Professional Documents
Culture Documents
2010
l
FUNGSI
IDEAL
PERPUSTAKAAN
NASIONAL
Menuju Indonesia Gemar Membaca
Untuk Mengikuti :
Sayembara Karya Tulis
“Menuju Perpustakaan Nasional Ideal”
Diselenggarakan Oleh :
Biro Umum
Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia
10/11/2010
2
KATA PENGANTAR
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang saya dapatkan
untuk ikut dalam Sayembara ini, dan mohon maaf atas segala kekurangan.
Wassalam.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
4.1. Kesimpulan 16
4.2. Saran 16
5
6
LAMPIRAN :
DAFTAR
PENGERTIAN ISTILAH
1. Perpustakaan
Istilah perpustakaan, awalnya terkait erat dengan buku. Perpustakaan berasal
dari kata pustaka, yang berarti buku atau kitab1. Dalam bahasa Inggris,
perpustakaan disebut library, dalam bahasa Belanda disebut bibliotheek, dalam
bahasa Perancis bibliotheque, dalam bahasa Spanyol dan Portugis bibliotheca.
Sejumlah sebutan untuk perpustakaan dalam berbagai bahasa di atas memiliki
akar kata yang sama. Akar kata library adalah liber (bahasa Latin), artinya buku.
Sedangkan akar kata bibliotheek adalah biblos (Yunani), yang berarti juga buku.
Dalam perkembangan yang lain, juga dikenal sebutan Bible atau Alkitab, yang
keduanya berarti sama yakni buku. 2
Pada tahap sebelum ada perpustakaan modern, atau pada tahap
perkembangan teknologi modern, koleksi perpustakaan tidak selalu harus dalam
bentuk buku3. Dulu, ada yang berbentuk naskah dalam kulit binatang atau daun
lontar, atau berupa manuskrip dan kini ada yang berupa rekaman film, disket,
digital atau bentuk elektronik lainnya. Namun, pengertian perpustakaan tidak akan
jauh dengan buku, seperti suatu ruangan, bagian dari gedung, atau gedung
tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian
rupa, sehingga mudah untuk dicarai dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu
diperlukan oleh pembaca. 4
UU tentang Perpustakaan memberi definisi perpustakaan sebagai institusi
pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara
profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (pengguna
perpustakaan).5
2. Perpustakaan Nasional
Perpustakaan nasional didefinisikan sebagai perpustakaan yang dikelola oleh
pemerintah pada tingkat nasional, yang berfungsi sebagai perpustakaan
nasional6. Penambahan penjelasan “yang berfungsi sebagai perpustakaan
nasional” sengaja dilakukan, karena ada perpustakaan yang tidak dinyatakan
1
Lihat KBBI, 1988, hal. 713.
2
Lihat Sulistyo-Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, hal. 1
3
Unesco memberikan batasan tentang buku sebagai terbitan dalam jumlah sedikitnya 48 halaman, tidak
termasuk halaman judul dan halaman kulit. Lihat Sulistyo-Basuki, hal. 1.
4
Lihat Sutarno NS, 2008, Perpustakaan dan Masyarakat, hal. 11-12.
5
Lihat UU Tentang Perpustakaan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1.
6
Loc.cit. Sulistyo-Basuki, hal. 23.
7
3. Ideal
Ideal adalah sesuatu yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-
angankan atau dikehendaki.8
4. Budaya
Budaya adalah berasal dari kata Sansekerta budhayyah, bentuk jamak dari
buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal. Secara konsep, kebudayaan berarti
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. 9
5. Peradaban
Peradaban atau dapat disejajarkan dengan kata civilization dalam bahasa
Inggris, adalah bagian-bagian atau unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan
indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem
pergaulan yang kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang
kompleks juga. Istilah peradaban, juga sering dipakai untuk menyebut suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.10
6. Fungsi11
Fungsi menunjuk pada pekerjaan yang dapat dilakukan, atau kegunaan dalam
melakukan sesuatu, sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk suatu tujuan
tertentu.
7. Gemar12
7
Lihat UU Tentang Perpustakaan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 5.
8
Lihat KBBI (1988), hal. 319
9
Lihat Koentjaraningrat, 1985, hal. 11-12.
10
Ibid.
11
Loc.cit. hal. 245
12
Ibid. hal. 266
8
8. Pendidikan13
Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara
sengaja atau sadar berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.
13
Hasbullah, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, hal. 6
9
BAB I
PENDAHULUAN
14
Lihat Pengantar Nurcholish Madjid pada Watt, W. Montgomery, 1995, hal. xiii
15
Lihat Sulistyo-Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, hal. 27.
10
Maksud dan Tujuan dari penulisan ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1) Menguraikan gambaran ideal tentang perpustakaan nasional, masalah yang
dihadapi, dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2) Memberikan masukan dan saran kepada pihak-pihak terkait demi terwujudnya
perpustakaan nasional ideal dan gemar membaca.
11
BAB II
FUNGSI IDEAL
PERPUSTAKAAN NASIONAL
U
ntuk memperoleh gambaran mengenai Perpusnas yang ideal, dapat
dilakukan melalui pendekatan fungsinya. Perpusnas ideal adalah
Perpusnas yang dapat berfungsi secara ideal. Ideal adalah sesuai yang
dicita-citakan, diangan-angankan atau dikehendaki.16 Fungsi ideal Perpusnas
adalah fungsi17 atau kegunaan Perpusnas, yang dikehendaki oleh UU No. 43
Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Dalam UU tersebut, fungsi perpustakaan, termasuk di dalamnya Perpusnas
adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi.18 Sebagai konsekuensi dari tugas khusus yang diembannya, maka
Perpusnas mempunyai fungsi khusus sebagai perpustakaan pembina. Berikut ini,
penjelasan mengenai fungsi ideal Perpusnas.
16
KBBI, 1988, hal. 319.
17
Ibid. hal. 245.
18
UU Perpustakaan, Pasal 3.
19
Indra Djati Sidi, 2001, Menuju Masyarakat Belajar, hal. 25-26.
12
visi pendidikan itu adalah (1) learning to think (belajar berfikir, berorientasi pada
pengetahuan logis dan rasional), (2) learning to do (belajar berbuat / hidup,
berorientasi pada how to solve the problem, (3) learning to be, (belajar menjadi
diri sendiri, berorientasi pada pembentukan karakter), dan (4) learning to live
together (belajar hidup bersama, mengarahkan pada kerja sama dan sikap
toleran).
Sementara itu, peran perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dalam
menunjang pendidikan sepanjang hayat (long-life education) bagi masyarakat,
dirasakan makin penting, terutama dalam menciptakan suatu masyarakat belajar
(learning society)20. Perlunya belajar sepanjang hayat, bagi seseorang
dimaksudkan agar ia memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah dalam
hidupnya, selanjutnya dapat meningkatkan mutu kehidupannya. Pada tingkat
global, learning society diperlukan untuk meningkatkan keunggulan dan daya
saing bangsa Indonesia atas bangsa-bangsa lain di dunia.
Perlu digaris bawahi, bahwa keunggulan seseorang dalam hal kecerdasan
tidak semata dalam pengertian kecerdasan linguistik, yang mencakup aspek-
aspek kemampuan dalam berbicara, membaca dan menulis dan kecerdasan logis
matematis, yang mencakup aspek-aspek kemampuan dalam logika, matematika
dan sains. Kedua kecerdasan ini biasa dikenal sebagai kecerdasan akademik.21
Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Inteligence (1996) mengatakan bahwa
kontribusi IQ (Intellectual Quotient) dalam menentukan kesuksesan hidup
seseorang maksimal sekitar 20 persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor-
faktor lain, yang termasuk dalam wilayah kecerdasan emosional (EQ).
Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam bukunya The Learning Revolution
(1994), menyebut sejumlah kecerdasan lain yang dimiliki oleh manusia, di luar
kecerdasan akademik. Diantaranya, adalah (1) kecerdasan musikal, seperti pada
komposer, konduktor dan musisi terkenal; (2) kecerdasan spasial dan visual,
seperti pada arsitek, pematung, pelukis, navigator dan pilot; (3) kecerdasan
kinestetik, seperti pada atlet, penari, pesenam dan ahli bedah; (4) kecerdasan
interpersonal, seperti pada penjual, motivator dan negositor;. dan (5) kecerdasan
intrapersonal, yang bersifat introspektif, sehingga melahirkan intuisi yang luar
biasa. Diluar itu, ada juga kecerdasan spiritual, yang satu tingkat di atas
kecerdasan emosional.22
20
Ibid. hal 4.
21
Ibid.
22
Ibid. hal. 5-6
23
Op.cit. hal. 920.
13
24
Op.cit. hal 31-33.
25
Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, hal. 107.
14
penyimpanan benda-benda kuno dan bersejarah yang berasal dari ratusan tahun
yang lalu. Benda-benda itu, kemudian dilestarikan hingga sekarang, melalui
kegiatan preservasi dan konservasi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
rekam, serta naskah kuno/manuskrip.
26
Lihat penjelasan UU No. 4/2007 tentang Perpustakaan, Bab Umum.
27
Nasution, Zulkarimein, 1989, Teknologi Komunikasi, hal. 2-4
28
Ibid.
29
Ibid.
15
31
Adanya fungsi ini sebagai konsekuensi dari tugas yang diberikan oleh UU Perpustakaan, Pasal 2 (2).
17
BAB III
PERPUSTAKAAN
DAN GEMAR MEMBACA
P
asal 4 (c) UU tentang Perpustakaan menyebut kewajiban Perpusnas
untuk melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam
rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
Perpustakaan perlu dijadikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.
Begitupun, membaca perlu dijadikan sebagai budaya bangsa. Bangsa yang
cerdas berawal dari kegemaran warganya dalam membaca buku, kemudian
menjadi kebiasaan dan seterusnya menjadi budaya bangsa. Dalam ajaran Islam,
kegiatan membaca (iqro) merupakan perintah pertama dari turunnya wahyu al
Qur‟an.
Promosi perlu terus dilakukan, mengingat keberadaan perpustakaan dan
budaya gemar membaca belum dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia. Keduanya mengacu pada masih rendahnya
kegemaran membaca dan masih terbatasnya masyarakat dalam memanfaatkan
perpustakaan sebagai sumber bahan bacaan.
Promosi perlu terus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat mengenai pentingnya dua hal yang saling berkaitan. Yaitu, pertama,
pentingnya gemar membaca bagi kehidupan seseorang, antara lain untuk (1)
meningkatkan pengetahuan atau wawasan, (2) menambah kemampuan berfikir,
(3) memperoleh inspirasi atau gagasan, (4) memotivasi diri, (5) menambah
keyakinan dan rasa percaya diri (6) menambah ketrampilan, dan (7) membentuk
kepribadian yang positif; dan kedua, pentingnya perpustakaan sebagai wahana
yang menyediakan koleksi bahan bacaan terlengkap yang dapat dimanfaatkan
oleh mereka secara mudah dan murah.
Sementara itu, terkait dengan keberadaan perpustakaan dan rendahnya
kegemaran membaca di kalangan masyarakat, sejumlah masalah berikut ini perlu
mendapatkan perhatian, antara lain : (1) masalah daya jangkau perpustakaan, (2)
masalah daya tarik perpustakaan, (3) masalah anggaran, dan (4) masalah
lainnya.
Namun, kedua solusi itu tidak akan mampu mengatasi masalah secara
memuaskan, terutama bagi kalangan masyarakat umum. Keberadaan
perpustakaan konvensional, secara teknis belum mampu menjangkau masyarakat
secara meluas. Hampir tidak mungkin bagi seseorang yang bertempat tinggal
jauh di pedesaan, meski berminat dan gemar membaca sekalipun, untuk
memaksakan diri datang ke Perpusnas, atau ke perpustakaan terdekat, dalam hal
ini Perpustakaan Umum (Perpusum) yang cuma berada di ibu kota Kabupaten.
Secara teknis dianggap tidak praktis dan tidak ekonomis, meski kegiatan promosi
terus gencar dilakukan oleh Perpusnas..
Begitu pula dengan layanan perpustakaan digital, seseorang harus memiliki
akses ke internet terlebih dahulu. Bagi kelompok masyarakat ini, secara teknis
kurang praktis dan tidak ekonomis. Layanan digital lebih cocok untuk memperoleh
informasi secara cepat dan lengkap, namun tidak cocok untuk berlama-lama
membaca pada bacaan tertentu. Segmen pembacanya juga masih terbatas pada
kalangan terpelajar yang memang telah memiliki kegemaran membaca yang
relatif cukup tinggi. Adanya perpustakaan keliling, secara teknis juga masih
sangat terbatas dalam menjangkau masyarakat. Perpustakaan jenis ini lebih
cocok untuk keperluan yang lebih bersifat darurat atau insidentil, seperti adanya
acara-acara tertentu atau terjadi musibah di suatu masyarakat.
1) Manfaat Praktis
Dalam pola pikir mereka, membaca bukanlah kegiatan yang dianggap
penting, sekurangnya karena dianggap tidak memberikan manfaat secara
langsung bagi dirinya (manfaat praktis). Dalam banyak hal, bagi masyarakat
saat ini, manfaat praktis lebih bermakna sebagai manfaat ekonomis, yang
dapat memberi keuntungan material bagi dirinya. Kegiatan yang memiliki
manfaat secara ekonomis akan cenderung memperoleh perhatian dari
mereka, untuk kemudian terangsang untuk ikut berpartisipasi. Apalagi, jika ada
manfaat lain yang mereka dapatkan, yakni manfaat prestise yang akan
membawanya penuh dengan kebanggaan. Fenomena acara reality show
dalam memilih tokoh idola berbakat atau sejenisnya yang diadakan oleh
hampir seluruh stasiun televisi dan diikuti oleh begitu sangat banyak peminat,
cukup memberikan petunjuk akan adanya budaya populer ini.
2) Promosi, perlu stimulans
Promosi perpustakaan dan gemar membaca perlu memperhatikan
fenomena budaya populer di atas, meski tidak perlu meniru secara mentah-
mentah. Perlu ada penyesuaian, dengan tetap mengedepankan diri sebagai
sarana belajar. Sosialisasi mengenai pentingnya gemar membaca memang
penting dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Namun,
sudah saatnya untuk menarik minat baca dan akhirnya menjadi gemar
membaca, perlu diupayakan juga agar perpustakaan dapat memberikan
rangsangan (stimulans) kepada mereka dalam bentuk manfaat praktis,
manfaat ekonomis atau bahkan manfaat prestise.
3) Perlu koleksi terbaru, ada etalase khusus
Manfaat praktis bisa ditingkatkan, antara lain melalui diversifikasi koleksi
bacaan yang disesuaikan dengan minat baca atau hobi, tersedianya koleksi
terbaru, akses katalog terkomputerisasi, dan penyediaan ruang khusus yang
berfungsi sebagai etalase, untuk memberi informasi mengenai adanya koleksi
terbaru, best seller, dan sejenisnya. Hal ini penting, untuk memperkuat kesan
menarik bahwa perpustakaan tidak selalu mengandalkan koleksi lama, tapi
juga selalu ada yang baru tiap minggunya.
4) Perlu ada penugasan bagi siswa
Manfaat praktis juga dapat diterapkan, terutama bagi pelajar melalui bentuk
penugasan. Misalnya, sebelum materi pelajaran diajarkan, siswa ditugaskan
untuk membaca sejumlah buku tertentu yang terkait dengan materi pelajaran
dan tersedia di perpustakaan. Siswa ditugaskan membuat karya tulis
sederhana, dan kemudian dipresentasikan di depan kelas secara bergantian.
Kegiatan semacam ini harus menjadi bagian dari metode pembelajaran
sekolah sehari-hari dan menjadi bagian dari sistem penilaian belajar.
5) Perlu lomba berhadiah, serentak dan berjenjang.
Untuk memberikan manfaat ekonomis, perpustakaan perlu mengadakan
kegiatan lomba berhadiah uang yang dilakukan secara periodik dan
21
Di luar masalah daya jangkau, daya tarik dan anggaran, masih ada masalah
lain yang perlu diperhatikan, antara lain mengenai masalah manajemen dan
masalah otonomi daerah.
1) Perlu perubahan paradigma, dan Pustakawan Profesional
Untuk menjadi lebih menarik, diperlukan perubahan paradigma
perpustakaan, dari semula yang lebih terkesan sebagai lembaga birokrasi
menjadi lembaga intelektual yang berorientasi pada pelayanan yang
memuaskan pemustaka. Dari yang semula bersifat pasif, sekedar menunggu,
menjadi lebih proaktif dan banyak berinsiatif. Diperlukan adanya tenaga
pustakawan yang bermutu, kompeten, handal dan profesional. Pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga pustakawan harus terus dilakukan. Diperlukan adanya
kebijakan nasional, dimana pemerintah mau mengangkat PNS dari kalangan
tenaga perpustakaan profesional, yang akan menggantikan tenaga birokrat,
atau guru yang terpaksa harus merangkap. Sama halnya, seperti
pengangkatan guru untuk mendukung program wajib belajar di sekolah, atau
dokter untuk program kesehatan masyarakat, atau tenaga profesional lainnya.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Salah satu gambaran ideal mengenai Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
terangkum dalam fungsi ideal Perpusnas. Perpusnas ideal adalah Perpusnas
yang mampu menjalankan fungsinya secara ideal pula. Fungsi ideal Perpusnas
adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi, serta sebagai perpustakaan pembina.
Proses menuju Perpustakaan Nasional (Perpusnas) ideal masih terus
berlangsung. Upaya menuju Perpusnas ideal masih banyak yang perlu dilakukan.
Salah satunya adalah upaya Perpusnas dalam melaksanakan kewajibannya
dalam mempromosikan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat
pembelajar sepanjang hayat.
Upaya Perpusnas itu antara lain meningkatkan daya jangkau perpustakaan
dengan mengembangkan perpustakaan umum hingga di tingkat kecamatan,
meningkatkan daya tarik perpustakaan melalui penerapan standar nasional
perpustakaan, perubahan paradigma, melakukan stimulasi dalam bentuk memberi
manfaat praktis, ekonomis dan prestise, dan mengaitkan perpustakaan sebagai
komponen penting dalam penilaian kemajuan suatu daerah; mengupayakan
anggaran yang memadai, memprakarsai terbentuknya organisasi pecinta
perpustakaan untuk melakukan promosi dan lobi dan melakukan evaluasi atas
penerapan aturan 5 % dari anggaran BOS bagi pengembangan perpustakaan
sekolah.
4.2. Saran
Sebagai bagian dari kecintaan atas pengembangan perpustakaan, maka
berikut ini adalah beberapa hal yang disarankan :
(1) Perlunya Perpusnas membuat perencanaan strategis pengembangan
perpustakaan yang mencakup aspek kualitatif maupun kuantitatif, terutama
dalam mempromosikan gemar membaca, hingga anggaran dana yang
diperlukan.
(2) Perlunya upaya terus-menerus untuk memperoleh alokasi dana yang
memadai dari APBN bagi pengembangan perpustakaan nasional.
(3) Perlunya IPI dan Perpusnas lebih pro aktif dalam memprakarsai pendirian
organisasi pecinta perpustakaan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Koswara, E, dkk (Editor)., 1998, Dinamika Informasi Dalam Era Global, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Sidi, Indra Djati, 2002, Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan, Jakarta : Paramadina & Logos Wacana Ilmu
B
BIIO
ODDA
ATTA
A
SSR
RII E
ENND
DAAN
NGG SSU
USSE
ETTIIA
AWWA
ATTII
Pendidikan SD, SMP dan SMA ia tempuh di kota Kuningan. Kemudian, pada tahun
1988 ia melanjutkan kuliah di Jurusan Pendidikan Sejarah Strata 1 (S-1) IKIP Bandung.
Saat kuliah inilah, bakat menulisnya mulai terasah, hingga beberapa kali, tulisannya yang
berupa artikel sempat dimuat pada harian umum lokal di Bandung. Termasuk pernah
memenangkan sebuah lomba penulisan karya ilmiah tentang lingkungan hidup yang
diselenggarakan oleh Balai Sejarah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 1995. Kegiatan
menulisnya, khususnya berupa Artikel dan Cerpen dikirim ke sejumlah harian atau
majalah.