52 dentika Dental Journal, Vol 13, No. 1, 2008: 52-56
RESESI GINGIVA DAN CARA MUDAH
MELAKUKAN PENUTUPANNYA
Dewi Nurul Mustagimah
Departemen Petiodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia
JL Salemba Raya 4, Jakarta 10430
Abstract
Exposure ofthe tooth by the apical migration ofthe gingiva is called gingival recession or atrophy. The exposed root
hhas multifactorial causes and is potentially sensitive and disturbed the aesthetic, Not every recession can be managed
by surgical treatment. [it is progressive and disturbs the aesthetic it is indicated to manage by muco-gingival surgery.
Buc many patients have surgical-phobia. On the other hand, many recessions can be stabilized by nonsurgical methods.
Here we offer some nonsurgical methods to cover the moderate and severe gingival recession, It was concluded that
some moderate anki severe gingival recessions could be managed by nonsurgical methods. We suggest that its
‘management should be integratedily done,
Key words: gingival recession, nonsurgery treatment
PENDAHULUAN
Resesi gingiva sering dijumpai pada geligi pen-
derita. Prevalensi, luas, dan beratnya meningkat
dengan bertambahnya usia, serta lebih banyak
ditemukan pada pria. Resesi gingiva dapat terjadi
hanya pada satu gigi, sekelompok gigi, bahkan
pada hampir scluruh gigi yang ada dalam mulut.'
Resesi gingiva didefinisikan sebagai terbukanya
permukaan akar gigi karena migrasi tepi gingiva ke
arah apikal™, oleh karena itu resesi diukur dengan
berpedoman pada posisi tepi gingiva.' Penyebab-
nya bermacam-macam, dapat fisiologis alaupun
psikologis.*
Akibat resesi gingiva umumnya adalah rasa
ngilu ataupun adanya karies serviko-fasial” Na-
mun yang lebih mendorong penderita untuk men-
cari pertolongan dokter gigi adalah faktor gang-
‘guan estetika karena gigi tampak panjang, apalagi
jika resesi terjadi pada geligi anterior atas.®
Penderita mengharapkan penanggulangan resesi
‘gingiva sebaik mungkin, Mereka mengharapkan
tepi gingiva akan terletak cantik kembali di area
servikal, padahal tidak semua keadaan resesi
giva memerlukan penanganan, Di lain pihak,
resesi gingivanya panjang apalagi lebar dan keada-
an jaringan di sekitamya memungkinkan, maka
hharus ditanggulangi secara bedah pericdontal.?
‘Namun, banyak individu merasa takut untuk mene-
rima tindakan perawatan bedah, tetapi mereka tetap
‘menginginkan perbaikan resesi gingiva tersebut,
meskipun kemungkinan keberhasilannya kecil ser-
‘akan menjelaskan beberapa cara
penanggulangan resesi gingiva secara nonbedah
sesuai dengan kasusnya. Sebelumnya dibahas me-
ngenai keadaan dan etiologi resesi gingiva, agar
penanganan dapat direncanakan secara sempurna,
KEADAAN RESESI GINGIVA
Sulkus gingiva dapat ditemukan dengan posisi
pada mahkota, hubungan semen-email, atau pada
akar gigi. Posisi tersebut tergantung pada umur
individy dan cahapan erupsi gigi terkait*
Resesi atau atropi gingiva merupakan keadaan
permukaan akar gigi yang terbuka. Resesi diukur
dari posisi tepi gingiva terhadap pertemuan semen-
email (cemento-enamel junction /CEJ).'* Ada dua
posisi tepi gingiva yang dikaitkan dengan ukuran
resesi. Pertama adalah posisi sesungguhnya dari
tepi gingiva yang membentuk actual recession
yaitu terbukanya akar gigi hingga Jetak pertekatan
epitel pade gigi. Kedua adalah posisi tepi gingiva
yang tampak secara klinis sehingga terbentuk
‘apparent recession. Seharsnya keparahan resesi
ditentukan oleh posisi sesungguhnya, jadi bukan
hanya vas permukaan akar yang tampak, Sebagai
contoh, dinding poket meradang, menutupi bagian
akar gigi yang terbuka, sehingga sebagian resesiMustagiman: Resesi gingiva dan cara mudah melakukan penutupannya 53
tersembunyi dan sebagian dapat terlihat.!
Pada orang tua mudah ditemukan resesi gingiva
terutama di area fasial. Pada orang dewasa dengan
periodonsium sehat, tepi tulang alveolar berada
1-2 mm apikal dari tepi gingiva, dan berada dekat
dengan CEJ. Pada umvamnya tulang di sisi fasial
‘memang tipis, makin ke arah apikal tulang alveolar
menjadi lebih menebal, Pada area tulang. mulai
‘menebal, pembentukan resesi gingiva umumnya
akan berhenti spontan.®
‘TERJADINYA RESESI GINGIVA,
Resesi terjadi baik secara fisiologis maupun
patologis. Secara fisiologis, resesi terbentuk sesuai
dengan peningkaian usia seseorang. Pada usia ter-
tentu, resesi gingiva mulai terbentuk dan keadaan
ini disebut normal. Telah ditemukan bahwa pre-
valensi resesi pada anak-anak sebesar 8% dan pada
dewasa berusia lebih dari 50 tahun sebesar 100%."
Resesi dapat terjadi hanya pada sate gigi, se-
kelompok gigi bersebelahan, atau hampir pada
seluruh gigi.’ Dengan bertambahnya usia, terjadi
perubahan pada ligamentum periodontal. Pada
keadaan ini, jumlah sel fibroblas ligamentum pe-
riodontal menyrun, menyebabkan_struktur liga-
men lebih tidak beraturan. Pada saat yang sama,
terjadi perubahan jaringan ikat gingiva yang seja
jar. Secara mikroskopik ditemukan penunman pro-
ETIOLOGI
Pada resesi fisiologis, berlangsung pengatuh ku-
mulatif proses patologik minor ataupun proses
trauma minor langsung yang berulang-ulang. Yang
paling umum menyebabkan terjadinya resesi gin-
‘giva adalah kesalaian penyikatan gigi! Kesalahan
yang dimaksud adalah tekanan penyikatan gigi
yang terlalu, agak keras, atau berlebihan,'* apalagi
jika dengan arah horizontal‘ serta dengan sikat gigi
berbulu keras. Penyebab umum lain terjadinya re-
sesi adalah trauma oklusi (TO), apalagi disertai
dengan gigitan dalam (deep overbite)'
‘Trauma lain yang dapst menyebabkan resesi
gingiva adalah flossing, kebiasaan menaruh atau
menggigit benda asing di antara dua gigi atau gigi
dengan pipi, serta juga akibat trauma berolah raga.
Perawaian gigi dapat menyebabkan resesi seperti
preparasi mahkota gigi agak berlebihan ke sub-
gingiva, peletakan rubber dam, dan meretraksi
gingiva. Preparasi pada area proksimel gigi ante-
rior dapat menyebabkan papi resesi, bahkan juga
resesi gingiva di fasial. Demikian pula pemasangan
band ortodontik di area molar yang masuk mende-
‘sak ke subgingiva.”
Resesi gingiva juga terjadi akibat_kebiasaan
neurotik penderita dengan gangguan psikosomatik,
Karena gangguan psikologisnya, yang bersang-
kutan sering melukai gingivanya senditi. Sebagai
conioh, yang bersangkutan sering atau selalu me-
nekan-nekan gingiva fasial geligi insisivus bawah
ke arah apikal dengan keempat jari tangannya.*
Gangguan kepribadian lain yang juga dapat me-
nyebabkan resesi gingiva adalah Kebiasaan me-
nyikat gigi keras-keras atau eksesif karena merasa
mulutnya berbau, padahal sebenamya tidak.*
‘Ada sejumlah faktor lain yang mengkontribusi
terjadinya resesi gingiva. Beberapa faktor risiko
terjadinya resesi gingiva adalah malposisi gigi,
perlckatan frenum dekat tepi gingiva, gingiva
ablasio, bentuk penampang akar gigi membulat
atau lonjong dengan posisi di fasial, serta pera-
watan ortodonti.!
Gigi malposisi yang sering dikaitkan dengan
kejadian resesi gingiva adalah posisi bucoversion
dan supereruption® Bucoyersion mengakibatkan
akar bukal lebih ke bukal,* umumnya tulang yang
‘menutup akar yang lebi ke bukal tersebut tis.”
Sika disera jaringan attached gingiva sedikit atau
sempit, resesi sangat mudah terjadi.?
Resesi gingiva dapat terbentuk akibat beberapa
tindakan bedah untuk mengatasi poket seperti:
apicalty positioned flap, osseus respective, pembu-
kaan flap untuk perawatan endo, perio, bedaht oral,
jika posisi tepi tulang lebih dari 2-3 mm ke apikal
dari CES, serta jaringart lunaknya mengalami trau-
ma akibat nekrosis tepi flap.”
Periekatan frenum abnormal atau dekat dengan
tepi gingiva dapat menyebabkan resesi gingiva’,
umumnya adalah frenum labialis. Frenum tersebut
sering melekat pada gingiva area proksimal geligi
1. dan 2.1 serta 3.1 dan 4.1." Rateitschak dk,
melaporkan adanya frenum labialis abnormal tepat
i fasial geligi 1.2 dan 2.2.6 Jadi, ada dua frena la-
bialis rahang atas pada individu tersebut.
Gigi yang digerakkan dengan piranti orto, umurn-
nya tepi dan papil gingivanya rusak.’ Gigi yang
digerakkan ke labial, atau dengan tujuan mengeks-
pansi rahang, sering mengakibatkan terjadinya
resesi.® Jika pergerakan ortodonti terjadi di tulang
alveolar, resesi jarang terjadi. Namuz dapat menye-
babkan terjadinya dehiscence atau jendela karena
kerusakan tulang alveolar setempat,”
Higiene oral yang buruk dan texjadinya penyakit
pericconsium akan menyebabkan resesi.'Jadi, ada-
nya peradangan berupa inflamasi kronis ringan
menyebabkan terjadinya resesi.'** Resesi yang
terjadi Karena proses peradangan dapat pada sisi54
dan gigi di mana saja. Hal ini disebabkan adanya
retensi plak dan kalkulus. Resesi lebih sangat
mudah terjadi ka jaringan periodonsiumnya tipis
dan berlekuk-lekuk (scalloped) schingga tepi tu-
Jang alveolar mengalami resorpsi, akibatnya gin-
giva setempat mengalami pergeseran ke apikal.
Retensi plak sebab tambolan mengemper (over-
hhang) menychabkan gingivitis dengan terjadinya
kerusakan perlekatan (loss of attachment/LA)
‘Tidak jarang juga disertai kerusakan tulang alveo-
lar (Gone loss/BL), akibatnya terbentuk resesi gin-
giva. Posisi penjangkaran gigi tiruan yang dekat
‘lau menyentuh tepi gingiva merupakan iritan
kronis bagi gingiva schingga sebagai penyebab ter-
jadinya resesi gingiva.’
AKIBAT RESESI GINGIVA
Ngilu sering dikeluhkan oleh penderita resesi,
Hal ini disebabkan karena tubula dentin terbuka
akibat kerusakan semnentum berupa abrasi atau
erosi. Umumnya ngilu terasa akibat minuman atau
makanan dingin, panas, manis, atau saat menyikat
gigi, yang menyebabkan penderita menghindari
penyikatan gigi dengan sempumna sehingga plak
makin terakuynulasi. Di samping itu, rasa ngilu
disebabkan semburan udara dari kompresor atau
saat pembersihan karang gigi dengan skeler ultra-
sonik,'*
Abrasi atau erosi gigi sering terjadi karena trau-
ma penyikatan gigi dengan sikat gigi berbulu keras
dan dengan tekanan besar, ataupun menggunakan
sta gigi abrasif sehingga terbentuk karies abra-
sive,’ umumnya keadaan ini menimbulkan keluhan
ngilu.' Pada keadaan ini, minuman atau makanan
‘mengandung asam menyebabkan pelarutan kal-
sium permukaan dentin, sehingga permukaan den-
tin menjadi lunak.>
Karies akar terbentuk akibat penumpukar plak
kearena tidak menyikat gigi yang disedabkan gigi
nya ngilu. Pada area yang sulit dicapai penyikatan
igi tidak sempurna, mengakibatkan terjadi abrasi
dan karies yang meluas dan dalam,>
McCall's festoons dapat terjadi sebagai akibat
resesi, Resesi yang berhenti di area attached gin-
giva, menyebabkan jaringan tersebut menebal dan
membulat. Keadaan ini terjadi tanpa peradangan.®
PENANGANAN RESESI GINGIVA.
Resesi gingiva yang disebabkan olch kesalaban
penyikatan gigi dihentikan dengan cara merubah
metoda penyikatan gigi tersebut.”° Penderita harus
ddiyakinkan bahwa resesi tersebut akibat penyikatan
dentika Dental Journal, Vol 18, No, 1, 2008: 62-56
igi dengan cekanan besar. Keadaan tersebut jarang
membutuhkan intervensi bedab.*
Resesi gingiva tanpa peradangan ataupun pem-
bbentukan poket periodontal tidak memerlukan
intervensi perawatan, Pada kasus ini kontrol plak
rutin harus tetap dilakukan dan skor plak harus
tetap rendah. Maintenance care untuk keadaan ini
sering membutuhkan skeling.”
Pada umurrinya penutupan resesi gingiva dilaku-
kan dengan tindakan bedah mukogingiva, disebut
pula sebagai bedah plastik,’ tetapi tidak banyak ka-
sus yang dapat dirawat secara bedah. Ada beberapa
ontra indikasi untuk tindakan bedah ini, seperti
oral higiene buruk, ada gingivitis, banyak LA ka-
rena kasus periodontitis kronis, kasus periodontitis
agresif, dan perokok.° Juga resesi yang menetap,
contohnya adalah kasus McCall's festoons tanpa
adanya gangguan estetis, apalagi jika oral higiene-
nya baik, merupakan kontra indikasi untuk tin-
akan bedah.®
Tindakan bedah mukogingiva diindikasikan un-
tuk penutupan resesi gingiva jika sudah menyebab-
kan gangguan estetis. Namun sebelum tindakan
bedah, oral higiene harus baik dan pada permukaan
akar harus dilakukan instrumentasi.*
PEMBAHASAN
Resesi gingiva terutama jika terjadi di daerah
anterior akan menyebabkan penderitanya sogera
berkunjung ke Klinik gigi guna penanggulangan-
nya. Alasan utama upaya ini adalah adanya gang-
guan estetika.®
Rateitschak dkk. menyatakan resesi sangat ber-
Kaitan dengan estetika dan sering terjadi pada
eligi keninus dan insisivus. Pada gigi premolar ja-
sang terjadi, sangat jarang pada gigi molar kecuali
pada M; alas. Pada molar atas permukaan palatal
dan molar bawah permukaan lingual jarang ter-
jadi. Namun kita sangat sering menemukan resesi
fasial di premolar atas, juga tidak jarang resesi
terjadi di palatal gigi M, atas.
Resesi banyak dikaitkan dengan morfologi dan
anatomi gigi, serta situasi setempat. Lempeng tu-
lang di antero-fasial umumnya tipis.' Kurvatura
permukaan gigi di mesial dan distal, serta gigi yang
rotasi, tilted, mudah terjadi resesi gingiva. Posisi
igi di luar lengkung gigi yaitu lebih ke fasial atau
vestibular menggambarkan keadzan tulang yang
tipis', apalagi jika posisi akar lebih ke bukal dan
bentuk penampang akar agak membulat’, bahkan
Jonjong. Keadaan ini mewakili resesi pada bagian
fasial gelfgi anterior atas maupun bawab, namun
untuk geligi posterior terutama M, atas seringMustagimah: Resesi gingiva dan cara mudah melakukan penutupannya 55
resesi palatal terjadi berhubungan dengan anatomi
akar yang divergen.
Glover menyatakan, tidak saja morfologi gigi,
rniorfologi jaringan periodonsium juga berperan
dalam pembentukan resesi gingiva. Ada dua bio-
tipe periodonsium yaitu tipis dan berlekuk-lekuk,
serta tebal dan datar. Periodonsium tipis menggam-
barkan keadasn tulang di bawahnya yang juga
tipis. ’ Periodonsium tipis sering didapat pada akar
yang prominen.
Resesi jaringan lunak tidak saja terjadi di fasial,
tetapi juga di area papil.’ Pada orang tua, di sam-
ping banyak resesi ditemukan di fasial, juga diikuti
Kerusakan tulang arah horizontal bukolingual di
area proksimal, akibatnya papila proksimal terbu-
ka.® Resesi papil juga dapat terjadi karena kebia~
saan buruk popping the floss, yaitu mengulum flos
tetap di sela gigi, juga karena memasukkan benang
flos dengan tekanan terlalu keras.’ Dalam masya-
rakat kita pemakaian tusuk gigi masih membudaya,
umumnya pada individu pekerja kantor dari sosial-
ekonomi’ menengaf-bawah. Mereka juga tampak
sering mengulum tusuk gigi tersebut. Keadaan
papila posterior bersebelahan yang rusak dapat
‘menunjukkan adanya kebiasaan penggunaan tusuk
gigiini, =
Resesi gingiva sering terjadi pada gingiva sehat,
skor plak rendah, dan oral hi baik.' Penjagaan
coral higiene dengan baik, yaitu menyikat gigi dan
flossing 2-3 kali sebari, menjadikan gingiva sehat
tetapi papil mengalami resesi. Bahkan hanya pe-
nyikatan gigi saja sering menyetabkan resesi,
karena tekanannya agak keras. Pola resesi dapat
menunjukkan tangan mana yang biasa dipakai.
Demikian pula tindakan nonbedah yaitu skeling
dan penghalusan akar saat mengontrol inflamasi.
Oleh karena jaringan lunak mengerut, tepi gingiva
bermigrasi ke arah apikal. Semua di atas menye-
‘babkan mikroabrasi pada gingiva.’
Pada masa gigi bercampur, ada inconsistent soft
tissue margin, yaita penampilan seperti resesi
tetapi akar gigi din CEJ tidak terbuka, Hal
disebabkan oleh beberapa faktor seperti posisi gigi,
aberrant frenurt, serta keratin dan attached gingiva
sedikit atau kurang. Pada kasus ini tidak perlu
dilakukan perawatan bedah, cukup hanya dimo-
nitor. Dimensi gingivanya dapat membaik atau
berrambah Karena adanya proses pertumbuhan
tulang alveolar dan perubahan posisi gigi. Pene-
litian selama tiga tahun menemukan 71% resesi
sebesar 0.5-3 mm, hanya dengan perbaikan higiene
ral resesi menghilang.’ Jadi, observasi pada kasus
gigi campur penting, sebab tanpa observasi resesi
tidak membaik.
‘Dalam perawatan resesi, patut ditekankan hanya
sedikit yang dapat berhasil dirawat secara bedah.
Indikasinya adalah jika resesi sudah mengganggu
estetika, Pada resesi yang berhubungan dengan
perlekatan otot tetapi attached gingiva tidak cukup,
harus disertai tindakan free gingival graft’ setelah
perlekatan ototnya dibebaskan
Pada resesi yang terisolasi serta tanpa tulang
alveolar, sebaiknya dirswat dengan laterally posi-
tioned graft. Sebelum semua tindakan bedah untuk
penanganan resesi gingiva dilakukan, higiene mu-
Tut harus baik. Kemudian permukaan akar yang,
akan ditutup, digplikasi dengan asam sitrat pH 1
selama 2-3 menit, dapat pula dengan larutan tetra-
sikiin, Tujuan aplikasi ini agar fibronektin masuk
ke tubuli dentin, dan akan menyebabkan fibroblas
jaringan lunak penutup dapat melekat langsung dan
bertumbuh pada permukaan gigi terkait. Juga un-
tuk mencegah perlekatan dan pertumbuhan epi-tel
ke dentin.* Pertumbuhan dan perlekatan epitel ke
sementum atau dentin sangat cepat, yaitu dalam
waktu tujuh jam pasca bedah. Kej ini yang
harus dicegah pada permukaan gigi yang harus
ditutup.
Berbagai metode bedah tersedia untuk penu-
tupan resesi gingiva'®, namun tidak dibicarakan di
sini, Yang akan menjadi pembicaraan adalah tinda-
kan nonbedah. Tidak satupun hasil metode yang
dapat langgeng tanpa ada perubafan lagi posisi tepi
gingiva yang telah dinaikkan atau ditutupkan, baik
secara bedah ataupun nonbedah. Ada beberapa
cara atau metode nonbedah yang dapat diajukan
untuk menutup resesi gingiva,
‘Saat awal, penyebab resesi gingiva harus diiden-
tifikasi dulu. Tegakkan diagnosis dan buatkan do-
‘umentasi__mengenai resesi apakah bertambah,
pada gigi mana saja, lakukan dengan baik dan
tepat. Hasilnya untuk menentukan adakah kebu-
tuhan tindakan bedah sebagai perawatannya, ke~
‘mudian dilakukan koreksi.” Sebagai contoh, jika
penyebabnya adalah penyikatan gigi dengan te-
kanan berlebih, cara tersebut diubah. Jika penye-
babnya TO, lakukan penyesuaian gigit (ocelusal
adjustmens/OA). Flossing harus tidak mengiritasi
papil. Pemasangan band orto yang masuk ke sub-
gingiva dianjurkan untuk dibuka dan diyanti
dengan bucal tube brackets. Preparasi subgingiva
untuk pemasangan mahkota tidak boleh melebihi
dari 1 mm, bahkan dianjurkan hanya 0.5 mm saja.
Jika penyebabnya adalah tarikan frena dengan
posisi dekat tepi gingiva, dilakukan frenektomi
atau frenotomi® tergantung indikasinya. Tanpa
tindakan tersebut resesi dapat meluas, apalagi jika
tanpa adanya attached gingiva. Tika penyebabnya
adalah pergerakan gigi dengan piranti orto, pera-
‘watan orto harus dihentikan dulu, Pergerakan gigi56
ke anterior, apalagi jika tipe gingiva tipis, mudah
terjadi resesi mulai dari servikal. Demikian pula
meretraksi geligi anterior ke lingual. Dapat terjadi
dehiscence atau jendela pada bagian apeks karena
tulang dan gingiva tipis, yang terusakkan oleh
kekuatan perawatan ortodonsi tanpa perencanaan
tepat dan terintegrasi. Mungkin pula resesi terben-
tuk berupa cleft gingiva hingga daerah apeks, bah-
kan akan terjadi resesi yang panjang dan sempit,
Pada keadaan di atas, tindakan OA. untuk me~
ngurangi beban haus dilakukan segera. Pada ke-
adaan ini selain estetika, keluhan ngilu sering
menyertai keadaannya, sedangkan perawatan salu-
ran akar dilakukan untuk menghilangkan simtom
ngila, Yang terakhir dan penting adalah penga-
sahan sepanjang bagian akar yang terekspos.
Dalam hal ini sedikit pembukaan tepi-tepi jaringan
Tunak resesi akan mempermudah tindakan serta
dapat mempercepat pencapaian hasil yang baik.
‘Khusus untuk masalah ngilu, ngilu terjadi karena
kandungan kalsium dan materi-materi permukaan
dentin terbuang. Stimuli yang berulang-ulang akan
merangsang pembentukan peritubular dentin, se-
hingga rasa ngilu dapat berkurang. Untuk meng-
atasi ngilu, dianjurkan penyikatan gigi secara per-
Taban dengan pasta berisi ion fluor. Namun jika
penderita takut menyikat gigi, ngilu dapat berta
‘bah Karena plak akan menimbulkan radang.* Moti-
vasikan penderita agar mau menyikat giginya, de-
ngan pasta mengandung sodium fluorida.
Resesi yang terjadi pada sekelompok geligi ber-
sebelahan, umumnya 4-6 buah, dapat dibuatkan
‘mask, yaitu gingival veneer dati akrilik sewamna
gingiva sehingga meniru jaringan gingiva. Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaiou jaringan
di bawah resesi harus stabil, alat saat malam harus
dilepas, serta alat harus selalu bersih dan bebas dari
plak.® Masking gingiva ini dibuat dari akrilik flek-
sibel seperti halnya untuk gigi tiruan flexi valphast.
Jika resesi disertai sedikit abrasi atau erosi,
apalagi jika sudah terbentuk karies akar, dapat
dibuatkan penambaian dengan bahan glass iono-
mer VII yang berwama merah muda. Eley dan
Manson menyatakan pada resesi dengan karies
abrasif, penggunaan bahan restorasi kaca ini lebih
dianjurkan daripada dengan penggunzan komposit
atau resin sinar.’ Keunggulannya adalah bahan ini
akan melapisi Kavitas secara lebih baik serta
melindungi tethadap terjadinya karies sekunder
karena mengeluarkan ion fluor. Disimpulkan bah-
‘wa banyak resesi gingiva dapat distabilkan dengan
dentika Dental Journal, Vol 13, No. 1, 2008: 62-56
penjagaan oral higiene dan dengan tindakan non-
dedah. Hanya sedikit resesi yang dapat ditanggu-
Jangi dengan tindakan bedah yaitu yang progresif
dan sudah mengganggu estetika, karena juga
banyak kontra indikasinya. Sebagai saran agar
penanggulangan resesi gingiva ukuran sedang-
besar sebaiknya dilakukan secara_terintegrasi
seperti oleh ortodontis dan periodontis, sedangkan
kontrol periodik dapat dilakukan oleh dokter gigi
umum,
Daftar Pustaka
1. Forellini IP, Kim DM, Ishikawa SO. Clinical features
of gingivitis. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA, eds, Carranza’s clinical
periodontology, 10” ed. St Louis WB Saunders Co,
2006: 362-72,
2, Fiorellini IP, Kim DM, Ishikawa SO. The gingiva. In:
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza
FA, eds, Carranza’s clinical periodon-tology, 10" ed.
‘StLouis: WB Saunders Co, 20060: 46-67.
3. Fiotelini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The tooth-
supporting structures. In: Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA, eds. Carranza’ clinical
periodontology, 10" ed. St Louis: WB Saunders Co,
2006 68-98.
4. Klokkevold PR, Mealey BL. Influence of systemic
disorders and stress onthe periodontium. Tn: Newman
(MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, eds.
‘Carranza’ clinical periodontology, 10" ed. St Louis:
WB Saunders Co, 2006: 284-31
5. Eley BM, Manson ID. Mucogingival problems and
their teatment, In; Periodontics, 5" ed. Edinburgh:
Wright, 2004: 304.27.
6, Roteitschak KH, Rateitschak EM, Wolf HE, Hassell
TM. Color atlas of periodontology. New York:
‘Thieme, 1985: 81-6.
7. Glover ME. Periodontal plastic and reconstructive
surgery. In: Rose LF, Mealey BL, Genco RJ, Cohen
DW, eis. Periodontics medicine, surgery and
implants. t Louis: Elsevier Mosby. 2004: 405-87.
8, Lamey P-J, Linden GJ, Freeman R. Mental disorders
and periodonties. Periodontol 2000 1998; 18:71-80.
9. Hinrichs JE. The role of dental calculus and other
predisposing factors. In; Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA, eds. Carranza’s
clinical periodontology, 10" ed. St Louis: WB
Saunders Co, 2006: 170-92
10, Takei HH, Azzi RR, Han TI. Pesiodontal plastic and
esthetic surgery. In; Newman MG, Takei HH,
Klokkevold PR, Carranza FA. eds. Carranza’s
clinical periodontology, 10" ed. St Louis: WB
‘Saunders Co, 2006: 1005-29.