Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
2011
1. Analyze
1.1 Analyze Job/Department
Nama institusi : SMP Islam Al-Jabbar
Studi awal :
Sejak didirikannya SMP Islam Al-Jabbar, guru maupun kepala sekolah pernah
mengikuti pelatihan-pelatihan berikut ini.
a. Pelatihan pembuatan web/blog sekolah untuk SMP Negeri dan Swasta yang
diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Surabaya
b. Pelatihan kepemimpinan bagi Kepala Sekolah Swasta yang diselenggarakan
Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS)
c. Pelatihan KTSP untuk guru SMP swasta yang diselenggarakan Universitas Negeri
Surabaya
Hasil dari pelatihan diatas :
a. Dibentuk kepengurusan web/blog sekolah yang terdiri dari guru TIK sebagai
admin dan semua guru mata pelajaran sebagai pengisi materi dalam web/blog
sekolah.
b. Kepala sekolah mampu mengelola waktu secara efisien dan mengelola keuangan
dengan lebih transparan.
c. Guru dalam mengajar dapat menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan
KTSP.
Deskripsi institusi :
Terlampir
Indikator :
Berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional
yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2007) ada 9 indikator
RSBI. Indikator tersebut adalah:
Terlampir
Masalah :
Pada tanggal 1-3 Maret 2011 telah dilaksanakan:
a. Wawancara terhadap informan:
Kepala sekolah = 1 orang
Guru mata pelajaran = 2 orang
Siswa = 4 orang
b. Studi pustaka dengan bahan:
Arsip pelaksanaan dan ketercapaian program kerja dari action plan RSBI
Arsip pelanggaran tata tertib sekolah
Absensi kelas
Absensi sekolah
Arsip keterangan nilai TOEFL guru
c. Observasi terhadap kondisi lingkungan sekolah
d. Angket 1 terhadap responden 20 siswa kelas VII, 20 siswa kelas VIII, 20 siswa
kelas IX
e. Angket 2 terhadap responden seluruh guru mata pelajaran
sehingga dapat diketahui bahwa:
A. Keterlaksanaan SMP Islam Al-Jabbar sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf
Internasional pada saat ini adalah
1. Akreditasi SMP Islam Al-Jabbar telah memperoleh sertifikat akreditasi
predikat A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M).
2. Kurikulum di SMP Islam Al-Jabbar telah menggunakan KTSP dan sistem
administrasi akademik berbasis TIK di mana setiap saat siswa bisa mengakses
transkripnya masing-masing.
3. Proses pembelajaran di SMP Islam Al-Jabbar telah menggunakan ICT, RPP
yang berbahasa Inggris dan bahan ajar/modul bilingual (Inggris-Indonesia).
4. Penilaian dilakukan oleh guru baik teori maupun praktik.
5. Pendidik/guru telah disertifikasi 17 orang namun rata-rata nilai TOEFL 480.
Dari 49 guru mata pelajaran di SMP Islam Al-Jabbar Surabaya, 43 guru
bergelar S1 dan 6 guru lainnya bergelar S2. Selain itu, 33 guru merupakan
PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang juga mengajar di sekolah negeri lainnya dan
11 guru lainnya merupakan fresh graduate dari universitas negeri.
6. Tenaga kependidikan/kepala sekolah bergelar S2, nilai TOEFL 570, telah
mengikuti pelatihan Kepala Sekolah Swasta yang diselenggarakan Badan
Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS).
7. Sarana prasarana di SMP Islam Al-Jabbar telah memenuhi syarat RSBI seperti
ditempatkannya 1 televisi dan 1 komputer online di tiap kelas, 2 komputer
online di perpustakaan, 1 CCTV 1 di tiap ruang kecuali toilet dan UKS serta
dilengkapi dengan ruang multimedia, aula, lapangan futsal/voli, lapangan
basket dan UKS.
8. Pengelolaan telah bersertifikat ISO 9001:2008 dan menjalin hubungan ‘sister
school” dengan:
a. SMP Negeri 6 Surabaya
b. SMP Al Falah, Tropodo, Sidoarjo
c. SMP Negeri 5 Sidoarjo
d. UNESA, Surabaya
Tidak ditemukan siswa yang bermasalah dengan narkoba, rokok, maupun
kekerasan (bullying). Siswa SMP Islam Al-Jabbar hampir tiap tahun meraih
medali tingkat nasional pada kompetisi keagamaan Islam dan 2 kali meraih
medali tingkat propinsi selama 5 tahun terakhir.
9. Pembiayaan sekolah SMP Al-Jabbar mendapat dana dari yayasan dan
mendapat sharing dari beberapa donatur yang merupakan wali murid SMP
Islam Al-Jabbar.
Berdasarkan deskripsi indikator SMP Islam Al-Jabbar tersebut, beberapa hal yang
tidak sesuai dengan indikator penjaminan mutu SBI antara lain:
SMP Islam Al-Jabbar tidak memiliki sertifikat akreditasi tambahan dari badan
akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Kurikulum SMP Islam Al-Jabbar tidak memenuhi standar isi seperti tertera
pada pedoman penjaminan mutu SBI.
SMP Islam Al-Jabbar tidak menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi
dari SKL.
Meskipun bahan ajar/modul yang digunakan merupakan bahan ajar/modul
bilingual (Inggris-Indonesia), namun guru MIPA masih menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam KBM.
Hanya 12% guru berpendidikan S2.
Prestasi siswa didominasi pada perlombaan keagamaan dan minim prestasi
akademik dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) seperti terlihat dalam
perolehan medali tingkat nasional pada kompetisi keagamaan Islam tiap
tahunnya dan hanya 2 kali meraih medali tingkat propinsi selama 5 tahun
terakhir. Selain itu, pada tahun 2010, 3 siswa tidak lulus Ujian Nasional.
Maka disimpulkan bahwa SMP Islam Al-Jabbar masih mengedepankan
perlengkapan peralatan dibandingkan peningkatan prestasi akademik siswa.
B. SMP Islam Al-Jabbar pernah mencoba meningkatkan kualitas guru dengan cara:
1. Guru bidang studi dengan didampingi oleh dosen dalam mengajar siswa di
kelas. Hal ini justru menimbulkan konflik antar guru dan dosen disebabkan
guru merasa risih (wibawa turun didepan siswa) dengan kehadiran dosen di
dalam kelas. Solusi yang mungkin diterapkan adalah guru dan dosen
menyusun tujuan kegiatan ini bersama-sama (sebagai bagian dari good
practice sharing – belajar dari pengalaman yang berhasil/baik), membuat
kesepakatan mengenai model and pendekatan yang akan dipakai, kemudian
dapat menentukan spesifikasi kinerja seperti misalnya menyusun jadwal
mengajar dimana masing-masing pihak bergantian mengajar siswa dan proses
remedial dan perbaikan dilakukan setelahnya. Saat guru mengajar, dosen hadir
di kelas sebagai partisipan aktif dan non aktif. Aktif dalam arti dosen bisa
membantu mengelola kelas dengan guru sebagai fasilitator utama dan non
aktif artinya membuat ‘catatan-catatan dan apresiasi’ (untuk itu bisa dibuat
kriteria yang disepakati) akan kegiatan belajar mengajar yang dibawa oleh
guru untuk kemudian diberikan masukan-masukan atau remedial untuk
perbaikan ke depan. Juga akan sangat baik lagi apabila si dosen dapat
langsung mengajar dan guru berperan sebagai partisipan dikelas sehingga guru
dapat langsung menyerap cara pengajaran yang diterapkan.
2. Guru bidang studi mengajar didampingi penterjemah dimana guru
mengajar dalam bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris oleh seorang penterjemah. Model ini sebenarnya berpotensi
kurang efektif, karena dapat menjadikan guru kurang termotivasi untuk
mencoba berbahasa Inggris (meskipun sering salah atau banyak kekurangan)
karena sudah ada yang menterjemahkan. Akibat tergantung terlalu banyak
dengan penterjemah ini siswa juga kurang termotivasi dalam dalam belajar
karena melihat gurunya terus-menerus dibantu penterjemah. Ketidakefektifan
model ini juga dikarenakan waktu yang diperlukan dalam mengajar menjadi
lebih banyak (time consuming) karena menggunakan komunikasi dua arah
yang tidak langsung (non direct two-way of communication).
3. Guru bidang studi dikursuskan di lembaga kursus bahasa Inggris di luar
jam mengajar (untuk peningkatan vocabulary dan perbaikan pronounciation-
nya). Dari hasil pengamatan dan wawancara kepada guru masalah yang timbul
adalah adanya lembaga kursus bahasa yang kurang memahami keperluan
guru/kurikulum, sehingganya misalnya mereka hanya lebih menekankan pada
‘general speaking lesson’ daripada mengarahkan guru untuk mengajar dan
menggunakan istilah-istilah yang banyak dipergunakan dalam mata pelajaran
tertentu secara tepat. Solusi yang dapat diambil adalah mengharuskan lembaga
bahasa Inggris yang akan dipilih agar mengakomodasi keperluan guru dan
kurikulum mata pelajaran secara nyata, agar hasil training atau kursus ini
dapat mencapai atau mendekati tujuan yang diinginkan.
4. Guru didampingi native speakers dalam mengajar. Masalahnya adalah
bagaimana sekolah mendapatkan native speakers yang mengerti terminology
yang banyak digunakan dalam mata pelajaran tertentu. Ini dapat diatasi
dengan membuat/memberikan induksi (induction) kepada native speakers,
seperti pengenalan singkat (brief introduction) mengenai mata pelajaran dan
kurikulum yang mereka akan ajarkan berikut istilah-istilah khusus
(terminology) yang mereka harus pahami. Selain itu yang perlu diantisipasi
adalah kemungkinan guru menjadi ‘minder’ dengan kehadiran native
speakers di dalam kelasnya. Ini harus dijembatani dengan adanya hubungan
kerja yang baik antara guru dan native speakers.
1.2 Compile Task
Berdasar Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, ada 4 kompetensi yang harus dimilki oleh seorang guru profesional yaitu
a. Kompetensi Pedagogic
1. Rencana Pembelajaran
2. Pelaksanaan Pembelajaran
3. Evaluasi Pembelajaran
4. Landasan Kependidikan
5. Kebijakan pendidikan
6. Tingkat perkembangan peserta didik
7. Pendekatan pembelajaran
8. Penguasaan kurikulum
b. Kompetensi Kepribadian
1. Komunikasi
2. Pemanfaatan teknologi informasi
3. Kemampuan hidup bermasyarakat
4. Pengabdian pada masyarakat
5. Keterlibatan dalam berbagai lembaga kemasyarakatan
d. Kompetensi Profesional
1. Subtansi Keilmuan yang terkait dengan materi ajar yang ada dalam kurikulum
2. Pemahaman terhadap hubungan konsep antar mata pelajaran/materi ajar
3. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
4. Pengetahuan penelitian dan kajian untuk menambah wawasan
5. Memperdalam pengetahuan/materi yang diajarkan.
Sedangkan berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode
wawancara, observasi, dan angket, dapat diketahui bahwa guru SMP Islam Al-Jabbar
memiliki kompetensi sebagai berikut.
1. menguasai materi;
2. menggunakan media/sumber belajar;
3. menguasai landasan pendidikan;
4. menilai prestasi belajar;
5. mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan;
6. mengenal administrasi sekolah;
7. memamahami dan menafsirkan hasil pendidikan
Dan tidak memiliki kompetensi sebagai berikut.
1. mengelola interaksi belajar mengajar;
2. mengelola PBM;
3. mengelola kelas;
4. mengajar mata pelajaran berbahasa Inggris untuk guru mata pelajaran kelompok
sains, matematika, dan inti kejuruan;
Winkel (1996, h. 164) mengemukakan bahwa semua siswa dapat mengalami
kemajuan di banyak bidang studi akademik asal menentukan sasaran yang sesuai
dengan taraf kemampuannya dan usaha yang maksimal. Selain itu faktor lain yang
juga berperan penting adalah motivasi belajar siswa yang dipengaruhi oleh unsur guru
dalam kegiatan belajar mengajar.
Selama proses kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan
siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri.
Menurut Sukmadinata (2003, h. 260), adanya kekakuan dan kekeliruan yang
diperlihatkan guru akan menyebabkan kegelisahan pada siswa, sehingga akhirnya
dapat mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan, dan kurangnya
ketertarikan baik pada pelajaran maupun pada guru bersangkutan. Jika siswa memiliki
pandangan negatif terhadap suatu mata pelajaran, apalagi diiringi dengan kebencian
terhadap guru yang bersangkutan maka akan dapat menimbulkan kesulitan belajar
pada siswa tersebut (Syah, 2006, h. 135).