You are on page 1of 10

I.

PENGANTAR : SEBUAH PERAN BAGI SEJARAH


Sejarah, jika dipandang lebih sebagai kasanah dari pada sebagai anekdot atau
kronologis, dapat menghasilkan transformasi yang menentukan citra sains. Dari sejarah
konsep yang baru tidak akan datang jika data-data historis masih terus dicari dan diteliti
dengan cermat.
Perkembangan sains menjadi proses sedikit demi sedikit yang menambahkan item-
item ini, satu persatu atau dalam bentuk gabungan, kepada timbunan yang semakin
membesar yang membentuk tehnik dan pengetahuan sains.Dan sejarah sains menjadi
disiplin yang turut mencatat tambahan-tambahan maupun rintangan-rintangan yang
mengisi akumulasi tersebut. Dalam tahun belakangan ini,sejarahwan sains berpendapat
bahwa”untuk memenuhi fungsi yang diberikan kepada mereka oleh konsep
perkembangna dengan akumulasi,semakin bertambah sulit”. Sejarahwan mengalami
kesulitan dalam membedakan komponen ”ilmu” dari pengamatan yang lalu ddengan
kepercayaan yang oleh pendahulu mereka dengan mudah diberi label “kekeliruan”.
Keraguan dan kesulitan ini mengakibatkan revolusi historiografis grafis dalam studi
sains meskipun masih dalam tahap awal.Adanya masyarakat professional yang
merevolusi prosedur-prosedur eksperimental, mengubah konsepsi tentang wujud-wujud
yang telah lama dikenal dan dalam proses ini, mengubah jaringan teori yang digunakan
untuk menanami dunia.

II. JALAN MENUJU SAINS YANG NORMAL

Sains yang normal berarti riset yang didasarkan atas satu atau lebih pencapaian
ilmiah, dimana pencapaian yang oleh masyarakat ilmiah tertentu dinyatakan pemberi
fondasi bagi praktek selanjutnya. Pencapaian yang dimiliki dua karakteristik yang
esensial, selanjutnya disebut “paradigma”. Istilah yang erat kaitannnya dengan “sains
yang normal”. Orang-orang yang risetnya didasarksn atas paradigma bersama terikat
pada kaidah-kaidah dan standar-standar praktek ilmiah yang sama. Komitmen ini
merupakan prasyarat bagi sains yang normal, yaitu bagi penciptaan dan keseimbangan
tradisi riset tertentu. Perolehan paradigma atau perolehan tipe riset yang jarang dikenal
merupakan tanda kematangan dalam perkembangan sains manapun.
Sejarah mengemukakan bahwa jalan menuju konsensus riset yang kukuh itu
sangat sulit, alasannya karena ketiadaan paradigma atau calon paradigma semua fakta
yang mungkin merupakan bagian dari perkembagngan sains tertentu yang cenderung
tampak sama relefannya. Akibatnya pengumpulan fakta yang dini merupakan bagian
yang lebih jauh mendekati acak ketimbang yang dibiasakan oleh perkembangan sains
sesudah itu. Munculnya suatu paradigma mempengaruhi struktur kelompok yang
melakukan praktek dilapangan.Jika dalam perkembangansains suatu kekompok mampu
menarik kebanayakan dari pemraktek generasi berikutnya, maka secara berangsur angsur
aliran-aliran lama hilang.Hilangnya aliran tersebut sebagian disebabkan karena
pembelotan anggota kepada paradigma yang baru. Paradigma ini menyiratkan definisi
baru yang lebih kaku tentang bidangnya, dan definisi ini memiliki konsekuensi lain.
Ketika ilmuan perorangan mempercayai sebuah paradigma maka ilmuan tidak poerlu lagi
berupaya membanguan kembali bidangnya, memulai dari prinsip-prinsip pertama dan
membenarkan penggunaan setiap konsep yang dierkenalkan.

III. SIFAT SAINS YANG NORMAL


Sains yang normal terdiri atas perwujudan janji, yang dicapai dengan memperluas
pengetahuan tentang fakta-fakta yang oleh paradigmna dianggap mampu membuka
pikiran, dengan menaikkan tingkat kecocokan antara fakta-fakta tersebut dengan
perkiraan paradigma dan dengan artikulasi lebih lanjut tentang paradigma itu sendiri.
Untuk memperlihatkan dengan jelas apa yang dimaksud dengan riset normal atau
riset berdasarkan paradigma diperlukan penglkasifikasian dan pengilustrasian masalah
yang pada prinsipnya sains yang normal terdiri atas masalah
Ada tiga focus yang normal bagi penyelidikan sains yang factual dan ketiganya
tidak selamanya jelas. Pertama ialah kelas fakta, diperlihatkan oleh paradigma bahwa
sangat menyingkatkan sifat tertentu. Kelas kedua yang biasa tetapi yang lebih kecil dari
penetapan-penetapan fakta ditujukan pada fakta-fakta yang sering tanpa banyak
kepentingan yang hakiki dapat dibandingkan secara langsung dengan perkiraan perkiraan
teori paradigma.Kelas ketiga,terdiri atas karya empiris yang dilaksanakan untuk
mengartikulasikan teori paradigma memecahkan be erapa ambiguitas yang masih tersisa.
Ketiga kelas masalah ini, menentukan fakta yang penting, menyesuaikan fakta dengan
teori dan mengartikulasikan teori menghabiskan kepustakaan sains yang normal, baik
yang empiris maupun teoritis

IV. SAINS NORMAL SEBAGAI PEMECAH TEKA TEKI


Mengantarkan masalah riset yang normal kepada kesimpulan adalah mencapaiapa
yang diantisipasi dengan suatu cara baru, dan hal ini memerlukan segala macam teka teki
instrumental, dan metematis yang rumit. Orang yang berhasil membuktikan bahwa ia
adalah seorang pakar pemecah teka teki dan tantangan teka teki tersebut merupakan
bagian penting yang mampu mendorongnya. Jika masalah sains yang normal itu
merupakan teka- teki dalam artian bahwa seseorang dapat tertarik pada sains karena
segala jenis alasan diantaranya adalah hasrat untuk berguna, dorongan untuk menguji
pengetahuan yang telah mantap dan lain-lain.
Adanya jaringan komoitmen yang kuat yaitu konseptual,teoritis,instrumental,dan
metodologis merupakan sumber utama yang menghubungkan sains yang normal kepada
pemecahan teka-teki. Sains yang normal adalah kegiatan yang sangat ditentukan tetapi
sepenuhnya ditentuksn oleh kaidah-kaidah dan paradigma yang dapat menjadi pedoman
bagi riset.

V. KEUNGGULAN PARADIGMA
Penentuan paradigma-paradigma bersama menuntut langkah yang berbeda dimana
sejarahwan harus membandingkan paradigma masyarakat dengan laporan-laporan riset
pada masa itu. Jika kepanduan tradisi dipahami dari segi kaidah, diperlukan beberapa
rincian tentang dasar bersama dalam bidangyang sesuai.Akibatnya, pencarian kumpulan
kaidah yang berwenang membentuk tradisi riset normal tertentu menjadi frustasi yang
dalam dan berkesianambungan
Paradigma bisa lebih unggul dari pada perangkat manapun dari kaidah-kaidah untuk
riset. Paradigma dapat menentukan sains yang normal tanpa campurtangan kaidah-kaidah
yang dapat ditemukan.Alasan-alasan paradigma beroperasi dengan cara tersebut adalah:
1. Kesulitan yang berat dalam menentukan kaidah-kaidah yang telah menjadi
pedoman bagi tradisi sains yang normal.
2. Penyebab yang pertama, berakar dalam sifat pendidikan sains
3. Paradigma menjadi pedoman riset dengan memberi contoh langsung mauppun
melalui kaidah-kaidah dan asumsi-asumsi
4. Pemberian status yang lebih unggul daripada kaidah-kaidah dan asumsi-asumsi.

VI. ANOMALI DAN MUNCULNYA PENEMUAN SAINS


Suatu penemuan diawali dengan keadaan akan anomali, yakni dengan pengakuan
bahwa alam telah melanggar harapan yang didorong paradigma yang menguasai sains
yang normal kemudian berlanjut dengan eksplorasi yang diperluas pada wilayah anomali.
Kesadaran akan adanya anomali membuka perioda ketiga kategori-kategori
konseptual yang telah disesuaikan sehingga semula beranomali menjadi
antisipasi.Munculnya semua hal baru yang ilmiah dan fundamental melalui suatu
proses.Dengan mengenal proses kita dapat melihat: mengapa sains yang normal,
pencarian yang tidak ditunjukan kepada hal-hal yang baru dan mula-mula cenderung
menekan, bagaimana akan menjadi efektif dalam munculnya hal-hal baru itu.Anomali
hanya muncul dengan latar belakang yang disajikan oleh paradigma. Semakin tepat
paradigma yang dijangkau, semakin peka indikator yang disediakan terhadap anomali.

VII KRISIS DAN MUNCULNYA TEORI SAINS


Adanya tuntutan menghancurkan paradigma secar besar-besaran dan perubahan-
perubahan besaran dalam masaalah dan tehnik sains yang normal menyebabkan
munculnya teori yaang umumnya didahului oleh perioda ketidakpastian yangb sangat
tampak pada profesi.
Suatu teori baru muncul setelah kegagalan yang nyata dalam memecahkan masalah
yang normal. Faktor diluar sains memegang peranan yang sangat besar, kemacetan dan
bertambahnya teori menandai munculnya teori baru, yang tidak lebih dari satu atau dua
dasawarsa sebelum diartikulasikan.Praktek sains yang normal telah memberikan alasan
untuk mengnggap bahwa masalah-masalah yang telah terpecahkan maupun yang belum,
mampu membantu dan menerangkan perasaan gagal. Berikut alasan, peran krisis tersebut
mengesankan adalah pemecahan setiap masalah itu, sekurang-kurangnya sebagian telah
dipecahkan dalam perioda ketika tidak ada krisis maupun ketika tidak ada, antisipasi
tersebut telah diabaikan.
VII TANGGAPAN TERHADAP KRISIS
Meskipun terjadi krisis para ilmuan tidak meninggalkan paradigma meskipun
mereka mulai kehilangan kepercayaan bahkan mempertimbangkan alternatif-alternatif.
Artinya, para ilmuan tidak memperlakukan anomali-anomali sebagai kasus pengganti
meskipun dalam perbendaharaan kata filsafat sains demikian adanya. Adanya alasan-
alasan dari para ilmuan, hanya dapat membantu menciptakan krisis yang lebih akurat.
Suatu anomali akan menimbulkan krisis, biasanya harus lebih daripada sekedar sebuah
anomali.
Sikap ilmuan terhadap anomali atau krisis berbeda-beda sesuai dengan paradigma
yang ada dan sifat riset berubah sesuai dengan sikap tersebu.Bertambah banyaknya
artikulasi yang bersaing,kesediaan untuk mencoba apa pun, pengungkapan kepuasan
yang tidak nyata, semuanya merupakan gejala transisi dari riset yang normal. Gagasan
sains yang normal bergantung pada eksistensi dari revolusi.

IX SIFAT DAN PERLUNYA REVOLUSI SAIN


Revolusi sains dalam hal ini sebagai episode perkembangan nonkomulatif yang
didalamnya paradigma diganti dengan paradigma baru yang bertentangan. Untuk
menyingkapkan bagaimana revolusi sains dipengruhi, kita tidak hanya harus meneliti
dampak sifat dan dampak logika, tetapi juga tehnik argumentasi persuasif yang efektif di
dalam kelompok yang khusus dalam membentuk masyarakat sains. Dalam evolusi sains,
pengetahuan baru harus menggantikan ketidaktahuan, bukan menggantikan pengetahuan
jenis lain yang tidak selaras. Revolusi sains diperlukan bukan untuk menilai kemerosotan
tetapi sekedar perubahan yang dituntut oleh penerimaan suatu paradigma baru. Dalam
mempelajari paradigma ilmuan mendapatkan teoti, metode, dan standar bersama-sama
biasanya dalam campuran yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, jika paradigma
berubah biasanya terdapat perubahan yang berarti .

X REVOLUSI SEBAGAI PERUBAHAN PANDNGAN ATAS DUNIA


Adanya perubahan paradigma menyebabkan para ilmuan berbeda dalam
memandang dunia kegiatan risetnya. Dulu ilmuan memandang dunia hanya berdasarkan
apa yang mereka liuhat dan lakukan, namun setelah revolusi para ilmuan menganggap
dunia dengan berbeda.
Sejarah sains mengnggap bahwa para ilmuan adakalanya mangalami perubahan
persepsi. Perubahan ini disertai dengan perubahan paradigma dimana yang mengubah
adalah interprestasi ilmuan tentang pengamatan-pengamatan yang nereka sendiri
tetapkan untuk selama-lamanya oleh sifat lingkungan dan sifat peralatan perse[si.
Pengalaman lapangan merupakan ciri-ciri perseptual yang ditonjolkan oleh
paradigma sehingga ciri-ciri itu menyerahkan keteraturan hampir segera begitu
diamati.Ciri-ciri tersebut nyata dan brubah bersama komitmren ilmuwan terhadap
paradigma, tetapi dari pikiran kita jika berbicara tentang data-data mentah atau pengalan
kasar yang terkenal sebagai tempat bertolaknya riset ilmiah, maka pengalan langsung
harus dikesampingkan karena berubah-ubah sebagai gantinya ialah pengukuran –
pengukuran dan pperasi-opersi konkret yang dialkukan oleh ilmuan di laboratorium.
Operasi laboratorium yang menyajikan petunjuk yang konkretakan berubah
bersama berubahnya paradigma.Setelah revolusi sains, pengukuran dan manipulasi lama
tidak relevan lagi dan diganti dengan yang lain. Itulah sebabnya mengaapa teka-teki sains
yang normal begitu menantang dan pengukuaran-pengukuaran yang dilakukan tanpa
paradigma begitu jarang membawa kesimpualan apa pun. Jadi setelah adanya revolusi
sains, para ilmuwan bekerja dalam dunia yang berbeda.

XI TAK TAMPAKNYA REVOLUSI


Terdapat alasan-alasan tertentu mengapa revolusi ternyata hampir tidak kentara baik
ilmuwan maupun orang awam banyak mengambil dari citra mereka tentang kegiatan
sains yang kreatif dari sumber yang berwenang yang secara sistematis menyamarkan,
sebagian karena alasan fungsional dan pentingnya revolusi sains. Alasan lain yang
menyebabkan revolusi tidak nampak adalah pelipatgandaan penyimpangan konstruksi
sejarah. Adapun tujuannya adalah memperkenalkan kepada mahasiswa buku-buku teks
mengenai eksperimen, konsep, hukum,dan teori yang beragam dari sains normal yang
berlaku.
Jadi, bila suatu pengetahuan terwujud dalam bentuk teks maka proses yang terlibat
dalam setiap tahapan maupun tentang apa yang terjadi dengan prosesharus disajikan lebih
dariaspek menapin dari sans, karena bentuk pedagogis itu telah menetapkan citra tentang
sifat sains dan tentang penemuan dan penciptaan dalam kemajuan.

XII PEMECAHAN REVOLUSI


Tidak ada teori yng pernah memecahkan seluruh teka-teki pada waktu tertentu; juga
pemecahan yang telah dicapai jarang yang sempurna. Sebaliknya justru ketidaklengkapan
dan ketidaksempurnaan data dan teori yang ada. Menetapkan teka-teki merupakan
karakteristik dari sains yang normal. Diantara kesulaitan terdahulu banyak yang dapat
dihindari dengan mengakui pandangan yng umum maupun yang berlawanan mengenai
logika inkuiri sains. Adanya eksperimen beranomali, membangkitkan pesaing paradigma
yang ada. Berikut alasan para pendukung paradigma yang bersaing mesti gagal dalam
membuat kontak yang lengkap denagan titik pandang satu sama lain:
1. para pendukung paradigma sering tidak sepakat tentang definisi sains
2. paradigma yang baru lahir biasanya menggunakan banyak kosak kata dan
peralatan yang telah digunakan oleh paradigma tradisional
3. paradigma baru, istilah, konsep dan eksperimen lama masuk ke dalam hubungan-
hubungan baru satu sama lain
Alasan ini menimbulkan kesalahpahaman diantara dua aliran. Dan persaingan ini
paradigma lama mengalami krisis yang mampu dipecahkan oleh pandanagn paradigma
baru. Perdebatan paradigma bukan benar-benar mengenai kemampuan relatif
memecahkan masalh tetapi masalahnya adalah, paradigma mana yang harus menjadi
pedoman riset untuk masa mendatang. Dalam hal ini paradigma baru akan berhasil
dengan banyak masalah besar yang dihadapkannya sedangkan paradigma lama telah
gagal degan beberapa masalah.
XIII KEMAJUAN MELALUI REVOLUSI
Secara luas istilah sains dicadangkan bagi bidang yang memang maju dengan cara-
cara yang jelas. Suatu kemajuan hanya tampak nyata serata pasti dalam perioda-perioda
sains yang normal.Namun selama perioda tersebut nasyarakat sains tidak dapat
memendang buah karya dengan cara yang lain.
Masyarakat sains merupakan instrumen yang sanagt efisien untuk memecahkan
masalah atau teka-teki yang ditetapkan oleh paradigma.Apalagi hasil pemecahan masalah
tersebut adalah kemajuan.Panjelasan mengenai kemajuan tidak boleh berhenti, karena
menyiratkan sains kekuasaan adalah kebenaran.dasar eksistensi tergantung pada
pemberian kekuasaan untuk memilih paradigma didalam anggota masyarakat jenis
khusus.
Pemecahan revoluso dengan seleksi oleh konflikmerupakan cara yang cocok bagi
praktek sains masa depan, yang terjadi didalam masyarakat sains. Hasil bersih dari
seleksi revolusioner, yang dipisahkan oleh perioda-perioda riset yang normal adalah
perangkat instrumen yang diadaptasi secara mengagumkan yang disebut pengetahuan
sains moderen.

XIV. PASCAWACANA-1969

Paradigma digunakan dalam dua arti yang berbeda. Disatu pihak berarti
keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, tehnik yang dimiliki anggota masyarakat
tertentu.Dipihak lain menunjukan sejenis unsur dalam konstelasi, pemecahan teka-teki
yang konkret:

1. Paradigma dan Struktur Masyarakat


Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama anggota suatumasyarakat sains dan
sebaliknya masyarakat sains terdiri atas orang-orang yang memiliki suatu paradigma
bersama. Dalam sains terdapat aliran-aliran masyarakat yaitu yang mendekati subjek
yang sama dari titik pandang yng tidak serasi. Tingkatan masyarakat yang paling global
adalah masyarakat sains kealamanStruktur masyarakat merupakan satuan-satuan sebagai
penghasil dan validator pengetahuan sains. Dan paradigma adalah sesuatu yang dimiliki
bersama oleh struktur masyarakat tersebut.

2. Paradigma Sebagai Konstelasi Komitmen Kelompok


Komponen matriks disipliner yang formal atau yang mudah diformalkan kadang
ditemukan dalam bentuk generalisasi simbolik. Umumnya bertambahnya jumlah
generalisasi simbolok akan meningkatkan kekuasaan sains. Tipe kedua dari komponen
matriks disiplineradalah paradigma metafisis atau bagian metafisis dari paradigma. Tipe
ketiga dari matriks disiplineradalah nilai-nilai.Diaman nilai-nilai yang paling dalam
menyangkut prakiraan. Meskipun nilai-nilai dimiliki bersama oleh ilmuan adakalanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat khas pribadi dan biografi perorangan. Jenis lain dari
komponen matriks disipliner, perbedaan diantara perangkat eksemplar menyajikan
struktur sains yang bagus kepada masyarakat.
3. Paradigam dan Contoh bersama
Dalam ketiadaan eksemplar, jila hukum dan teori terlebih dahulu dipelajari maka
hanya akan memiliki sedikit isi empiris. Dalam mempelajari sesuatu yang lebih unggul
dari hukum, baik yang disajikan maupun yang tidak oleh alam tidak diperbolehkan
dengan cara verbal eksklusif, akan tetapi harus disertai contoh.
4. Pengetahuan Diam –diam dan Naluri
Jika berbicara tentang naluri milik nersama yang teruji dari anggota kelompok
yang berhasil dan orang baru memperokehnya melalui letihan sebagai bagian dari
persiapan keanggotaan kelompok maka,pada prinsipnya naluri tersebut dapat dianalisis.
Kita memiliki akses yang langsung kepda apa yang diketahui, tidak ada kaidah
atau generalisasi untuk mengungkapkan pengetahuan. Kaidah yang dapat memasok akses
tersebut mengacu pada rangsanagn bukan sensasi, dan rangsanganhanya dapat diketahui
melalui teori yang rumit. Dalam ketiadaanteori tersebut, pengetahuan yang tertanam di
dalam rangsangan ke sensasi tetap diam.
5. Eksemplar, Kemustahilan dibandingkan
Praktek sains yang normal bergantung pada kemampuan yang didapatkan
eksemplarkepada objek dan situasi kelompok didalam perangkat kemoripan yang primitif
dalam artian bahwa pengelompokan itu dilakukan tanpa jawaban atas pertanyaan.
Penerl\jemahan merupakan proses yang mengancam, dan seluruhnya asing bagi sains
yang normal sehingga diperlukan penegasan untuk memhami jenis perubahan sains yang
efisien.
6. Revolusi dan Relativisme
Penulis memiliki titik pandang relativistik tetapi jika diterapkan pada sains
penulis berpandangan lain. Sains jika berada pada posisi relativisme maka penulis tidak
mampu melihat bahwa relativis kehilanganyang telah diperlukan untuk menerangkan
alam dan perkembangan sains.
7. Sifat Sains
Perkembangansains mirip dengan perkembangan bidang lainnya tetapi sains juga
memiliki perbedaan yang mencolok. Sains pada tahapan tertentu dalam
perkembangannya, maju dengan cara yang tidak ada dalam bidang lain. Sifat khusus
pendidikan sains meliputi pemecahan teka-teki sebagai tujuan, sistem nilai yang olrh
krlompok sains ditempatkan dalam perioda-perioda krisisi dan keputusan.

You might also like