You are on page 1of 32

BAB 7

1
Cara Mengelola
Keuangan pada Usaha
Mikro, Kecil dan
Menengah

PEMENUHAN KEBUTUHAN MODAL: Kebutuhan Modal


Usaha
Apabila suatu rencana untuk mendirikan perusahaan
telah matang, maka salah satu hal yang perlu
diperhatikan ialah bagaimana cara pemenuhan
kebutuhan modal. Berapa jumlah modal yang
diperlukan, dan darimana modal tersebut diperoleh,
serta akan digunakan untuk keperluan apa saja. Semua
itu merupakan masalah-masalah yang dihadapi oleh
seorang pengusaha.

Marilah kita bicarakan, untuk keperluan apa saja modal


akan digunakan? Modal diperlukan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan
persiapan pendirian usaha, yaitu biaya perijinan, biaya
BAB 51
BAB 6
pembuatan akta perusahaan (pada perusahaan
menengah), sewa tempat usaha, membeli peralatan
kerja, inventaris kantor dan untuk modal kerja.

Berapa jumlah modal usaha yang dibutuhkan? Jumlah


modal usaha yang dibutuhkan untuk masing-masing
usaha tidak sama, tergantung dari jenis dan besarnya
usaha. Untuk usaha mikro jumlah modal yang
diperlukan tidak sama dengan usaha kecil atau usaha
menengah. Kebutuhan modal untuk usaha jasa tidak
sama dengan kebutuhan modal untuk usaha produksi
dan sebagainya.

Bagaimana Cara Menentukan Besarnya Jumlah Modal


Yang Diperlukan?
Telah diterangkan, bahwa jumlah modal yang diperlukan
untuk masing-masing jenis usaha tidak sama. Secara
garis besarnya kebutuhan modal harus dibedakan
menjadi dua, yaitu kebutuhan modal untuk investasi dan
kebutuhan modal untuk modal kerja. Kebutuhan modal
untuk investasi biasanya disebut modal tetap. Modal ini
diperlukan untuk membiayai perijinan usaha, pembuatan
akte pendirian perusahaan, pembelian alat kerja dan
inventaris serta pembelian kekayaan tetap yang lain.
Disebut modal tetap karena dana yang dikeluarkan
untuk keperluan ini terikat dalam waktu yang relatif
lama pada pengeluaran yang bersangkutan. Jumlah
BAB
B 3
A
B
42
modal yang diperlukan untuk modal tetap ini sebesar
jumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut.
Sedang kebutuhan modal untuk modal kerja, yaitu untuk
membeli bahan-bahan baku, bahan penolong,
membayar upah, tenaga kerja, gaji pegawai dan
pimpinan, biaya umum dan administrasi serta untuk
persediaan kas kecil untuk berjaga-jaga apabila ada
kebutuhan mendadak dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:

Cara menentukan jumlah modal kerja yang dibutuhkan:

a. Tentukan lebih dahulu berapa jumlah uang kas


rata-rata setiap hari yang diperlukan untuk operasi, yaitu
untuk membeli bahan baku dan penolong, untuk
membayar upah tenaga kerja dan biaya lain-lain.

b. Kemudian tentukan berapa lama dana yang


dikeluarkan tersebut terikat pada modal kerja, sejak
dana dikeluarkan sampai kembali lagi menjadi uang.

c. Selanjutnya tentukan juga berapa jumlah uang


kas minimal yang harus selalu ada di perusahaan untuk
keperluan berjaga-jaga.

Rumusnya adalah: Modal Kerja = (axb) + c

Contoh:
BAB 1 B
A
B
23
Perusahaan ABC menjual sejenis produk, dan
mempunyai data sebagai berikut:

a. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk


keperluan

membeli bahan baku Rp.


40.000,00

membeli bahan penolong Rp. 10.000,00

membayar upah tenaga kerja Rp.


15.000,00

membayar biaya-biaya lain Rp.


5.000,00

Jumlah Rp.
70.000,00

b. Lama dana terikat pada modal kerja

untuk proses produksi


10 hari

lamanya produk tersimpan sebelum terjual 1


hari

lama rata-rata piutang tertagih 2


hari

BAB
B 3
A
B
44
Jumlah 13
hari

c. Jumlah kas minimal yang harus selalu tersedia di


perusahaan setiap hari untuk berjaga-jaga terhadap
pengeluaran yang tidak terduga sebesar Rp. 50.000,00.

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung berapa modal


kerja yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus di
atas:

Modal kerja = (Rp. 70.000,00 x 13) + Rp. 50.000,00

= Rp. 910.000,00

Perhitungan tersebut masih belum lengkap karena


masih ada komponen biaya yang belum diperhitungkan,
yaitu gaji pegawai dan pimpinan serta biaya umum dan
administrasi, yang mana pembayarannya dilakukan
pada akhir periode tertentu.

Bagaimana komponen biaya tersebut harus


diperhitungkan dalam modal kerja? Terlebih dahulu
ditentukan berapa hari kerja dalam 1 bulan, kemudian

BAB 1 B
A
B
25
komponen biaya tersebut dibagi dengan hari kerja untuk
menentukan berapa besar biaya rata-rata per hari.

Contoh:

Hari kerja dalam 1 bulan = 25 hari

Pengeluaran dalam 1 bulan untuk:

• Gaji pegawai dan pimpinan Rp.


700.000,00

• Biaya umum dan administrasi Rp.


300.000,00

Jumlah Rp.
1.000.000,00

Pengeluaran rata-rata per hari = Rp. 1.000.000,00 :


25

= Rp. 40.000,00

Kemudian pengeluaran rata-rata per hari ditambahkan


pada komponen a, yaitu pada pengeluaran kas rata-
rata setiap hari.

Sehingga perhitungannya menjadi sebagai berikut:

a. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari:

untuk pembelian bahan baku dan lain-lain Rp.


70.000,00
BAB
B 3
A
B
46
untuk gaji pegawai/pimpinan dan lain-lain Rp.
40.000,00

Jumlah Rp.
110.000,00

b. Lama rata-rata dana terikat dalam modal kerja 13


hari

c. Persediaan kas minimal setiap hari Rp. 50.000,00

Jumlah Modal Kerja = (Rp. 110.000,00 x 13) + Rp


50.000,00

= Rp. 1.480.000,00

Kalau ditanyakan, berapakah jumlah modal usaha yang


dibutuhkan? Ini mudah, tinggal menjumlahkan modal
tetap dan modal kerja. Apabila diketahui jumlah
kebutuhan modal tetap sebesar Rp 6.520.000,00 dan
kebutuhan untuk modal kerja sebesar Rp 1.480.000,00
maka jumlah seluruh modal usaha yang dibutuhkan
menjadi Rp 8.000.000,00

Dari Mana Kebutuhan Modal Usaha Diperoleh


Berbicara tentang dari mana kebutuhan modal usaha
diperoleh saat kita berbicara tentang sumber-sumber
modal usaha. Ditinjau dari sumber asal modal kita bisa

BAB 1 B
A
B
27
menyebutkan ada 2 sumber utama, yaitu dari pemilik
perusahaan dan dari pinjaman.

Pemilik perusahaan dapat perorangan atau perseroan.


Bila pemilik perusahaan adalah perorangan, maka modal
perusahaan berasal dari orang yang bersangkutan.
Apabila perusahaannya berbentuk perseroan maka
modalnya berasal dari orang-orang yang membeli sero
atau saham perusahaan.

Untuk modal usaha dapat juga diperoleh dari sumber


lain, yaitu dari pinjaman. Pinjaman dapat diperoleh dari
perorangan, misalnya dari handai taulan, atau dari
lembaga keuangan, misalnya dari bank. Pada umumnya
modal yang berasal dari pemilik disebut modal sendiri,
BAB
B 3
A
B
48
sedangkan modal yang berasal dari pinjaman disebut
modal pinjaman atau modal asing.

Di muka telah disebutkan bahwa jenis modal yang


diperlukan perusahaan dapat dibedakan menjadi modal
jangka pendek dan modal jangka menengah dan jangka
panjang. Modal jangka pendek, yaitu yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari 1 tahun digunakan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja, sedang modal
jangka menengah atau panjang termasuk modal dari
pemilik digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi
yang berjangka menengah dan panjang. Perimbangan
antara jumlah modal jangka pendek dengan jumlah
modal jangka menengah dan panjang termasuk modal
dari pemilik merupakan struktur modal. Struktur modal
harus dijaga keseimbangannya antara modal pinjaman
dengan modal dari pemilik agar perusahaan berjalan
dengan baik. Bagaimana keseimbangan yang ideal itu
untuk perusahaan yang satu tidak sama dengan yang
lain demikian juga untuk jenis perusahaan yang satu
tidak sama dengan jenis yang lain.

CARA MENGATUR KEUANGAN AGAR USAHA BERJALAN


LANCAR: Mengatur Persediaan Kas
Setiap orang pasti ingin mengatur agar usahanya
berjalan lancar. Apa rahasianya agar perusahaan kita
bisa berjalan lancar? Sebenarnya tidak ada sesuatu yang
BAB 1 B
A
B
29
bersifat rahasia. Semuanya bisa diatur, termasuk
keuangan perusahaan kita. Salah satu kuncinya ialah
jagalah agar persediaan uang kas perusahaan Anda
selalu cukup untuk membayar semua kewajiban Anda
yang harus segera Anda penuhi. Demikianlah nasehat
yang dapat kami berikan agar perusahaan Anda dapat
berjalan lancar. Jadi yang sangat penting adalah
bagaimana menjaga agar uang di kas yang ada di
perusahaan selalu dalam keadaan cukup.

Apa yang dimaksudkan dengan uang kas itu, dan untuk


keperluan apa uang kas dibutuhkan? Yang dimaksud
dengan uang kas, atau disebut kas begitu saja, tidak
hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia di kas
perusahaan melainkan termasuk juga dana yang
disimpan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membayar kewajiban perusahaan yang harus
segera dilakukan. Sebenarnya, untuk membayar
kewajiban yang segera harus dibayar oleh perusahaan di
samping persediaan kas ada juga tagihan piutang yang
telah jatuh tempo dan barang-barang dagangan yang
dapat segera dijual yang hasilnya dapat digunakan
untuk membayar kewajiban perusahaan tersebut.

Komponen kas beserta piutang dan barang dagangan ini


disebut alat-alat likuid, yaitu alat-alat yang dalam tempo
dekat dapat menjadi uang untuk digunakan membayar

BAB
B 3
A
B
41
0
kewajiban-kewajiban perusahaan yang segera harus
dilakukan.

Kewajiban-kewajiban perusahaan yang harus segera


dibayar itu berupa apa saja? Kewajiban-kewajiban
perusahaan yang harus segera dibayar antara lain
berupa kewajiban untuk membayar bahan-bahan baku
dan penolong atau barang-barang dagangan yang kita
beli, untuk membayar ongkos angkut barang, biaya
tenaga kerja, biaya umum dan administrasi, gaji
pegawai dan pimpinan, dan juga hutang-hutang yang
telah jatuh tempo.

Kemampuan perusahaan untuk membayar semua


kewajiban yang harus segera dibayar dalam istilah
ekonomi disebut likuiditas.

Mengatur Likuiditas Perusahaan


Apakah masalah likuiditas itu penting bagi perusahaan?
Bagi perusahaan masalah likuiditas adalah sangat
penting. Apabila perusahaan Anda tidak bisa membayar
gaji pegawai dan pimpinan tepat pada waktunya, pasti
hal tersebut akan menimbulkan kegelisahan. Tentu akan
menurunkan semangat kerja, bahkan kalau keadaan
sangat memprihatinkan bisa menimbulkan pemogokan
kerja, sehingga akan semakin menyulitkan jalannya
perusahaan. Demikian juga misalnya perusahaan Anda

BAB 1 B
A
B
21
1
tidak dapat membayar harga bahan-bahan baku atau
penolong yang Anda beli sesuai perjanjian, mesti hal ini
akan menimbulkan ketidakpercayaan pada perusahaan
Anda dan dampaknya akan menyulitkan jalannya usaha
dikemudian hari karena para supplier tidak percaya
pada perusahaan Anda. Banyak contoh yang dapat
disebutkan betapa pentingnya masalah likuiditas bagi
kelancaran jalannya perusahaan.

Bagaimana cara mengatur likuiditas perusahaan agar


posisi likuiditas perusahaan selalu aman?

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh


perusahaan dalam menjaga posisi likuiditasnya agar
persediaan alat likuid dalam keadaan cukup untuk
menjamin kelancaran usaha, antara lain dengan
menggunakan:

a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas sering digunakan sebagai alat untuk
mengukur tingkat likuiditas perusahaan, yaitu tingkat
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
membayar dengan segera. Rasio likuiditas itu sendiri
adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang

BAB
B 3
A
B
41
2
dikuasai perusahaan, yang disebut aktiva lancar, dengan
kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar, yang
disebut hutang lancar. Aktiva lancar terdiri dari kas,
piutang dagang, dan persediaan barang dagangan,
sedang hutang lancar adalah hutang yang harus segera
dibayar, misalnya hutang biaya, hutang pajak dan
hutang dagang. Apabila perbandingan antara Aktiva
lancar dengan Hutang lancar adalah 2 : 1 maka likuiditas
perusahaan dianggap cukup baik. Rasio atau angka
perbandingan ini dikenal dengan nama Current Ratio
atau disingkat menjadi CR. Pada umumnya apabila CR
menunjukkan angka 2 atau 200% maka likuiditas
perusahaan dianggap baik, dan kurang dari 2 dianggap
kurang baik. Akan tetapi tingkat likuiditas yang dianggap
aman oleh masing-masing jenis perusahaan tidak sama,
sebagai contoh toko swalayan yang menjual barang-
barang dagangannya secara tunai, current rationya bisa
jadi kurang dari 200% sudah cukup aman. Pada
perusahaan-perusahaan yang telah lama beroperasi
untuk mengatur posisi likuiditas perusahaan ditentukan
berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalu pada
pelbagai kondisi yang dihadapi.

Rasio likuiditas yang juga sering digunakan ialah Quick


Ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi
persediaan barang dengan hutang lancar. Apabila QR 1
atau 100% maka dianggap likuiditas perusahaan baik.

BAB 1 B
A
B
21
3
Sebenarnya masih ada beberapa rasio likuiditas yang
lain, tetapi untuk sementara yang disajikan baru rasio
tersebut di atas.

Bagaimana cara mengatasi apabila perusahaan


mengalami kesulitan likuiditas? Kesulitan likuiditas
terjadi apabila perusahaan tidak dapat membayar
kewajiban-kewajiban membayar dengan segera. Untuk
mengatasi masalah ini ada beberapa cara yang dapat
dilakukan perusahaan, yaitu dengan (1) mencari
pinjaman jangka panjang, (2) menjual kekayaan atau
aktiva tetap, atau (3) minta agar para pemilik
perusahaan menyetor sejumlah uang tunai sebagai
tambahan setoran modal. Namun demikian dalam
praktek untuk mengatasi kesulitan likuiditas dengan
cara demikian tidak dapat dilakukan dengan segera
karena bantuan likuiditas tersebut realisasinya
memerlukan waktu. Oleh karena itu pengawasan
likuiditas perlu selalu dilakukan untuk menjaga
kelancara usaha.

b. Menyusun Anggaran Kas


Anggaran Kas (Cash Budget) adalah cara lain untuk
menjaga kelancaran operasi perusahaan. Aliran kas
(arus kas) yang menunjukkan masuk dan keluarnya kas
setiap bulan dapat diprediksikan dengan cara menyusun
anggaran kas untuk masa periode tertentu. Anggaran
BAB
B 3
A
B
41
4
kas merupakan ramalan yang berisikan ramalan
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu dengan cara memperhatikan ramalan transaksi
yang diprediksikan akan terjadi. Oleh karena itu tahap
pertama dalam menyusun anggaran kas adalah
menyusun ramalan transaksi yang akan terjadi,
kemudian dari ramalan tersebut dapat diketahui pada
bulan-bulan apa terjadi surplus atau defisit.

Contoh:

Toko ABC yang mempunyai saldo kas sebesar Rp


100.000 per 31 Desember 2001 menyusun Ramalan Kas
berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
diprediksi akan terjadi dalam kurun waktu 6 bulan dari
bulan Januari 2002 s/d bulan Juni 2002 sebagai berikut:

Ramalan Penerimaan dan Pengeluaran Kas


selama 6 bulan dari bulan Januari s/d Juni 2002
(Dalam ribuan rupiah)

BAB 1 B
A
B
21
5
Dari ramalan tersebut di atas dapat diketahui, bahwa
pada bulan Januari 2002, akan terjadi kekurangan kas
(defisit) sebesar Rp 700.000, bulan Februari defisit Rp
1.300.000 dan bulan Maret 2002 defisit sebesar Rp
800.000. Apabila pada bulan-bulan tersebut tidak
dicarikan bantuan dana (kas) maka perusahaan akan
mengalami kesulitan.

Berapa kebutuhan dana yang diperlukan untuk


mengantisipasi terjadinya kesulitan yang akan dialami
perusahaan dalam bulan Januari, Februari dan Maret
2002? Apakah kebutuhan dana sebesar jumlah defisit

BAB
B 3
A
B
41
6
bulan Januari, Februari dan Maret 2002 yaitu sejumlah
Rp 2.800.000 atau dapat kurang dari jumlah tersebut?

Selanjutnya kita akan mencoba membuat perkiraan


dengan menyusun anggaran kas dengan asumsi apabila
kekurangan dana tersebut akan dipenuhi dengan cara
mencari pinjaman dari Bank sebesr Rp 1.500.000
dengan suku bunga 2% per bulan, dan pembayaran
kembali pinjaman dilakukan secara mengangsur dan
segera harus dilunasi apabila keuangan perusahaan
sudah baik kemudian marilah kita melihat bagaimana
posisi keuangan perusahaan kita setelah adanya
bantuan kredit tersebut.

Berdasarkan data-data tersebut di atas kemudian dapat


kita buat sebuah anggaran kas untuk periode selama 6
bulan dari bulan Januari sampai Juni 2002, dengan
catatan bahwa pinjaman bank yang diperoleh dengan
plafond kredit sebesar Rp. 1.500.000, dapat diambil
sewaktu-waktu dan angsuran pinjaman atau
pelunasannya dapat dilakukan sesuai kemampuan
perusahaan. Pengambilan pinjaman dilakukan pada awal
bulan, dan angsuran pinjaman serta bunga dibayar pada
akhir bulan.

BAB 1 B
A
B
21
7
Anggaran Kas selama 6 bulan
dari bulan Januari s/d Juni 2002
(dalam ribuan rupiah)

Dengan membuat anggaran kas tersebut di atas


manajemen dapat mengetahui posisi kas pada setiap
bulan selama periode tertentu sehingga dapat mengatur
kelancaran jalannya perusahaan.

BAB
B 3
A
B
41
8
CARA PENGENDALIAN PENJUALAN SECARA KREDIT:
Masalah yang Timbul Dari Penjualan Secara Kredit
Masalah yang timbul dari penjualan secara kredit erat
hubungannya dengan masalah likuiditas. Mengapa
banyak perusahaan menjual produk atau jasa secara
kredit? Penjualan barang atau jasa secara kredit
merupakan bagian dari kebijakan pemasaran. Penjualan
secara kredit bertujuan untuk meningkatkan volume
penjualan yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume laba yang diperoleh. Adapun terjadinya
penjualan secara kredit ada dua kemungkinan, yang
pertama penjualan secara kredit memang diprogramkan
oleh perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan
yang kedua bahwa penjualan secara kredit dilakukan
sebagai suatu pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan-
pelanggan tertentu dan pelanggan-pelanggan potensial
diberi pelayanan khusus agar mereka puas dan tetap
setia menjadi pelanggan perusahaan.

Masalah penjualan kredit akan timbul apabila


permodalan perusahaan terbatas. Pada usaha mikro dan
kecil yang permodalannya sangat terbatas hendaknya
sejauh mungkin menghindari penjualan secara kredit
karena ada risiko, yaitu penjualan yang demikian dapat
mengganggu kelancaran jalannya perusahaan. Sedang
bagi usaha menengah apabila terpaksa melakukan

BAB 1 B
A
B
21
9
penjualan secara kredit hendaknya dilakukan secara
selektif dan hati-hati.

Mengapa penjualan secara kredit khususnya pada usaha


mikro dan kecil agar dihindari? Karena penjualan secara
kredit menanggung resiko, pertama risiko dapat
mengganggu likuiditas perusahaan dan kedua risiko
dapat menimbulkan kerugian. Resiko likuiditas terjadi
apabila persediaan kas perusahaan jumlahnya terbatas.
Penjualan secara kredit akan menyebabkan lubang pada
sisi pemasukan uang, karena pembayaran barang yang
terjual tertunda. Apabila terjadi kesulitan keuangan
karena tertundanya pemasukan uang tersebut maka
perusahaan terpaksa harus menambah persediaan uang
BAB
B 3
A
B
42
0
dengan cara mencari pinjaman uang atau menjual
kekayaan yang ada. Dengan kata lain, untuk melakukan
kebijakan penjualan secara kredit diperlukan adanya
tambahan modal kerja. Apabila perusahaan tidak dapat
menambah modal kerjanya maka perusahaan akan
mengalami kesulitan likuiditas.

Resiko yang kedua adalah resiko kerugian. Apabila


tagihan-tagihan kepada para pelanggan tidak dapat
masuk atau tidak terbayar, maka kerugian yang diderita
perusahaan tidak hanya karena kehilangan laba yang
akan diperoleh tetapi juga kehilangan modal yang
dipinjamkan. Bagi usaha mikro dan kecil hal ini
merupakan resiko yang besar.

Penjualan Secara Kredit Untuk Meningkatkan


Penjualan
Pada usaha menengah penjualan secara kredit banyak
dilakukan. Apabila perusahaan terpaksa harus menjual
secara kredit hendaknya dilakukan secara selektif dan
hati-hati. Secara selektif artinya bahwa penjualan secara
kredit hanya diberikan kepada pelanggan-pelanggan
lama, pelanggan-pelanggan potensial, dan pelanggan
baru yang diharapkan dapat melakukan pembelian
dalam jumlah yang besar. Penjualan secara kredit
dilakukan secara hati-hati maksudnya bahwa untuk
penjualan tersebut misalnya, perusahaan minta kepada
BAB 1 B
A
B
22
1
pelanggan untuk membayar uang muka dari sebagian
harga barang yang dibeli dan sisanya dapat dibayar
kemudian. Dengan demikian jumlah kredit yang
diberikan kepada pelanggan hanya sebagian dari harga
barang yang bersangkutan. Atau cara lain misalnya
dengan melakukan penyelidikan yang seksama terhadap
calon pelanggan yang minta fasilitas pembelian secara
kredit. Penyelidikan tersebut misalnya dengan cara
mencari tahu tentang reputasi dan kemampuan calon
pelanggan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya
antara lain dari relasi-relasi dagangnya. Dengan cara
yang hati-hati ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa
para pelanggan dapat membayar kewajiban-
kewajibannya dengan lancar.

Pada beberapa perusahaan tertentu penjualan secara


kredit memang merupakan kebijakan dari
perusahaannya. Perusahaan-perusahaan yang menjual
alat-alat elektronika, alat-alat rumah tangga dan
meubel, banyak yang menjual secara kredit.
Perusahaan-perusahaan ini telah memperhitungkan
faktor bunga dan resiko dalam harga jualnya, sehingga
harga jualnya menjadi tinggi. Perusahaan-perusahaan
tersebut telah mendesain permodalannya secara khusus
untuk penjualan secara kredit, sehingga modal kerjanya
telah diperhitungkan secara cermat untuk menghindari
kesulitan likuiditas dan kerugian.

BAB
B 3
A
B
42
2
Bagaimana cara mengatur agar pembayaran penjualan
dilakukan lebih cepat? Pada penjualan dalam partai
besar umumnya syarat-syarat pembayarannya telah
disepakati oleh kedua pihak sewaktu transaksi akan
terjadi. Dalam faktur penjualan misalnya tercantum
syarat pembayaran 2/10, n/30, artinya pembeli diberi
kelonggaran membayar sampai dengan 30 hari setelah
tanggal faktur. Agar pembeli bersedia membayar lebih
awal diberi potongan tunai sebesar 2% dengan
ketentuan pembayaran dilakukan dalam tempo 10 hari
setelah tanggal faktur. Potongan tunai (cash discount)
sebesar 2% merupakan cara dan merupakan daya tarik
agar pelanggan segera membayar lebih cepat dari
kelonggaran waktu yang diberikan oleh penjual.

Masalah Tagihan Tidak Lancar dan Cara Mengatasinya


Meskipun perusahaan telah berhati-hati dalam
memberikan fasilitas penjualan secara kredit namun
dalam praktek masih ada juga piutang dagang yang sulit
ditagih. Mengapa ada piutang yang sulit ditagih, atau
bahkan ada yang tidak bisa atau tidak mau membayar?

Pelanggan yang tidak bisa membayar kewajibannya bisa


jadi karena perusahaannya bangkrut atau sedang
mengalami kesulitan likuiditas sehingga tidak dapat
membayar, atau perusahaan tidak membayar karena
memang mempunyai itikad yang tidak baik. Apabila hal
BAB 1 B
A
B
22
3
ini terjadi menunjukkan bahwa sewaktu perusahan
memberikan fasilitas pembayaran secara kredit kepada
pelanggan dilakukan secara kurang berhati-hati.
Tagihan-tagihan yang tidak lancar menyebabkan
timbulnya kerugian bagi perusahaan. Kerugian
perusahaan tidak hanya terbatas pada laba yang
diharapkan tidak dapat direalisir, atau karena modal
kerja yang berhenti bahkan terancam hilang, tetapi juga
karena biaya-biaya khusus yang digunakan untuk
menagih piutang yang bersangkutan cukup besar.

Khusus untuk tagihan-tagihan yang tidak lancar


biasanya ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian
penagihan piutang. Petugas bagian ini hendaknya dipilih
secara tepat, orangnya berwibawa, sikap dan tutur
katanya sopan. Jangan sekali-kali menggunakan preman,
sebab banyak ruginya, karena dapat merusak nama baik
perusahaan. Tentu saja untuk tagihan yang berjumlah
besar dan sangat sulit ditagih dapat diserahkan
penyelesainnya melalui lembaga pengadilan.

CARA MENGATUR KEUANGAN AGAR PERUSAHAAN


BERKEMBANG: Meningkatkan Laba Perusahaan
Perkembangan suatu usaha ditentukan oleh
pertumbuhan kekayaan perusahaan itu sendiri.
Bertambahnya kekayaan perusahaan kecuali karena
bertambahnya modal yang disetor juga oleh laba
BAB
B 3
A
B
42
4
perusahaan, terutama yang digunakan sebagai
cadangan modal dan laba yang tidak dibagikan kepada
pemilik perusahaan. Oleh karena itu usaha peningkatan
laba yang diperoleh merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan perusahaan.

Sebelum kita membicarakan tentang bagaimana


caranya meningkatkan laba perusahaan terlebih dahulu
kita akan membicarakan tentang apa yang disebut laba
usaha itu. Laba usaha adalah laba yang diperoleh
perusahaan dari hasil penjualan setelah dikurangi harga
pokok barang yang dijual dan biaya usaha yang terdiri
dari biaya administrasi dan umum serta biaya
penjualan.

Laba Usaha = Penjualan – (Harga Pokok + Biaya Usaha)

Contoh perhitungan:

Penjualan Bersih Rp
8.000.000,00

Harga Pokok Penjualan Rp


5.000.000,00

Laba Kotor Penjualan Rp


3.000.000,00

Biaya Usaha:
BAB 1 B
A
B
22
5
1. Biaya Umum

dan Administrasi Rp 1.000.000,00

2. Biaya Penjualan Rp. 1.250.000,00

Jumlah Biaya UsahaRp


2.250.000,00

Laba bersih Usaha Rp.


750.000,00

Bagaimana cara meningkatkan Laba Bersih Usaha?


Kita lihat komponen-komponen yang dapat
mempengaruhi jumlah laba bersih usaha. Apabila
Penjualan kita naikkan sekian prosen sedang kenaikan
harga pokok penjualan dan kenaikan biaya usaha relatif
lebih kecil dari kenaikan penjualan maka laba bersih
usaha pasti akan naik.

Meningkatkan Penjualan Di atas Titik Break Even


Cara lain untuk meningkatkan Laba Perusahaan yaitu
dengan cara meningkatkan penjualan di atas titik break
even. Apa yang dimaksud dengan titik break even (titik
impas) itu? Titik Break Even adalah titik yang
menunjukkan dimana jumlah penjualan menghasilkan
keadaan nihil, tanpa memperoleh laba dan sebaliknya
tidak menderita kerugian. Hal ini akan lebih mudah
BAB
B 3
A
B
42
6
dijelaskan apabila dibuat gambar grafiknya, yang
menggambarkan hubungan antara penjualan dengan
biaya produksi serta laba dan rugi yang diperoleh. Cara
menentukan tingkat laba dengan menghubungkan
tingkat penjualan berdasarkan titik break even dikenal
sebagai Analisa Break Even.

Analisa B. E. ini menggunakan asumsi-asumsi


(anggapan) bahwa:

a. Biaya di dalam perusahan dapat dibagi menjadi 2


golongan yaitu golongan biaya tetap dan biaya variabel.

b. Besarnya Biaya Tetap secara totalitas tidak


berubah (tetap) meskipun ada perubahan volume
produksi atau penjualan.

c. Besarnya Biaya Variabel secara totalitas berubah-


ubah secara proporsional dengan volume produksi atau
penjualan (Biaya Variabel per unit tetap).

d. Harga jual per unit tidak berubah selama periode


yang dianalisa.

e. Perusahaan hanya menghasilkan satu macam


produk.

Apabila diproduksi lebih dari satu macam, perimbangan


penghasilan penjualan antara masing-masing produk
atau “Sales Mix”-nya adalah tetap konstan.

BAB 1 B
A
B
22
7
Untuk menjelaskan cara bekerjanya metode B.E.
diberikan contoh:

Sebuah perusahaan membagi biaya menjadi 2 golongan,


ke dalam biaya Tetap dan biaya Variabel. Apabila
diketahui:

Biaya Tetap:

1. Biaya pegawai tetap Rp.


2.000.000,00

2. Biaya umum dan administrasi Rp.


1.000.000,00

Jumlah biaya tetap Rp. 3.000.000,00

Biaya Variabel

1. Biaya bahan baku per unit Rp. 300,00

2. Biaya tenaga kerja langsung per unit Rp


100,00

Jumlah biaya variabel Rp.


400,00

Harga penjualan produk per unit Rp.


1.000,00

Kapasitas produksi maximal 10.000 unit

BAB
B 3
A
B
42
8
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel sebagai
berikut:

Apabila dari tabel tersebut kemudian dibuat grafik maka


akan tampak sebagai berikut:

BAB 1 B
A
B
22
9
Baik dengan menggunakan tabel maupun grafik dapat
diketahui bahwa Titik Break Even (tidak rugi dan tidak
memperoleh laba) terjadi pada produksi/penjualan
sebanyak 5.000 unit.

Produksi/penjualan di atas jumlah tersebut akan


memperoleh laba dan sebaliknya di bawah jumlah
tersebut akan menderita rugi.

Untuk mencari BEP dapat juga digunakan rumus


matematika sebagai berikut:

BAB
B 3
A
B
43
0
BEP dalam rupiah = Rp 3.000.000,00

1 – Rp 400.000

--------------------

Rp1.000.000

= Rp 5.000.000,00

BEP dalam unit = 3.000.000 x 1 unit

-------------------------

1.000 – 400

= 5.000 unit

Agar perusahaan terus berkembang maka perusahaan


yang bersangkutan akan berusaha meningkatkan
penjualan di atas Titik Break Even, dengan harapan
semakin tinggi tingkat penjualannya akan semakin besar
laba yang akan diperoleh. Laba inilah yang kemudian

BAB 1 B
A
B
23
1
akan dapat menaikkan jumlah modal atau kekayaan
perusahaan.

BAB
B 3
A
B
43
2

You might also like