You are on page 1of 18

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG


BERBANTUAN MEDIA VCD UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA
PADA PERKULIAHAN ATLETIK I

I Gusti Lanang Agung Parwata


Jurusan Penjaskesrek FOK Undiksha Singaraja

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan aktivitas


dan hasil belajar mahasiswa dengan penerapan model
pembelajaran langsung (Direct instruction/DI) berbantuan Video
Compact Disc (VCD) pada pembelajaran atletik I. Sebagai
subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester I kelas C
jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas
Pendidikan Ilmu Keolahragaan, Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 44 orang,
sedangkan obyeknya adalah aktivitas, hasil belajar, dan respon
mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalan
tiga siklus, di mana tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi. Materi yang diberikan setiap
siklus adalah siklus I nomor tolak peluru, siklus II nomor lompat
jauh, dan siklus III nomor lompat tinggi gaya flop. Hasil
penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas belajar
mahasiswa tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata sebesar
8,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 27% (12 orang). Hasil
penelitian yang diperoleh pada siklus II meningkat dibandingkan
dengan siklus I, di mana aktivitas mahasiswa tergolong aktif
dengan skor rata-rata sebesar 9,9 dan hasil belajar mahasiswa
dengan persentase yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 47%
(21 orang). Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh pada siklus
III juga meningkat dibandingkan dengan siklus I dan siklus II.
Aktivitas belajar mahasiswa tergolong aktif dengan skor rata-rata
sebesar 10,4 dan hasil belajar mahasiswa dengan persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang), serta respon
mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD tergolong sangat positif. Jadi sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini, maka

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 35


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran


langsung berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mahasiswa pada perkuliahan atletik I. Mahasiswa
memberikan respon yang positif terhadap penerapan model
pembelajaran langsung berbantuan VCD. Berdasarkan simpulan
di atas maka kepada dosen yang mengajar di jurusan Penjaskesrek
khususnya yang mengajar matakuliah praktek disarankan untuk
menerapkan model pembelajaran langsung (Direct
Instruction/DI) berbantuan video cassette disk (VCD).

Kata-kata kunci: Model Pembelajaran, VCD

Abstract

This classroom action research aimed at improving of learning


activity and achievement of class C first semester students of
Physical Education by utilizing direct instructional model
mediated by VCD of Health and Recreation Departement of
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja in academic year
2006/2007 who consisted of 44 students. This classroom action
research was conducted in three cycles with each cycle consisting
of planning, action, observation/evaluation, and reflection. The
materials given in cycle were shotput in cycle I, long jump in
cycle II, and high jump of flop style in cycle III. The result of the
study in cycle I shows that the student learning activity fell into
category “active enough” with the everage score of 8,4 and the
student learning result with the percentage for those obtaining
grade B and above of 27% (12 people). The study result in cycle
II increased when compared to that in cycle I, in which the
student activity fell into category “active” with the average score
of 9,9 and the student learning result with the percentage for those
obtaining grade B and above of 47% (21 people). Where as the
result obstained in cycle III also increased compared to those
obtained in cycle I and cycle II. The student learning activity fell
into category “active” with the average score of 10,4 and the
student learning result with the percentage of those who obtained
grade B and above of 77% (34 people), and the student response
to the implementation of the VCD aided direct instruction model
fell into category “very positive”. Therefore, according to the
criterion of success established in this study, it can be concluded
that the implementation of the VCD aided direct instruction
model could improve learning activity and learning result of the

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 36


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

students who took Athletics 1 course. The students responded


very positively to the implementation of the VCD aided direct
instruction model. In the light of the conclusion aboved it is
suggested to the teaching staff who teach at the Physical
Education, Health and Recreation Departement, particularly those
who teach skills to use the video cassette disc (VCD) aided direct
instruction model.

Key words: Learning model, VCD

Pendahuluan
Matakuliah atletik merupakan matakuliah bidang studi yang
diprogram oleh seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani,
Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) dengan tujuan memberikan
berbagai keahlian dan keterampilan atletik kepada mahasiswa. Proses
pembelajarannya lebih banyak menekankan pada keterampilan
sehingga mahasiswa menjadi lebih mahir atau trampil dalam
matakuliah atletik. Dengan ciri matakuliah seperti itu, banyak
mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan terutama
mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki dasar keterampilan atletik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembelajaran yang bersifat
klasikal akan menghadapi permasalahan heterogenitas kemampuan
mahasiswa. Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek, Fakultas Pendidikan
Ilmu Keolahragaan IKIP Negeri Singaraja umumnya hanya sebagaian
kecil yang memepunyai keahlian atau keterampilan dalam olahraga dan
kemampuan akademik yang baik. Sehingga mahasiswa kesulitan dalam
mengikuti perkuliahan yang lebih banyak menekankan pada
pengetahuan ketrampilan.
Begitu juga dalam matakuliah atletik, berdasarkan hasil
pengamatan terhadap perkuliahan atletik I pada semester ganjil
angkatan tahun 2005/2006 di Jurusan Penjaskesrek bahwa hasil
belajar/nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 5 orang mendapatkan
nilai A (12%), 9 orang nilai B (22%), 22 orang nilai C (56%), dan 4
orang nilai D (10%) dari 40 orang mahasiswa . Dengan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa yang mengambil
matakuliah atletik sebagian besar nilainya cukup dan masih mungkin
untuk ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
mahasiswa dalam beberapa matakuliah telah banyak peneliti
mencobakan model-model pembelajaran, namun tidak untuk

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 37


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

matakuliah atletik. Di samping itu hasil-hasil penelitian tersebut jarang


diimplementasikan dalam perkuliahan, padahal secara umum hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran yang
diteliti efektif dalam memperbaiki kualitas pembelajaran mahasiswa.
Hasil wawancara dengan beberapa orang mahasiswa yang telah
pernah memprogram dan mengikuti perkuliah atletik menunjukkan
bahwa mereka menyadari akan pentingnya untuk menguasai keahlian
dan keterampilan matakuliah tersebut dengan baik karena matakuliah
ini merupakan dasar dari beberapa matakuliah bidang studi seperti;
senam, permainan, beladiri dan yang lainnya. Menurut mereka bahwa
perkuliahan atletik sebenarnya tidak lebih sulit dari perkuliahan yang
lainnya, namun karena dosen kurang memvariasikan model-model
pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan
sehingga terasa monotun dan membosankan. Apalagi perkuliahan
atletik menuntut adanya ketrampilan gerak yang dilakukan secara tahap
demi tahap dari seluruh rangkaian gerakan yang ditampilkan. Di
samping itu juga dosen dalam pemberian contoh atau
mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan masih kurang sehingga
pemahaman mahasiswa kurang terhadap model gerakan dari
keterampilan tersebut. Untuk itu dituntut seorang dosen mampu
mengembangkan berbagai macam model pembelajaran dengan
berbantuan media yang diterapkan pada matakuliah praktek. Sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah DI
berbantuan Media VCD. DI adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah
(Soeparman dan Nur, 2000). Model pembelajaran langsung dirancang
secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang tersetruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Landasan
teoritik model pembelajaran langsung adalah teori belajar sosial, yang
juga disebut belajar melalui observasi, atau yang dalam buku Arends
disebut teori pemodelan tingkah laku (Soeparman & Nur, 2000).
Melalui pembelajaran langsung siswa dapat mengembangkan
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan
prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) secara
tersetruktur dengan baik. Karakteristik DI, adalah (1) adanya tujuan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 38


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

pembelajaran dan pengaruh model pada mahasiswa termasuk prosedur


penilaian hasil belajar, (2) adanya sintaks atau pola keseluruhan dan
alur kegiatan pembelajaran, dan (3) sistem pengelolaan dan lingkungan
belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu
dapat berlangsung dengan berhasil.
Sedangkan media VCD adalah alat bantu dengan
memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama
saat menyampaikan informasi atau pesan. VCD merupakan media yang
efektif dalam penyampaikan informasi yang mencakup unsur gerak
karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan
dan yang menjadi model dalam penyampaian informasi tersebut adalah
orang yang memiliki keterampilan sesuai dengan gerak yang
diinformasikan. Dengan penggunaan media VCD akan dapat
membantu mahasiswa dalam mempelajari gerak secara teliti dan benar
sehingga dapat membantu pelaksanaan proses pembelajaran secara baik
dan berkualitas.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan
sebagaimana telah diuraikan di atas dipandang perlu untuk melakukan
tindakan dengan “penerapan model di berbantuan vcd untuk
meningkatkan kualitas perkuliahan atletik I”. Tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa melalui
penerapan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I,
serta mendeskripsikan respon mahasiswa terhadap penerapan model DI
berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I.

Metode
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I kelas
C di Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FPIK
Undiksha Singaraja tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 44
orang. Penelitian ini dirancang sebanyak tiga siklus. Siklus pertama
dengan kompetensi dasar teknik nomor tolak peluru dengan alokasi
waktu 6 × 50 menit atau dua kali pertemuan. Siklus kedua dengan
kompetensi teknik nomor lompat jauh dengan alokasi waktu 6 × 50
menit atau dua kali pertemuan. Siklus ketiga dengan kompetensi dasar
teknik nomor lompat tinggi gaya flop dengan alokasi waktu 6 × 50
menit atau dua kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dalam
penelitian ini mengikuti jadwal perkuliahan yang telah ditetapkan oleh

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 39


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

jurusan yaitu 3 jam pelajaran per minggu atau satu kali pertemuan per
minggu setiap hari Rabu.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa
orang mahasiswa yang telah pernah memprogramkan serta mengikuti
perkuliah atletik terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran
atletik seperti berikut 1) Dosen kurang memvariasikan model-model
pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan
sehingga terasa monotun dan membosankan, 2) Dosen dalam
pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan
masih kurang sehingga pemahaman mahasiswa kurang terhadap model
gerakan dari keterampilan tersebut, 3) Aktivitas dan kreativitas
mahasiswa dalam proses pembelajaran sngat kurang, 4) Minat dan
motivasi belajar mahasiswa sangat rendah, dan 5) Hasil belajar
mahasiswa sebagaian besar cukup. Untuk memecahkan masalah ini
diterapkan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I.
Langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:
(a) mensosialisasikan model DI berbantuan media VCD kepada
mahasiswa, (b) menyiapkan rancangan pembelajaran Atletik I dengan
pokok bahasan tolak peluru, (c) menyiapkan media pembelajaran/alat
pembelajaran Atletik I dengan pokok bahasan tolak peluru, (d)
menyiapkan instrumen observasi/evaluasi yang berupa asesmen tentang
pokok bahasan tolah peluru dan aktivitas mahasiswa.
Pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut: (a) pendahuluan (mahasiswa dibariskan, berdoa,
pemanasan statis dan dinamis); (b) inti (melaksanakan program
pembelajaran dengan model DI berbantuan media VCD, yang secara
operasional langkah-langkah pelaksanaannya adalah: (b1) pada awal
pertemuan dosen memberikan informasi tentang strategi pembelajaran
yang akan diterapkan, yaitu model pembelajaran langsung berbantuan
media VCD, (b2) dosen menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan mahasiswa untuk pembelajaran Atletik I nomor Tolak
Peluru, (b3) dosen memutarkan media VCD dengan materi teknik tolak
peluru, (b4) dosen menjelaskan dan mendemontrasikan keterampilan
(teknik tolak peluru), (b5) mahasiswa ditugaskan untuk memperagakan
teknik tolak peluru sesuai dengan penjelasan dan demontrasi dosen,
serta hasil pemuteran VCD, kemudian dosen memberikan bimbingan
kepada mahasiswa dalam melakukan pelatihan/ peragaan, (b6) dosen
mengecek pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang teknik

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 40


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

tolak peluru dan memberikan umpan balik serta tanya jawab, dan (b7)
dosen memberikan kesempatan kembali kepada mahasiswa untuk
melakukan pelatihan/peragaan lanjutan sesuai dengan hasil balikan
dosen dan diskusi; (c) penutup (penenangan statis dan dinamis,
menyimpulkan materi dan pengarahan, dan berdoa).
Kegiatan observasi/evaluasi adalah mengevaluasi hasil
pembelajaran di akhir siklus dengan lembar evaluasi (asesmen).
Refleksi dilakukan pada akhir siklus I. sebagai acuan dalam
refleksi ini adalah hasil observasi/evaluasi kepada mahasiswa terhadap
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mengikuti perkuliahan pada
siklus I. Refleksi ini dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki serta
menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II.
Rancangan siklus II dan siklus III sama seperti pada rancangan
siklus I namun tindakan yang diberikan adalah perbaikan dari
kekurangan-kekurangan yang diberikan pada tindakan sebelumnya.
Sedangkan refleksi yang dilakukan pada akhir siklus II dipakai sebagai
dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data
mengenai aktivitas mahasiswa, data hasil belajar mahasiswa dalam
proses pembelajaran, dan data tentang respon mahasiswa terhadap
pembelajaran. Data tentang aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran dikumpulkan dengan lembar observasi, data mengenai
hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar
dengan menggunakan assesmen, dan data respon mahasiswa terhadap
model pembelajaran yang diterapkan dikumpulkan dengan angket.
Analisis terhadap data aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran dilakukan secara deskriptif. Aktivitas mahasiswa
ditentukan dengan menghitung rata-rata persentase mahasiswa yang
memenuhi indikator aktivitas mahasiswa. Penggolongan katagori
aktivitas mahasiswa sebagai berikut.
12,7 ≤ M Sangat Aktif
9,9 ≤ M < 12,7 Aktif
7,1 ≤ M < 9,9 Cukup Aktif
4,3 ≤ M < 7,1 Kurang Aktif
M < 4,3 Sangat Kurang Aktif

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 41


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

Hasil belajar mahasiswa dianalisis secara deskriptif dengan


kriteria keberhasilan adalah presentase mahasiswa yang memperoleh
nilai 3 (B) dan 4 (A) lebih besar dari persentase yang memperoleh nilai
2 (C) atau kurang.
Data tentang respon mahasiswa secara klasikal pada akhir
pembelajaran (akhir siklus III) dianalisis secara deskriptif.
Penggolongan respon mahasiswa menggunakan kriteria berikut.
MI + 1,5 SDI ≤ M Sangat Positif
MI + 0,5 SDI ≤ M < MI + 1,5 SDI Positif
MI + 0,5 SDI ≤ M < MI + 0,5 SDI Cukup Positif
MI + 1,5 SDI ≤ M < MI + 0,5 SDI Kurang Positif
M < MI + 0,5 SDI Sangat Kurang
Positif
Jadi secara keseluruhan pembelajaran dikatakan berhasil jika
hasil belajar mahasiswa dalam katagori baik dan aktivitas mahasiswa
minimal dalam katagori aktif serta respon mahasiswa minimal
tergolong positif.

Hasil
Aktivitas belajar mahasiswa yang diamati dengan menggunakan
lembar observasi seperti pada lampiran 2, diperoleh hasil bahwa skor
rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 8,4. Sesuai dengan kriteria
penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar mahasiswa
pada siklus I tergolong cukup aktif. Dari deskriptor aktivitas belajar
mahasiswa yang diamati, terlihat bahwa mahasiswa antusias mengikuti
pembelajaran, terutama pada saat dosen mendemontrasikan materi dan
pemuteran VCD, mahasiswa dengan seksama memperhatikan proses
teknik tolak peluru yang diperagakan oleh dosen dan model pada VCD
tersebut dan terjadi interaksi antara mahasiwa dengan dosen. Begitu
pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian umpan balik oleh
dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa dengan dosen dan
antar mahasiswa. Namun demikian, untuk aktivitas diskusi terutama
pada saat umpan balik oleh dosen hanya beberapa mahasiswa yang
berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Begitu pula pada
saat menyimpulkan materi belum ada mahasiswa yang berani
menyampaikan pendapatnya. Dengan demikian aktivitas mahasiswa
dalam diskusi dan menyimpulkan materi belum memenuhi harapan
sehingga perlu ditingkatkan.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 42


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

Hasil belajar mahasiswa dapat diketahui dari tes hasil belajar


keterampilan tolak peluru menggunakan asesmen. Hasil tes hasil
belajar keterampilan tolak peluru diperoleh bahwa nilai A sebanyak 1
orang (2%), nilai B sebanyak 11 orang (25%), nilai C sebanyak 17
orang (39%), dan nilai D sebanyak 15 orang (34%). Jadi persentase
hasil belajar mahasiswa pada siklus I yang memperoleh nilai B ke atas
sebesar 27% (12 orang) sedangkan yang mendapatkan nilai C ke bawah
sebesar 73% (32 orang) (data selengkapnya tertera pada lampiran 6),
sehingga hasil belajar mahasiswa pada siklus I belum memenuhi
kriteria keberhasilan karena persentase yang memperoleh nilai B ke
atas lebih kecil dari pada yang memperoleh nilai C ke bawah
(persentase nilai B ke atas sebesar 27% dan nilai C ke bawah 73%). Hal
ini disebabkan mahasiswa sebagaian besar belum memiliki
keterampilan gerak yang baik sehingga kesulitan dalam
mempraktekkan gerakan-gerakan sesuai dengan teknik dalam nomor
tolak peluru. Disamping itu mahasiswa belum memahami secara jelas
tentang teknik yang diperagakan dalam VCD sehingga perlu diberikan
penjelasan setiap tahapan teknik yang diperagakan dalamVCD, serta
memberikan kesempatan lebih banyak kepada mahasiswa untuk
memperaktekkan teknik yang dipelajari.
Siklus II. Model pembelajaran yang diterapkan pada siklus II
sama dengan siklus I namun ada beberapa perbaikan sesuai dengan
kekurangan yang terjadi pada siklus I, yaitu pada saat pemuteran VCD
setiap tahapan gerak diberikan penjelas dan memberikan kesempatan
lebih banyak kepada mahsiswa untuk memperaktekkan teknik yang
dipelajari. Materi yang diberikan pada siklus II adalah atletik nomor
lompat jauh. Dengan penerapan pembelajaran tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut.
Pada siklus II ini diperoleh hasil bahwa skor rata-rata aktivitas
belajar mahasiswa adalah 9,9. Hal ini menunjukkan telah terjadi
peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa dibandingkan
pada siklus I, yaitu sebesar 1,5 (dari 8,4 menjadi 9,9), Sesuai dengan
kriteria penggolongan, maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II
tergolong aktif. Kondisi aktivitas belajar mahasiswa ada peningkatan
dari siklus I, peningkatannya pada beberapa aspek seperti antusias
mahasiswa mengikuti pembelajaran, interaksi antara mahasiswa dengan
dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian
umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 43


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

dengan dosen dan antar mahasiswa. Tetapi aktivitas diskusi terutama


pada saat umpan balik oleh dosen dan menyimpulkan materi
kondisinya hampir sama seperti pada siklus I, yaitu hanya beberapa
mahasiswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya.
Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II sudah memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif, namun masih perlu
untuk ditingkatkan.
Hasil belajar mahasiswa pada siklus II diperoleh hasil sebagai
berikut: nilai A sebanyak 1 orang (2%), nilai B sebanyak 20 orang
(45%), nilai C sebanyak 17 orang (39%), dan nilai D sebanyak 6 orang
(14%). Jadi hasil belajar mahasiswa pada siklus II persentase yang
memperoleh nilai B ke atas sebanyak 47% (21 orang) sedangkan yang
mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 53% (23 orang) (data
selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar
mahasiswa pada siklus II masih belum memenuhi kriteria keberhasilan
karena yang memperoleh nilai B ke atas lebih kecil dari pada yang
memperoleh nilai C ke bawah, untuk itu perlu ditingkatkan. Mahasiswa
umumnya masih sulit memahami teknik yang diperagakan baik oleh
dosen maupun dalam VCD, sehingga perlu diberikan pengulangan-
pengulangan demontrasi baik oleh dosen maupun mahasiswa yang
sudah mahir dan pemuteran VCD dari satu kali menjadi dua kali yaitu
saat mengawali pelajaran dan pada saat setelah umpan balik oleh dosen,
dan setiap tahapan gerak dalam VCD diberikan penjelasan oleh dosen.
Siklus III. Pada siklus III model pembelajaran yang diterapkan
sama dengan siklus I dan siklus II, namun ada beberapa penambahan
metode sesuai dengan kekurangan yang terjadi pada siklus II, yaitu
dengan memberikan pengulangan-pengulangan demontrasi baik oleh
dosen maupun mahasiswa yang sudah mahir dan pemuteran VCD dari
satu kali menjadi dua kali yaitu saat mengawali pelajaran dan pada saat
setelah umpan balik oleh dosen dan setiap tahapan gerak dalam VCD
diberikan penjelasan oleh dosen. Materi yang diberikan pada siklus III
adalah atletik nomor lompat tinggi gaya flop. Dengan penerapan
pembelajaran tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Aktivitas Belajar Mahasiswa


Dengan penerapan model pembelajaran tersebut, maka pada
siklus III skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 10,4. Hal ini
menunjukkan telah terjadi peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 44


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

mahasiswa dibandingkan pada siklus I dan siklus II, yaitu sebesar 2.0
dari siklus I dan 0,5 dari siklus II (dari 8,4 menjadi 9,9 dan menjadi
10,4). Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan,
maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III tergolong sangat aktif.
Pada siklus III terjadi peningkatan pada beberapa aspek seperti antusias
mahasiswa mengikuti pembelajaran, interaksi antara mahasiwa dengan
dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian
umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa
dengan dosen dan antar mahasiswa. Tetapi mahasiswa masih malu atau
takut mengungkapkan pendapatnya saat aktivitas diskusi terutama pada
saat umpan balik oleh dosen dan menyimpulkan materi. Aktivitas
belajar mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif.
b. Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa pada siklus III diperoleh hasil sebagai
berikut: nilai A sebanyak 8 orang (18%), nilai B sebanyak 26 orang
(59%), nilai C sebanyak 8 orang (18%), dan nilai D sebanyak 2 orang
(5%). Jadi persentase hasil belajar mahasiswa pada siklus III yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) sedangkan yang
mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 23% (10 orang) (data
selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar
mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena
yang memperoleh nilai B ke atas lebih banyak dari pada yang
memperoleh nilai C ke bawah.
Pada akhir siklus III mahasiswa diberikan kuesioner tentang
respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD diperoleh hasil bahwa skor rata-rata kelas untuk
respon mahasiswa adalah sebesar 40,2. Sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, maka respon mahasiswa terhadap penerapan model
pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong positif. Pada
umumnya mahasiswa setuju dan memberikan respon yang sangat
positif terhadap penerapan model pembelajaran tersebut. Namun
umumnya mahasiswa menyatakan tidak pernah mempersiapkan diri
atau belajar di rumah mengenai materi yang akan diajarkan. Ringkasan
hasil penelitian ini digambarkan pada Tabel 1.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 45


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

Tabel 1
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Aktivitas dan
Respon Mahasiswa

Siklus Aktivitas Belajar Respon


I 8,4 Cukup Aktif
II 9,9 Aktif 40,2 Sangat Positif
III 10,4 Aktif

Tabel 2
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Hasil Belajar Mahasiswa

Hasil Belajar Kriteria


Keberhasil
Siklus Nilai B Ke Persentase Nilai C ke Persentase
atas Bawah an
I 12 27% 32 73% Belum
II 21 47% 23 53% Belum
III 34 77% 10 23% Berhasil

Pembahasan
Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I termasuk dalam
katagori cukup aktif. Kondisi ini tercapai karena dengan penerapan
model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD menyebabkan
suasana pembelajaran menjadi kondusif. Perhatian mahasiswa terhadap
materi yang disajikan dalan VCD menjadi terpusat sehingga mahasiswa
dapat mengamati secara teliti dan cermat setiap tahapan gerakan yang
diperagakan dalam video (Robert Henich, dkk dalam Tastra, 1996).
Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran cukup tinggi,
mahasiswa memperhatikan setiap tahapan gerakan yang diperagakan
dalam VCD, kemudian mahasiswa memperagakan materi yang
diajarkan secara bertahap. Interaksi mahasiswa dengan dosen dan antar
mahasiswa berlangsung cukup baik, ada beberapa mahasiswa
mengajukan pertanyaan kepada dosen dan ada beberapa mahasiswa
memberikan tanggapan dan bahkan memberikan contoh gerakan.
Namun partisipasi mahasiswa dalam menyimpulkan materi belum
optimal, hanya beberapa mahasiswa yang terlibat dalam menyimpulkan
materi pelajaran.
Berkenaan dengan hasil belajar pada siklus I diperoleh hasil
bahwa persentase nilai mahasiswa yang memperoleh B ke atas hanya

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 46


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

27% (12 orang dari 44 orang mahasiswa), ini artinya belum mencapai
kriteria keberhasilan sesuai dengan yang ditentukan dalam penelitian
ini, yaitu persentase nilai B ke atas lebih besar dari persentase nilai C
ke bawah. Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum
optimalmya pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung berbantuan VCD, mahasiswa sebagaian besar belum memiliki
keterampilan gerak, jumlah mahasiswa terlalu banyak, waktu untuk
melalukan peragaaan sesuai dengan tahapan pembelajaran langsung,
yaitu penugasan mahasiswa untuk pelatihan tidak maksimal.
Mahasiswa pada umumnya kurang memiliki keterampilan gerak
sehingga agak sulit memperagakan tahapan-tahapan gerak yang
dituntut dalam materi yang diajarkan, walaupun dengan model
pembelajaran ini mahasiswa telah memiliki konsep dan pemahaman
tentang teknik dari materi yang diajarkan, namun mahasiswa agak
kesulitan memperagakan teknik-teknik yang dituntut dalam materi
tersebut sehingga hasilnya belum maksimal, untuk itu perlu
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I , tampak bahwa
tahap-tahap model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD
belum dapat berlangsung secara optimal, terutama pada tahap
pemuteran VCD, membimbing pelatihan, memberikan umpan balik dan
pemberian penugasan lanjutan. Pada tahap pemuteran VCD mahasiswa
hanya menonton saja, sehingga terkesan hanya menikmati tontonan
yang diperagakan dalam VCD. Pada tahap membimbing pelatihan
mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaan karena waktunya
yang terbatas. Padahal dalam belajar gerak keterampilan dituntut
adanya pengulangan-pengulangan. Tahap umpan balik, dosen yang
lebih banyak memberikan balikan terutama pada saat diskusi,
mahasiswa hanya beberapa saja yang berani mengungkapkan
pendapatnya. Sedangkan pada tahap pemberian penugasan lanjutan,
kondisinya sama seperti pada tahap pembimbingan pelatihan,
mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaaan.
Berdasarkan refleksi pada siklus I, penelitian dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus II untuk melanjutkan model pembelajaran
yang telah diterapkan dengan mengadakan perbaikan terhadap
kekurangan-kekurangan yang masih dijumpai. Tindakan perbaikan
yang diterapkan pada siklus II ditekankan pada kekurangan-kekurangan
yang ditemui pada siklus I dengan tetap mempertahankan tindakan-

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 47


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

tindakan yang sudah baik. Tindakan perbaikan yang dipandang relevan


untuk diterapkan adalah sebagai berikut. 1) Dalam pemuteran VCD
setiap tahapan gerakan diberikan penjelasan mengenai teknik gerakan
oleh dosen, 2) setiap mahasiswa diberikan lebih banyak kesempatan
untuk melakukan peragaan dan bimbingan, 3) mahasiswa dipacu untuk
berani mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi terutama
pemberian umpan balik, dan 4) dalam penjelasannya dosen agar selalu
memberikan contoh gerakan sesuai dengan tahap-tahap gerakan yang
dituntut dalam materi tersebut.
Pembelajaran pada siklus II berlangsung secara kondusif,
mahasiswa sudah beradaptasi dengan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD. Hal ini terlihat dari antusiasme mahasiswa mengikuti
pembelajaran, saat pemuteran VCD mahasiswa tidak lagi hanya
menonton tetapi aktif dalam memberikan komentar terhadap penjelasan
dosen di setiap tahap gerakan yang diperagakan dalam VCD. Skor rata-
rata aktivitas belajar mahasiswa pada siklus II meningkat dari siklus I,
yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif (dari 8,4 menjadi 9,9).
Mahasiswa mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap teknik
yang diajarkan, sehingga mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti setiap
tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus II ini telah
memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar mahasiswa
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.
Hasil belajar mahasiswa pada siklus II menunjukkan
peningkatan dibandingkan pada siklus I, dimana persentase nilai
mahasiswa yang mendapatkan nilai B ke atas pada siklus II sebesar
47% (21 orang dari 44 mahasiswa), meningkat sebesar 20%, dari 27%
menjadi 47% (dari 12 orang menjadi 21 orang). Namun belum
mencapai kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Faktor utama yang menyebabkan adalah mahasiswa
kurang memiliki keterampilan gerak sehingga agak kesulitan dalam
mempraktekkan teknik gerakan yang dituntut dalam materi tersebut.
Berdasarkan refleksi siklus II, penelitian dilanjutkan dengan
siklus III dimana pemberian tindakan dengan mengacu pada
kekurangan-kekurangan yang dijumpai pada tindakan pada siklus II.
Pada prinsipnya tindakan yang diberikan pada siklus III masih
melanjutkan tindakan pada siklus II sesuai dengan model pembelajaran
yang diterapkan dengan penekanan pada perbaikan kekurangan-
kekurangannya. Adapun tindakan yang diberikan adalah sebagai

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 48


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

berikut. 1) Mahasiswa dipacu untuk mempelajari di rumah terlebih


dahulu materi yang akan diajarkan, 2) Pemuteran VCD ditingkatkan
menjadi dua kali, yaitu sebelumnya hanya pada awal pembelajaran
selanjutnya ditambah pemuteran VCD pada saat tahap pemberian
umpan balik dan diskusi.
Pembelajaran pada siklus III berlangsung sangat kondusif, di
samping mahasiswa sudah beradaptasi dengan model pembelajaran
langsung berbantuan VCD mahasiswa sudah memiliki kesiapan dalam
mengikuti pembelajaran karena mahasiswa sudah mempersiapkan diri
di rumah. Hal ini terlihat dari antusiasme mahasiswa mengikuti
pembelajaran, mahasiswa telah berani mengungkapkan pendapatnya.
Skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III meningkat
dari siklus I dan siklus II, yaitu dari katagori cukup aktif menjadi aktif
(dari 8,4 dari siklus I menjadi 9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus
III). Mahasiswa mulai memahami prinsip-prinsip gerak pada setiap
teknik yang diajarkan, sehingga mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti
setiap tahapan pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus III ini
telah memenuhi kriteria keberhasilan tentang aktivitas belajar
mahasiswa yang telah ditetapkan.
Hasil belajar mahasiswa pada siklus III menunjukkan
peningkatan dibandingkan pada siklus I dan siklus II, dimana
persentase nilai mahasiswa yang mendapatkan nilai B ke atas pada
siklus III sebesar 77% (34 orang dari 44 mahasiswa), meningkat
sebesar 50% dari siklus I dan 30% dari siklus II, dari 27% pada siklus I
menjadi 47% pada siklus II dan 77% pada siklus III (dari 12 orang pada
siklus I menjadi 21 orang pada siklus II dan 34 orang pada siklus III).
Berdasarkan kriteria keberhasilan sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam penelitian ini, maka hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran
atletik memenuhi kriteria keberhasilan, yaitu persentase mahasiswa
yang mendapatkan nilai B ke atas lebih banyak dari persentase
mahasiswa yang memperoleh nilai C ke bawah. Peningkatan ini tidak
terlepas dari penerapan model pembelajaran langsung berbantuan VCD
berlangsung secara optimal dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran
sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus-siklus
sebelumnya.
Respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran
langsung berbantuan VCD tergolong sangat positif, dengan skor rata-
rata sebesar 40,2. Secara keseluruhan mahasiswa sangat setuju terhadap

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 49


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

beberapa pernyataan yang diajukan, tetapi ada beberapa mahasiswa


menjawab tidak setuju dengan pernyataan “Saya berani berpendapat
pada saat diskusi”. Renspon mahasiswa yang diperoleh ini sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal dalam
katagori positif.
Pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan telah terpenuhi. Aktivitas dan hasil belajar mahasiswa
meningkat dari pelaksanaan siklus I ke siklus II dan siklus III. Aktivitas
balajar mahasiswa tergolong aktif, persentasi hasil belajar mahsiswa
yang memperoleh nilai B ke atas sebesar 77%, dan respon mahasiswa
terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong sangat positif.
Meskipun penelitian ini dapat dikatakan berhasil, namun ada
beberapa kendala yang masih ditemukan dalam pelaksanaannya.
Kendala-kendala yang dihadapai adalah Mahasiswa terlalu banyak
sehingga kesempatan memperagakan setiap mahasiswa terbatas, dasar
keterampilan gerak mahasiswa masih kurang sehingga agak kesulitan
dalam mempraktekkan teknik-teknik gerakan setiap materi yang
diajarkan, mahasiswa masih malu atau takut mengungkapkan
pendapatnya.

Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran
langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas belajar
dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I kelas C
Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Skor rata-rata
aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari 8,4 pada siklus I menjadi
9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III dengan katagori cukup aktif
pada siklus I, menjadi aktif pada siklus II dan siklus III. (2) Penerapan
model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I
kelas C Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Hasil yang
diperoleh mengalami peningkatan, pada siklus I persentase nilai B ke
atas sebesar 27% (12 orang) dan nilai C ke bawah sebesar73% (32
orang), pada siklus II persentase nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang)
dan nilai C ke bawah sebesar 53% (23 orang), dan pada siklus III
persentase nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) dan nilai C ke bawah
sebesar 23% (10 orang). (3) Respon mahasiswa terhadap penerapan

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 50


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD tergolong sangat


positif.
Sesuai dengan temuan bahwa penerapan model pembelajaran
langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar mahasiswa, maka kepada dosen yang mengajar di jurusan
Penjaskesrek khususnya yang mengajar matakuliah praktek disarankan
untuk menerapkan model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD.

Daftar Rujukan

Asmawi, Z. & Nasoetion. 1993. Penilaian hasil relajar. Jakarta: Dirjen


Dikti, Depdikbud.

Budi, J. 2004. Model-model pembelajaran (DI, Kooperatif, dan PBI).


Makalah. Disampaikan pada seminar dan Lokakarya bagi
Dosen, Mahasiswa, Guru-guru SD, SMP dan SMA se Bali di
FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.

Harald, M. & Wolfgang, R. 2000. Run, jump, and throw: The


IAAF guide to teaching athletics. Publisher ISBN.

Kemmis, W. C. & Taggart, R. M. 1998. The action research planner.


Geelong Victoria: Deakin University Press.

Nur, M. & Wikandri, R. 1998. Pendekatan-pendekatan konstruktivis


dalam pembelajaran, Surabaya: IKIP Pres.

PB. PASI. 1993. Pedoman dasar melatih atletik. Jakarta: Program


Pendidikan dan Sistem Sertifikasi Pelatih Atletik PASI.

PB. PASI. 1994. IAAF level I tekniktTeknik atletik dan tahap-tahap


mengajar, Jakarta: Program Pendidikan dan Sistem Sertifikasi
Pelatih Atletik PASI.

Pujawan. I G. N. 2004. Implementasi model pembelajaran kooperatif


dengan metode SQ3R dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa SMP. Laporan penelitian. (Tidak
diterbitkan). Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja.

Sarna, K. 1998. Pembelajaran partisipatif. Makalah. Disampaikan


dalam Pelatihan PBM dan PTK Kemitraan Internasional STKIP

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 51


Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan 2(1), 35-52

dan La Trobe University. 23-24 September 1998 di STKIP


Singaraja.

Soegito, B. W. & Ismaryati. 1991. Pendidikan atletik. Jakarta:


Depdiknas, P2PGSD.

Soeparman, K. & Nur, M. 2000. Pengajaran langsung. Pusat sains dan


matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa. Jakarta:
University Press.

Suparta, I N. 2001. Pembelajaran matematika SD melalui penerapan


modul bermetode SQ3R. Laporan penelitian. (Tidak
diterbitkan). Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja.

Suyono, D. S. 1991. Perwasitan dan penjurian atletik. Jakarta: PB.


PASI.

Suyono, D. S. 1991. Peraturan perlombaan atletik dan AD/ART.


Jakarta: PB. PASI.

Tastra, I D. K. 1996. Pengembangan media instruksional. IKIP Negeri


Singaraja.

Yoyo, B., Ucup, Y., & Adang, S. 2000. Atletik. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP setara D-3.

JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008 52

You might also like