Professional Documents
Culture Documents
BERLANJUT 0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi
dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada
pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan
kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang
tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam
tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan
kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.
Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan
Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan
pemahaman mahasiswa akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah
Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang
lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum lapangan (fieldtrip) adalah :
a. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar tutupan lahan pertanian
yang ada di suatu bentang lahan.
b. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian terhadap kondisi hidrologi,
tingkat biodiversitas, dan serapan karbon.
1.3 Lokasi
Lokasi penyelenggaraan praktikum adalah di Dusun Sumbermulyo, Desa
Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.
BAB II
1
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
KONDISI WILAYAH
2
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
sistem pengairannya tadah hujan. Sebab keadaan lahan ialah Agroforestry, sehingga tidak
begitu dibutuhkan pengairan.
Penggunaan Tutupan Posisi Tingkat Tutupan
Manfaat
Lahan Lahan Lereng Kanopi Seresah
Pohon
Kebun tahunan/kayu,
campuran pohon buah, B, D, A, K,
Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S)
atau tanaman Bj
tumpangsari herba dan
obat
Kopi,
Sengon,
Agroforestry B, K, A, Bj Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S)
waru, Durian,
Buah-buahan
Padi, Jagung,
Tengah (T),
Rumput
Sawah Bj, D Dan Bawah Rendah (R) Rendah (R)
gajah,
(B)
Bangunan
Permukiman - Bawah (B) - -
Rumah
Hutan
Pinus K, A Atas (A) Tinggi (T) Rendah (R)
Produksi
Keterangan : Manfaat : B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), Bj (biji)
Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)
Tingkat tutupan kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (Rendah)
Dari tabel yang telah ditulis diatas diketahui bahwa jenis pengunaan lahan yang
digunakan oleh masyarakat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari sawah,kebun campuran,
agroforestry, permukiman, dan hutan produksi. Tutupan lahan yang digunakan juga
berbeda-beda, mulai dari tanaman pinus, kopi, durian, tanaman herba, langsat, dan
rumput gajah. Kondisi lingkungan didaerah tersebut sangat bervariasi, hal tersebut dapat
dilihat dari beragamnya vegetasi yang ada. Dengan bermacam-macamnya vegetasi yang
ada pada daerah tersebut, system pertanian tersebut dapat berlanjut karena terdapat
beragam vegetasi. Heterogenitas tanaman yang menutupi lahan sangat bermanfaat baik
4
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
dari segi ekologi, ekonomi dan social budaya. Tanaman dapat diambil manfaatnya berupa
buah, kayu, biji dan daun untuk mendatangkan manfaat ekonomi, social dan budaya serta
dapat diambil manfaat akarnya untuk konservasi ekologi.
Pada posisi lereng atas, tutupan lahan dominan berupa kebun campuran, hutan
produksi dan agroforestry. Sehingga sesuai untuk tindakan konservasi lahan dan juga
pertanian berkelanjutan. Hal ini akan meminimalisir bahaya erosi dan leaching yang dapat
menurunkan tingkat kesuburan dan produktivitas lahan. Selain itu dengan adanya
agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran akan meningkatkan biodiversitas dan
keberadaan pollinator sehingga tercipta keseimbangan ekologi. Penggunaan lahan di
lereng atas yang berupa agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran memberikan
tingkat tutupan kanopi tinggi dan tingkat tutupan seresah yang sedang. Dengan adanya
kanopi yang tinggi maka air hujan tidak secara langsung memukul tanah sehingga akan
mengurangi tingkat run-off dan erosi. Sedangkan dengan adanya seresah yang tinggi akan
mampu menyuplai bahan organic serta dapat meningkatkan aktivitas biota tanah dan juga
meningkatkan kesuburan tanah.
Pada posisi lereng tengah dan bawah penggunaan lahan berupa sawah, tegal dan
pemukiman penduduk. Tutupan lahannya dominan berupa padi, jagung, rumput gajah,
dan juga rumah penduduk. Apabila ditinjau dari tingkat kesesuaian lahannya maka
penggunaan lahan ini sudah sesuai. Pada umumnya, padi sawah diusahakan di dataran
rendah agar pasokan air dapat terpenuhi optimal. Sehingga usaha pertanian dapat
berlanjut tanpa terkendala dengan suplay air. Dari tipe penggunaan lahan ini, penduduk
dapat mengambil manfaat berupa biji dan daun (jerami). Pada lereng tengah diperlukan
usaha konservasi misalnya pembuatan terrain agar tidak terjadi erosi. Ditinjau dari tingkat
tutupan kanopi dan seresah maka sawah tergolong rendah. Oleh karena itu dalam
pengelolaannya sawah ini membutuhkan pengelolaan yang intensif.
5
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
6
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
2.3. Tipe Landskap Dan Rekomendasi Yang Perlu Dilakukan Berdasarkan Hasil
Gambar Sketsa Landskap Dengan Data Tabel Hasil Praktikum
Tabel klasifikasi lanskap pertanian berdasarkan tingkat kerusakan habitat dan fragmentasi
Tipe lanskap Intact (90% Variegated (60- Fragmented (10- Relictual (<10%
intact) 90% habitat 60% habitat asli habitat asli
asli tersisa) tersisa) tersisa)
Konservasi Habitat asli = Habitat asli = Habitat alami NA (not
matriks matriks terpecah (fragmen) applicable)
dalam kondisi baik
Perbaikan NA Daerah Kualitas Habitat NA
Penyangga Alami yang telah
terpecah
Rekonstruksi NA NA Derah Penyangga
(dibangun)
Kelola NA NA Matrix pertanian Matrix Pertanian
Dari gambar sketsa lanskap yang ada di atas dapat dilihat lahan yang digambar masuk
dalam kategori fragmented. Hal tersebut dapat dilihat dari vegetasi yang ada. Dilihat dari
lereng bagian atas terdapat hutan alami, dibawahnya ada agroforestry (pinus dan tanaman
lain) kemudian dibawahnya kopi multistrata, dan dibawahnya lagi ada sawah irigasi.
Dari lansekap juga terlihat bahwa habitat alami sudah terpecah, diantaranya sudah
digunakan sebagai lahan pertanian. Tetapi meskipun daerah alami sudah terpecah pengaturan
penanaman komoditas-komoditas sesuai dengan prinsip pertanian berlanjut, yaitu mantap
secara ekologis juga mantap secara ekonomis.
Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari penggunaan lahan pada lereng yang
paling atas masih habitat alami, dan dibawahnya digunakan sebagai agroforestry. dengan
demikian daerah penyangga khususnya air masih tetap ada.
Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari system pertanian daerah tersebut. Pada
system agroforestry selain memperkaya biodiversitas pada lahan tersebut, juga dapat
menghasilkan nilai ekonomis, misalnya dengan ditanami dengan tanaman sayuran. Selain itu
pada lereng paling bawah digunakan sebagai lahan persawahan.
2.4 Tingkat Heterogenitas Penggunaan Lahan, Interaksi Masing-Masing Penggunaan
Lahan Dikaitkan Dengan Usaha Pertanian
7
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
BAB III
INDIKATOR PERTANIAN BERLANJUT DARI ASPEK BIOFISIK
8
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
9
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Total 69 92 288
• Nilai FBI
FBI = (∑ (xi*ti)) / n
= 289 / 69
= 4,17
Klasifikasi air = baik sekali
PEMBAHASAN
a. Parameter pH (derajat keasaman air)
pH merupakan ekspresi dari konsentrasi ion (H+) didalam air. Air normal
yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air
akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH dibawah pH
normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH diatas pH
normal bersifat basa. Air limbah dan air buangan industry akan mengubah pH air
yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota aquatik.
Berdasarkan hasil pengukuran dari bagian hulu DAS mikro kali Konto di
Dusun Sumbermulyo, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, pH airnya 7,86,
sehingga pH airnya termasuk dalam kelas 1 dengan nilai kisaran 6-9. Dengan kisaran
pH 6-9 memperlihatkan bahwa pH air sugai yang diukur masih dalam kondisi baik
dan di indikasikan bahwa keadaan sungai didaerah ini masih alamiah.
b. Parameter Oksigen Terlarut (DO)
Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat
hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic
dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer atau dari reaksi fotosintesis alga.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfer.
Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam
air pada 250 C dan tekananan 1 atm adalah 8,32 mg/liter.
Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas air dari daerah pengamatan, nilai
DO-nya masuk dalam kelas 1 yaitu sebesar 9,26 mg/l. nilai DO ini memperlihatkan
bahwa ekosistem air pada sungai tersebut masih baikyyang ditunjukkan dengan kadar
oksigen terlarut yang tinggi. Dan nilai DO ini menunjukkan bahwa kualitas sungai
11
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
masih dalam kondisi baik, karena semakin banyak jumlah DO, maka kualitas air
sungainya juga semakin baik.
c. Parameter Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan
anorganik.yang terkandung didalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan
oleh buangan industry. Apabila kondisi air semakin keruh, maka cahaya matahari
yang masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses fotosintesisi
tumbuhan air. Hal itu berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan
air juga berkurang, sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air juga berkurang.
Dari hasil pengukuran kalitas air yang telah dilakukan, diperoleh nilai
kekeruhan air yaitu sebesar 18,9. Dengan demikian, tingkat kekeruhan disungai
tersebut masih dapat ditolerir. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kekeruhan 18,9 dan
kadar oksigen terlarut jiga masih tinggi yaitu 9,26 atau dapat dikatakan cahaya
matahari masih bisa masuk.
d. Indikator Biologi
Pendugaan air secara biologi ini memanfaatkan mikroinvertebrata seperti
plankton, mikroinvertebrata dan makrobentos. Hal dikarenakan, pemanfaatan hewan
jenis ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan dapat ditemukan pada setiap
perairan.
Pada fieldtrip kali ini, pendugaan kualitas air secara biologi menggunakan
metode FBI. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai FBI derah tersebut sebesar 4,17.
Nilai FBI tersebut termasuk dalam kelas kualitas air yang baik sekali, sehingga dapat
dikatakan bahwa kualitas air disini sedikit terpolsi oleh oleh bahan organic. Hal ini
mungkin juga disebabkan karena system pertanian yang diterapkan didaerah atas
masih dikelola dengan benar. Sehingga tidak ada penumpukan hasil sedimentasi,
akumulasi unsure hara hingga residu kimia yang berasal dari bagian hulu sungai
tersebut.
Jarak
Luas Populasi Sebaran
Tanam
Kopi Tahunan 500 m2 7m 71 Luas
Sengon Tahunan 500 m2 9m 55 Luas
Pisang Musiman 500 m2 21m 23 Sempit
PEMBAHASAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa lahan ditanami 3
jenis tanaman yaitu kopi, sengon dan pisang. Untuk tutupan lahan tanaman kopi dan
sengon tingkat sebarannya luas, sedangkan untuk tanaman pisang tingkat sebarannya
sempit. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat biodiversitas lahan tersebut
tergolong sedang karena sistem pertanaman yang digunakan adalah campuran dimana
terdapat lebih dari satu jenis tanaman yang ditanam dalam satu bidang lahan. Tingkat
biodiversitas suatu lahan sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian yang
diusahakan. Hal itu dikarenakan semakin banyak populasi yang hidup disuatu lahan maka
interaksi didalamnya juga semakin banyak sehingga terjalin simbiosis mutualisme.
Interaksi tersebut bisa berupa : a.) siklus hara, diantaranya tanaman tahunan mempunyai
akar yang dalam sehingga mampu menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman
musiman, b.) pengendalian
OPT, dimana masing- masing tanaman
mempunyai hama yang berbeda-beda
oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan hama tanaman yang
satu merupakan musuh alami bagi hama
tanaman lainnya, c.) penambahan BO,
dimana semakin banyak tanaman
yang tumbuh maka seresah yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga kesuburan
tanah dapat terjaga dengan adanya penambahan bahan organik yang berasal dari seresah
tersebut. Dari segi ekologi, sistem pertanian tersebut dapat dikatakan sebagai sistem
pertanian berkelanjutan dimana dalam prakteknya ramah lingkungan tidak menimbulkan
kerusakan dan mampu menciptakan agroekologi yang sehat.
13
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
dactylon
Gulma berdaun Class Samping kanan 8 Tanaman liar
lebar Dicotyledonae
Krokot Portulaca Samping kiri 5 Tanaman obat
oleracea L.
Rumput Marga Samping kanan 12 Tanaman liar
(Gulma Poaceae
berdaun (Gramineae)
sempit)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa di lahan
terdapat berbagai jenis gulma yang tumbuh, diantaranya adalah: Rumput teki (Cyperus
rotundus), Patikan kerbau (Euphorbia hirta), Grinting (Cynodon dactylon), Gulma
berdaun lebar (Class Dicotyledonae), Krokot (Portulaca oleracea L.), dan Rumput Marga
Poaceae (Gramineae). Tingkat kelebatan gulma di lahan tersebut dari agak lebat sampai
lebat sehingga dibutuhkan pengolahan yang tepat agar tidak merugikan tanaman
budidaya.
15
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Gulma tidak hanya berfungsi sebagai rumput liar, akan tetapi bisa juga berfungsi
sebagai tanaman obat. Selain itu, bisa juga sebagai tempat hidup musuh alami sehingga
gulma tidak harus disiangi, dibasmi atau dibakar, melainkan perlu dikelola supaya lebih
bermanfaat. Contoh gulma yang berfungsi sebagai tanaman obat adalah rumput teki,
patikan kerbau, krokot, dan lain sebagainya.
Gulma dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu Teki-tekian, daun sempit/rumput,
dan daun lebar. Ketiga jenis tersebut mempunyai karakteristik masing-masing yaitu (1.)
teki-tekian dengan karakteristik spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis
(linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus)
seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga
Poaceae (Gramineae), (2.) Daun sempit/rumput dengan karakteristik Spesies-spesies
gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya
berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini antara lain Cyperus
rotundus dan Fymbristilis miliaceae. (3.) Kelompok berdaun lebar dengan karakteristik
spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus),
bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama
sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang
tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri
dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-marga
Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae,
Commelinaceae, dan sebagainya.
1. Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Rumput teki merupakan rumput
semu menahun, tergolong dalam jenis teki-
tekian, tingginya 10-95 cm. Batang
rumputnya berbentuk segitiga dan tajam.
Daunnya berjumlah 4-10 helai yang
terkumpul pada pangkal batang. Akar
dengan pelepah daunnya tertutup tanah. Helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar.
Permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun 10-30 cm dan lebar 3-6
cm.
16
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Kegunaan lain rumput teki adalah adalah obat sakit dada, sakit iga, rasa sakit
sewaktu haid, juga untuk obat luar seperti luka terpukul, memar, gatal-gatal di kulit,
bisul, perdarahan dan keputihan, juga bengkak akibat retensi cairan (edema). Bahkan,
rumput ini dipercaya bisa mengatasi gangguan fungsi pencernaan, seperti mual,
muntah, nyeri lambung, dan nyeri perut.
2. Patikan Kerbau (Euphorbia hirta)
Tanaman patikan kerbau mampu
bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang
biak melalui biji. Patikan kerbau mempunyai
warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak
pohonya memiliki cabang dengan diameter
ukuran kecil. Daun Patikan kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-
taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Sedang bunganya
muncul pada ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah.
Tanaman ini tergolong gulma berdaun lebar. Gulma ini dapat dijadikan sebagai obat
radang tenggorokan, bronkhitis, asma, disentri, radang perut, diare, kencing darah,
radang kelenjar susu, payudara bengkak, eksim.
3. Grinting (Cynodon dactylon)
Terna bertahunan yang berstolon, merumput
dengan rimpang bawah tanah menembus tanah
sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina
melancip-memita, berlapis lilin putih keabu-abuan
tipis di permukaan bawah, gundul atau berambut
pada permukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut atau gundul; ligula
tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga tegak, seperti tandan. Bijinya
membulat telur, kuning sampai kemerahan. Grinting tergolong gulma jenis teki-tekian
dan berfungsi sebagai tanaman liar.
4. Gulma berdaun lebar (Class Dicotyledonae)
Gulma berdaun lebar dengan karakteristik spesies-spesies gulma dengan
bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset
(lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik
(oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama
17
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang
tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit.
5. Krokot (Portulaca oleracea L.)
Tanaman yang punya nama ilmiah
Portulaca oleraceae L.; ini merupakan tanaman
herbal setahun yang termasuk dalam famili
Portulacacaeae. Batang krokot berbentuk bulat
yang tumbuh tegak atau sebagian/ seluruhnya
terletak di atas tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya berwana cokelat keunguan
dengan panjang 10-50 cm. Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan letaknya
berhadapan atau tersebar. Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang, bagian
ujungnya bulat melekuk ke dalam. Pangkal batangnya membaji dengan tepi rata,
panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm. Warna permukaan atas daun hijau tua,
permukaan bawahnya merah tua.
Krokot tergolong dalam jenis gulma berdaun lebar. Tanaman ini dapat
menyembuhkan penyakit; antara lain: Disentri, diare akut, radang akut usus buntu
(appendicitis acuta), radang payudara (mastitis) wasir berdarah (hemorrhoidal
bleeding), badan sakit dan pegal (Rheumatism), keputihan, gangguan sistem saluran
kencing, sakit kuning (hepatitis), cacingan, dan sesak nafas (biji dan buahnya).
6. Rumput Marga Poaceae (Gramineae)
Spesies-spesies gulma yang daunnya
berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit,
pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus)
seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput
biasanya berada pada marga Poaceae
(Gramineae).
18
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
0 0
Ham 10 10 Musuh
a 0
PEMBAHASAN 0 Alami
0
Ketiga titik koordinat berada di titik sudut serangga lain. Keadaan ini
menunjukkan bahwa ekosistem tersebut kaya akan serangga lain, serangga lain bisa
berupa serangga pollinator maupun serangga non pollinator. Pada ekosistem ini tidak
terjadi peledakan hama, bahkan komposisi antara hama dan musuh alami hampir
seimbang. Musuh alami bereperan besar dalam mengendalikan populasi hama,
serangga lain pun yang merupakan serangga non pollinator bisa dijadikan mangsa
alternative bagi musuh alami jika populasi hama sedikit, tidak memungkinkan untuk
mencukupi kebutuhan musuh alami ( khususnya untuk predator yang umumnya
polifag).
Dari hasil analisis segitiga fiktorial diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi
ekosistem tersebut sehat, jika dilihat dari populasi organisme.
Form Pengamtan Biodiversitas Serangga
Lokas Pengambilan Nama Ilmiah
No Nama Lokal Jumlah Fungsi
Sample (ordo)
1 Titik 1 Belalang Orthoptera 1 Hama
2 Titik 1 - Diptera 2 Hama
3 Titik 1 Ulat Lepidoptera 2 Hama
4 Titik 1 - Hymenoptera 2 MA
5 Titik 1 Laba-laba Arachnida 3 MA
19
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
6 Titik 1 - Hemiptera 1 MA
7 Titik 1 - Homoptera 5 SL
8 Titik 1 - Coleoptera 1 SL
9 Titik 1 - Diptera 2 SL
PEMBAHASAN
Dilihat dari jenis arthropda yang ada pada pengamatan (titik 1), terdapat 9
jenis serangga yang berbeda berdasarkan ordonya. 3 macam ordo sebagai serangga
hama, 3 ordo yang berperan sebagai musuh alami, dan 3 macam ordo serangga lain.
Jika dilihat dari jumlahnya, serangga lain yang mendominasi, dengan jumlah total 8
ekor dari ordo Homoptera, Coleoptera, dan diptera. Jumlah yang paling sedikit adalah
serangga hama, yaitu 5 ekor dari ordo orthoptera, dipteral, dan Lepidoptera. Jumlah
populasi musuh alami lebih banyak dari pupulasi hama, yaitu sebanyak 6 ekor dari
ordo hymenoptera, arachnida, dan hemiptera.
Berdasarkan prinsip ekologis, diketahui bahwa semakin beragam suatu
lingkungan biotik semakin stabil sistem tersebut, semakin tidak beragam semakin
rapuh dan mudah terjadi goncangan ekstrim lingkungan. Pada hamparan ekosistem
ini, kondisi lingkungan biotic (berdasarkan populasi arthropoda) beragam, terdapat 9
ordo, dengan jumlah mayoritas serangga lain, kemudian musuh alami, dan yang
paling sedikit adalh populasi hama. Kemungkinan terjadinya peledakan hama kecil,
apabila keberadaan musuh alami dan serangga lain didukung dan dipertahankan terus
menerus.
20
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
BAB IV
INDIKATOR PERTANIAN BERLANJUT DARI ASPEK SOSIAL
21
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Waru
- - - -
Gunung
Petai 100 ikat - 2000/ikat 200.000,-
Dikonsumsi sendiri
Alpukat 100 kg - dan 25 % dijual 62.500,-
0,125 ha
2.500/kg
Nangka 30 buah 8 tahun Dikonsumsi sendiri -
Langsap Belum panen
1. Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin beragam jenis tanaman, semakin
berkelanjutan).
Jenis komoditas yang ditanam oleh Bapak Sukadi sangat beragam dalam lahan
kering/ tegal dan pekarangan. Jenis- jenis komoditasnya antara lain kopi robusta, kayu
sengon, waru gunung, langsat, nangka, alpukat, petai, dan durian. Penanaman berbagai
komoditas ini ditanam dalam system agroforestry. Sedangkan untuk lahan pekarangan
ditanami nangka, empon-empon, singkong, kakao, pisang dan buah-buahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lahan yang ditanami oleh bapak sukadi dapat
dikatakan berkelanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya komoditas yang
ditanam hingga kanopinya membentuk multistrata.
2. Akses terhadap sumber daya pertanian, Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu
kuasai?
Sakap (bagi
Jenis Lahan) Tanah milik Sewa Jumlah (ha)
hasil)
Sawah (ha) Tidak Punya Tidak Punya Tidak Ada Tidak Ada
Tegal (ha) 1 Ha Tidak Punya Tidak Ada 1 Ha
Pekarangan (ha) 0,125 Ha Tidak Punya Tidak Ada 0,125 Ha
Jumlah (ha) 1,125 Ha - - 1,125 Ha
Dari data yang telah didapat, penguasaan lahan sawah bapak Sukadi memiliki
skor 1. Hal tersebut dikarenakan beliau tidak memiliki lahan atau hanya sebagai buruh
tani. Untuk penguasaan lahan tegal atau pekarangan beliau memiliki skor 5, karena lahan
tegalnya merupakan lahan milik sendiri.
Bibit untuk tanaman di lahan tegal atau pekarangan semuanya diperoleh dengan
cara membuat sendiri sehingga memiliki skor 5.
22
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
23
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Menurut kami mengerti. Hal ini dapanya system tersebut at dilihat dari system
pertanaman di lhaan bapak Sukadi yang ditanami dengan system agroforestry,.
Tanaman yang ditanam adalah tanaman kopi dengan memadukannya dengan tanaman
sengon, waru gunung, dan durian.
6. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah
sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan
alasannya. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber
pendapatan semakin berkelanjutan).
Menurut Bapak Sukadi, usaha tani yang beliau lakukan sudah memperhatikan
aspek lingkungan atau ramah lingkungan. Karena beliau berfikir bahwa sistem
pertanian yang digunakannya yaitu sistem pertanian agroforestry dapat mendukung
keberlanjutan usaha taninya serta biodiversitas di lingkungannya. Bapak sukadi tidak
memiliki mata pencaharian selain sebagai petani sehingga dapat dikatakan bahwa
diversifikasi pendapatannya tidak ada.
7. Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu:
Kepemilikan ternak
Bapak sukadi juga memiliki ternak, yaitu berupa ayam.
8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak Kotoran ternak yang
dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya.
Karena beliau tidak memiliki ternak mamalia sehingga kotoran ternak yang
dihasilkan sangat sedikit sekali.
9. Kearifan local : Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat
(a) Kepercayaan/adat istiadat:
Di desa tersebut masih mempercayai mitos yang berkaitan dengan
pertanian. Misalnya : Pranoto mongso untuk menentukan waktu tanam dan
Wiwitan yang dilaksanakan sebelum memulai panen.
(b) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan
aktivitas pertanian) :
Bapak Sukadi masih menggunakan pranoto mongso untuk menentukan
waktu tanam. Misalnya dengan memperhatikan rasi bintang waluku yang menandai
dimulainya pembajakan sawah, waktu tanam kayu-kayuan.
24
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
1. Tanaman Semusim
25
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
2. Tanaman Tahunan
Jumlah
Luas Nilai
Jenis Produksi/ Umur Harga Jual
Tanam Produksi
Tanaman Tahun Tanaman (Rp/unit)
(ha) (Rp)
(Kg)
Kopi 1/8 150 - 14.000 2.100.000
Sengon 1/8 - - - -
26
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu
budidayakan?
Jawab:
Untuk tanaman padi dan jagung hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
petani sendiri. Sedangkan untuk tanaman sengon tidak dapat dipastikan
pemasarannya. Rumput gajah juga dapat menambah penghasilan dimana rumput
tersebut dijual kepada tetangga yang membutuhkan untuk pakan ternak. Hasil
tanaman kopi tidak dijual dipasar, melainkan diambil oleh tengkulak.
5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap
lingkungan apa tidak. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang
Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah
lingkungan)? Sebutkan alasannya.
Jawab:
Bapak Santoso mengetahui bahwa praktek pertaniannya tidak ramah
lingkungan, dimana beliau tidak menggunakan pupuk kandang untuk memperbaiki
kesuburan tanahnya. Hal itu dikarenakan keterbatasan transportasi, selain itu jumlah
kotoran sapi yang sedikit.
6. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber pendapatan
semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga
Bapak/Ibu:
Jawab:
Sumber penghasilan Bapak Santoso adalah penjualan dari hasil pertanian.
Akan tetapi hanya sebagian kecil saja hasil pertanian yang dijual, sebagian besar
untuk konsumsi sendiri. Tanaman kopi merupakan tanaman utama sebagai sumber
penghasilan utama. Selain itu rumput gajah juga dapat dijual sehingga menambah
penghasilan beliau.
7. Kepemilikan ternak:
Jawab:
Bapak Santoso mempunyai 1 ekor sapi, akan tetapi tidak untuk dijual
melainkan hanya untuk hiburan saja.
8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak
27
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara
pengelolaannya.
Jawab:
Karena Bapak Santoso hanya memelihara 1 sapi sehingga kotoran yang
dihasilkan juga dalam jumlah yang sedikit. Selain itu kotoran ternak juga tidak
dijadikan sebagai pupuk kandang karena keterbatasan transportasi. Oleh karena itu,
kotoran hanya dibuang secara sia-sia.
9. Kearifan lokal :
Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat
a. Kepercayaan/adat istiadat
Adat istiadat yang biasanya dilakukan oleh Bapak Santoso adalah
“Sedekah Bumi”. Sedekah bumi ini diadakan setelah panen.
b. Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan
aktivitas pertanian)
Menurut Bapak Santoso untuk saat ini sulit menentukan waktu tanam
dimana terjadinya pemanasan global sehingga perubahan musim tidak menentu
dan tidak dapat diprediksikan lagi.
c. Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau
pengendalian hama/penyakit
Dalam usaha taninya Bapak Santoso tidak pernah melakukan pemeliharaan
baik pemupukan maupun pengendalian hama dimana setelah penanaman, tanaman
budidaya hanya dibiarkan.
d. Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban,
kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb).
Sebutkan dan jelaskan.
Tidak ada kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kebersamaan antar petani.
10. Kelembagaan
Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan
pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb.
Jawab:
Dulu terdapat kelembagaan yaitu KPSA, akan tetapi sekarang sudah tidak
berjalan lagi. Hal ini berarti petani usaha sendiri.
28
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani,
sebutkan.
Jawab:
Tidak ada tokoh masyarakat yang dibuat panutan oleh Bapak Santoso.
PEMBAHAASAN
Dari hasil wawancara dengan petani dapat diketahui bahwa pengelolaan lahan
milik mereka berbeda-beda. Pada petani pertama bapak Sukadi hanya memiliki lahan
pekarangan yang ditanami dengan system agroforestry. Jenis tanaman yang ditanam
adalah kopi, waru gunung, sengon, dan durian. Dari system agroforestry tersebut dapat
mendatangkan ekonomi yang sedikit. Keuntungan ekonomi tersebut di dapatkan dari
penjualan kopi, sengon, maupun durian yang waktu panennya berbeda.
Pada petani kedua, yaitu bapak santoso memiliki dua lahan yaitu lahan sawah dan
lahan tegalan. Lahan sawah ditanami dengan padi, jagung, dan rumput gajah. Padi dan
jagung ditanam dengan menggunakan sistem rotasi tanaman yang bertujuan untuk
memutus siklus penyakit dan menjaga ketersediaan unsure hara. Lahan tegalan ditanami
sengon dan kopi secara tumpangsari. Tanaman yang ditanam pada lahan tegalan tidak
mendapat perawatan yang memadai, setelah masa tanam.
BAB V
PEMBAHASAN UMUM
Sumberdaya pertanian agar bisa memberikan manfaat untuk generasi sekarang dan
juga generasi yang akan datang, diperlukan pengelolaan yang memperhatikan prinsip-prinsip
keberlanjutan (sustainability). Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan
produksi seringkali diberi perhatian utama, namun ada batas maksimal produktivitas
ekosistem. Jika batas ini dilampaui, maka ekosistem akan mengalami degradasi.
29
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
Agar sistem bertanian bisa berkelanjutan maka tidak hanya mempertimbangkan aspek
finansial dan produksi yang tinggi semata, namun juga harus memperhatikan aspek ekologis,
produktivitas jangka panjang serta social ekonomi yang lainnya.
Petanian yang berkelanjutan adalah system pertanian yang (1) berkelangsungan hidup
secara ekonomi (economically viable); (2) ekologis dan bersahabat atau ramah lingkungan
(ecologically sound and friendly/environmentally); (3) berkeadilan sosial (socially just
equitable); (4) cocok secara budaya (culturally appropriate); dan (5) merupakan pendekatan
sistem dan holistik / terintegrasi (systems and holistic/ integrated
approach).
Dari hasil pembahasan dari berbagai indikator pertanian berlanjut dari aspek
biofisik yaitu dari indicator kualitas air, indicator agronomi, dan indicator hama penyakit
tanaman, maupun dari aspek social ekonomi didapatkan hasil bahwa sistm pertanian yang
dilakukan dapat dikatakan berlanjut.
Pada indicator kualitas air didapatkan hasil mulai dari Parameter pH (derajat
keasaman air) didapatkan hasil pada daerah tersebut masih memiliki pH yang normal yaitu
7,86 dan masih mengindikasikan bahwa kondisi air sungai pada daerah tersebut masih
alamiah. Parameter oksigen terlart pada air sungai daerah tersebut didapatkan hasil 9,26
mg/liter yang masuk dalam kelas I yang berarti memperlihatkan bahwa ekosistem air pada
sungai tersebut masih baik yang ditunjukkan dengan kadar oksigen terlarut yang tinggi. Dan
nilai DO menunjukkan bahwa kualitas sungai masoh dalam kondisi baik , karena semakin
tinggi nilai DO maka kualitas air sungainya semakin baik.
Parameter kekeruhan pada indikator kualtas air diperoleh nilai kekeruhan sebesar
18,9. Dilihat dari nilai kekeruhan pada sungai tersebut maka tingkat kekeruhannya dapat
ditolerir. Indicator biologi yang didasarkan pada perhitungan nilai FBI diperoleh nilai FBI
4,17. Berdasarkan tabel FBI, nilai FBI yang didapatkan dapat dikatakan bahwa kualitas
airbaik sekali, dan tingkat pencemarannya sedikit terpolusi oleh bahan organik.
Dari indicator kualitas air air dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai pada daerah
tersebut masih bagus. Tingkat pencemarannya masih rendah dan biodiversitas pada air sungai
tersebut juga masih tinggi.
Pada indikator agronomi didapatkan hasil bahwa penggunaan lahan pada daerah
tersebut dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa lahan ditanami 3 jenis
tanaman yaitu kopi, sengon dan pisang. Untuk tutupan lahan tanaman kopi dan sengon
30
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
tingkat sebarannya luas, sedangkan untuk tanaman pisang tingkat sebarannya sempit. Dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat biodiversitas lahan tersebut tergolong sedang
karena sistem pertanaman yang digunakan adalah campuran dimana terdapat lebih dari satu
jenis tanaman yang ditanam dalam satu bidang lahan. Tingkat biodiversitas suatu lahan
sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian yang diusahakan. Hal itu dikarenakan
semakin banyak populasi yang hidup disuatu lahan maka interaksi didalamnya juga semakin
banyak sehingga terjalin simbiosis mutualisme.
Dari segi tanaman pengganggu atau biasa disebut dengan gulma, pada lahan tersebut
ditemukan berbagai macam gulma, mulai dari gulma berdaun sempit sampai gulma berdaun
lebar. Gulma tidak selalu merugikan bagi system pertanian yang harus disiangi ataupun
dibakar. Tetapi gulma juga dapat digunakan sebagai tempat tingal ntuk musuh alami,
sehingga dapat mengurangi serangan hama pada tanaman budidaya.
Pada indikator hama penyakit tanaman, didapatkan hasil bahwa populasi antara hama
dan musuh alami dapat dikatakan seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari segitiga factorial
yang telah digambarkan diatas. Apabila populasi antara musuh alami dan hama seimbang,
maka penyebaran hama ataupun penyakit yang disebabkan oleh hama dapat ditekan, sehingga
kerusakan yang terjadi pada lahan tersebut dapat dikurangi. Dengan demikian dari indicator
hama penyakit, dapat dikatakan berlanjut karena tidak ada permasalahan hama yang serius.
Selain itu juga dipertegas dengan banyaknya serangga lain yang bisa berupa musuh alami
maupun pollinator.
Pada indikator social ekonomi didapatkan hasil dari wawancara dengan petani bahwa
para petani melakukan system budidaya dengan system agroforestry, dengan memadukan
tanaman tahunan seperti sengon, kopi, dan tanaman buah-buahan seperti durian dan langsap.
Petani dapat emeperoleh penghasilan lebih dari satu kali pada lahannya. Para petani bisa
mendapatkan penghasilan dari penjualan kopi, ataupun tanaman buah yang ditanamnya.
Selain itu, setiap 8 tahun sekali para petani juga dapat memanen pohon sengon yang
ditanamnya. Dilihat dari system budidaya para petani dapat dikatakan system pertaniannya
berlanjut, dengan beragamnya vegetasi pada satu bentang lahan.
31
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dari berbagai indikator, mulai dari indikator biofisik yaitu indikator
kualitas air, indikator agronomi, indikator hama penyakit, serta indikator sosial ekonomi
dapat dikatakan pengelolaan lahan pada skala lansekap di wilayah tersebut termasuk
berlanjut. Hal tersebut dapat dipertegas dengan kualitas air yang masih bagus,
keanekaragaman vegetasi, populasi hama dan musuh alami yang seimbang, serta produksi
petani yang optimal. Hal tersebut sesuai denagn prinsip oertanian berlanjut, yaitu mantap
secara ekologi, mantap secara ekonomis, serta berkeadilan sosial.
BAB VII
32
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
• Kritik
1. Pada saat pelaksanaan kuliah sering terjadi miss komunikasi diantara dosen,
sehingga sering terjadi jam kosong.
2. Pada saat pelaksanaan praktikum tidak efisien pembagian pos-posnya
sehingga tidak ada efisiensi waktu, banyak waktu yang terbuang.
• Saran
1. Harusnya ada koordinasi diantara dosen sehingga tidak terjadi miss komunikasi
diantara dosen, sehingga tidak ada jam kosong
2. Pembagian pos-pos pada praktikum lapang supaya lebih diperhatikan, atau di
urutkan, atau bisa per kelompok dibagi per pos, sehingga waktunya lebih efisien.
33
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN 201
BERLANJUT 0
LAMPIRAN
Jenis Gulma Yang Ditemukan Di Lokasi
34