Professional Documents
Culture Documents
PERATURAN PERUSAHAAN
BAB I
UMUM
Pasal 1
TUJUAN
Pasal 2
ISTILAH-ISTILAH
1. PERUSAHAAN
Adalah Perseroan Terbatas Swadharma Duta Data, berkedudukan di Jakarta yang
didirikan berdasarkan Akte Notaris Koesbiono Sarmanhadi SH. No 57, Notaris di
Jakarta tanggal 04 Juli 1988 dan Akte Perubahan No. 29 tanggal 18 Maret 1989, Akte
Perubahan No. 87 tanggal 29 Oktober 1991, Akte Perubahan No.104 tanggal 26
Februari 1992, no. 17 tanggal 7 September 1993 dan akta perubahan no. 35 tanggal
10 Mei 1994.
2. DIREKSI
Adalah Pimpinan Perusahaan yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
3. KARYAWAN
Adalah tenaga kerja yang terikat dalam suatu perjanjian kerja dengan Perusahaan
sesuai dengan Peraturan Perusahaan dan Ketentuan pelaksanaannya.
4. KARYAWAN LAJANG
Adalah Karyawan yang berhak mendapat jaminan Perusahaan hanya untuk dirinya
sendiri, terdiri dari:
4.1. Karyawan yang belum pernah menikah;
4.2. Karyawan wanita bersuami, kecuali yang termasuk dalam Pasal 2 ayat 5.2
1
4.3. Karyawan Duda atau Janda tanpa anak;
4.4. Karyawan Duda atau Janda dengan anak yang tidak mendapat jaminan dari
Perusahaan sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat 6.3.
6. KELUARGA KARYAWAN
Adalah isteri atau suami dan anak-anak Karyawan yang terdaftar di Perusahaan yang
mendapat jaminan dari Perusahaan dengan ketentuan sebagai berikut:
6.1. Satu orang isteri yang sah menurut hukum;
6.2. Satu orang suami yang sah menurut hukum khusus bagi Karyawan wanita
pencari nafkah;
6.3. Anak-anak Karyawan yang sah menurut hukum (anak kandung, anak tiri, anak
angkat), dengan ketentuan:
6.3.1. Jumlah anak yang mendapat jaminan dari Perusahaan maksimum 3
(tiga) orang anak;
6.3.2. Anak angkat yang diakui adalah yang sudah diadopsi dan sah menurut
hukum.
6.3.3. Syarat seorang anak untuk memperoleh jaminan dari Perusahaan:
a) Belum berusia 21 tahun;
b) Belum bekerja/belum memperoleh nafkah sendiri;
c) Belum pernah menikah.
7. AHLI WARIS
Adalah ahli waris menurut hukum yang berlaku.
8. HASIL KERJA
Adalah semua yang dihasilkan Karyawan pada waktu kerja yang ditetapkan
Perusahaan dan / atau menggunakan fasilitas Perusahaan, yang untuk seterusnya
menjadi milik perusahaan.
BAB II
STATUS KARYAWAN
Pasal 3
HUBUNGAN KERJA
2
2. Karyawan Tetap, yaitu Karyawan yang mempunyai hubungan kerja untuk waktu tidak
tertentu yang dinyatakan melalui Surat Keputusan Direksi tentang peng-angkatan
sebagai Karyawan Tetap;
3. Karyawan Kontrak, yaitu mereka yang bekerja berdasarkan kontrak untuk jangka
waktu tertentu, sesuai dengan dengan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Peraturan
Menteri no. 2/1993 tentang Kesepakatan Kerja Untuk Jangka Waktu Tertentu.
BAB III
SYARAT-SYARAT KERJA
Pasal 4
PENERIMAAN KARYAWAN
2.2 Memiliki pendidikan dan pengalaman kerja yang disyaratkan untuk pekerjaan
yang ditunjuk, yang diseleksi melalui beberapa tahapan tes penerimaan
karyawan ;
2.3 Berkelakuan baik sebagaimana dinyatakan dengan Surat Keterangan dari polisi
atau pamong praja atau referensi dari pihak lain yang dapat diterima oleh
Perusahaan;
2.4 Sehat jasmani dan rohani menurut keterangan dokter yang ditunjuk oleh
Perusahaan.
Pasal 5
MASA PERCOBAAN
2. Masa percobaan bagi Calon Karyawan akan diberitahukan secara tertulis untuk masa
percobaan paling lama 3 (tiga) bulan. Dalam masa percobaan, baik Perusahaan
maupun Calon Karyawan sewaktu-waktu dapat memutuskan hubungan kerja secara
sepihak, dalam hal demikian Perusahaan tidak dibebani kewajiban apapun kecuali
pembayaran upah selama Karyawan tersebut bekerja.
3
Pasal 6
PENGANGKATAN
Pasal 7
PEMINDAHAN TUGAS
2. Bagi Karyawan yang telah berakhir masa kerjanya, Perusahaan menanggung biaya
pengembalian Karyawan ke kota tempat asal pengangkatan.
Pasal 8
PERJALANAN DINAS
2. Biaya yang timbul dari penugasan tersebut pada ayat 1 di atas, ditanggung oleh
Perusahaan.
Pasal 9
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
BAB IV
WAKTU KERJA
Pasal 10
WAKTU KERJA UMUM
2. Perusahaan dapat menetapkan jam kerja secara tersendiri (bekerja shifting dalam 2
atau 3 shift sesuai kebutuhan) yang diatur dalam Surat Keputusan Perusahaan,
dengan jumlah jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 11
KERJA LEMBUR
1. Waktu kerja yang melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu dihitung sebagai kerja
lembur.
3. Seluruh jam kerja lembur harus disetujui oleh atasan langsung Karyawan yang
bersangkutan.
2. Untuk kerja lembur yang dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya
resmi diatur sebagai berikut :
a. Untuk setiap jam dalam batas 8 (delapan) jam atau 5 (lima) jam apabila hari
dalam
6 (enam) hari kerja seminggu dibayarkan 2 (dua) kali upah sejam.
b. Untuk jam kerja pertama selebihnya dari 8 (delapan ) jam atau 5 (lima) jam
apabila
hari raya tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6
(enam) hari kerja seminggu, dibayarkan 3 kali upah sejam.
c. Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari
kerja seminggu dan seterusnya, dibayar sebesar 4(empat) kali upah sejam.
5
6. Tata cara kerja lembur ditetapkan oleh Perusahaan.
BAB V
HAK, KEWAJIBAN KARYAWAN DAN SANKSI
Pasal 12
HAK KARYAWAN
4. Setiap Karyawan berhak mendapat fasilitas kerja dan lingkungan kerja sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pasal 13
TATA TERTIB KERJA
Pasal 14
SANKSI
1. Karyawan yang melanggar peraturan, tata-tertib dan hukum yang berlaku, serta
norma-norma kesusilaan umum dapat dikenakan sanksi dengan memperhatikan
tingkat dan sifat pelanggarannya.
5. Ketentuan mengenai jenis kesalahan dan sanksi serta prosedur pelaksanaan sanksi
diatur lebih lanjut dalam Keputusan Perusahaan sesuai dengan hukum yang berlaku.
BAB VI
PENGUPAHAN
Pasal 15
SISTEM PEMBERIAN UPAH
1. Upah yang diberikan kepada Karyawan Tetap disesuaikan dengan keahlian dan
tingkat jabatannya.
2. Upah bagi Karyawan Kontrak ditetapkan sesuai dengan perjanjian kerja.
3. Upah dibayarkan pada tanggal 25 setiap bulan. Apabila tanggal tersebut merupakan
hari libur, maka pembayarannya akan dilakukan pada hari kerja terakhir sebelum hari
dimaksud.
4. Pembayaran upah minimum / terendah tidak akan kurang dari ketentuan upah
minimum yang telah ditetapkan pemerintah.
Pasal 16
UPAH SELAMA SAKIT
1. Apabila Karyawan sakit dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan dokter, maka
upah yang bersangkutan tetap dibayarkan.
2. Apabila Karyawan sakit dalam jangka waktu yang lama yang dinyatakan dengan surat
keterangan dokter, maka upah akan dibayar dengan ketentuan sebagai berikut:
• Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus persen) dari upah;
• Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima persen) dari upah;
• Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh persen) dari upah;
• Untuk 4 (empat) bulan selanjutnya sebelum dilakukan PHK, dibayar 25% (dua
puluh lima persen) dari upah.
3. Apabila setelah lewat 12 bulan ternyata karyawan yang bersangkutan tidak mungkin
bekerja kembali, maka karyawan tersebut dapat diberhentikan dan pemutusan
hubungan kerjanya dilaksanakan sesuai dengan Undang Undang no. 12 tahun 1964
dan Undang-undang No.13 Tahun 2003.
Pasal 17
UPAH SELAMA SKORSING
Jangka waktu skorsing yang bersifat mendidik paling lama 1 (satu) bulan, kecuali
menunggu putusan P4D atau P4P, dan selama ijin PHK belum diberikan skorsing dapat
diperpanjang. Selama dalam skorsing upah beserta hak-haknya diberikan sebagaimana
8
biasa diterima pekerja untuk paling lama 6 (enam) bulan. Karyawan dengan status
skorsing, yang kemudian terbukti tidak bersalah, direhabilitasi atau dipulihkan kembali
nama baiknya.
Pasal 18
TUNJANGAN HARI RAYA (THR)
Pasal 19
PAJAK PENGHASILAN
Pajak penghasilan Karyawan atas upah dari Perusahaan, ditanggung sepenuhnya oleh
Karyawan dengan cara dipotong dari upah masing-masing sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
BAB VII
KESEJAHTERAAN & JAMINAN SOSIAL KARYAWAN
Pasal 20
PERAWATAN KESEHATAN
9
Pasal 21
PERAWATAN GIGI
2. Kecuali untuk Karyawan Wanita Pencari Nafkah, bantuan biaya perawatan gigi bagi
Karyawan Wanita bersuami hanya diberikan Perusahaan untuk dirinya sendiri.
Pasal 22
KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Pasal 23
TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA
Pasal 24
BANTUAN KACAMATA
Pasal 25
BANTUAN SUKA DUKA
10
1. Apabila Karyawan menikah atau menikahkan anaknya, Perusahaan memberikan
bantuan berupa uang sebesar 1 kali upah (imbalan tunjangan) bulan terakhir dari
Karyawan yang bersangkutan.
2. Apabila pernikahan dilangsungkan dengan sesama Karyawan, bantuan uang suka
hanya diberikan kepada salah seorang Karyawan.
3. Perusahaan memberikan bantuan uang duka dengan ketentuan sebagai berikut :
3.1. Apabila yang meninggal Karyawan sendiri, kepada ahli warisnya.
3.1.1. Dibayar upah dari bulan berjalan.
3.1.2. Diberikan bantuan uang pemakaman sesuai dengan kebijaksanaan
Perusahaan.
Diberikan penggantian uang atas hak cuti yang belum diambil
3.1.4. Diserahterimakan hak-haknya dari JAMSOSTEK.
3.1.5 Diberikan uang sebesar 2 (dua) kali uang pesangon, 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak, sesuai dengan
ketentuan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003.
3.2. Apabila yang meninggal Isteri/suami, besarnya uang duka: 100% x upah bulan
terakhir
3.3. Apabila yang meninggal Anak, besarnya uang duka: 100% x upah bulan terakhir.
3.4. Apabila yang meninggal Orang tua/mertua, besarnya uang duka : 50% x upah
bulan terakhir.
Pasal 26
BANTUAN UNTUK KELUARGA KARYAWAN YANG DITAHAN
2. Dalam hal Karyawan ditahan oleh Pihak yang berwajib bukan atas pengaduan
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), permohonan ijin dapat
diajukan setelah pekerja ditahan paling sedikit selama 60 (enam puluh) hari.
3. Dalam hal pekerja ditahan oleh Pihak yang berwajib sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), Perusahaan tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan
bantuan kepada keluarga yang menjadi tanggungannya, dengan ketentuan
sebagai berikut :
4. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan Pihak yang berwajib.
5. Dalam hal Karyawan ditahan oleh Pihak yang berwajib karena pengaduan
Perusahaan dan selama ijin pemutusan hubungan kerja belum diberikan upah
beserta hak-haknya diberikan sebagaimana diterima pekerja dan berlaku paling
11
lama 6 (enam) bulan terhitung sejak hari pertama Karyawan ditahan Pihak yang
berwajib.
7. Dalam hal Karyawan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) diputuskan oleh
Pengadilan Negeri terbukti melakukan kesalahan, maka Perushaan dapat
mengajukan permohonan ijin pemutusan hubungan kerja.
Pasal 27
FASILITAS PINJAMAN
Pasal 28
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)
Karyawan didaftarkan sebagai peserta pada program Asuransi Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK) atas tanggungan Perusahaan, dimana karyawan membayar
sebagian Premi dengan pemotongan 2(dua) persen dari upah, sebagaimana diatur dalam
UU no. 3/1992.
Pasal 29
KOPERASI KARYAWAN
Pasal 30
KEGIATAN OLAH RAGA
Pasal 31
PROGRAM KELUARGA BERENCANA
12
1. Program Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan, untuk itu diperlukan adanya peran serta aktif
dari pihak Karyawan dan Perusahaan.
BAB VIII
MENINGGALKAN PEKERJAAN
Pasal 32
HARI LIBUR RESMI
Pasal 33
CUTI
1. Karyawan Tetap berhak atas cuti tahunan paling sedikit 12 (dua belas) hari kerja
setiap tahun sesuai tingkat jabatan.
1.1. Cuti Tahunan dapat diambil untuk pertama kali apabila Karyawan telah bekerja
paling sedikit selama 6 (enam) bulan tanpa terputus.
1.2. Karyawan Kontrak hanya berhak atas cuti tahunan bila masa kontraknya 12 bulan
atau lebih.
4. Cuti khusus diperoleh Karyawan setelah mendapat ijin dari Direksi Perusahaan.
5. Selama menjalankan cuti, kecuali cuti diluar tanggungan Perusahaan, upah Karyawan
tetap dibayarkan.
13
6. Perusahaan tidak memberikan penggantian berupa uang terhadap hak cuti yang tidak
dipergunakan.
Pasal 34
IJIN MENINGGALKAN PEKERJAAN
1. Karyawan yang meninggalkan pekerjaan tanpa ijin Perusahaan atau tanpa surat
keterangan atau alasan yang dapat diterima oleh Perusahaan dianggap mangkir.
2. Ijin meninggalkan pekerjaan karena sakit harus disertai dengan Surat Keterangan
Dokter.
3. Kecuali hal-hal yang diatur dalam Pasal 34, ijin meninggalkan pekerjaan bukan karena
alasan sakit kurang dari 1/2 (setengah) hari diberikan dengan ketentuan sebagai
berikut:
3.1. Harus seijin atasan langsung atau pejabat setingkat di atasnya.
3.1. Tidak lebih dari 1 (satu) kali dalam sebulan.
4. Kecuali hal-hal yang diatur dalam Pasal 34, ijin meninggalkan pekerjaan (bukan
karena sakit ) lebih dari 1/2 (setengah) hari sampai dengan 1 (satu) hari dihitung 1
(satu) hari penuh, dengan ketentuan sebagai berikut :
4.1. Tidak lebih dari 2 (dua) hari dalam setahun.
4.2. Apabila lebih dari 2 (dua) hari setahun akan langsung dipotong dari hak cuti
tahunan yang bersangkutan.
5. Ketentuan dan tata cara mengenai ijin meninggalkan pekerjaan diatur lebih lanjut oleh
Perusahaan.
Pasal 35
MANGKIR
1. Karyawan dianggap mangkir apabila tidak berada ditempat kerja tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu atau karena alasan yang tidak dapat diterima.
2. Apabila karyawan mangkir selama 5 ( lima ) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan tertulis yang dilengkapi bukti-bukti penunjang yang sah atau telah
dipanggil pihak Perusahaan, secara tertulis sebanyak 2 (dua) kali tetapi Karyawan
tidak dapat memberikan keterangan atau bukti yang sah maka Perusahaan dapat
memutus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri dan diproses
sesuai dengan UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003.
14
BAB IX
PENILAIAN, KARIR DAN PENGHARGAAN KARYAWAN
Pasal 36
PENILAIAN TAHUNAN
1. Pada dasarnya, penilaian terhadap Karyawan dilakukan secara terus menerus, akan
tetapi secara resmi penilaian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu tahun, yakni pada
pertengahan dan akhir tahun dengan mempertimbangkan kehadiran, prestasi kerja,
tingkah laku serta penampilan sehari-hari.
3. Ketentuan dan tata cara pelaksanaan Penilaian Tahunan Karyawan diatur lebih lanjut
oleh Perusahaan.
Pasal 37
PENGHARGAAN
2. Karyawan yang dapat mencegah atau mengurangi kerugian atas suatu malapetaka
yang terjadi.
3. Karyawan yang memberikan darma baktinya kepada Bangsa dan Negara sehingga
dapat menjunjung tinggi nama Perusahaan.
BAB X
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 38
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
2. Pemutusan hubungan kerja oleh Perusahaan antara lain didasarkan oleh sebab-
sebab sebagai berikut:
2.1. Sebagai sanksi atas pelanggaran terhadap Peraturan dan tata tertib
perusahaan, serta hukum yang berlaku.
2.2. Sebagai akibat dari tindakan Karyawan yang dapat dikategorikan "kesalahan
berat" adalah :
a. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan / atau uang
milik perusahaan
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan
c. Mabuk meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau
mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di lingkungan
kerja
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja.
e. Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja
atau pengusaha di lingkungan kerja
f. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
g. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan
bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan
h. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha
dalam keadaan bahaya di tempat kerja
i. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara
j. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih
3. Tidak bekerja karena sakit selama lebih dari 12 (duabelas) bulan berturut-turut.
4. Kelainan jasmani atau rohani yang menyebabkan Karyawan tidak dapat melakukan
pekerjaannya.
Pasal 39
PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
16
2. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, Karyawan yang bersangkutan wajib
dengan segera:
2.1. Melakukan serah terima pekerjaan termasuk, semua surat atau catatan
yang belum atau sedang diselesaikan atau arsip yang ada
di bawah tanggungjawabnya.
Pasal 40
UANG PESANGON DAN UANG JASA
Tata cara penentuan besarnya uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja
ditetapkan Perusahaan berdasarkan UU Ketenagakerjaan N0. 13 Tahun 2003.
BAB XI
KELUH KESAH DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 41
PENYELESAIAN KELUH KESAH DAN
PEMBELAAN DIRI KARYAWAN
2. Keluhan atau pembelaan diri yang diajukan Karyawan, akan dibahas Perusahaan
dan keputusan yang dicapai segera disampaikan kepada Karyawan yang
bersangkutan.
Pasal 42
PENYELESAIAN PERSELISIHAN DI LUAR PERUSAHAAN
Apabila keputusan yang telah digariskan Perusahaan atas keluhan atau pembelaan diri
tersebut pasal 41 ayat 2, tidak dapat memberikan penyelesaian, maka baik Karyawan
maupun Perusahaan dapat mengajukannya kepada instansi yang berwenang, untuk
mendapatkan penyelesaian menurut hukum yang berlaku.
BAB XII
PELAKSANAAN DAN PENUTUP
Pasal 43
PELAKSANAAN
1. Peraturan Perusahaan ini mulai berlaku setelah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi DKI Jakarta untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
2. Peraturan ini diumumkan kepada semua Karyawan agar mereka mengetahui hak dan
kewajibannya.
4. Jika ada persyaratan pada Pasal-Pasal Peraturan Perusahaan ini kurang atau
bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang berlaku, maka Pasal-Pasal
tersebut batal demi Hukum.
19
PT SWADHARMA DUTA DATA
PERATURAN PERUSAHAAN
BAB I : UMUM
Pasal 1 : Tujuan 1
Pasal 2 : Istilah-Istilah 1
BAB VI : PENGUPAHAN
Pasal 15 : Sistem Pemberian upah
9
Pasal 16 : Upah Selama Sakit
9
Pasal 17 : Upah Selama Skorsing
10
Pasal 18 : Tunjangan Hari Raya (THR) 10
Pasal 19 : Pajak Penghasilan 10
20
BAB VII : KESEJAHTERAAN DAN JAMINAN SOSIAL KARYAWAN
Pasal 20 : Perawatan Kesehatan
10
Pasal 21 : Perawatan Gigi
11
Pasal 22 : Kehamilan dan Persalinan
11
Pasal 23 : Tunjangan Kecelakaan Kerja
11 Pasal 24 : Bantuan Kaca Mata
12
Pasal 25 : Bantuan Suka duka
12
Pasal 26 : Bantuan Untuk Keluarga Yang Ditahan
12 Pasal 27 : Fasilitas Pinjaman
13
Pasal 28 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)
13
Pasal 29 : Koperasi Karyawan
14
Pasal 30 : Kegiatan Olah Raga 14
Pasal 31: Program Keluarga Berencana 14
21
BAB XII : PELAKSANAAN DAN PENUTUP
Pasal 43 : Pelaksanaan
21
Pasal 44 : Penutup
21
22
PERATURAN PERUSAHAAN
PT. SWADHARMA DUTA DATA