Professional Documents
Culture Documents
KIMIA ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
dengan satu atau lebih ligan. Ligan adalah sebarang ion atau molekul dalam
koordinasi dari ion sentral. Tetapi seringkali air diabaikan di dalam ion kompleks
sehingga pengertian ion kompleks kadang-kadang terbatas untuk selain air. Ligan
lainnya melakukan penetrasi solvation sphere atau hydration sphere bagian dalam
(inner) dari ion pusat dan menggantikan satu atau lebih molekul air bagian dalam.
Seperti yang kita ketahui bahwa unsur transisi sering didefinisikan sebagai
kelompok, yang sebagai unsur mempunyai kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian.
Namun untuk maksud praktis, yang akan dipandang sebagai unsur transisi adalah
unsur yang memiliki kulit-kulit d dan f yang terisi sebagian juga dalam senyawaan
penting yang mana pun. Juga termasuk ke dalamnya adalah logam mata uang, Cu,
Ikatan ligan dengan makromolekul merupakan salah satu topik riset yang
dalam mempelajari farmakodinamika zat-zat aktif dan pada perancangan obat baru.
Mengetahui dan mengenal perbedaan kekuatan ligan antara air dan amin
pelarut air, campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M dan campuran 3:1 antara
2. Membandingkan kuat medan antara ligan amin dengan air dari campuran
(CuSO4) biru 0,02 M dengan aquadest, larutan campuran Cu2+ 0,1 M 1:1 amin-air,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori medan kristal yang dikemukakan oleh beberapa ahli fisika pada tahun
1930 baru berkembang dan diterapkan dalam bidang kimia sekitar tahun 1950.
Teori ini dikembangkan karena teori ikatan valensi yang dikemukakan oleh Linus
(Syarifuddin, 1994) :
2. Adanya ion seperti Ni2+, Td2+, Au3+ yang dapat membentuk ion kompleks planar
Menurut teori medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara
atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya-gaya yang
ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersususn dari ion pusat yang
dari ion pusat. Pengaruh ligan ini terutama mengenai electron d dari ion pusat dan
seperti kita ketahui ion kompleks dari logam-logam transisi. Pengaruh ligan
tergantung dari jenisnya, terutama pada kekuatan medan listrik dan kedudukan
pusat) dengan ligan. Jika ada empat ligan yang berasal dari arah yang berbeda,
orbital lainnya. Akibatnya, orbital tersebut akan mengalami peningkatan energi dan
kelima sub orbital d-nya kan terpecah (splitting) menjadi dua kelompok tingkat
energi. Kedua kelompok tersebut adalah : 1). Dua sub orbital (dx2 – dy2, dan dz2)
yang disebut dy atau eg dengan tingkat energi yang lebih tinggi, dan 2). Tiga
sub orbital (dxz, dxy, dan dyz) yang disebut de atau t2g dengan tingkat energi yang
lebih rendah. Perbedaan tingkat energi ini menunjukkan bahwa teori medan kristal
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH, dan
OH-. Ligan seperti ini, bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah
atom logam, disebut ligan monodentat atau ligan bergigi satu (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-masing secara
serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang sama,
disebut ligan polidentat. Ligan ini juga disebut ligan kelat karena ligan ini
tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor (Cotton dan
Wilkinson, 1989).
energi yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu memenuhi hukum
dari orbital d. pembagian orbital d menjadi dua golongan yaitu orbital eg atau dj
dan orbital t2g atau de mempunyai arti penting dalam hal pengaruh ligan terhadap
Menurut teori medan kristal, ikatan anatara ion logam (ion pusat) dan ligan
adalah ikatan ion, berdasarkan sifatnya gaya elektrostatis antara ion pusat dan
ligan. Seperti yang telah diketahui ion kompleks terdiri dari ion pusat yang
dikelilingi oleh sejumlah ligan yang berupa ion negatif atau molekul polar yang
merupakan dipol permanent. Medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan akan
medan listrik yang ditimbulkan ligan adalah elektron pada orbital d, karena
(Syarifuddin, 1994).
Faktor yang juga turut berpengaruh adalah jenis logam dan bilangan
oksidasinya, meskipun dapat dibuat ketentuan untuk mengenal urutan ligan namun
sering dijumpai pengecualian. Contohnya ion Cl- dengan logam Cu(III) tampak
menghasilkan splitting medan kristal yang lebih besar dari ion F-. Walaupun
Bila ligan yang berupa ion negatif atau kutub negatif dari molekul
mendekati ion pusat, maka medan listrik yang ditimbulkan oleh ligan tersebut akan
mempengaruhi elektron d pada ion pusat. Elektron d pada ion pusat akan
memberikan gaya tolak yang lebih kuat dari gaya tarik yang ada antar ligan dan ion
pusat tersebut. Penolakan tersebut akan menyebabkan bertambahnya energi orbital
Bila medan lstrik ligan mempengaruhi kelima orbital d dengan cara yang
sama, maka orbital-orbital d tersebut tetap tergenerasi, tetapi pada tingkat energi
yang lebih tinggi. Medan listrik yang dihasilkan oleh ligan tergantung pada letak
ligan tersebut disekeliling ion pusat. Jadi medan listrik ligan dalam struktur
oktahedral, tetrahedral dan planar segiempat akan berbeda satu sama lain
(Syarifuddin, 1994).
deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat
1999).
banyak sekali sebab, beberapa di antaranya telah diketahui sebelum ini dalam
memperhatikan dan dengan pikiran sehat. Sel-sel contoh harus bersih. Beberapa
zat (misalnya protein) kadang-kadang melekat sangat kuat pada sel dan dapat
dicuci bersih hanya dengan kesukaran. Sidik jari dapat menyerap radiasi ultraungu.
Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali. Gelembung gas tidak boleh
ada dalam lintasan optik. Peneraan panjang gelombang dari alat harus diteliti
umumnya berisi hanya satu ion logam, yang mana dikombinasikan dengan satu
atau lebih ligan anionik. Ikatan kompleks yang anionik ligan meliputi ion
pembentukan yang bersifat alkali adalah suatu tes untuk nikel. [Ag(NH3)2]+ dan
lebih dari satu garam magnesium secara parsial hidrolisis sebagai contoh berisi ion
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu: aquadest,
larutan CuSO4 0,1M , larutan NH4OH 1M, sabun cair, kertas label dan tissue roll.
3.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu:
spektrofotometer UV 20 D+, kuvet, labu ukur 50 ml, pipet volume 10 ml, pipet
volume 25 ml, pipet ukur 5 ml, pipet skala 1 ml, bulb, pipet tetes, gelas kimia 100
mL.
3. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan
homogen.
mL.
3. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan
homogen.
BAB IV
4.1.2 Larutan Cu2+ 0,02M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M
4.1.3 Larutan Cu2+ 0,02M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1M
4.2 Perhitungan
M1 . V1 = M2 . V2
0,1 M x V1 = 0,02 M x 50 ml
0,1 V1 = 1
V1 (Cu)= 10 ml
4.2.2 Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M
Volume total atau volume sampai batas tanda yang digunakan adalah 50
ml.
Perbandingan campuran antara air dan NH4OH 1M adalah 1:1
Air = 12 x 50 ml = 25 ml
NH4OH = 12 x 50 ml = 25 ml
4.2.3 Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1M
Volume total atau volume sampai batas tanda yang digunakan adalah 50
ml.
Air = 34 x 50 ml = 37,5 ml
NH4OH = 14 x 50 ml = 12,5 ml
4.3 Reaksi
4.4 Grafik
4.4.2 Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 1:1 antara air dan NH4OH 1M
4.4.3 Larutan Cu2+ 0,02 M dalam campuran 3:1 antara air dan NH4OH 1M
4.5 Pembahasan
Larutan CuSO4 ini berfungsi sebagai bahan dasar (utama) yang akan berperan
sebagai atom pusat (Cu2+) yang akan berikatan dengan ligan amin-air membentuk
senyawa kompleks.
Mula-mula disiapkan 3 buah labu ukur volume 50 ml. Labu pertama diisi
batas, maka telah diperoleh larutan Cu2+ 0,02 M yang berwarna biru muda. Hal
yang sama diberlakukan pada labu kedua dan ketiga untuk mendapatkan larutan
Cu2+ dengan konsentrasi 0,02 M. Labu kedua diisi Cu2+ 0,1 M perbandingan amin
dan air 1:1 ditambahkan dengan NH4OH 1 M sebanyak 25 ml dan air sampai tanda
batas, diperoleh larutan yang berwarna biru tua. Labu ketiga diisi pula dengan Cu 2+
12,5 ml dan aquadest sampai batas tanda, diperoleh pul;a larutan yang berwarna
biru tua.
gelombang 800 nm diperoleh nilai absorban sebesar 0,410, ini berarti telah
nilai absorban sebesar 1,220. Jadi teori yang menyatakan bahwa semakin kuat
ligan maka akan didapat panjang gelombang maksimum tidak sesuai dengan apa
yang didapat saat praktikum. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan yang
perpandingan 1:1 yaitu berwarna biru tua sedangkan pada perbandingan 3:1
berwarna biru. Perbedaan warna ini disebabkan karena perbedaan volume dari
dan dilihat melalui gambar kurva yang terbentuk. Selain itu, dari percobaan ini
dapat pula diketahui bahwa warna dari larutan juga dapat mempengaruhi panjang
gelombang. Semakin pekat warna dari larutan, maka larutan tersebut akan semakin
5.1 Kesimpulan
bahwa panjang gelombang maksimum CuSO4 0,02 M adalah 800 nm dengan nilai
dan λ 3 = 840 nm dan dengan nilai absorbansi berturut-turut untuk CuSO4 0,02 M,
larutan 1:1 amin-air, dan larutan 3:1 amin-air adalah 0,273; 0,326; dan 0,246. Kuat
medan ligan amin lebih besar dari pada ligan air dapat dilihat dari panjang
gelombang maksimumnya.
5.2 Saran
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Day R.A. dan Underwood A.L., 1999, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
Syarifuddin, N., 1994, Ikatan Kimia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten, Praktikan,