Ol eh : Adiah Chan dra Sari, SH., M H (Pegaw ai PTA Palan gka R aya Bagian Kepegaw aian) (Wahai Orang orang yang beriman, peli haral ah di rimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.. QS : Attahrim ayat 6) Apabila kita men dengar atau membaca kat a ‘SEKS’ maka se cara otomatis di dalam pikiran kita yang terbayang adalah suatu hal yang han ya pantas dibaca dan diden gar oleh manusia man usia dewasa, info rmasi men genai se ks tersebut rasan ya masih tabu se kali dibicarakan atau diden gar oleh anak anak . Tapi benarkah demikian ?? Kenyataan yang harus kita h adapi sekarang ternyat a berbeda dengan apa yan g selama in i ada dalam pikiran kita, beberapa waktu yan g lalu kita dikejutkan den gan pemberit aan di sebuah ko ran harian lo kal yang menulis betapa banyakn ya an ak-anak S MP yang sudah melakukan ciuman bibir dan yang le bih miris lagi te rn yata bahwa ada di ant ara me reka yang telah melakukan hubungan badan!! Bahkan kit a juga ke rap kali disuguh kan den gan berita-be rit a baik di media-media massa maupun tayangan televisi tentang kejah atan se ksual yang dilakukan oleh anak-anak yang m asih berstatus pelajar! Masya Allah!! Apa seben arn ya yan g terjadi den gan an ak-anak kita? Gene rasi muda kit a?? Sekarang ini di kalangan remaja pergaulan be bas semakin meningkat terut ama di ko ta-ko ta besar. Ban yak fakto r yan g men jadi penyebab terjadin ya perubah an pandangan dan perilaku se ksual te rse but. Conto hn ya, kuran gn ya penanam an nilai-nilai agama. Pesatnya pe rkemban gan IPTEK seperti inte rnet, semakin longgarn ya pen gawasan dan perhatian oran g tua dan keluarga akibat kesibukan, po la pergaulan yan g semakin bebas dan lepas (sementara orangtua mengizin kan), lin gkun gan yan g makin pe rm isif, rasa ingin t ahu yang be rle bihan, semakin banyak ran gsan gan se ksual yan g berasal dari luar dengan fasilitas yang mendukun g. Tidak aneh bila kemudian timbul akibat yang den gan mudah dapat dilihat dalam kehidupan seh ari-hari. Sebuah penelitian yang dilakukan o leh pe rusahaan riset Intern asional S yn ovate atas n ama DKT In donesia melakukan penelitian terhadap perilaku se ksual remaja berusia 14-24 t ahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Me dan, Jakarta, Bandung dan S urabaya. Hasil penelitian tersebut mengun gkapkan bah wa 64% remaja men gakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melan ggar n ilai-n ilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu te rnyata tidak mem pengaruhi perbuatan dan prilaku se ksual me reka. Alasan para remaja melakukan hubun gan se ksual terse but adalah karen a semua itu terjadi begitu saja t anpa direncanakan. Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetah uan khusus se rta ko mprehensif men genai seks. Info rmasi tent ang se ks (65% ) mereka dapatkan melalui teman , Film Po rno (35% ), sekolah (19% ), dan orang tua (5% ). Dari pe rsent ase ini dapat dilihat bah wa info rmasi dari tem an le bih dominan diban din gkan o ran g t ua dan guru, padahal teman sendiri tidak begit u mengerti dengan pe rmasalahan seks ini, karena dia juga mentransform asi dari teman yang lainnya. Ironisn ya, me reka tidak mendapat pendidikan seksual yan g benar dan cukup. Bahkan mereka dihambat untuk mene rima pendidikan se ksual yan g benar dan bertanggun g jawab,” ujar Prof. DR. Dr. Wim pie Pangkah ila, S p.And, FACCS, seorang guru besar Universitas Udayan a Bali. Reaksi penolakan unt uk memberikan pendidikan seks dise kolah cukup kuat. Alasann ya, an tara lain karen a pendidikan seks bukan budaya Indone sia, melainkan budaya Barat . Menurut Prof Wim pie dalam suatu penelitian di Bali pada tah un 1989, 50 persen wanita yang datan g ke suat u klin ik untuk mendapat kan in duksi haid berusia 15-20 t ahun. induksi haid adalah nama lain unt uk abo rsi. Penelit ian di Ban dung tah un 1991 menun jukkan, dari respon den pe lajar SMP diketahui 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah be rhubun gan seksual. Akibatnya, makin banyak kasus kehamilan pranikah , pengguguran kandungan, dan pen yakit kelamin m aupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (term asuk HIV/AIDS). Unt uk itu, lanjut Kepala Bagian An drolo gi di Fakultas Kedokteran Universit as Udayan a ini, pen didikan se ks tidak bisa ditunda lagi. Tak han ya dari oran gt ua, tetapi juga pendidikan di se kolah. “Harus ada sekolah yan g memelo po rinya,” katan ya dalam seminar yan g diselen ggarakan oleh Se kolah Pelit a Harapan, Glo be Asia, dan Kemang Village be berapa wakt u lalu di Jakarta. Ia melihat, pengetah uan remaja tent an g seks masih san gat kuran g, fakt or ini dit am bah dengan info rmasi keliru yan g diperoleh dari sumber yan g salah, seperti mito s se put ar se ks, VCD porno, situs porno di in ternet , dan lainnya yang akan membuat pemahaman dan persepsi anak tentan g seks menjadi salah. Lebih lanjut dijelaskan oleh Wimpie bah wa Pendidikan seks adalah merupakan . “S uat u pen didikan mengenai se ksualitas dalam arti luas,”. Seksualit as meliputi be rbagai aspek yang berkaitan dengan se ks, yait u aspek biolo gik, orient asi, nilai sosio kultur dan moral, serta perilaku. Sesuai dengan kelo mpok usia berdasarkan perkem bangan h idup man usia, maka pendidikan seks dapat dibagi menjadi pen didikan seks untuk an ak praseko lah dan se kolah , pendidikan seks unt uk remaja, untuk de wasa pranikah sert a menikah . Pen didikan seks un tuk anak-an ak be rtujuan agar anak menge rti identit as dirinya dan te rlin dun g dari m asalah se ksual yan g dapat berakibat buruk bagi anak. Pendidikan seks unt uk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian info rmasi berdasarkan ko munikasi yan g ben ar antara o ran gtua dan anak. Pen didikan seks untuk remaja be rtujuan melin dun gi remaja dari be rbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku se ksual yan g keliru. Sementara pendidikan seks unt uk dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan se ksual yang harmonis sebagai pasangan suami istri. Bolehkah m emberikan p endi di kan seks bagi anak dalam Islam? Salah sat u kewajiban be sar bagi kedua oran g t ua dan para pendidik (waliyulamri) di dalam Islam, adalah membe rikan pengajaran terhadap an ak semenjak masa baligh at au semenjak anak dalam masa tamyiz (bisa mem bedakan) akan hukum-h ukum syara’ tentan g h al-hal yang berkaitan den gan kecondongan masalah in stin g, juga masalah seks, apakah it u an ak lelaki atau pe rempuan sama saja, karena keduanya m ukallaf dengan h ukum syari’at . Orang Tua dan pen didik bertanggun g jawab dihadapan Allah Ta’ala dan juga dihadapan masyarakat, maka wajiblah bagi me re ka untuk menjelaskan masalah- masalah se ksualitas pada anak-anak terutama dalam mere ka mengh adapi masa pancaroba (muraahaqah). Yan g dim aksud dengan masalah seksualitas dalam tulisan in i, ten tun ya bukan men gajarkan anak-an ak melihat gam bar-gambar porn o, at au men gajarin ya bagaimana berh ubungan badan antara lelaki dan pe rem puan. Melainkan bagaimana sang anak t ahu m asalah-masalah seksualitas yan g be rkaitan dengan hukum-hukum syari’at. Betapa banyak pertanyaan seputar masalah ini. Apakah boleh bagi o ran g tua mengajarkan anak-anakn ya akan tan da-t an da o ran g yan g akan baligh, bagaimana atau apa an ggota dari t anasul (keturunan), ken apa pe rempuan bisa h amil, kenapa perempuan bisa melahirkan juga bagaimana menjelaskan cara berhubungan intim tatkala sang an ak mende kat i pe rnikahan?
Ban yak dalil-dalil dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang bagaimana
hubungan intim , bagaimana pen ciptaan manusia, bagaiman a manusia dipe rint ahkan unt uk menjaga kehormatann ya (faraj), ten tan g h aid, nifas, nuthf ah (air mani) se rta permasalah an-pe rmasalahan lain yan g berkaitan dengan seksualitas, yang membutuh kan penjelasan dari o ran g t ua dan pen didik. misaln ya yang terdapat dalam Q .S Al Mukminum 5-7, Al Baqarah 187, Al Baqarah 222- 223,237, dll Tentun ya sulit bagi seo ran g anak untuk mempe rgunakan akaln ya dalam memahami akan ayat-ayat Allah in i, apabila tidak disertai den gan bim bin gan dan peran se rta orang t ua dan dan guru. Peran Or ang Tua dan P endi dik sangat diperlukan Dalam kaitannya den gan pendidikan se ksualit as ini tugas orang tua dan pendidik jelas t idaklah mudah , apalagi di masa lalu, mayo ritas o ran g t ua masih dibesarkan dalam lin gkungan keluarga yan g se cara kult ural masih agak tertut up dengan masalah seksualit as, membalikkan kult ur dan tradisi seperti ini jelas membutuhkan wakt u yang tidak sebentar, perlu sem acam perubahan paradigma dikalangan orang t ua dan pe didik bahwasan ya kehidupan se ksual bukanlah sesuatu yang tabu, kehidupan seksual adalah sesuatu yang wajar, indah, alamiah sert a merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga dan diho rmati Amat disayan gkan se kali banyak dari kit a beranggapan bahwa pendidikan ataupun pengajaran mengenai se ksualitas se bagaimana yang dimaksud dalam tulisan ini belum perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini, kita masih sun gkan berbicara tent ang hal yang berkaitan dengan seksualitas kepada anak-anak kita, kadang kita be rharap anak-anak kita akan memaham i dengan sen dirinya sejalan dengan semakin bertam bah nya usia mereka, padahal just ru sebenarnya apabila kit a biarkan mereka berjalan sendiri, mencari tahu sendiri, be rtanya ke pada sumber-sumber yang tidak tepat, bukan kah itu justru berpo tensi men jerumuskan putra-putri kit a kedalam suat u pem ahaman yan g keliru, yang akhirn ya akan mengakibat kan mereka bisa saja melakukan tindakan t indakan yan g t idak kita in gin kan. Semarakn ya kejadian amoral, asusila pada anak usia remaja, yang telah kehilangan ke perawanannya, an ak hamil di luar nikah. Praktek abo rsi dan pembuangan bayi dijalanan , di t ong sampah, di sun gai-sungai. tidak pelak lagi adalah akibat selain kondisi ekonomi, yan g san gat pent ing dan perlu digaris bawahi adalah kuran gn ya perh atian orang t ua terhadap pendidikan agama pada anak-anakn ya, pendidikan moral dan juga pendidikan seks Sebagai oran g tua kit a se dang mengh adapi pe kerjaan rumah yan g sangat besar, kita sedan g berh adapan den gan pe rubahan cara berpikir dan bertindak yang menjadikan hubun gan se ksual seolah tidak ada be danya dengan seni pijat tradisional. Kit a sedang be rdiri di depan anak-an ak muda In donesia. Generasi muda yang kehilangan ken dali dan be rsama-sam a menentan g nasehat -nasehat yang dahulu ditan am kan dibenak kecil mere ka. Lalu, mereka telah kehilangan figur untuk be rgerak memperbaiki nasibn ya sen diri. Mereka sedan g be rjalan tan pa arah, di bawah komando nafsu dan t unt utan gaya h idup ala kaum hedo nis. Dan usia ko rban-ko rban pen yimpan gan akt ivitas seksual se makin muda. Maka tariklah nafas panjang-panjang, be rsat ulah dan berdamailah den gan anak-an ak kita, mereka membutuhkan hati tulus kita unt uk saling menolon g, mereka membutuhkan kita un tuk mem berikan be kal pada me reka dalam mereka menghadapi masa remaja dan dewasa me reka.. (di ambil dari berbag ai s umber)