You are on page 1of 3

Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332

hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Pliosen berasal dari kata Yunani : πλεῖον
(pleion, "lebih") dan καινός (kainos, "baru"), yang berarti kira-kira
“kelanjutan dari yang sebelumnya”, menunjuk terutama pada moluska
marine modern.

Pada akhir Miosen terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama
Pliosen. Regresi ini menghasilkan lapisan resevoir penting, yang bersifat
paralis/litoral, seperti Formasi Keutapang (Sumatra Utara), Fm. Air Benakat
(Sumatra Selatan), Fm. Ngrayong (Jawa Timur), dan Fm.
Balikpapan/Pulubalang (Kalimantan Timur). Regresi ini pula yang
menyebabkan menyempitnya wilayah lautan di kala Pliosen seperti
terjadinya daratan-daratan di Sulawesi, Papua, Jawa Timur bagian selatan,
serta melebarnya daratan Sunda.

Fenomena regresi laut pada kala itu sangat dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik, kegiatan vulkanik, dan variasi eustatik dari muka laut. Aktifitas
vulkanik dan tektonik yang dasyat mengakibatkan terbentuknya urut-urutan
perbukitan dan dataran yang orientasinya sama dengan sumbu pulau,
khususnya pulau Jawa bagian tengah dan timur.

Indonesia pada kala pliosen secara bertahap membentuk kepulauan seperti


saat ini. Secara geologi banyak terjadi pengangkatan bagian dasar lautan
sehingga dibanyak tempat laut diganti oleh daratan (Marks, 1960: 39).

Berdasarkan penemuan fosil, Pliosen di Indonesia dibagi menjadi 2 bagian,


yaitu Cirebonian dan Sondian (Oostingh,1938).

(Oostingh,1938)
Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin dangkal dimana lingkungan
pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal, dataran delta dan non-
marin yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan batulempung
dengan sisipan berupa batubara. Tipe pengendapan ini berlangsung hingga
Pliosen Akhir dimana diendapkannya lapisan batupasir tufaan, pumice dan
konglomerat.

Pembentuk pulau Jawa dimulai kala Pliosen awal, yang dimulai dari Jawa
bagian barat kemudian secara progresif bergerak ke arah timur sampai
akhirnya terbentuklah keseluruhan pulau Jawa sampai kala Plestosin.
Pembentukan daratan di pulau Jawa pada awalnya ditandai oleh munculnya
pegunungan selatan Jawa dan kemudian diikuti oleh regresi laut di sebelah
utara yang dicirikan oleh Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan
Kendeng. Francois Semah (1986: 67) memperkirakan bahwa kegiatan
vulkanik di Jawa bagian timur berlangsung sekitar 1,8 atau 1,9 juta tahun
yang lalu.

Pada akhir kala pliosen, daratan Sunda sudah merupakan benua yang besar,
kira-kira 2000 km dari timur ke barat. Dan menggabungkan banyak massa
daratan yang sekarang di Semenanjung Malaka, Sumatera dan Kalimantan.

Peristiwa tektonik penting yang melibatkan Papua adalah Orogenesa


Melanesia. Dow dan Sukamto (1984) menyebutkan bahwa Orogenesa
Melanesia adalah hasil kompresi, deformasi, dan pengangkatan dari
Pegunungan Tengah.
Orogenesa Melanesia yang berawal dipertengahan Miosen diakibatkan oleh
adanya tumbukan Kraton Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini
mengakibatkan deformasi dan pengangkatan kuat batuan sedimen Karbon-
Miosen (CT), dan membentuk Jalur Aktif Papua. Kelompok Batugamping New
Guinea kini terletak pada Pegunungan Tengah. Jalur ini dicirikan oleh sistem
yang komplek dengan kemiringan ke arah utara, sesar naik yang mengarah
ke selatan, lipatan kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke arah
selatan. Geometri struktur jalur lipatan ini mengarah ke Barat Laut (Minster
dan Jordan, 1978). Orogenesa Melanesia ini diperkirakan mencapai
puncaknya pada Pliosen Tengah.

Contoh formasi Pliosen di Indonesia:


• Fm. Kaliwangu -> batulempung dengan sisipan batupasir tufaan dan
kadang ditemukan juga sisipan lignit, selain itu ditemukan fossil
Turritella angulata acuticarinata yang merujuk pada Pliosen awal
(Cirebonian)
• Fm. Citalang -> batupasir tufaan dan lempung tufaan
• Fm. Muara Enim -> perselingan antara batupasir dan batulempung
dengan sisipan berupa batubara

You might also like