Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur harus senantiasa saya penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah kimia ini.
Tak lupa pula, saya mengucapkan terima kasih kepada guru kimia saya yaitu Ibu
Karianti Damanik karena telah membimbing dan memberikan pengarahan
kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan
demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAGIAN PENGANTAR
Kata Pengantar………………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
1.2Tujuan Praktikum……………………………………………………………… 2
BAB II DASAR TEORI
2.1Saponifikasi…………………………………………………………………… 3
2.2Sabun ………………………………………………………………………… 4
2.3Minyak…………………………….…………………………………………… 7
BAB III ALAT DAN BAHAN
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………………. 19
BAB I
PENDAHULUAN
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –
fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak
2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada
abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan. Barulah
senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis
asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi
ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.
alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam
alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak
dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan
tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair
juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa
oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai
alat bantu mencuci. Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno berfungsi
sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih
dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari
sabun mandi.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Saponifikasi
dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan
gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang
mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi
namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses
R– O– C – H + NaOH R – COONa + H 2O
2.2 Sabun
Sabun adalah ester dari lemak yang di reaksikan dengan basa. Apabila reaksi
menggunakan basa NaOH, maka akan di peroleh sabun keras/sabun cuci, apabila reaksi
menggunakan basah KOH, maka akan diperoleh sabun lunak/sabun mandi. Secara umum
Dalam dunia industry, paling umum di produksi sabun sodium palmital C15H31 CooNa
dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar
tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun
kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses.
Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan
sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi
reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat
Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah
(misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16,
Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran
yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah
penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung
Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat,
asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah
asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu
molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut
sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat
dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-
Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat.
b. Minyak Zaitun
c.Minyak Kelapa
Sabun dapat menimbulkan iritasi dan alergi pada kulit akibat efek dari sejumlah daya
besar dari pH fisiologi kulit yang berkisar 4,5-6,5 sehingga dapat merusak kulit.
Misalnya, pembengkakan keratin yang memudahkan masuknya bakteri dan kulit dapat
2. pembengkakan keratin kulit, yaitu akibat penyerapan surfaktan oleh keratin kulit karena
perbedaan pH yang jauh dari isoelektrik keratin kulit sekitar pH 5. Walaupun hal ini tidak
kotoran adalah tujuan dari pembersihan kulit, namun bila terlalu banyak minyak yang
4. absorbsi sabun oleh keratin kulit sehingga akan membentuk suatu lapisan tipis pada sel-
sel tanduk tersebut, kemudian menghalangi masuknya bahan-bahan yang diperlukan oleh
kulit, misalnya kosmetik pelembab kulit sehingga kulit menjadi kering dan pecah-pecah.
5. Iritasi oleh molekul-molekul asam atau ion-ion, misalnya sabun yang terbuat dari minyak
kelapa (mengandung C12) lebih iritatif dari sabun yang terbuat dari lemak hewan
6. pengendapan sabun kalsium, garam kalsium dan magnesium dari asam lemah tinggi
tidak larut dalam air. Penggunaan sabun demikian dapat menyebabkan pembentukan
2.3 Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk
golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia
tertentu.
e. Karotenoida.
Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan dan
tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari tingkat
Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan
tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh manusia,
kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam seluruh
tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman, karotenoida
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul
CH2 – O – C – R1
O CH2 – OH O
3 R– O – C – H CH – OH CH – O – C – R2 + 3H20
+
O
CH2 – OH
CH2 – O – C – R3
TRIGLISERIDA AIR
ASAM LEMAK GLISEROL (cpo)
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang
berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak
dan lemak.
1. Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi
bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut
interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi
Fiedel-Craft.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim
rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi
C H2 – O – C – R1
C H2 – O H
O O
C H– O – C – R2 + 3H2 0 C H– O H 3 R – O – C– H
O
C H2 – O H
C H2 – O – C – R3
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan
4. Enzimatis
Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak
tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang
bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan
10
5. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
6. Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon
asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah minyak
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk
11
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil), sedikit larut
dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut
halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai
karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-
asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak atau
lemak
9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari
minyak/lemak.
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh
kehadiran komponen-komponennya.
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari
secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro
1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat atau
protein.
12
Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok
tujuan berikut:
1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan
2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan
3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak
tertentu.
Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu
bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air tatapi
Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol,
asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak
2. Bahan Cair
Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau
dengan Mojoinner.
13
Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-sifatnya.
Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan angka penyabunan
Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan
untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka penyabunan sendiri dapat
dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun
oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan
mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.
Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari
hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka
BAB III
Pengaduk kaca
Minyak kelapa
Garam dapur
15
BAB IV
CARA KERJA
sempurna.
b. Masukan kedalamnya 20 ml minyak kelapa dan panaskan
bebas bara
16
BAB V
HASIL PRAKTIKUM
JAWABAN :
b. Tuliskan rumus hasil samping pembuatan sabun ?
JAWABAN :
17
JAWABAN :
5.2 HASIL PENGAMATAN
REAKSI REAKS
MINYAK KELAPA
NaOH
CAMPURAN
SEBELUM
MENGGUMPAL
SABUN YANG
TELAH TERBENTUK
18
BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
19
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Minyak dan Kolesterol. http://www.halalguide.info
http://qomarisajaya.blogs.friendster.com/share
Sabun. http://www.majarimagazine.com.
20