Professional Documents
Culture Documents
pertama kali dikemukakan pada tahun 1920-an, yang banyak terjadi di negara-negara
berkembang.1,2,3
mendasar antara kedua bentuk KEP ini adalah ada (kwashiorkor) atau tidak
(marasmus) adanya edema. Marasmus terjadi akibat intake protein dan kalori yang
tidak adekuat, sedangkan kwashiorkor terjadi akibat intake protein yang tidak
yang sering terjadi adalah defisiensi besi, iodium, asam folat, vitamin D, dan vitamin
A.1
Marasmus adalah salah satu bentuk KEP buruk. Keadaan ini menghadirkan
suatu kelompok kondisi patologis yang berhubungan dengan kekurangan nutrisi dan
energi yang sebagian besar terjadi pada anak-anak di negara berkembang. Marasmus
sering dihubungkan dengan infeksi, terutama infeksi gastrointestinal. Selain itu, pada
dengan mudah dapat terinfeksi, seperti infeksi virus, contohnya virus yang
1
Marasmus merupakan masalah serius di seluruh dunia. Menurut WHO, 49%
dari 10.4 juta kematian pada anak di bawah 5 tahun di negara berkembang
Berikut dilaporkan sebuah kasus kurang energi protein tipe marasmus pada
seorang anak laki-laki berumur 11 bulan yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin
TINJAUAN PUSTAKA
2
Definisi
atau seluruh elemen nutrisi yang penting bagi tubuh. Ada 2 bentuk dasar, yang
pertama dan terpenting adalah kurang energi protein (KEP) yaitu kurang cukup
protein (dari daging atau sumber lain) dan makanan yang menyediakan energi
kedua, dan juga sangat penting yaitu defisiensi mikronutrien (vitamin dan mineral).6
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri
Patofisiologi
Malnutrisi berefek secara nyata pada setiap sistem organ. Protein dari
makanan diperlukan untuk menyediakan asam amino untuk sintesis protein tubuh
dan komponen lain yang memiliki peran fungsional bervariasi. Energi penting untuk
seluruh fungsi biokimia dan fisiologi dalam tubuh. Lebih jauh lagi, defisiensi
mikronutrien penting pada banyak fungsi metabolik pada tubuh sebagai komponen
fungsi fisiologis lain, perubahan respon imun timbul lebih awal pada rangkaian
malnutrisi yang bermakna pada anak. Perubahan respon imun ini berhubungan
dengan hasil yang buruk dan mirip dengan perubahan yang tampak pada anak
2
dengan AIDS (acquired immune deficiency syndrome). Kehilangan delayed
fagositosis yang menurun sampai turunnya komplemen dan sitokin tertentu, dan
Gambaran Klinis
Gizi buruk didiagnosis dengan secara klinis anak terlihat sangat kurus dan/
atau edem, dan atau BB/PB atau BB/TB <-3 SD. Gizi buruk ini sering disebut juga
kurang energi protein (KEP) berat. Terdapat 3 bentuk KEP berat secara klinis yaitu
asupan kalori yang inadekuat (kurangnya asupan energi dan protein dalam makanan
yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi). Secara klinis, KEP berat ada 3 tipe
yakni 6,7,8,9 :
• Cengeng, rewel
• Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
• Perut cekung
• Iga gambang
2
• Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum
pedis)
• Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa
• Pembesaran hati
• Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk
• Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
Penatalaksanaan
kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan . Penderita marasmus tanpa
komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan
yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok,
1
Untuk menanggulangi masalah gizi buruk pada kasus ini diterapkan 10
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
2
1. Identitas penderita
Umur : 11 bulan
Pekerjaan : Swasta
Banjarmasin
Banjarmasin
II. ANAMNESIS
Banjarmasin
1
Aloanamnesa dengan : Ibu Kandung
Sejak dua minggu badan anak tampak lebih kurus, nafsu makan
anak turun. Anak juga tampak lebih rewel dari biasanya. Anak juga
mengalami demam naik turun, demam tidak terlalu tinggi, kejang tidak
volume 1/8 gelas aqua setiap BAB, lendir ada, darah tidak ada. Tapi sejak
1 hari BAB anak sudah mulai normal, frekuensi 1x/hari konsistensi lunak.
suntikan TT 2x.
2
Riwayat natal :
Penolong : Bidan
5. Riwayat perkembangan :
Tiarap : …
Merangkak : …
Duduk : …
Berdiri : …
Berjalan : …
Saat ini : anak cuma bisa berbaring dan belum bisa tiarap,
6. Riwayat imunisasi
1
DPT √ - - -
Campak - -
Kesimpulan : Ibu mengaku anaknya cuma mendapatkan imunisasi 2x
7. Makanan :
sendok/hari.
oleh anak.
8. Riwayat keluarga :
Ikhtisar keturunan : (Gambar skema keluarga dan beri tanda keluarga yang
2
RPK : DM (-), Asma (-)
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
Susunan keluarga
1
9. Riwayat sosial lingkungan :
meter2 , pintu dua, ventilasi cukup. MCK di sungai, minum dan masak dari
I. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : 4–5–6
Suhu : 37,5 OC
Kelembaban : Cukup
1
UUB : Datar
UUK : Datar
Lain-lain : -
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
2
Epistaksis : Tidak Ada
Lain-lain : -
Gigi-geligi : I I
I I
Pucat / tidak
Tremor / tidak
Kotor / tidak
Warna : Kemerahan
5. Leher :
2
– Pembesaran kelenjar leher : Tidak ada
1. Toraks :
Pernapasan : torako-abdominal
(-/-)
b. Jantung :
LAA
sinistra
1
sinistra
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
1. Abdomen :
Lain-lain : -
Ukuran : -
Lokasi : -
Permukaan : -
Konsistensi : -
2. Ekstremitas :
2
ada edema dan tidak ada parese
Neurologis :
Lengan Tungkai
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus eutonus eutonus eutonus eutonus
Trofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + + + +
Reflek patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda meningeal - - - -
I. RESUME
Nama : An. NA
Umur : 11 bulan
1
kesadaran (-), menggigil (-), berkeringat (-), sejak
anak normal.
Tensi : - mmHg
Pernapasan : 35 x/menit
Suhu : 37,5 OC
(+)
(+)
2
Susunan saraf : N-1, N-5, N-7-12 sulit dievaluasi, N-2, N-3, N-4,
N-6 DBN
Genital : ♂, DBN
II. DIAGNOSA
1. Penyakit hati
TB/U = 61 – 74,9
2,7
= -5,15 (sangat pendek)
= 67,2%
(severe malnutrition)
I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi hipoglikemia
3
Setiap 30 menit selama 2 jam pemberian cairan glukosa (ASI) sebanyak 12,5 ml
secara oral/NGT
2. Pencegahan hipotermi
3. Atasi dehidrasi
oral/NGT
• Pada jam ke-6 dan ke-10 cairan pengganti diganti dengan formula khusus
Kotrimoksasol 2 x 5ml
130 ml/kgBB/hari
2. Fase transisi
3. Fase rehabilitasi
4. Teruskan ASI
2
• suplementasi multivitamin/hari
10Tindakan lanjut dirumah: bila gejala klinis berkurang dan berat badan menurut
umur 80%
I. USUL PEMERIKSAAN
– Cek GDS
– Cek Elektrolit
I. PROGNOSIS
II. PENCEGAHAN
anak.
III. FOLLOW UP
Follow up dari tanggal 14 Juni 2009 – 22 Juli 2009 tersaji pada lampiran
DISKUSI
1
Malnutrisi menurut WHO yaitu ketidakseimbangan tingkat seluler antara
asupan nutrisi dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan
serta melakukan fungsi tertentu. Etiologi KEP dibedakan menjadi dua yaitu etiologi
langsung dan tak langsung. Penyebab langsung yaitu masukan yang kurang dan
penyakit atau kelainan yang diderita anak, penyebab tak langsung berupa faktor
Klasifikasi KEP menurut NCHS WHO yaitu KEP ringan (BB/u 70-80%,
BB/TB <70%). Secara klinis KEP dibagi menjadi marasmus (BB<60% tanpa
yang berlanjut dengan menyusutnya jaringan otot serta organ lain baik morfologi
energi yang meningkat atau keduanya seperti pada penyakit akut dan kronis. Tubuh
anak akan beradaptasi dengan kurangnya energi dengan cara menurunkan aktivitas
fisik, letargi, penurunan metabolisme basal, pertumbuhan yang lambat dan akhirnya
kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial
lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada
2
marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal,
2. Lemak sub kutan hampir tidak ada sehingga kulit keriput, old face, perut
tampak buncit.
5. Iga gambang
Pada kasus ini, anak juga mempunyai masalah dengan saluran pencernaan
dan pernafasannya, di mana anak sering mengalami demam yang turun naik sejak
usia 3 bulan dan sudah sering dibawa berobat ke dokter dan puskesmas. Anak juga
sering mengalami diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda gizi
buruk yaitu:
3. otot : hipotrofi
5. rambut : tipis
3
7. abdomen : perut cekung, turgor lambat
merupakan tanda terjadinya infeksi yang memang rentan terjadi pada anak dengan
gizi buruk. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, perhitungan status gizi, dan
1. Atasi hipoglikemik,
2. Cegah hipotermi
3. Atasi dehidrasi
jam oral.NGT
Pada jam ke-6 dan 10 cairan pengganti diganti dengan formula khusus
Kalium 2 – 4 mEq/kgbb/hr
2
Magnesium 0,3 – 0,6 mEq/kgbb/hr
Fase Stabilisasi
E : 80 – 100 kkal/kgbb/hr
P : 1 – 1,5 gr/kgbb/hr
C : 130 ml/kgbb/hr
Fase transisi
Fase rehabilitasi
Cara pemberian oral atau NGT, porsi makanan kecil dan sering,
Kasih sayang
10. Tindakan lanjut di rumah jika gejala klinis tidak ada dan berat badan
80% BB/U.
Berdasarkan riwayat penyakit diketahui bahwa sejak usia 3 bulan, anak telah
menderita gizi buruk sehingga mempengaruhi daya tahan tubuhnya, akibatnya anak
2
menjadi rentan terhadap infeksi. Sebenanrya infeksi sendiri merupakan penyebab
langsung kejadian gizi buruk, namun pada kasus ini gizi buruk lebih dahulu terjadi
baru diikuti oleh infeksi saluran nafas akut ataupun ganggguan gastrointestinal.
Berdasarkan nilai baku NCHS anak pada kasus ini mengalami BB/U gizi
buruk, BB/U sangat pendek, dan BB/TB kurus. Hal ini menunjukkan kekurangan
asupan energi protein sejak lama dan berlangsung sampai saat ini. Berdasarkan CDC
2000, anak tersebut mengalami severe malnutrisi sehingga ditangani dengan fase
Dilihat dari kadar glukosa anak masih dalam batas normal. Mata anak tampak
cekung tetapi turgor masih cepat kembali, dilakukan rehidrasi seperti pada 10
penatalaksanaan gizi buruk. Pada anak ini terjadi gangguan elektrolit yaitu
penurunan kadar Na, K, dan Cl. Oleh karena itu pada anak ini diberikan elektrolit 2cc
Anak tersebut juga rentan mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi apabila
2
P : 1 x 6,1 = 6,1 gr
Total E yang diberikan 488 kkal, P 6,1 mg, dan C 533 cc. Dengan keseimbangan
energi, proteion, dan cairan ini diharapkan fase stabilisasi tercapai yang akan
dilanjutkan dengan fase transisi dan rehabilitasi sehingga tercapai tumbuh kembang
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang anak laki-laki berusia 11 bulan
yang dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan utama badan kurus (berat
badan tidak naik). Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
dapat ditegakkan diagnosis Kurang Energi Protein tipe Marasmus. Selama perawatan
di RSUD Ulin Banjarmasin anak diberikan 10 penatalaksanaan gizi buruk dan terapi
simptomatik
1
3