You are on page 1of 13

SASTRA MELAYU KLASIK

(SASTRA INDONESIA LAMA)


 

PENGANTAR

Hampir semua ahli sepakat bahwa Sastra Indonesia Lama tidak diketahui kapan munculnya.
Yang dapat dikatakan adalah bahwa Sastra Indonesia Lama muncul bersamaan dengan
dimulainya peradaban bangsa Indonesia, sementara kapan bangsa Indonesia itu ada juga
masih menjadi perdebatan. Yang tidak disepakati oleh para ahli adalah kapan sejarah sastra
Indonesia memasuki masa baru. Ada yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia Lama
berakhir pada masa kebangkitan nasional (1908), masa Balai Pustaka (1920), masa
munculnya Bahasa Indonesia (1928), ada pula yang berpendapat bahwa Sastra Indonesia
Lama berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi (1800-an).

Alhasil, ada dua versi besar periodisasi sastra Indonesia. Versi pertama adalah bahwa
sejarah sastra Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu 1) Sastra
Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Baru, dan 3) Sastra Indonesia Modern. Sedangkan
versi kedua membagi sejarah sastra Indonesia menjadi empat kelompok besar, yaitu 1)
Sastra Indonesia Lama, 2) Sastra Indonesia Peralihan, 3) Sastra Indonesia baru, dan 4)
Sastra Indonesia Modern.

Sastra Indonesia Lama adalah masa sastra mulai pada masa pra-sejarah (sebelum suatu
bangsa mengenal tulisan) dan berakhir pada masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Ada
juga yang mengatakan bahwa sastra Indonesia lama berakhir pada masa balai Pustaka.
Sastra Indonesia Lama tidak dapat digolong-golongkan berdasarkan jangka waktu tertentu
(seperti halnya Sastra Indonesia baru) karena hasil-hasil dari sastra masa ini tidak
mencantumkan waktu dan nama pengarangnya.

Beberapa pembagian Sastra Indonesia Lama adalah sebagai berikut

A. Berdasarkan bentuknya, sastra Indonesia Lama dibagi menjadi dua

1. Prosa lama
2. Puisi Lama

A. berdasarkan isinya, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu

1. Sastra Sejarah
2. Sastra Undang-Undang
3. Sastra petunjuk Bagi Raja atau Penguasa

A. Berdasarkan pengaruh asing, Sastra Indonesia Lama dibedakan menjadi tiga, yaitu

1. Sastra Indonesia Asli


2. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Hindu
3. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam
Ciri-ciri kesusastraan Indonesia Lama

1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan dalam karya


sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap.

Jabatan/orang yang sangat berjasa dalam penyebaran sastra Indonesia Lama adalah
pawang. Ia adalah kepala adat (istilah sekarang mungkin sama dengan "dukun" dalam
kebudayaan Jawa). Jabatan ini berbeda dengan kepala suku. Menurut Dick Hartoko dan
Rahmanto, pawang dikenal sebagai orang yang mempunyai keahlian yang erat
hubungannya dengan hal-hal yang gaib. Ia termasuk orang yang keramat dan dapat
berhubungan dengan para dewa atau hyang. Pawang terbagi atas pawang kutika (ahli
bercocok tanam dan hal-hal yang berhubungan dengan rumah tangga), pawang osada (ahli
dalam jampi-jampi), pawang malim (ahli dalam pertenungan), dan pawang pelipur lara (ahli
bercerita).

SASTRA INDONESIA LAMA BERDASARKAN BENTUKNYA

A. PROSA LAMA

1. Dongeng

Dongeng adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada
dalam fantasi pengarang.

Dongeng dibedakan menjadi

a. Fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang


kehidupan binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan
manusia pada umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang
dimaksud fabel adalah cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang
bersifat didaktis bertepatan dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan
dan hewan ditampilkan sebagai makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan
berbicara sebagai manusia. Diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengandung ajaran moral).
b. Farabel, yaitu dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang
mengandung nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan
perumpamaan atau lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan
tentang pelajaran kesusilaan dan keagamaan.
c. Legende, yaitu dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam,
terjadinya suatu tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
d. Mythe, yiatu dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus,
dewa, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
e. Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak
seluruhnya berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto,
kata sage berasal dari kata jerman "was gesagt wird" yang berarti apa yang
diucapkan, cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat
tertentu dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh
halus, mengenai ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-
tokoh historis. Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib.
Manusia selalu kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang
biasanya optimis)

1. Hikayat

Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat adalah cerita yang
panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya
banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan
B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama
yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja
atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan dan
muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.

2. Tambo

Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau asal-usul keturunan
raja.

3. Wira Carita (Cerita Kepahlawanan)

Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang kesatria
yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.

A. PUISI LAMA

1. Mantra

Mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra sering
diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang
mengucapkannya.

2. Bidal.

Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang
kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya. Yang
termasuk dalam kategori bidal adalah

a. Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang dinyatakan


dengan sepatah atau beberapa patah kata.
b. Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau
kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
c. Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat yang
menjelaskan.
d. Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian yang
menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
e. Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
f. Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi sebagai
semboyan atau pemacu semangat.
1. Pantun

Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris,
jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi).

Ciri-ciri pantun adalah

a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata
(umumnya 10 suku kata).
c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau
abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua

Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi

a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait
antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan
isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya
datar (aaaa).

Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi

a. Pantun anak-anak

o pantun bersuka cita


o pantun berduka cita

a. Pantun muda

o pantun perkenalan
o pantun berkasih-kasihan
o pantun perceraian
o pantun beriba hati
o pantun dagang

a. Pantun tua

o pantun nasehat
o pantun adat
o pantun agama

a. Pantun jenaka
b. Pantun teka-teki
c.
1. Gurindam

Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya
merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-
akibat. Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan
jawabannya. Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul
pengaruh kebudayaan Hindu.

2. Syair

Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair
timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari
empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita.
Syair sering hanya mengutamakan isi.

Ciri-ciri syair

a. terdiri dari empat baris


b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f. biasanya berisi cerita atau berita.

1. Prosa liris (kalimat berirama)

Prosa liris adalah prosa yang di dalamnya masih terdengar adanya irama.

2. Puisi-puisi Arab

Bentuk-bentuk puisi Arab adalah

a. Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan
disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya)
dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
b. Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan
kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat,
puji-pujian atau kasih sayang.
c. Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan
stanza atau oktaaf).
e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.

Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain yang perlu dikenal
walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu. Bentuk-bentuk tersebut
adalah

1. Kaba

Adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional yang dapat
didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan daripada isi
ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun temurun. Contohnya
adalah cerita Sabai nan Aluih.
2. Kakawin

Adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan yang
mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri dan
Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan
negarakertagama.

3. Kidung

Jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan persajakan asli Jawa.

4. Parwa

Adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos dalam bahasa sanskerta
dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam
Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di seluruh teks parwa yang
biasanya berbahasa Jawa Kuno.

5. Cerita Pelipur Lara

Sejenis sastra rakyat yang pada mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini
bersifat perintang waktu dan menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang
kegagahan dan kehebatan seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu
satu masalah dalam usahanya merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting.
(Hampir sama dengan hikayat). 

 SASTRA MELAYU KLASIK


Dokumen pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu klasik adalah sepucuk surat dari raja
Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III diPortugal dan bertarikhkan tahun 1521
Masehi.

Salah satu bentuk karya tersebut adalah Hikayat.

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng
maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan
seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Salah satu
hikayat yang populer di Riau adalah Yong Dolah.

1. Karakteristik Naskah Melayu Klasik


a. Penggunaan kosakata yang pada saat ini tidak lazim dipergunakan
dalam berbahasa Indonesia.
Contoh: … akan menghibur hati yang masgul (sedih).

b. Cerita selalu diawali dengan kata penghubung yang menyatakan


bahwa cerita tersebut tidak diketahui tempat dan waktu secara pasti.
Contoh: alkisah inilah cerita orang dahulu kala, hikayat namanya,
terlalu indah-indah ceritanya…

c. Penggunaan kata penghubung maka dalam awal kalimat


Contoh: Maka titah sang Nata, ”Yayi Suri, telah sebenarnya seperti
kata Adinda itu.” maka sang Nata pun membuat tempat memuja.
d. Penggunaan dikisi atau pilihan kata yang kurang tepat.
Contoh: Maka dikarang oleh segala orang yang bijaksana prama kawi.

e. Penggunaan kalimat yang tidak efektif


Contoh: Sebermula pada zaman dahulu ada raja di Tanah Jawa
empat bersaudara, terlalu amat besar kerajaannya.

f. Cerita tidak ada pengarangnya atau anonim.

Dilihat dari unsur-unsurnya, naskha sastra Melayu Klasik juga memiliki tema, penokohan,
sudut pandang, alur, amanat, dan nilai-nilai, seperti halnya naskah sastra cerpen dan novel.

2. Unsur-Unsur Karya Sastra Melayu Klasik


a. Tema adalah ide pokok yang mendasari sebuah cerita. Pada
umumnya naskah Melayu Klasik mempunyai tema perjuanganm
percintaan, pendidikan, dan keagamaan.

b. Tokoh dan Penokohan. Ada tiga jenis tokoh


• Protagonis (tokoh utama/berwatak baik)
• Antagonis (tokoh dengan watak jahat)
• Trigonis tokoh penengah atau pelerai konflik.

c. Latar (setting) adalah latar belakang cerita. Ada tiga macam latar:
(1) latar tempat; (2) latar waktu; dan (3) latar keadaan.

d. Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam cerita. Terdapat


empat jenis sudut pandang.
• Pengarang sebagai tokoh cerita, jika tokoh utamanya ’aku’;
• Pengarang sebagai tokoh sampingan, jika terdapat tokoh ’aku’ yang
bukan sebagai tokoh utama.
• Pengarang peninjau, jika pengarang hanya dapat memaparkan hal-
hal yang dapat diamati pancaindra.
• Pengarang serba tahu, jika pengarang dapat memaparkan
kehidupan tokoh utama dama berbagai hal.

e. Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan


membentuk suatu cerita. Ada tiga jenis alur cerita:
• Alur maju, apabila cerita dipaparkan dari awal hingga akhir secara
berurutan.
• Alur mundur (flash back), apabila cerita bermula dari masa kini
menuju awal peristiwa secara berurutan;
• Alur campuran, apabila penceritaannya menggunakan gabungan
antara alur maju dan alur mundur.

f. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada


pembacanya.

g. Gaya bahasa merupakan sarana sastra yang amat penting karena


hal inilah yang akan membedakan antara pengarang yang satu
dengan yang lain.
Hikayat Hang Tuah
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang
Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang
di Sungai Duyung mendengar kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepada
semua rakyatnya.
Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada
istrinya yang bernama Dang Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,
apalagi kita ini orang yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih
mudah mencari pekerjaan.”
Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.
Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun dan
mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti
wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada
istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung
memandikan dan melulurkan anaknya.
Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serba
putih. Lalu Dang Merdu member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,
ibunya juga memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk
Hang Tuah. Setelah selesai dipeluknyalah anaknya itu.
Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik,
jangan diberi main jauh-jauh.”
Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk
persediaan. Lalu ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang
yang mati dan luka-luka. Orang-orang pemilik took meninggalkan tokonya dan
melarikan diri ke kampong. Gemparlah negri Bintan itu dan terjadi kekacauan
dimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah,”
Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau masuk ke kampung.?”
Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan
pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.”
Waktu ia sedang berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang
Tuah samil menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko,
katanya,”Hai, anakku, cepat lari ke atas toko!”
Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri dan
memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datang
ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah pun
Melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkan
kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kata
seorang anak yang menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanah
Melayu ini.”
Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,
Hang Lekir, dan Hang Lekui.
Mereka pun langsung berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan
Hang Kesturi bertanya kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontak
dengan kapak?”
Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas
dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu.”
Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang
Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.
Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hati
kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.
Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para
bawahannya, Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu
menyembah Sang Raja, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada
banyak berita tentang penghianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita itu
sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”
Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu
bertanya, “Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”
Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai saya
yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal
ini.”
Maka Baginda bertitah, “Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan
membalasanya.”
Maka Tumenggung menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,
untuk datang saja hamba takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangat
menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,
alangkah buruknya nama baik hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.
Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,
maka Baginda bertitah, “Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”
Maka Tumenggung menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selain
Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,
hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicara
dengan seorang perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama Dang
Setia. Hamba takut ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba
dengan dikawal datang untuk mengawasi mereka.”
Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarna
merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,
“Pergilah, singkirkanlah si durhaka itu!”
Maka Hang Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi si
Tuah tidak mati, karena si Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.
Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana ia
duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu
dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin
mempunyai istri?”
Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah.
Sastra Lama

Sastra Melayu klasik sering juga disebut sastra Indonesia lama karena ada
periodisasi sejarah sastra yang membedakan antara sastra lama dan sastra modern.
Jenis sastra ini berkembang sejak abad ke-16 Masehi. Sastra Melayu klasik bermula
dari cerita lisan masyarakat secara turun-temurun atau leluri.

Dalam sastra ini, biasanya nama pengarang tidak dikenal (anonim) karena cerita
berkembang dari kehidupan masyarakat yang belum pandai dalam hal baca tulis.
Karya-karya yang beredar banyak berupa tuturan. Kemudian, setelah pandai
melakukan baca tulis, barulah karya-karya tersebut dituangkan dalam
tulisan naskah sastra Melayu klasik.

Pembagian Sastra Melayu Klasik

Sastra Melayu klasik dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan bentuk, isi, dan


pengaruh asing. Jenis sastra yang didasarkan pada bentuknya yaitu puisi dan prosa.
Puisi dan prosa pun dibagi menjadi dua ketagori, yakni puisi lama dan prosa lama.

Puisi lama adalah jenis puisi yang memperhitungkan segi-segi unsur pembentuknya


seperti rima dan bait. Sementara prosa lama adalah cerita yang berkembang di
masyarakat di suatu tempat, biasanya berbicara mengenai kehidupan seseorang,
asal usul suatu tempat, kepercayaan, dan petuah. Cerita rakyat bersifat anonim,
dikenal juga dengan istilah folklore.

Pembagian sastra Melayu klasik berdasarkan isinya meliputi sastrasejarah, sastra


undang-undang, dan sastra petunjuk bagi raja atau penguasa.

Sastra sejarah adalah karya sastra yang bebricara mengenai keadaan zaman


tertentu. Sastra undang-undang adalah karya sastra yang isinya berbicara mengenai
aturan-aturan kehidupan bermasayarkat dan bernegara. Sastra petunjuk bagi raja
adalah karya sastra yang dijadikan patokan bagi para raja atau penguasa kerajaan
dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Sastra berdasarkan pengaruh asing, di antaranya sastra Indonesia asli, sastra


Indonesia lama pengaruh Hindu, dan sastra Indonesia lama pengaruh Islam.

Sastra Indonesia asli yaitu karya sastra yang lahir secara murni dari Indonesia dan
mengangkat persoalan-persoalan Indonesia. Sastra Indonesia pengaruh Hindu
adalah karya sastra yang muncul setelah masuknya Hindu ke Indonesia dan
mempengaruhi dari segi bahasa dan tema. Begitu pun sastra Indonesia pengaruh
Islam.
Sastra Indonesia Lama Berdasarkan Bentuknya

Berikut ini merupakan pembagian puisi lama.

1. Mantra, bentuk puisi lama yang kata-katanya mengandung kekuatan gaib,


biasa diucapkan oleh dukun, biasa digunakan dalam ritual keagamaan atau
untuk menyembuhkan orang sakit.
2. Syair, bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris tiap baitnya, dan
masing-masing berima sama, yakni a-a-a-a. Contohnya Syair Bidari Lahir.
3. Pantun, bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris; dua baris pertama
berisi sampiran, dua baris berikutnya adalah isi; berima a-b-a-b atau a-a-a-a.
4. Gurindam, bentuk puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari dua baris yang
saling berhubungan. Contohnya, Gurindam 12 karya Raja Ali Haji.
5. Talibun, bentuk puisi lama yang memiliki sampiran dan isi, terdiri dari 6-12
baris, berima abc, abcd.
6. Karmina, bentuk puisi lama yang terdiri dari dua baris, baris pertama
sampiran dan baris kedua adalah isi.
7. Seloka, bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris; berisi petuah, nasihat
atau sindiran.

Berdasarkan bentuknya, prosa sebagai karya sastra lama dibagi menjadi


beberapa kelompok berikut.

1. Dongeng, berbicara mengenai sesuatu yang belum tentu terjadi, penuh unsur
rekaan. Contohnya, Sangkuriang, Malin Kundang, Roro Jonggrang.
2. Legenda, berbicara mengenai asal-usul suatu tempat atau daerah.
Misalnya, Tangkuban Perahu, Surabaya, Candi Prambanan.
3. Mitos, berbicara mengenai kepecayaan masyarakat terhadap sesuatu hal
biasanya berkaiatan dengan alam gaib atau jin, setan, dan unsur-unsur
magis. Contohnya, Ratu Pantai Selatan.
4. Fabel, berbicara mengenai kehidupan dan tingkah laku binatang.
5. Epos, berbicara mengenai kisah-kisah kepahlawanan.
6. Hikayat, berbicara mengenai cerita kehidupan sekitar istana atau anak raja.
7. Tambo, berbicara mengenai sejarah atau silsilah keturunan raja.
8. Wira carita, berbicara mengenai kepahlawanan dan pelakunya seorang yang
tangguh, berani, dan berakhir dengan kemenangan.
Karya Sastra Melayu Klasik

Karya Sastra Melayu Klasik

Sastra Melayu Klasik sudah eksis di tanah air sejak abad ke-16 Masehi. Semenjak itu hingga sekarang gaya

bahasanya tak banyak mengalami perubahan.

Naskah pertama yang tertulis dalam bahasa Melayu klasik berupa sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu

Hayat kepada raja João III di Portugal berangka tahun 1521 Masehi.

Bentuk-bentuk Karya Sastra Melayu Klasik

Karya Sastra Melayu Klasik - Gurindam Dua Belas

Kumpulan gurindam karya Raja Ali Haji, Kepulauan Riau. Dinamakan Gurindam Dua Belas sebab berisi 12

masalah, diantaranya tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua

kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.

Karya Sastra Melayu Klasik - Hikayat

Salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya

mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta

mukjizat tokoh utama. Baca Hikayat Hang Tuah.

Karya Sastra Melayu Klasik - Karmina

Populer disebut pantun kilat adalah pantun dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua

langsung isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya dipakai untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan

secara langsung.

- Contoh:
"Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula"

Karya Sastra Melayu Klasik - Pantun

Serupa puisi 4 baris, berciri sajak a-b-a-b attau a-a-a-a. Dua baris awal merupakan sampiran, umumnya tentang

alam (flora dan fauna); dua baris ujung bagian isi, sebagai tujuan pantun.

- Contoh:

Kayu cendana diatas batu

Sudah diikat dibawa pulang

Adat dunia memang begitu

Benda yang buruk memang terbuang

Karya Sastra Melayu Klasik - Seloka

Merupakan bentuk puisi Karya Sastra Melayu Klasik, berisi pepetah ataupun perumpamaan mengandung senda

gurau, sindiran bahkan ejekan. Lumrahnya ditulis empat baris menggunakan bentuk pantun atau syair, kadang

kala bisa juga ditemukan pada seloka yang ditulis lebih dari empat-baris.

- Misal:

Anak pak dolah makan lepat

makan lepat sambil melompat

nak hantar kad raya dah tak sempat

pakai sms pun ok wat ?

Karya Sastra Melayu Klasik - Syair

Bagian puisi atau karangan dalam bentuk terikat, mengutamakan irama sajak. Biasanya berbentuk 4 baris,

bernada aaaa, keempat baris itu mengandung makna penyair.

Karya Sastra Melayu Klasik - Talibun

Sejenis puisi lama seperti pantun sebaba memiliki sampiran dan isi, tapi lebih dari 4-baris (bisa 6-20 baris).

Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, seterusnya.

- Contoh:

Kalau anak pergi ke pekan

Yu beli belanak beli

Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan

Ibu cari sanakpun cari

Induk semang cari dahulu

You might also like