138.464.151,00
Biaya (RAB) kerugian negara sebesar kepada kas Negara dan
Rp138.464.151,00 kepada menegur secara tertulis PPK
Kas Negara dan menegur agar lebih cermat dalam
secara tertulis PPK agar melakukan klarifikasi
lebih cermat dalam penawaran serta lebih
melakukan klarifikasi meningkatkan pengawasan
penawaran serta lebih dan pengendalian.
meningkatkan pengawasan 2. Nota dinas Dirjen Postel
dan pengendalian. Nomor: 253/DJPT.1/KOMIN
FO/6/2009 tanggal 18 Juni
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
2009 kepada PPK (terlampir)
agar lebih cermat dalam
melakukan klarifikasi
penawaran serta lebih
meningkatkan pengawasan
dan pengendalian.
3. Ditjen Postel telah
menyetorkan lunas sebesar
Rp138.464.151,00 ke Kas
Negara (terlampir), sesuai
bukti setoran I tanggal 25 Mei
2009 sebesar
Rp17.592.276,00, setoran II
tanggal 26 Mei 2009 sebesar
Rp22.009.375,00, setoran III
tanggal 27 Mei 2009 sebesar
Rp30.000.000,00, dan setoran
IV tanggal 30 Juni 2009
sebesar Rp68.862.500,00.
9 Internet galeri BPPKI
Manado Senilai Rp275,64
Rp275.635.000,00 BPK merekomendasikan 1. Memo dinas Menkominfo
kepada Menteri Komunikasi Nomor: 330A/M/KOMINFO 9
juta belum dimanfaatkan dan Informatika agar /6/2009 tanggal 24 Juni 2009
menginstruksikan kepada kepada Setjen agar
Sekjen Depkominfo supaya memerintahkan secara tertulis
memerintahkan secara KaBPPKI Manado agar
tertulis kepada Kepala memantau pengajuan daya
BPPKI Manado agar listrik sampai tersedianya
memantau pengajuan daya daya listrik yang mencukupi
listrik sampai tersedianya untuk penggunaan internet
daya listrik yang mencukupi galeri serta memanfaatkan
untuk penggunaan internet internet galeri secara optimal.
galeri serta memanfaatkan 2. Memo dinas Sekjen Nomor:
internet galeri secara 553A/SJ/Kominfo/6/2009
optimal. tanggal 29 Juni 2009 kepada
KaBPPKI Manado agar
memantau pengajuan daya
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
listrik sampai tersedianya
daya listrik yang mencukupi
untuk penggunaan internet
galeri serta memanfaatkan
internet galeri secara optimal.
3. Surat teguran Kepala
Balitbang SDM Nomor:
183/BLSDM/KOMINFO/7/
2009 kepada KaBPPKI
Manado agar segera
menambah daya listrik guna
mencukupi penggunaan dan
pemanfaatan internet galeri
secara optimal.
4. Surat KaBPPKI Manado
Nomor: 338/BPPKI-MDO/
PK.06/IX/2009 tanggal
3 September 2009 kepada
KaBalitbang SDM telah
mengirimkan surat pada PLN
untuk menambah daya listrik
hingga 16.000 watt dan revisi
DIPA 2009 namun ditolak
oleh Dirjen Perben Nomor:
S-518/WPB.27/BD.03/2009.
Penggunaan sarana galeri
internet tetap digunakan pada
jam-jam tertentu diluar jam
kantor dengan surat Nomor:
80A/BPPKI-MDO/HM.03/
IV/2009 tanggal 30 Maret
2009.

Tahun 2007
1 Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum Balai
Rp1.662.882.081.535,00 BPK menyarankan agar
Menteri Komunikasi dan
Memo Penyesuaian telah
diterbitkan oleh KPPN II tgl. 01- 9
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Telekomunikasi dan Informatika (Menkominfo) 7-2008 dan SPM telah disahkan
Informasi Perdesaan Tahun menginstruksikan kepada oleh KPPN Jakarta II tgl 17
2007 Belum Kepala BTIP untuk Oktober 2008 dan telah
Dikonsolidasikan ke dalam mengajukan Memo diterbitkan SP2D Pengesahan.
Laporan Keuangan Penyesuaian untuk dapat
Departemen Komunikasi membukukan transaksi
dan Informatika yang mempengaruhi neraca
yang berasal dari transaksi
tahun 2006 dan 2007 sesuai
dengan masa penyusunan
laporan keuangan agar
dapat dikonsolidasikan pada
Laporan Keuangan
Depkominfo tahun 2008.
2 Balmon Makassar Membeli
Tanah Senilai Rp2.048,00
Rp2.048.000.000,00 BPK menyarankan agar
Menkominfo
1. Telah disetor ke Kas Negara
sebesar Rp874.800.000,00 9
Juta yang Status menginstruksikan kepada dengan rincian:
Kepemilikan Tanahnya Dirjen Postel untuk a. setoran 1, 14 Februari 2008
Tidak atas Nama Penjual memproses penyelesaian sebesar Rp48.000.000,00;
masalah tanah dan
memberikan sanksi kepada b. setoran 2, 28 April 2008
pihak yang terkait dengan sebesar Rp403.800.000,00;
pengadaan tanah sesuai c. setoran 3, 31 Juli 2008
dengan ketentuan yang sebesar Rp200.000.000,00;
berlaku. d. setoran 4, 21 Oktober 2008
sebesar Rp103.000.000,00;
e. setoran 5, 18 November
2008 sebesar
Rp120.000.000,00.
2. Kepala Balai Monitor
dengan Bendahara
Pengeluaran telah dikenakan
sanksi penurunan pangkat
satu tingkat.
Perkembangan s.d. Semester I
Tahun 2009 antara lain Ditjen
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Postel secara terus menerus dan
semaksimal mungkin akan
melakukan penagihan.
3 Terdapat
Perhitungan
Kelebihan
Sebesar
Rp72.626.855,86 BPK menyarankan agar
Menkominfo
1. Balai Monitor Yogya telah
menyetor Rp6.987.399,09 + 9
Rp72,63 Juta atas Pekerjaan menginstruksikan kepada Rp10.866.205,70 +
Jasa Konsultan pada para Kepala Satker yang Rp11.476.016,49 +
Balmon Jogjakarta, BPPI bersangkutan untuk menarik Rp19.097.791,42 =
Jogjakarta dan MMTC dan menyetorkan kelebihan Rp48.427.412,70.
Jogjakarta perhitungan ke Kas Negara
dan memberi teguran 2. BPPI Yogya telah menyetor
tertulis kepada panitia Rp. 9.798.000 + Rp5.400.000
lelang terkait. = Rp15.198.000,00.
3. MMTC telah menyetor
Rp9.450.000,00.
Perkembangan s.d. Semester I
Tahun 2009 antara lain Kepala
Balai Monitor telah menerbitkan
surat teguran kepada panitia
lelang dengan surat Nomor: UM
0017/4/ BM/2008 tanggal 23
April 2008.
4 Terjadi Kelebihan Bayar
pada Pekerjaan Pengadaan
Rp10.781.000,00 BPK menyarankan agar
Menkominfo melalui
1. Telah disetor ke Kas Negara
sebesar Rp10.781.090,00 9
Gorden Kantor Senilai Kepala Balitbang SDM dan dengan rincian:
Rp10,78 Juta Dirjen Postel a. Balai Monitor Makassar
menginstruksikan kepada sebesar Rp7.769.090,00
Kepala Satker BPPI sesuai dengan SSPB
Makassar dan Balai tanggal 6 Mei 2008;
Monitor Makassar untuk
memperhatikan agar tidak b. BPPI Makassar sebesar
mengulangi permasalahan Rp3.012.000,00 sesuai
yang sama dan kepada BPPI dengan SSBP
Makassar untuk segera Nomor:4/SSBP/2008
menagih kepada rekanan tanggal 8 April 2008
atas kurang pekerjaan dan sebesar Rp1.000.000,00,
SSPB Nomor: 04/SSBP/
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
segera disetor ke Kas PEN/2008 tanggal 5 Mei
Negara. 2008 sebesar
Rp1.000.000,00 dan
SSPB Nomor:
7/SSBP/2008 tanggal 27
Juni 2008 sebesar
Rp1.012.000,00.
2. Memo dinas Nomor:
549A/SJ/ Kominfo/7/2008
tanggal 14 Juli 2008 dari
Sekjen kepada Kepala Badan
Litbang untuk menegur
peneliti.
3. Memo dinas Nomor:
537A/SJ/ Kominfo/7/2008
tanggal 10 Juli 2008 dari
Sekjen kepada Dirjen Postel
untuk menyetor kelebihan
pembayaran dan
memperhatikan agar
permasalahan tersebut tidak
terulang lagi.
5 Kelebihan Pembayaran atas
Pelaksanaan Pekerjaan Fisik
Rp19.414.054,80 BPK menyarankan agar
Menkominfo melalui Dirjen
Telah disetor ke Kas Negara
oleh: 9
Pembangunan Rumah Dinas Postel menginstruksikan 1. Balai Monitor Surabaya:
dan Pemeliharaan Sarana kepada Kepala Satker Balai Rp8.006.373,44 dan
Sebesar Rp19,41 Juta Monitor Surabaya dan Balai Rp9.500.000,00.
Monitor Makassar untuk
segera menagih kepada 2. Balai Monitor Makassar:
masing-masing rekanan Rp1.907.681,00.
untuk menyetorkan ke Kas
Negara atas kekurangan
pekerjaan, memberikan
teguran kepada konsultan
pengawas pekerjaan dan
melakukan pengawasan
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
yang lebih optimal di masa
yang akan datang.
6 Terdapat Keterlambatan
dalam Pengadaan AC pada
Rp6.863.379,55 BPK menyarankan agar
Menkominfo melalui Dirjen
Telah disetor ke Kas Negara
Rp6.863.379,55 dengan SSBP 9
Balai Monitor Spektrum Postel menginstruksikan Nomor: 003/IV/2008 tanggal 24
Frekuensi Radio dan Orbit kepada Kepala Satker Balai April 2008 dan copy bukti setor
Satelit Kelas II Surabaya Monitor Surabaya untuk telah disampaikan ke BPK.
dan Denda Keterlambatan segera menagih denda
Sebesar Rp6,86 Juta Belum keterlambatan pengadaan
Dikenakan AC sebesar Rp6.863.379,55
dan segera menyetorkan ke
Kas Negara.
7 Pekerjaan Relokasi Radio BPK menyarankan agar IMB telah diterbitkan oleh Dinas
Monitoring System III Menkominfo melalui Dirjen Tata Kota dan Pemukiman
(RMS III) Tidak Didukung Postel menginstruksikan Pemda Surabaya. 9
Izin Mendirikan Bangunan kepada Kepala Satker Balai
(IMB) dan Tidak Ditutup Monitor Surabaya untuk
Asuransi Kerugian memerintahkan kepada
Pekerjaan Konstruksi rekanan agar segera
menyelesaikan pengurusan
IMB dan selanjutnya
melakukan penutupan
asuransi.
8 Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian dan Pengkajian
Rp13.391.304,35 BPK menyarankan agar
Menkominfo melalui
1. Telah disetor ke Kas Negara
tgl 5 Mei 2008
9
yang Overlap pada BPPI Kepala Balitbang SDM Rp3.000.000,00 (Nomor
Makassar Mengakibatkan menginstruksikan kepada SSBP: 05/SSBP/PEN/2008).
Kelebihan Bayar Sebesar Kepala Satker BPPI 2. Telah disetor ke Kas Negara
Rp13.,39 Juta Makassar untuk memberi tgl. 27 Juni 2008 sebesar
teguran tertulis kepada yang Rp10.090.000,00 (Nomor
bersangkutan dan untuk SSBP: 06/SSBP/PEN/2008).
segera menyetorkan
kelebihan pembayaran
honor yang diterima ke kas
Negara.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Tahun 2006
1. Bendahara
MMTC
Penerima
Terlambat
BPK menyarankan agar
Sekjen Depkominfo
Sekjen telah mengirim Surat
Teguran Nomor: 236/SJ/Komin-
9
Menyetorkan Penerimaan memberikan teguran fo/3/2008 tentang keterlambatan
Negara Bukan Pajak ke Kas tertulis kepada Bendahara Penyetoran PNBP.
Negara penerima yang lalai
melakukan kewajiban
penyetoran atas PNBP.

2. Realisasi Pengadaan Alat


Tulis Kantor Sebesar
Rp18.801.200,00 BPK RI menyarankan
agar satker Biro Hukum
Biro Hukum dan KLN telah
mengirim surat kepada Sekjen
9
Rp18,80 Juta Digunakan dan Kerjasama Luar tentang Tindak Lanjut Audit
Untuk Pembelian Aset Negeri dalam BPK bahwa dimasa yang akan
Tetap merencanakan anggaran datang sesuai dengan RKA-KL
sesuai mata anggaran yang dan DIPA.
telah ditetapkan.

Tahun 2005
1 Terdapat Potensi Piutang
Tak Tertagih pada Ditjen
BPK menyarankan agar
Ditjen Postel tetap
Telah dilakukan penyetoran
tunggakan BHP Frekuensi a.n.
9
Postel Depkominfo mengirimkan tagihan BHP TVRI periode 1991 s.d. 2005
Frek kepada TVRI setiap sebesar Rp177.096.208.244,00.
tahun tanpa memandang
apakah tagihan tersebut
dapat terbayar atau tidak.
2 Bendahara Pengeluaran
Ditjen Aptel Terlambat
BPK menyarankan agar
Sekjen Depkominfo
Telah dibuat Surat Laporan
kepada ybs. dengan Memo Dinas
9
Menyetorkan Penerimaan melakukan teguran tertulis Sekjen Nomor: 242.A.SJ/-
Pajak ke Kas Negara kepada Bendahara Kominfo/4/2008.
Pengeluaran yang lalai
melakukan kewajiban
penyetoran penerimaan
pajak.
3 Laporan Keuangan BPK menyarankan agar: Telah diterbitkan Peraturan 9
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Depkominfo Tahun 2005 1. Ditjen Postel Dirjen Pos dan Telekomunikasi
Belum Menggambarkan menyelenggarakan Nomor: 134/DIRJEN/2008
Nilai PNBP dan Piutang pembukuan piutang dan tentang SOP Pencatatan dan 9
PNBP yang Sebenarnya PNBP secara lengkap dan Pembukuan Piutang PNBP di
memadai; lingkungan Ditjen Postel.
2. Ditjen Postel melaporkan
piutang PNBP sesuai
dengan pembukuan yang
dibuatnya dalam rangka
penyusunan Laporan
Keuangan Depkominfo.
4 Terdapat Potensi Kerugian
atas Hilangnya Aset
Rp1.885.700.934,00 BPK menyarankan agar
pihak Depkominfo
1. Telah dikirimkan
kepada DJKN Nomor: 749/
Surat 9
Depkominfo Tahun 2005 menyelesaikan terhadap SJ/Kominfo/10/ 2008 tgl
Senilai Total Rp1.885,70 barang-barang yang tidak 8 Oktober 2008 tentang
Juta ditemukan. Depkominfo Usulan Penghapusan BMN.
selanjutnya melakukan Perkembangan s.d. Semester I
koordinasi dan konsultasi Tahun 2009:
dengan pihak Departemen
Keuangan. 2. Keputusan Menkominfo RI
Nomor:
38/KEP/M.KOMINFO/2/200
9 tanggal 04 Februari 2009
tentang Penghapusan Barang
Milik Negara Eks
Departemen Penerangan
yang Tidak Ditemukan pada
Departemen Komunikasi dan
Informatika RI sebanyak
1.101 unit senilai
Rp1.885.700.943,00.
3. SK Menteri Keuangan
Nomor: S-255/MK.6/2008
tanggal 24 Desember 2008
perihal Persetujuan
Penghapusan BMN Eks.
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Departemen Penerangan
pada Departemen
Komunikasi dan Informatika
sebanyak 1.101 unit senilai
Rp1.885.700.934,00.

Tahun 2004
1 Sebidang Tanah Seluas
17.320 m2 yang Dibeli
Rp53.589.000,00 BPK menyarankan kepada
Sekretaris Jenderal
1. Tanah seluas 17.320 m2 telah
dicatat dan dibukukan dalam
9
Deppen Tahun 1964 Senilai Departemen Komunikasi Laporan BMN Depkominfo.
Rp53,59 Juta di Jl. Medan dan Informatika agar: 2. Perkara gugatan Sdr. AFN
belawan Km 7,9 Medan 1. memerintahkan kepada Menteri Penerangan
Belum Dicatat sebagai Aset Kepala Biro Umum sudah sampai pada tingkat
Departemen Komunikasi dhi. Kabag Kasasi Nomor: 2182
dan Informatika (dhi. Perlengkapan untuk K/Pdt/2003 tanggal 28 April
Lembaga Informasi mencatat tanah 2005 (bukan PK), dimana 9
Nasional) dan Masih tersebut sebagai aset amarnya menetapkan gugatan
Bersengketa dengan Pihak Departemen penggugat ditolak (Deppen
Ketiga Komunikasi dan dimenangkan), namun tidak
Informatika; ditetapkan tanah sengketa
2. memerintahkan milik Deppen.
kepada Kepala Biro
Hukum dan
3. Perkara TUN Medan gugatan
Sdr. AFN kepada Kepala
9
Hubungan Luar Kantor Pertanahan Kota
Negeri untuk segera Medan dan Departemen
menyelesaikan kasus Kominfo tentang Sertifikat
yang belum ada hasil Hak Pakai Nomor 1 Tahun
putusan Peninjauan 1995 atas nama Deppen,
Kembali (PK) dan Putusan TUN Medan tanggal
Mahkamah Agung; 9 Januari 2008 dan Putusan
3. memerintahkan PT TUN Medan tanggal
kepada kepala Biro 8 Mei 2008 telah
Umum untuk mengabulkan gugatan
meningkatkan penggugat (Departemen
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
pengawasan atas kominfo dikalahkan) atas
pengelolaan Barang putusan PT TUN Medan
Milik Negara. tersebut telah diajukan Kasasi
ke Mahkamah Agung tanggal
16 Juni 2008 dan upaya
menyampaikan surat Menteri
Kominfo kepada Ketua MA
untuk Mohon Prioritas
Pemeriksaan Perkara (Nomor:
201/M.KOMINFO/8/2008
tanggal 22 Agustus 2008)
sehingga posisi kasus TUN
menunggu putusan Kasasi.
4. Karena Putusan Kasasi
Perkara perdata (butir 1)
masih belum lengkap untuk
dilakukan eksekusi, maka
dilakukan upaya untuk
memperbaiki putusan dengan
mengajukan gugatan perdata
oleh Departemen Kominfo
kepada Sdr. AFN melalui PN
Medan, namun Putusan PN
Medan menyatakan gugatan
Departemen Kominfo tidak
diterima karena menyangkut
Sertifikat Hak Pakai Nomor 1
Tahun 1995 sehingga harus
menunggu Putusan TUN
(butir 2) mempunyai kekuatan
hukum tetap. Atas Putusan
tersebut telah dilakukan upaya
Banding ke PT M sehingga
posisinya menunggu Putusan
Banding PT M.
Perkembangan s.d. Semester I
Tahun 2009 antara lain:
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
1.Perkara TUN Medan, tanggal
28 April 2009:
Panitera PTUN Medan
memberitahukan tentang isi
Putusan MA tertanggal
3 Desember 2008 Nomor:
260K/TUN/2008 yang
amarnya berbunyi sebagai
berikut:
¾ mengabulkan permohonan
kasasi dari Pemohon
Kasasi I Kepala Kantor
Pertanahan Kota Medan
dan Pemohon Kasasi II
Menteri Kominfo;
¾ membatalkan Putusan PT
TUN Medan tanggal 8 Mei
2008 Nomor:
29/BDG/2008/ PT.TUN-
Mdn yang menguatkan
putusan PTUN Medan
tanggal 9 Januari 2008
Nomor: 53/G.TUN/2007/
PTUN- MDN;
¾ menyatakan gugatan
Penggugat tidak dapat
diterima;
¾ menghukum Termohon
Kasasi/Penggugat untuk
membayar biaya perkara
dalam semua tingkat
peradilan dan dalam
tingkat kasasi ini
ditetapkan sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah).
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
2. Perkara Perdata di PN Medan
bahwa dalam penanganannya
masih menggunakan
pengacara yang lama yang
merupakan pekerjaan lanjutan
untuk Tahun Anggaran 2009,
yaitu dari Kantor Hukum di
Medan, MS & Rekan yang
melakukan pekerjaan
pemantauan putusan
Pengadilan Tinggi Medan dan
melaksanakan upaya-upaya
hukum lainnya.
Sesuai Pemberitahuan dari PN
Medan yang diterima tanggal
20 Februari 2009 telah
disampaikan tentang isi
Putusan PT Medan Nomor:
397/PDT/2008/PN.MDN
tertanggal 19 Desember 2008
Nomor: 412/Pdt.G/2007/
PN.M, yang amar putusannya
berbunyi:
¾ menerima permohonan
banding dari Kuasa
Hukum
Penggugat/Pembanding;
¾ menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri
Medan tanggal 19 Maret
2008 Nomor: 412/Pdt.G/
2007/PN-Mdn yang
dimohonkan banding.
3. Selanjutnya dengan posisi
pihak Depkominfo yang
dikalahkan, maka telah
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
dilakukan upaya Kasasi
melalui Kuasa Hukum
Mangiring Sihombing, S.H. &
Rekan dan selanjutnya telah
diajukan Memori Kasasi
melalui PN Medan tertanggal
10 Maret 2009 sehingga
posisi saat ini adalah
menunggu Putusan Kasasi
Mahkamah Agung.
4. Nota Dinas dari Sekretaris
Jenderal Depkominfo Nomor:
476/SJ/KOMINFO/6/2009
tanggal 10 Juni 2009 perihal
Meningkatkan Pengawasan
atas Pengelolaan BMN
khususnya sebidang tanah di
Jl. Medan Merdeka Belawan
yang bersengketa dengan
pihak ketiga.
Perkembangan s.d. Semester II
Tahun 2009: Telah diajukan
Tambahan Memori Kasasi
kepada PN Medan tertanggal
15 Juni 2009.
Posisi sampai dengan saat ini
masih menunggu Putusan Kasasi
Mahkamah Agung.
2 Sebidang Tanah Seluas
1.750 m2 Dengan Harga
Rp15.000.000,00 BPK menyarankan kepada
Sekretaris Jenderal
1. Karena ada informasi di
lokasi tanah Para Ahli Waris
9
Perolehan Senilai Rp15,00 Departemen Komunikasi Alm. A bin H.S akan menjual
Juta Milik Departemen dan Informatika agar tanah sengketa, maka telah
Komunikasi Dan memerintahkan kepada dilakukan gugatan perdata
Informatika di Jl. Raya Kepala Biro Hukum dan oleh Departemen Kominfo
Pasar Minggu Jakarta Hubungan Luar Negeri kepada para Ahli Waris Alm.
Selatan, Kepemilikan Hak untuk segera A bin H. S melalui PN
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
atas Tanahnya Masih menyelesaikan kasus Jakarta Selatan , Putusan PN
Diakui oleh Pihak Ketiga tersebut melalui jalur Jakarta Selatan, Nomor:
hukum sampai diperoleh 1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel.
kepastian hukum pihak tanggal 11 Maret 2008
mana yang menjadi mengabulkan gugatan
pemilik atas tanah tersebut. Penggugat menyatakan jual
beli Penggugat dengan Alm.
H. A bin H. S adalah sah.
2. Mengingat yang mengaku
membeli tanah tersebut ada
tiga pihak yaitu S dan Ny.
AD, (termasuk Deppen)
maka posisinya masih
menunggu apakah ada upaya
banding atau tidak keberatan
dari pihak-pihak tersebut.
Perkembangan s.d. Semester I
Tahun 2009 antara lain:
Dari hasil pemantauan, tidak
terdapat upaya banding dari
pihak Tergugat (para Ahli Waris
Alm. A bin H. S). Demikian
juga tidak terdapat keberatan
dari pihak-pihak lain. Untuk itu
akan segera dilakukan
penyampaian surat dari
Depkominfo kepada Ketua
Peradilan Negeri Jakarta Selatan
untuk mengajukan Permohonan
Penetapan Eksekusi atas
Putusan PN.Jakarta Selatan
Nomor: 1071/Pdt.G/2007/
PN.Jkt.Sel tgl 11 Maret 2008
kepada Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan sesuai Surat
Kepala Biro Hukum dan KLN
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
Depkominfo Nomor: 597/SJ.4/
KOMINFO/6/2009 tanggal
30 Juni 2009.
Perkembangan s.d. Semester II
Tahun 2009, antara lain:
1. Surat Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan Nomor:W10-
U3/5028/Hk.02.04.VIII.2009
tanggal 18 Agustus 2009
sebagai jawaban dari surat
Sekjen Depkominfo Nomor:
597/SJ.4/KOMINFO/6/2009
tgl 30 Juni 2009 perihal
permohonan penetapan
eksekusi atas Putusan PN
Jakarta Selatan Nomor:
1071/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Sel.
yang menyatakan bahwa
putusan PN tersebut yang
diputus dengan verstek
ternyata tidak ada
dictum/amar Putusan yang
dapat dieksekusi, oleh karena
itu Putusan tersebut bersifat
declaratoir, sehingga putusan
tersebut hanya mengandung
pernyataan hukum saja tanpa
disertai dengan
penghukuman, oleh karena
itu permohonan eksekusi atas
dasar putusan tersebut tidak
dapat dikabulkan.
2. Nota Dinas Kepala Biro
Hukum dan KLN kepada
Sekjen Depkominfo Nomor:
777/SJ.4/KOMINFO/8/2009
Temuan Berulang *) Hasil Pemantauan
No. Temuan BPK Nilai Temuan Rekomendasi Tindak Lanjut Entitas yang Tindak Lanjut *)
2007 2006 2005 2004 Diperiksa Sesuai Belum Belum
Sesuai/ Ditindak-
Selesai lanjuti
tanggal 19 Agustus 2009
yang isinya menyarankan
Sekjen untuk dapat
menugaskan Kepala Biro
Umum untuk melaksanakan
penguasaan, pengosongan,
pengamanan, pemagaran,
pemasangan papan nama di
lokasi tanah Depkominfo Jl.
Raya Pasar Minggu
RT 001/07 Kelurahana Duren
Tiga, Jaksel tersebut.

You might also like