Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Abstract
Pendahuluan
Matakuliah atletik merupakan matakuliah bidang studi yang
diprogram oleh seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Jasmani,
Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) dengan tujuan memberikan
berbagai keahlian dan keterampilan atletik kepada mahasiswa. Proses
pembelajarannya lebih banyak menekankan pada keterampilan
sehingga mahasiswa menjadi lebih mahir atau trampil dalam
matakuliah atletik. Dengan ciri matakuliah seperti itu, banyak
mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengikuti perkuliahan terutama
mahasiswa yang sama sekali tidak memiliki dasar keterampilan atletik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam pembelajaran yang bersifat
klasikal akan menghadapi permasalahan heterogenitas kemampuan
mahasiswa. Mahasiswa Jurusan Penjaskesrek, Fakultas Pendidikan
Ilmu Keolahragaan IKIP Negeri Singaraja umumnya hanya sebagaian
kecil yang memepunyai keahlian atau keterampilan dalam olahraga dan
kemampuan akademik yang baik. Sehingga mahasiswa kesulitan dalam
mengikuti perkuliahan yang lebih banyak menekankan pada
pengetahuan ketrampilan.
Begitu juga dalam matakuliah atletik, berdasarkan hasil
pengamatan terhadap perkuliahan atletik I pada semester ganjil
angkatan tahun 2005/2006 di Jurusan Penjaskesrek bahwa hasil
belajar/nilai yang diperoleh mahasiswa adalah 5 orang mendapatkan
nilai A (12%), 9 orang nilai B (22%), 22 orang nilai C (56%), dan 4
orang nilai D (10%) dari 40 orang mahasiswa . Dengan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa yang mengambil
matakuliah atletik sebagian besar nilainya cukup dan masih mungkin
untuk ditingkatkan. Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
mahasiswa dalam beberapa matakuliah telah banyak peneliti
mencobakan model-model pembelajaran, namun tidak untuk
Metode
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester I kelas
C di Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi FPIK
Undiksha Singaraja tahun akademik 2006/2007 yang berjumlah 44
orang. Penelitian ini dirancang sebanyak tiga siklus. Siklus pertama
dengan kompetensi dasar teknik nomor tolak peluru dengan alokasi
waktu 6 × 50 menit atau dua kali pertemuan. Siklus kedua dengan
kompetensi teknik nomor lompat jauh dengan alokasi waktu 6 × 50
menit atau dua kali pertemuan. Siklus ketiga dengan kompetensi dasar
teknik nomor lompat tinggi gaya flop dengan alokasi waktu 6 × 50
menit atau dua kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran dalam
penelitian ini mengikuti jadwal perkuliahan yang telah ditetapkan oleh
jurusan yaitu 3 jam pelajaran per minggu atau satu kali pertemuan per
minggu setiap hari Rabu.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa
orang mahasiswa yang telah pernah memprogramkan serta mengikuti
perkuliah atletik terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran
atletik seperti berikut 1) Dosen kurang memvariasikan model-model
pembelajaran dan kurang tersetrukturnya materi yang diajarkan
sehingga terasa monotun dan membosankan, 2) Dosen dalam
pemberian contoh atau mendemontrasikan keterampilan yang diajarkan
masih kurang sehingga pemahaman mahasiswa kurang terhadap model
gerakan dari keterampilan tersebut, 3) Aktivitas dan kreativitas
mahasiswa dalam proses pembelajaran sngat kurang, 4) Minat dan
motivasi belajar mahasiswa sangat rendah, dan 5) Hasil belajar
mahasiswa sebagaian besar cukup. Untuk memecahkan masalah ini
diterapkan model DI berbantuan media VCD pada perkuliahan atletik I.
Langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut:
(a) mensosialisasikan model DI berbantuan media VCD kepada
mahasiswa, (b) menyiapkan rancangan pembelajaran Atletik I dengan
pokok bahasan tolak peluru, (c) menyiapkan media pembelajaran/alat
pembelajaran Atletik I dengan pokok bahasan tolak peluru, (d)
menyiapkan instrumen observasi/evaluasi yang berupa asesmen tentang
pokok bahasan tolah peluru dan aktivitas mahasiswa.
Pelaksanaan tindakan meliputi langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut: (a) pendahuluan (mahasiswa dibariskan, berdoa,
pemanasan statis dan dinamis); (b) inti (melaksanakan program
pembelajaran dengan model DI berbantuan media VCD, yang secara
operasional langkah-langkah pelaksanaannya adalah: (b1) pada awal
pertemuan dosen memberikan informasi tentang strategi pembelajaran
yang akan diterapkan, yaitu model pembelajaran langsung berbantuan
media VCD, (b2) dosen menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan mahasiswa untuk pembelajaran Atletik I nomor Tolak
Peluru, (b3) dosen memutarkan media VCD dengan materi teknik tolak
peluru, (b4) dosen menjelaskan dan mendemontrasikan keterampilan
(teknik tolak peluru), (b5) mahasiswa ditugaskan untuk memperagakan
teknik tolak peluru sesuai dengan penjelasan dan demontrasi dosen,
serta hasil pemuteran VCD, kemudian dosen memberikan bimbingan
kepada mahasiswa dalam melakukan pelatihan/ peragaan, (b6) dosen
mengecek pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang teknik
tolak peluru dan memberikan umpan balik serta tanya jawab, dan (b7)
dosen memberikan kesempatan kembali kepada mahasiswa untuk
melakukan pelatihan/peragaan lanjutan sesuai dengan hasil balikan
dosen dan diskusi; (c) penutup (penenangan statis dan dinamis,
menyimpulkan materi dan pengarahan, dan berdoa).
Kegiatan observasi/evaluasi adalah mengevaluasi hasil
pembelajaran di akhir siklus dengan lembar evaluasi (asesmen).
Refleksi dilakukan pada akhir siklus I. sebagai acuan dalam
refleksi ini adalah hasil observasi/evaluasi kepada mahasiswa terhadap
kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mengikuti perkuliahan pada
siklus I. Refleksi ini dipakai sebagai dasar untuk memperbaiki serta
menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus II.
Rancangan siklus II dan siklus III sama seperti pada rancangan
siklus I namun tindakan yang diberikan adalah perbaikan dari
kekurangan-kekurangan yang diberikan pada tindakan sebelumnya.
Sedangkan refleksi yang dilakukan pada akhir siklus II dipakai sebagai
dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data
mengenai aktivitas mahasiswa, data hasil belajar mahasiswa dalam
proses pembelajaran, dan data tentang respon mahasiswa terhadap
pembelajaran. Data tentang aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran dikumpulkan dengan lembar observasi, data mengenai
hasil belajar dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar
dengan menggunakan assesmen, dan data respon mahasiswa terhadap
model pembelajaran yang diterapkan dikumpulkan dengan angket.
Analisis terhadap data aktivitas mahasiswa dalam proses
pembelajaran dilakukan secara deskriptif. Aktivitas mahasiswa
ditentukan dengan menghitung rata-rata persentase mahasiswa yang
memenuhi indikator aktivitas mahasiswa. Penggolongan katagori
aktivitas mahasiswa sebagai berikut.
12,7 ≤ M Sangat Aktif
9,9 ≤ M < 12,7 Aktif
7,1 ≤ M < 9,9 Cukup Aktif
4,3 ≤ M < 7,1 Kurang Aktif
M < 4,3 Sangat Kurang Aktif
Hasil
Aktivitas belajar mahasiswa yang diamati dengan menggunakan
lembar observasi seperti pada lampiran 2, diperoleh hasil bahwa skor
rata-rata aktivitas belajar mahasiswa adalah 8,4. Sesuai dengan kriteria
penggolongan yang telah ditetapkan, maka aktivitas belajar mahasiswa
pada siklus I tergolong cukup aktif. Dari deskriptor aktivitas belajar
mahasiswa yang diamati, terlihat bahwa mahasiswa antusias mengikuti
pembelajaran, terutama pada saat dosen mendemontrasikan materi dan
pemuteran VCD, mahasiswa dengan seksama memperhatikan proses
teknik tolak peluru yang diperagakan oleh dosen dan model pada VCD
tersebut dan terjadi interaksi antara mahasiwa dengan dosen. Begitu
pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian umpan balik oleh
dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa dengan dosen dan
antar mahasiswa. Namun demikian, untuk aktivitas diskusi terutama
pada saat umpan balik oleh dosen hanya beberapa mahasiswa yang
berani bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Begitu pula pada
saat menyimpulkan materi belum ada mahasiswa yang berani
menyampaikan pendapatnya. Dengan demikian aktivitas mahasiswa
dalam diskusi dan menyimpulkan materi belum memenuhi harapan
sehingga perlu ditingkatkan.
mahasiswa dibandingkan pada siklus I dan siklus II, yaitu sebesar 2.0
dari siklus I dan 0,5 dari siklus II (dari 8,4 menjadi 9,9 dan menjadi
10,4). Sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan,
maka aktivitas belajar mahasiswa pada siklus III tergolong sangat aktif.
Pada siklus III terjadi peningkatan pada beberapa aspek seperti antusias
mahasiswa mengikuti pembelajaran, interaksi antara mahasiwa dengan
dosen. Begitu pula pada saat penugasan mahasiswa dan pemberian
umpan balik oleh dosen terjadi interaksi/diskusi antara mahasiswa
dengan dosen dan antar mahasiswa. Tetapi mahasiswa masih malu atau
takut mengungkapkan pendapatnya saat aktivitas diskusi terutama pada
saat umpan balik oleh dosen dan menyimpulkan materi. Aktivitas
belajar mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria
keberhasilan yang ditetapkan, yaitu minimal aktif.
b. Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa pada siklus III diperoleh hasil sebagai
berikut: nilai A sebanyak 8 orang (18%), nilai B sebanyak 26 orang
(59%), nilai C sebanyak 8 orang (18%), dan nilai D sebanyak 2 orang
(5%). Jadi persentase hasil belajar mahasiswa pada siklus III yang
memperoleh nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) sedangkan yang
mendapatkan nilai C ke bawah sebesar 23% (10 orang) (data
selengkapnya tertera pada lampiran 6), sehingga hasil belajar
mahasiswa pada siklus III sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena
yang memperoleh nilai B ke atas lebih banyak dari pada yang
memperoleh nilai C ke bawah.
Pada akhir siklus III mahasiswa diberikan kuesioner tentang
respon mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran langsung
berbantuan VCD diperoleh hasil bahwa skor rata-rata kelas untuk
respon mahasiswa adalah sebesar 40,2. Sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, maka respon mahasiswa terhadap penerapan model
pembelajaran langsung berbantuan VCD tergolong positif. Pada
umumnya mahasiswa setuju dan memberikan respon yang sangat
positif terhadap penerapan model pembelajaran tersebut. Namun
umumnya mahasiswa menyatakan tidak pernah mempersiapkan diri
atau belajar di rumah mengenai materi yang akan diajarkan. Ringkasan
hasil penelitian ini digambarkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Aktivitas dan
Respon Mahasiswa
Tabel 2
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Hasil Belajar Mahasiswa
Pembahasan
Aktivitas belajar mahasiswa pada siklus I termasuk dalam
katagori cukup aktif. Kondisi ini tercapai karena dengan penerapan
model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD menyebabkan
suasana pembelajaran menjadi kondusif. Perhatian mahasiswa terhadap
materi yang disajikan dalan VCD menjadi terpusat sehingga mahasiswa
dapat mengamati secara teliti dan cermat setiap tahapan gerakan yang
diperagakan dalam video (Robert Henich, dkk dalam Tastra, 1996).
Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran cukup tinggi,
mahasiswa memperhatikan setiap tahapan gerakan yang diperagakan
dalam VCD, kemudian mahasiswa memperagakan materi yang
diajarkan secara bertahap. Interaksi mahasiswa dengan dosen dan antar
mahasiswa berlangsung cukup baik, ada beberapa mahasiswa
mengajukan pertanyaan kepada dosen dan ada beberapa mahasiswa
memberikan tanggapan dan bahkan memberikan contoh gerakan.
Namun partisipasi mahasiswa dalam menyimpulkan materi belum
optimal, hanya beberapa mahasiswa yang terlibat dalam menyimpulkan
materi pelajaran.
Berkenaan dengan hasil belajar pada siklus I diperoleh hasil
bahwa persentase nilai mahasiswa yang memperoleh B ke atas hanya
27% (12 orang dari 44 orang mahasiswa), ini artinya belum mencapai
kriteria keberhasilan sesuai dengan yang ditentukan dalam penelitian
ini, yaitu persentase nilai B ke atas lebih besar dari persentase nilai C
ke bawah. Faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah belum
optimalmya pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung berbantuan VCD, mahasiswa sebagaian besar belum memiliki
keterampilan gerak, jumlah mahasiswa terlalu banyak, waktu untuk
melalukan peragaaan sesuai dengan tahapan pembelajaran langsung,
yaitu penugasan mahasiswa untuk pelatihan tidak maksimal.
Mahasiswa pada umumnya kurang memiliki keterampilan gerak
sehingga agak sulit memperagakan tahapan-tahapan gerak yang
dituntut dalam materi yang diajarkan, walaupun dengan model
pembelajaran ini mahasiswa telah memiliki konsep dan pemahaman
tentang teknik dari materi yang diajarkan, namun mahasiswa agak
kesulitan memperagakan teknik-teknik yang dituntut dalam materi
tersebut sehingga hasilnya belum maksimal, untuk itu perlu
ditingkatkan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I , tampak bahwa
tahap-tahap model pembelajaran langsung dengan berbantuan VCD
belum dapat berlangsung secara optimal, terutama pada tahap
pemuteran VCD, membimbing pelatihan, memberikan umpan balik dan
pemberian penugasan lanjutan. Pada tahap pemuteran VCD mahasiswa
hanya menonton saja, sehingga terkesan hanya menikmati tontonan
yang diperagakan dalam VCD. Pada tahap membimbing pelatihan
mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaan karena waktunya
yang terbatas. Padahal dalam belajar gerak keterampilan dituntut
adanya pengulangan-pengulangan. Tahap umpan balik, dosen yang
lebih banyak memberikan balikan terutama pada saat diskusi,
mahasiswa hanya beberapa saja yang berani mengungkapkan
pendapatnya. Sedangkan pada tahap pemberian penugasan lanjutan,
kondisinya sama seperti pada tahap pembimbingan pelatihan,
mahasiswa tidak optimal dapat melakukan peragaaan.
Berdasarkan refleksi pada siklus I, penelitian dilanjutkan
dengan pelaksanaan siklus II untuk melanjutkan model pembelajaran
yang telah diterapkan dengan mengadakan perbaikan terhadap
kekurangan-kekurangan yang masih dijumpai. Tindakan perbaikan
yang diterapkan pada siklus II ditekankan pada kekurangan-kekurangan
yang ditemui pada siklus I dengan tetap mempertahankan tindakan-
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dikemukakan, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut. (1) Penerapan model pembelajaran
langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan aktivitas belajar
dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I kelas C
Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Skor rata-rata
aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari 8,4 pada siklus I menjadi
9,9 pada siklus II dan 10,4 pada siklus III dengan katagori cukup aktif
pada siklus I, menjadi aktif pada siklus II dan siklus III. (2) Penerapan
model pembelajaran langsung DI berbantuan VCD dapat meningkatkan
hasil belajar dalam pembelajaran atletik I pada mahasiswa semester I
kelas C Jurusan Penjaskesrek tahun akademik 2006/2007. Hasil yang
diperoleh mengalami peningkatan, pada siklus I persentase nilai B ke
atas sebesar 27% (12 orang) dan nilai C ke bawah sebesar73% (32
orang), pada siklus II persentase nilai B ke atas sebesar 47% (21 orang)
dan nilai C ke bawah sebesar 53% (23 orang), dan pada siklus III
persentase nilai B ke atas sebesar 77% (34 orang) dan nilai C ke bawah
sebesar 23% (10 orang). (3) Respon mahasiswa terhadap penerapan
Daftar Rujukan
Yoyo, B., Ucup, Y., & Adang, S. 2000. Atletik. Jakarta: Depdiknas,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP setara D-3.