You are on page 1of 29

Sel

Sel selaput penyusun umbi bawang bombay (Allium cepa). Tampak dinding sel dan inti sel
(berupa noktah di dalam setiap 'ruang'). Perbesaran 400 kali.

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua
fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel dapat berfungsi secara
autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.

Semua organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar berdasarkan arsitektur basal dari
selnya, yaitu organisme prokariota dan organisme eukariota.[1]

Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi internal sel yang relatif
lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi
hampir seluruh jenis bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan bakteri
dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrim seperti sumber air panas yang bersifat asam
atau air yang mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari
kromosom tunggal yang melingkar, tanpa organisasi DNA.

Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih kompleks, antara lain
dengan membran internal, organel yang memiliki membran tersendiri seperti inti sel dan
sitoskeleton yang sangat terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa kromosom linear di dalam
nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang sangat panjang yang terbagi dalam
paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein yang lain.

Jika panjang DNA diberi notasi C dan jumlah kromosom dalam genom diberi notasi n, maka
notasi 2nC menunjukkan genom sel diploid, 1nC menunjukkan genom sel haploid, 3nC
menunjukkan genom sel triploid, 4nC menunjukkan genom sel tetraploid. Pada manusia, C = 3,5
× 10-12 g, dengan n = 23, sehingga genom manusia dirumuskan menjadi 2 x 23 x 3,5 × 10-12,
karena sel eukariota manusia memiliki genom diploid.

Sejenis sel diploid yaitu sel nutfah dapat terdiferensiasi menjadi sel gamet haploid. Genom sel
gamet pada manusia memiliki 23 kromosom, 22 diantaranya merupakan otosom, sisanya
merupakan kromosom genital. Pada oosit, kromosom genital senantiasa memiliki notasi X,
sedangkan pada spermatosit, kromosom dapat berupa X maupun Y. Setelah terjadi fertilisasi
antara kedua sel gamet yang berbeda kromosom genitalnya, terbentuklah sebuah zigot diploid.
Notasi genom yang digunakan untuk zigot adalah 46,XX atau 46,XY.

Pada umumnya sel somatik merupakan sel diploid, namun terdapat beberapa perkecualian, antara
lain: sel darah merah dan keratinosit memiliki genom nuliploid. Hepatosit bergenom tetraploid
4nC, sedang megakariosit pada sumsum tulang belakang memiliki genom poliploid hingga 8nC,
16nC atau 32nC dan dapat melakukan proliferasi hingga menghasilkan ribuan sel nuliploid.
Banyaknya ploidi pada sel terjadi sebagai akibat dari replikasi DNA yang tidak disertai
pembelahan sel, yang lazim disebut sebagai endomitosis.

Robert Hooke

Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ilmuwan Inggris Robert Hooke
yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Kata sel
berasal dari kata bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan.

Pada tahun 1835, sebelum teori Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar
kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel.
Karena itulah, sel dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya
terpenuhi.

Semua organisme selular terbagi ke dalam dua golongan besar berdasarkan arsitektur basal dari
selnya, yaitu organisme prokariota dan organisme eukariota.[1]

Organisme prokariota tidak memiliki inti sel dan mempunyai organisasi internal sel yang relatif
lebih sederhana. Prokariota terbagi menjadi dua kelompok yang besar: eubakteria yang meliputi
hampir seluruh jenis bakteri, dan archaea, kelompok prokariota yang sangat mirip dengan bakteri
dan berkembang-biak di lingkungan yang ekstrim seperti sumber air panas yang bersifat asam
atau air yang mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Genom prokariota terdiri dari
kromosom tunggal yang melingkar, tanpa organisasi DNA.

Organisme eukariota memiliki organisasi intraselular yang jauh lebih kompleks, antara lain
dengan membran internal, organel yang memiliki membran tersendiri seperti inti sel dan
sitoskeleton yang sangat terstruktur. Sel eukariota memiliki beberapa kromosom linear di dalam
nuklei, di dalamnya terdapat sederet molekul DNA yang sangat panjang yang terbagi dalam
paket-paket yang dipisahkan oleh histon dan protein yang lain.

Jika panjang DNA diberi notasi C dan jumlah kromosom dalam genom diberi notasi n, maka
notasi 2nC menunjukkan genom sel diploid, 1nC menunjukkan genom sel haploid, 3nC
menunjukkan genom sel triploid, 4nC menunjukkan genom sel tetraploid. Pada manusia, C = 3,5
× 10-12 g, dengan n = 23, sehingga genom manusia dirumuskan menjadi 2 x 23 x 3,5 × 10-12,
karena sel eukariota manusia memiliki genom diploid.

Sejenis sel diploid yaitu sel nutfah dapat terdiferensiasi menjadi sel gamet haploid. Genom sel
gamet pada manusia memiliki 23 kromosom, 22 diantaranya merupakan otosom, sisanya
merupakan kromosom genital. Pada oosit, kromosom genital senantiasa memiliki notasi X,
sedangkan pada spermatosit, kromosom dapat berupa X maupun Y. Setelah terjadi fertilisasi
antara kedua sel gamet yang berbeda kromosom genitalnya, terbentuklah sebuah zigot diploid.
Notasi genom yang digunakan untuk zigot adalah 46,XX atau 46,XY.

Pada umumnya sel somatik merupakan sel diploid, namun terdapat beberapa perkecualian, antara
lain: sel darah merah dan keratinosit memiliki genom nuliploid. Hepatosit bergenom tetraploid
4nC, sedang megakariosit pada sumsum tulang belakang memiliki genom poliploid hingga 8nC,
16nC atau 32nC dan dapat melakukan proliferasi hingga menghasilkan ribuan sel nuliploid.
Banyaknya ploidi pada sel terjadi sebagai akibat dari replikasi DNA yang tidak disertai
pembelahan sel, yang lazim disebut sebagai endomitosis. sel menjadi lengkap, Jan Evangelista
Purkyně melakukan pengamatan terhadap granula pada tanaman melalui mikroskop. Teori sel
kemudian dikembangkan pada tahun 1839 oleh Matthias Jakob Schleiden dan Theodor Schwann
yang mengatakan bahwa semua makhluk hidup atau organisme tersusun dari satu sel tunggal,
yang disebut uniselular, atau lebih, yang disebut multiselular. Semua sel berasal dari sel yang
telah ada sebelumnya, di dalam sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan hidup
organisme dan terdapat informasi mengenai regulasi fungsi tersebut yang dapat diteruskan pada
generasi sel berikutnya.

Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme,
namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum)
juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan
uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam
organisasi yang sangat rapi.

Perkembangan sel

Di dalam tubuh manusia, telah dikenali sekitar 210 jenis sel. Sebagaimana organisme
multiselular lainnya, kehidupan manusia juga dimulai dari sebuah sel embrio diploid hasil dari
fusi haploid oosit dan spermatosit yang kemudian mengalami serangkaian mitosis. Pada tahap
awal, sel-sel embrio bersifat totipoten, setiap sel memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi
salah satu dari seluruh jenis sel tubuh. Selang berjalannya tahap perkembangan, kapasitas
diferensiasi menjadi menurun menjadi pluripoten, hingga menjadi sel progenitor yang hanya
memiliki kapasitas untuk terdiferensiasi menjadi satu jenis sel saja, dengan kapasitas unipoten.

Pada level molekular, perkembangan sel dikendalikan melalui suatu proses pembelahan sel,
diferensiasi sel, morfogenesis dan apoptosis. Tiap proses, pada awalnya, diaktivasi secara
genetik, sebelum sel tersebut dapat menerima sinyal mitogenik dari lingkungan di luar sel.

Proses pembelahan sel

Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom
yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik
secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik)

Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk
tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan meregulasi waktu pembelahan
dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur jumlah ekspresi atau translasi gen pada
masing-masing sel yang menentukan diferensiasinya.

Fase pada siklus sel

1. Fasa S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA


2. Fasa M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau
pembentukan tunas)
3. Fasa G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
1. Fasa G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan diam
atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan. Kondisi ini sangat
bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar atau dalam sel. Umum
terjadi dan beberapa tidak melanjutkan pertumbuhan (dorman) dan mati.
2. Fasa G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara sitokinesis dan
sintesis.
3. Fasa G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.

Fasa tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S. Dalam
konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.

Diferensiasi sel

Regenerasi sel adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi
ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.

Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional,
terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya,
sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit.

Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang kali dan
menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah
mengalami regenerasi dan diferensiasi.

Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom yang identik terdapat pada
setiap sel, namun mengekspresikan set gen yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang
diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap
cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya.

Morfogenesis

Pengekspresian gen itu sendiri mempengaruhi jumlah sel, jenis sel, interaksi sel, bahkan lokasi
sel. Oleh karena itu, sel hewan memiliki 4 proses esensial pengkonstruksian embrio yang diatur
oleh ekspresi gen, sebagai berikut:

Proliferasi sel
menghasilkan banyak sel dari satu sel
Spesialisasi sel
menciptakan sel dengan karakteristik berbeda pada posisi yang berbeda
Interaksi sel
mengkoordinasi perilaku sebuah sel dengan sel tetangganya
Pergerakan sel
menyusun sel untuk membentuk struktur jaringan dan organ

Pada embrio yang berkembang, keempat proses ini berlangsung bersamaan. Tidak ada badan
pengatur khusus untuk proses ini. Setiap sel dari jutaan sel embrio harus membuat keputusannya
masing-masing, menurut jumlah kopi instruksi genetik dan kondisi khusus masing-masing sel.

Sel tubuh, seperti otot, saraf, dsb. tetap mempertahankan karakteristik karena masih mengingat
sinyal yang diberikan oleh nenek moyangnya saat awal perkembangan embrio.

Apoptosis

Apoptosis merupakan bagian dari perkembangan sel, sel tidak dapat mati begitu saja tanpa suatu
mekanisme yang tertanam di dalam sel, yang dapat diaktivasi oleh sinyal internal maupun
eksternal.

Struktur sel

Sel eukariota

Secara umum setiap sel memiliki

• membran sel,
• sitoplasma, dan
• inti sel atau nukleus.

Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan
kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang
terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol
dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang
tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang
mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.

Organel-organel yang ditemukan pada sitoplasma adalah

• mitokondria (kondriosom)
• badan Golgi (diktiosom)
• retikulum endoplasma
• plastida (khusus tumbuhan, mencakup leukoplas, kloroplas, dan kromoplas)
• vakuola (khusus tumbuhan)
Sel prokariota

Sel tumbuhan dan sel bakteri memiliki lapisan di luar membran yang dikenal sebagai dinding sel.
Dinding sel bersifat tidak elastis dan membatasi perubahan ukuran sel. Keberadaan dinding sel
juga menyebabkan terbentuknya ruang antarsel, yang pada tumbuhan menjadi bagian penting
dari transportasi hara dan mineral di dalam tubuh tumbuhan.

Sel tumbuhan, sel hewan, dan sel bakteri mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:

Sel tumbuhan Sel hewan Sel bakteri


Sel tumbuhan lebih
Sel bakteri sangat
besar daripada sel Sel hewan lebih kecil daripada sel tumbuhan.
kecil.
hewan.
Mempunyai bentuk Mempunyai bentuk
Tidak mempunyai bentuk yang tetap.
yang tetap. yang tetap.
Mempunyai dinding Mempunyai dinding
sel [cell wall] dari Tidak mempunyai dinding sel [cell wall]. sel [cell wall] dari
selulosa. lipoprotein.
Tidak mempunyai
Mempunyai plastida. Tidak mempunyai plastida.
plastida.
Tidak mempunyai vakuola [vacuole], walaupun
Mempunyai vakuola kadang-kadang sel beberapa hewan uniseluler
Tidak mempunyai
[vacuole] atau rongga memiliki vakuola (tapi tidak sebesar yang dimiliki
vakuola.
sel yang besar. tumbuhan). Yang biasa dimiliki hewan adalah
vesikel atau [vesicle].
Menyimpan tenaga
Menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul)
dalam bentuk butiran -
glikogen.
(granul) pati.
Tidak Mempunyai Tidak Mempunyai
sentrosom Mempunyai sentrosom [centrosome]. sentrosom
[centrosome]. [centrosome].
Tidak memiliki
Memiliki lisosom [lysosome].
lisosom [lysosome].
Tidak memiliki
Nukleus lebih kecil
Nukleus lebih besar daripada vesikel. nukleus dalam arti
daripada vakuola.
sebenarnya.
Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sel hewan dan tanaman

Secara umum, perbedaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Hewan Tumbuhan
Terdapat sentriol Tidak ada sentriol
Tidak ada pembentukan dinding sel Terdapat sitokinesis dan pembentukan dinding sel
Tidak ada perbedaan kutub embriogenik, yang ada
Ada kutub animal dan vegetal
semacam epigeal dan hipogeal
Jaringan sel hewan bergerak menjadi Jaringan sel tumbuhan tumbuh menjadi bentuk yang
bentuk yang berbeda berbeda
Terdapat proses gastrulasi Terdapat proses histodiferensiasi
Tidak terdapat jaringan embrionik seumur
Meristem sebagai jaringan embrionik seumur hidup
hidup
Terdapat batasan pertumbuhan (ukuran Tidak ada batasan pertumbuhan, kecuali kemampuan
tubuh) akar dalam hal menopang berat tubuh bagian atas
Apoptosis untuk perkembangan jaringan, Tidak ada "Apoptosis", yang ada lebih ke arah
melibatkan mitokondria dan caspase proteksi diri, tidak melibatkan mitokondria

Sel-sel khusus

• Sel Tidak Berinti, contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah merah). Di dalam sel
darah merah, terdapat hemoglobin sebagai pengganti nukleus (inti sel).
• Sel Berinti Banyak, contohnya Paramecium sp dan sel otot
• Sel hewan berklorofil, contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler
berklorofil.
• Sel pendukung, contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan meninggalkan
dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini sangatlah membantu dalam proses
transpirasi pada tumbuhan.

Membran sel

Membran sel (bahasa Inggris: cell membrane, plasma membrane, plasmalemma) adalah fitur
universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa lapisan antarmuka yang disebut membran
plasma, yang memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel,[1] terutama untuk melindungi inti sel
dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di dalam sitoplasma.

Pada sel eukariota, membran sel yang membungkus organel-organel di dalamnya, terbentuk dari
dua macam senyawa yaitu lipid dan protein, umumnya berjenis fosfolipid seperti senyawa antara
fosfatidil etanolamina dan kolesterol,[1] yang membentuk struktur dengan dua lapisan[2] dengan
permeabilitas tertentu sehingga tidak semua molekul dapat melalui membran sel, namun di sela-
sela molekul fosfolipid tersebut, terdapat transporter yang merupakan jalur masuk dan keluarnya
zat-zat yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
Nilai permeabilitas air pada membran ganda dari berbagai komposisi lipid berkisar antara 2
hingga 1.000 × 10−5 cm2/dt. Angka tertinggi ditemukan pada membran plasma pada sel epitelial
ginjal, beberapa sel glia dan beberapa sel yang dipengaruhi oleh protein membran dari jenis
akuaporin. Akuaporin-2 memungkinkan adanya transporter air yang peka terhadap vasopresin,
sedang ekspresi akuaporin-4 ditemukan sangat tinggi pada beberapa sel glia dan ependimal.

Struktur membran

Komponen penyusun membran sel antara lain adalah fosfolipid, protein, oligosakarida,
glikolipid, dan kolesterol.

Model mosaik fluida

Pada tahun 1972, Seymour Jonathan Singer dan Garth Nicholson mengemukakan model mosaik
fluida yang disusun berdasarkan hukum-hukum termodinamika untuk menjelaskan struktur
membran sel.[3] Pada model ini, protein penyusun membran dijabarkan sebagai sekelompok
molekul globular heterogenus yang tersusun dalam struktur amfipatik, yaitu dengan gugus ionik
dan polar menghadap ke fasa akuatik, dan gugus non-polar menghadap ke dalam interior
membran yang disebut matriks fosfolipid dan bersifat hidrofobik. Himpunan-himpunan molekul
globular tersebut terbenam sebagian ke dalam matriks fosfolipid tersebut. Struktur membran
teratur membentuk lapisan ganda fluida yang diskontinu, dan sebagian kecil dari matriks
fosfolipid berinteraksi dengan molekul globular tersebut sehinggal struktur mosaik fluida
merupakan analogi lipoprotein atau protein integral di dalam larutan membran ganda fosfolipid.

Lapisan ganda fosfolipid

Umumnya, membran sel memiliki bagian kepala polar hidrofilik dengan daya ikat
gliserofosforilester yang terdiri dari gliserol, fosfat, dan gugus tambahan seperti kolina, serina,
dll; dengan dua rantai hidrofobik asam lemak yang membentuk ikatan ester. Pada rantai primer,
ditempati oleh asam lemak jenuh dan pada rantai sekunder ditempati oleh asam lemak tak jenuh.
[4]
Bagian kepala dapat berinteraksi dengan air maupun larutan fasa akuatik, sedangkan bagian
rantai akan berhimpit membentuk matriks fosfolipid yang disebut fasa internal. Antara fasa
internal dan fasa akuatik terjadi tegangan potensial antara 220-280 mV yang disebut tegangan
potensial dipol,[5][6] atau potensial membran.

Penamaan dan sifat bagian kepala fosfolipid bergantung pada jenis gugus tambahan yang
dimilikinya, antara lain terdapat sebutan fosfokolina (pc), fosfoetanolamina (pe), fosfoserina
(ps), dan fosfoinositol (pi); dan masing-masing nama senyawa fosfolipid terkait yang terbentuk
pada membran sel adalah fosfatidil kolina, fosfatidil etanolamina, fosfatidil serina, dan fosfatidil
inositol. Membran juga dapat terbentuk dari senyawa lipid seperti sfingomielin, sardiolipin, atau
ikatan dengan senyawa kolesterol, dan glikolipida.
Kerangka membran

Kerangka membran atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam jenis yaitu
mikrotubulus, mikrofilamen,dan filamen intermediet.

Sistem transpor membran

Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah.
Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan
molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul
polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme
khusus agar dapat masuk ke dalam sel.

Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas
membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor pasif untuk
molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif
untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. Lalu lintas membran akan membuat
perbedaan konsentrasi ion sebagai akibat dari dua proses yang berbeda yaitu difusi dan transpor
aktif, yang dikenal sebagai gradien ion.[7] Lebih lanjut, gradien ion tersebut membuat sel
memiliki tegangan listrik seluler. Dalam keadaan istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan
antara 30 hingga 100 mV lebih rendah daripada interstitium.[8]

Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien konsentrasinya.


Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh
dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau
ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama
respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi
membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total
(dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif
karena zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.

Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa. Transpor pasif air
dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter. Ion polar berdifusi
dengan bantuan protein transpor.

Transpor aktif

Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah proses yang
menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai potensial
elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih tinggi.[9] Proses
tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme kopling agar asupan energi
dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan. Arah
perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif membutuhkan
bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel
protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik yang menginduksi
transpor ion melalui membran sel maupun membran buatan.[10]

Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps.
Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan
antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah,
sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump
merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada
sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.

Hormon tri-iodotironina yang dikenal sebagai aktivator enzim fosfatidil inositol-3 kinase dengan
mekanisme dari dalam sitoplasma dengan bantuan integrin alfavbeta3. Lintasan enzim fosfatidil
inositol-3 kinase, lebih lanjut akan memicu transkripsi genetik dari Na+ ATP sintase, K+ ATP
sintase, dll, beserta penyisipan ATP sintase tersebut pada membran plasma, berikut regulasi dan
modulasi aktivitasnya.[11]

Interaksi fosfolipid

Pembentukan dwilapis lipid adalah proses yang menguras banyak energi ketika gliserofosfolipid
yang dijelaskan di atas berada di dalam lingkungan basah.[12] Di dalam sistem basah, gugus polar
lipid berjejer menuju polar, lingkungan basah, sedangkan ekor hidrofobik memperkecil
hubungannya dengan air dan cenderung menggerombol bersama-sama, membentuk vesikel;
bergantung pada konsentrasi lipid, interaksi biofisika ini dapat berujung pada pembentukan
misel, liposom, atau dwilapis lipid. Penggerombolan lainnya juga diamati dan membentuk
bagian dari polimorfisma perilaku amfifila (lipid). Polimorfisme lipid adalah cabang pengkajian
di dalam biofisika dan merupakan mata pelajaran penelitian akademik saat ini.[13][14] Bentuk
dwilapis dan misel di dalam medium polar oleh proses yang dikenal sebagai efek hidrofobik.[15]
Ketika memecah zat lipofilik atau amfifilik di dalam lingkungan polar, molekul polar (yaitu, air
di dalam larutan air) menjadi lebih teratur di sekitar zat lipofilik yang pecah, karena molekul
polar tidak dapat membentuk ikatan hidrogen ke wilayah lipofilik daru amfifila. Jadi, di dalam
lingkungan basah, molekul air membentuk kurungan "senyawa klatrat" tersusun di sekitar
molekul lipofilik yang terpecah.[16]

Pada teori mozaik fluida membran merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan
molekul lipid yang dapat berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein
membran tersusun secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan
membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas bergerak dan
dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen komponen muchus
membran sel semipermanen di lapisan membran

Secara alami di alam fosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur menyerupai bola) atau
membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis maka komponen fosfolipid di membran
dapat melakukan pergerakan dan perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain adalah
pergerakan secara lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya pada monolayer
membran) dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans bilayer).

Membran mitokondria

Hingga saat ini terdapat tiga teori mengenai membran mitokondria. Teori pertama mengatakan
bahwa mitokondria memiliki satu lapisan membran.[17] Teori kedua mengatakan bahwa terdapat
dua lapisan membran, yaitu membran sisi dalam dan membran sisi luar.[18] Teori ketiga
mengatakan bahwa mitokondria memiliki tiga lapisan, yaitu membran sisi dalam, membran sisi
luar dan membran plasma.[19][20]

Dinding sel

Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk
membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan
alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda.

Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan.
Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan
dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel
mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.

Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada
tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin,
selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu
glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin.
Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).

Ribosom

Ribosom adalah organel kecil dan padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis
protein. Ribosom berdiameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan
35% protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Organel ini menerjemahkan mRNA
untuk membentuk rantai polipeptida (yaitu protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh
tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi di dalam sitosol atau terikat pada
retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel.

Mitokondria

Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion,


plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup,
selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam lemak, biosintesis pirimidina, homeostasis
kalsium, transduksi sinyal selular dan penghasil energi[1] berupa adenosina trifosfat pada lintasan
katabolisme.

Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu lapisan membran luar dan lapisan membran
dalam. Lapisan membran dalam ada dalam bentuk lipatan-lipatan yang sering disebut dengan
cristae. Di dalam Mitokondria terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa mineral
dapat ditemukan. Sel yang mempunyai banyak Mitokondria dapat dijumpai di jantung, hati, dan
otot.

Terdapat hipotesis bahwa mitokondria merupakan organel hasil evolusi dari sel α-proteobacteria
prokariota yang ber-endosimbiosis dengan sel eukariota.[2] Hipotesis ini didukung oleh beberapa
fakta antara lain,

• adanya DNA di dalam mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan


entitas yang terpisah dari sel inangnya,
• beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri, baik ukuran maupun cara reproduksi
dengan membelah diri, juga struktur DNA yang berbentuk lingkaran.

Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan sistem
genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri
dibandingkan dengan yang dikode oleh inti sel eukariot [Cooper, 2000].

Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang
dikenal sebagai daur atau siklus Krebs.

Struktur

Struktur umum suatu mitokondrion

Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan
memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk
mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter
0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu
membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam
membran [Cooper, 2000].

Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung
protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul
kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai
membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang
terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks
untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-KoA.

Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan
80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini
meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut
krista [Lodish, 2001]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga
meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein
yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP
pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari
matriks melewati membran dalam.

Ruang antar membran yang terletak diantara membran luar dan membran dalam merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi
asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat
materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat
inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium

Fungsi mitokondria

Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam
bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat di transpor
dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar
tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi,
sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan
energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang
melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria. Proses
pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim,
yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase),
kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga
dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT) [Wallace,
1997].

Siklus Hidup Mitokondria

Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel bakteri.
Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan
(fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi
DNA mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti
pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian
bagian luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan
dua bagian mitokondria [Childs, 1998].

DNA mitokondria

Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA).
MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki
ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa
mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis
dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori endosimbion. Pada makhluk tingkat
tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja
(mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya
yang berada di ekor sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA
mitokondria jantan tidak diturunkan.

Badan Golgi

Mikrograf badan Golgi, terlihat sebagai tumpukan cincin setengah lingkaran berwarna hitam di
bagian bawah gambar. Sejumlah vesikel bulat terlihat di sekitar organel ini.

Badan Golgi (disebut juga aparatus Golgi, kompleks Golgi atau diktiosom) adalah organel
yang dikaitkan dengan fungsi ekskresi sel, dan struktur ini dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya biasa. Organel ini terdapat hampir di semua sel eukariotik dan banyak
dijumpai pada organ tubuh yang melaksanakan fungsi ekskresi, misalnya ginjal. Setiap sel hewan
memiliki 10 hingga 20 badan Golgi, sedangkan sel tumbuhan memiliki hingga ratusan badan
Golgi. Badan Golgi pada tumbuhan biasanya disebut diktiosom.

Badan Golgi ditemukan oleh seorang ahli histologi dan patologi berkebangsaan Italia yang
bernama Camillo Golgi.
Struktur

Struktur badan Golgi berupa berkas kantung berbentuk cakram yang bercabang menjadi
serangkaian pembuluh yang sangat kecil di ujungnya. Karena hubungannya dengan fungsi
pengeluaran sel amat erat, pembuluh mengumpulkan dan membungkus karbohidrat serta zat-zat
lain untuk diangkut ke permukaan sel. Pembuluh itu juga menyumbang bahan bagi pembentukan
dinding sel.

Badan golgi dibangun oleh membran yang berbentuk tubulus dan juga vesikula. Dari tubulus
dilepaskan kantung-kantung kecil yang berisi bahan-bahan yang diperlukan seperti enzim–enzim
pembentuk dinding sel.

Badan Golgi merupakan bagian sel yang hampir serupa dengan Retikulum Endoplasma. Hanya
saja, Badan Golgi terdiri dari berlapis-lapis ruangan yang juga ditutupi oleh membran. Badan
Golgi mempunyai 2 bagian, yaitu bagian cis dan bagian trans. Bagian cis menerima vesikel-
vesikel [vesicle] yang pada umumnya berasal dari Retikulum Endoplasma Kasar. Vesikel ini
akan diserap ke ruangan-ruangan di dalam Badan Golgi dan isi dari vesikel tersebut akan
diproses sedemikian rupa untuk penyempurnaan dan lain sebagainya. Ruangan-ruangan tersebut
akan bergerak dari bagian cis menuju bagian trans. Di bagian inilah ruangan-ruangan tersebut
akan memecahkan dirinya dan membentuk vesikel, dan siap untuk disalurkan ke bagian-bagian
sel yang lain atau ke luar sel.

Fungsi

Skema transpor di dalam badan Golgi. 1. Vesikel retikulum endoplasma, 2. Vesikel eksositosis,
3. Sisterna, 4. Membran sel, 5. Vesikel sekresi.

Fungsi badan golgi:

1. Membentuk kantung (vesikula) untuk sekresi. Terjadi terutama pada sel-sel kelenjar kantung
kecil tersebut, berisi enzim dan bahan-bahan lain.

2. Membentuk membran plasma. Kantung atau membran golgi sama seperti membran plasma.
Kantung yang dilepaskan dapat menjadi bagian dari membran plasma.

3. Membentuk dinding sel tumbuhan


4. Fungsi lain ialah dapat membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk
memecah dinding sel telur dan pembentukan lisosom.

5. Tempat untuk memodifikasi protein

6. Untuk menyortir dan memaket molekul-molekul untuk sekresi sel

7. Untuk membentuk lisosom

Dalam badan golgi terdapat variasi coated vesicle, antara lain

Clathrin-coated adalah yang pertama ditemukan dan diteliti. tersusun dari clathrin dan adaptin.
interaksi lateral antara adaptin dengan clatrin membentuk formasi tunas. jika tunas clathrin sudah
tumbuh, protein yang larut dalam sitoplasma termasuk dynamin akan membentuk cincin di setiap
leher tunas dan memutusnya.

COPI-coated memaket tunas dari bagian pre-golgi dan antar cisternae. beberapa protein COPI-
coat memperlihatkan sekuens yang bermiripan dengan adaptin, dapat diduga berasal dari evolusi
yang bermiripan.

COPII-coated memaket tunas dari retikulum endoplasma.

terdapat 2 protein dalam badan golgi. Protein Snare V-snare menuju T-snare dan akan
bergabung. T-snare adalah protein yang ada di target sedangkan V-snare adalah vesikel snare. V-
snare akan mencari T-snare dan kemudian akan berfusi menjadi satu. Protein Rab termasuk ke
dalam golongan GTP-ase. protein Rab memudahkan dan mengatur kecepatan pelayaran vesikel
dan pemasangan v-snare dan t-snare yang diperlukan pada penggabungan membran.

Vakuola

Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan (cell sap dalam bahasa Inggris). Cairan
ini adalah air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya. Vakuola ditemukan pada semua sel
tumbuhan namun tidak dijumpai pada sel hewan dan bakteri, kecuali pada hewan uniseluler
tingkat rendah.

Pada sel daun dewasa, vakuola mendominasi sebagian besar ruang sel sehingga seringkali sel
terlihat sebagai ruang kosong karena sitosol terdesak ke bagian tepi dari sel.

Bagi tumbuhan, vakuola berperan sangat penting dalam kehidupan karena mekanisme
pertahanan hidupnya bergantung pada kemampuan vakuola menjaga konsentrasi zat-zat terlarut
di dalamnya. Proses pelayuan, misalnya, terjadi karena vakuola kehilangan tekanan turgor pada
dinding sel. Dalam vakuola terkumpul pula sebagian besar bahan-bahan berbahaya bagi proses
metabolisme dalam sel karena tumbuhan tidak mempunyai sistem ekskresi yang efektif seperti
pada hewan. Tanpa vakuola, proses kehidupan pada sel akan berhenti karena terjadi kekacauan
reaksi biokimia.
Sitoplasma

Sitoplasma adalah bagian sel yang terbungkus membran sel. Pada sel eukariota, sitoplasma
adalah bagian non-nukleus dari protoplasma. Pada sitoplasma terdapat sitoskeleton, berbagai
organel dan vesikuli, serta sitosol yang berupa cairan tempat organel melayang-layang di
dalamnya. Sitosol mengisi ruang sel yang tidak ditempati organel dan vesikula dan menjadi
tempat banyak reaksi biokimiawi serta perantara transfer bahan dari luar sel ke organel atau inti
sel.

Walaupun semua sel memiliki sitoplasma, setiap jaringan maupun spesies memiliki ciri-ciri yang
jauh berbeda antara satu dengan yang lain.

Di dalam sitoplasma terdapat oraganel-organel sel berikut ini :


1). Mitokondria, berfungsi dalam proses oksidasi.
2). Plastida, di dalamnya terkandung klorofil, berfungsi dalam fotosintesis.
3). Vakuola, berfungsi menyimpan zat makanan.
4). Ribosom, sebagai tempat berlagsungnya sintesis protein.
5). Retikulum endoplasma, dibedakan menjadi dua :

a). Retikulum Endoplasma Kasar, sebagai tempat melekatnya ribosom.


b). Retikulum Endoplasma Halus.

6). Badan Golgi, berfungsi secara aktif dalam sekresi dan sintesis polisakarida.
7). Lisosom, berperan dalam proses matinya sel-sel.

Kloroplas

Kloroplas atau Chloroplast adalah plastid yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas
berlangsung fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan. Kloroplas terdapat pada
hampir seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel. Bila ada, maka tiap sel dapat
memiliki satu sampai banyak plastid. Pada tumbuhan tingkat tinggi umumnya berbentuk cakram
(kira-kira 2 x 5 mm, kadang-kadang lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal dalam
sitoplasma tetapi bentuk dan posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Pada
ganggang, bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring, seringkali
disertai pirenoid.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat memperbanyak diri
dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui pertumbuhan dan pembelahan
proplastid di daerah meristem. Secara khas kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang
menyalkuti stroma homogen, di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma
tertanam sejumlah grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung
bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan pigmen-pigmen
fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase fotosintesis yang bergantung
pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela intergrana yang bebas pigmen.
Prokariota yang berfotosintesis tidak mempunyai kloroplas, tilakoid yang banyak itu terletak
bebas dalam sitoplasma dan memiliki susunan yang beragam dengan bentuk yang beragam pula.
Kloroplas mengandung DNA lingkar dan mesin sistesis protein, termasuk ribosom dari tipe
prokariotik.

Struktur Kloroplas Kloroplas terdiri atas dua bagian besar, yaitu bagian amplop dan bagian
dalam.Bagian amplop kloroplas terdiri dari membran luar yang bersifat sangat permeabel,
membran dalam yang bersifat permeabel serta merupakan tempat protein transpor melekat, dan
ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam. Bagian dalam
kloroplas mengandung DNA , RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya reaksi gelap), dan
granum. Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi terang) dan ruang
tilakoid (ruang di antara membran tilakoid). Pada tanaman C3, kloroplas terletak pada sel
mesofil. Contoh tanaman C3 adalah padi (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), kacang
kedelai (Glycine max), dan kentang (Solanum tuberosum). Pada tanaman C4, kloroplas terletak
pada sel mesofil dan bundle sheath cell. Contoh tanaman C4 adalah jagung (Zea mays) dan tebu
(Saccharum officinarum).

Genom Kloroplas Kloroplas pada tanaman tingkat tinggi merupakan evolusi dari bakteri
fotosintetik menjadi organel sel tanaman. Genom kloroplas terdiri dari 121 024 pasang
nukleotida serta mempunyai inverted repeats (2 kopi) yang mengandung gen-gen rRNA (16S dan
23S rRNAs) untuk pembentukan ribosom. Genom kloroplas mempunyai subunit yang besar
yaitu penyandi ribulosa biphosphate carboxylase. Protein yang terlibat di dalam kloroplas
sebanyak 60 protein. 2/3nya diekspresikan oleh gen yang terdapat di inti sel sementara 1/3nya
diekspresikan dari genom kloroplas.

Air
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi,[1][2][3] tetapi tidak di planet lain.[4] Air menutupi hampir 71% permukaan
bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi.[5] Air sebagian besar
terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan
tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.
Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan,
hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju
laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan
persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara
dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud
padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami
terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.[6] Pengelolaan sumber daya air
yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air, monopolisasi serta privatisasi dan bahkan
menyulut konflik. [7] Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya air
sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Sifat-sifat kimia dan fisika

Air

Informasi dan sifat-sifat


Nama sistematis air

aqua, dihidrogen monoksida,


Nama alternatif
Hidrogen hidroksida

Rumus molekul H2O

Massa molar 18.0153 g/mol

0.998 g/cm³ (cariran pada 20 °C)


Densitas dan fase
0.92 g/cm³ (padatan)

Titik lebur 0 °C (273.15 K) (32 °F)

Titik didih 100 °C (373.15 K) (212 °F)

Kalor jenis 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)

Halaman data tambahan


Disclaimer and references

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur
273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam kondisi
normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip
dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk
gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-
unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua
elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur
dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa
berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen
lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat
dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua
atom hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap
atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik
antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling
berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan titik didih
air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen.

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada
dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).

Tingginya konsentrasi kapur terlarut membuat warna air dari Air Terjun Havasu terlihat
berwarna turquoise.

Elektrolisis air

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik.
Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua
elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anoda, dua
molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan
elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa
molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung pada elektroda
dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan
hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.[8][9][10]

Kelarutan (solvasi)

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan
larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik"
(pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak),
disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul
dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-
menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam
air.

Butir-butir embun menempel pada jaring laba-laba.

Kohesi dan adhesi

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki sejumlah muatan
parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang (hampir) tidak digunakan
bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi
karena atom oksigen bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia
(atom oksigen) memiliki lebih "kekuatan tarik" pada elektron-elektron yang dimiliki bersama
dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan
negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih
negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.

Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami ke-polar-annya.
Tegangan permukaan

Bunga daisy ini berada di bawah permukaan air, akan tetapi dapat mekar dengan tanpa
terganggu. Tegangan permukaan mencegah air untuk menenggelamkan bunga tersebut.

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar
molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah
permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul
sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan
amat halus air dapat membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.

Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan permukaan
protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki ketertarikan kuat
terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat antar permukaan-permukaan
hidrofilik. Untuk melakukan dehidrasi suatu permukaan hidrofilik — dalam arti melepaskan
lapisan yang terikat dengan kuat dari hidrasi air — perlu dilakukan kerja sungguh-sungguh
melawan gaya-gaya ini, yang disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat besar nilainya
akan tetapi meluruh dengan cepat dalam rentang nanometer atau lebih kecil. Pentingnya gaya-
gaya ini dalam biologi telah dipelajari secara ekstensif oleh V. Adrian Parsegian dari National
Institute of Health.[11] Gaya-gaya ini penting terutama saat sel-sel terdehidrasi saat bersentuhan
langsung dengan ruang luar yang kering atau pendinginan di luar sel (extracellular freezing).
Air dalam kehidupan

Kehidupan di dalam laut.

Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air
dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organic untuk melakukan replikasi.
Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat
pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme.
Air juga dibutuhkan dalam fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis menggunakan cahaya matahari
untuk memisahkan atom hidroden dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk
glukosa dan oksigen akan dilepas ke udara.

Makhluk air

Perairan bumi dipenuhi dengan berbagai macam kehidupan. Semua makhluk hidup pertama di
Bumi ini berasal dari perairan. Hampir semua ikan hidup di dalam air, selain itu, mamalia seperi
lumba-lumba dan ikan paus juga hidup di dalam air. Hewan-hewan seperti amfibi menghabiskan
sebagian hidupnya di dalam air. Bahkan, beberapa reptil seperti ular dan buaya hidup di perairan
dangkal dan lautan. Tumbuhan laut seperti alga dan rumput laut menjadi sumber makanan
ekosistem perairan. Di samudera, plankton menjadi sumber makanan utama para ikan.

Air dan manusia


Peradaban manusia berjaya mengikuti sumber air. Mesopotamia yang disebut sebagai awal
peradaban berada di antara sungai Tigris dan Euphrates. Peradaban Mesir Kuno bergantung pada
sungai Nil. Pusat-pusat manusia yang besar seperti Rotterdam, London, Montreal, Paris, New
York City, Shanghai, Tokyo, Chicago, dan Hong Kong mendapatkan kejayaannya sebagian
dikarenakan adanya kemudahan akses melalui perairan.

Air minum

Air yang diminum dari botol.

Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan.[12] Agar dapat
berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air setiap hari
untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas, suhu,
kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Selain dari air minum, manusia mendapatkan cairan
dari makanan dan minuman lain selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa manusia
membutuhkan 8–10 gelas (sekitar dua liter) per hari,[13] namun hasil penelitian yang diterbitkan
Universitas Pennsylvania pada tahun 2008 menunjukkan bahwa konsumsi sejumlah 8 gelas
tersebut tidak terbukti banyak membantu dalam menyehatkan tubuh. [14] Malah kadang-kadang
untuk beberapa orang, jika meminum air lebih banyak atau berlebihan dari yang dianjurkan dapat
menyebabkan ketergantungan. Literatur medis lainnya menyarankan konsumsi satu liter air per
hari, dengan tambahan bila berolahraga atau pada cuaca yang panas.[15]

Pelarut

Pelarut digunakan sehari-hari untuk mencuci, contohnya mencuci tubuh manusia, pakaian, lantai,
mobil, makanan, dan hewan. Selain itu, limbah rumah tangga juga dibawa oleh air melalui
saluran pembuangan. Pada negara-negara industri, sebagian besar air terpakai sebagai pelarut.

Air dapat memfasilitasi proses biologi yang melarutkan limbah. Mikroorganisme yang ada di
dalam air dapat membantu memecah limbah menjadi zat-zat dengan tingkat polusi yang lebih
rendah.

Zona biologis
Air merupakan cairan singular, oleh karena kapasitasnya untuk membentuk jaringan molekul 3
dimensi dengan ikatan hidrogen yang mutual. Hal ini disebabkan karena setiap molekul air
mempunyai 4 muatan fraksional dengan arah tetrahedron, 2 muatan positif dari kedua atom
hidrogen dan dua muatan negatif dari atom oksigen.[16] Akibatnya, setiap molekul air dapat
membentuk 4 ikatan hidrogen dengan molekul disekitarnya. Sebagai contoh, sebuah atom
hidrogen yang terletak diantara dua atom oksigen, akan membentuk satu ikatan kovalen dengan
satu atom oksigen dan satu ikatan hidrogen dengan atom oksigen lainnya, seperti yang terjadi
pada es. Perubahan densitas molekul air akan berpengaruh pada kemampuannya untuk
melarutkan partikel. Oleh karena sifat muatan fraksional molekul, pada umumnya, air merupakan
zat pelarut yang baik untuk partikel bermuatan atau ion, namun tidak bagi senyawa hidrokarbon.

Konsep tentang sel sebagai larutan yang terbalut membran, pertama kali dipelajari oleh ilmuwan
Rusia bernama Troschin pada tahun 1956. Pada monografnya, Problems of Cell Permeability,
tesis Troschin mengatakan bahwa partisi larutan yang terjadi antara lingkungan intraselular dan
ekstraselular tidak hanya ditentukan oleh permeabilitas membran, namun terjadi akumulasi
larutan tertentu di dalam protoplasma, sehingga membentuk larutan gel yang berbeda dengan air
murni.

Pada tahun 1962, Ling melalui monografnya, A physical theory of the living state, mengutarakan
bahwa air yang terkandung di dalam sel mengalami polarisasi menjadi lapisan-lapisan yang
menyelimuti permukaan protein dan merupakan pelarut yang buruk bagi ion. Ion K+ diserap oleh
sel normal, sebab gugus karboksil dari protein cenderung untuk menarik K+ daripada ion Na+.
Teori ini, dikenal sebagai hipotesis induksi-asosiasi juga mengutarakan tidak adanya pompa
kation, ATPase, yang terikat pada membran sel, dan distribusi semua larutan ditentukan oleh
kombinasi dari gaya tarik menarik antara masing-masing protein dengan modifikasi sifat larutan
air dalam sel. Hasil dari pengukuran NMR memang menunjukkan penurunan mobilitas air di
dalam sel namun dengan cepat terdifusi dengan [[molekul air normal. Hal ini kemudian dikenal
sebagai model two-fraction, fast-exchange.

Keberadaan pompa kation yang digerakkan oleh ATP pada membran sel, terus menjadi bahan
perdebatan, sejalan dengan perdebatan tentang karakteristik cairan di dalam sitoplasma dan air
normal pada umumnya. Argumentasi terkuat yang menentang teori mengenai jenis air yang
khusus di dalam sel, berasal dari kalangan ahli kimiawan fisis. Mereka berpendapat bahwa air di
dalam sel tidak mungkin berbeda dengan air normal, sehingga perubahan struktur dan karakter
air intraselular juga akan dialami dengan air ekstraselular. Pendapat ini didasarkan pada
pemikiran bahwa, meskipun jika pompa kation benar ada terikat pada membran sel, pompa
tersebut hanya menciptakan kesetimbangan osmotik selular yang memisahkan satu larutan dari
larutan lain, namun tidak bagi air. Air dikatakan memiliki kesetimbangan sendiri yang tidak
dapat dibatasi oleh membran sel.

Para ahli lain yang berpendapat bahwa air di dalam sel sangat berbeda dengan air pada
umumnya. Air yang menjadi tidak bebas bergerak oleh karena pengaruh permukaan ionik,
disebut sebagai air berikat (bahasa Inggris: bound water), sedangkan air diluar jangkauan
pengaruh ion tersebut disebut air bebas (bahasa Inggris: bulk water).
Air berikat dapat segera melarutkan ion, oleh karena tiap jenis ion akan segera tertarik oleh
masing-masing muatan fraksional molekul air, sehingga kation dan anion dapat berada
berdekatan tanpa harus membentuk garam. Ion lebih mudah terhidrasi oleh air yang reaktif,
padat dengan ikatan lemah, daripada air inert tidak padat dengan daya ikat kuat. Hal ini
menciptakan zona air, sebagai contoh, kation kecil yang sangat terhidrasi akan cenderung
terakumulasi pada fasa air yang lebih padat, sedangkan kation yang lebih besar akan cenderung
terakumulasi pada fasa air yang lebih renggang, dan menciptakan partisi ion seperti serial
Hofmeister sebagai berikut:

Mg2+ > Ca2+ > H+ >> Na+


NH+ > Cs+ > Rb+ > K+
ATP3- >> ATP2- = ADP2- = HPO42-
I- > Br- > Cl- > H2PO4-

catatan

• densitas air berikat semakin tinggi ke arah kanan.

Interaksi antara molekul air berikat dan gugus ionik diasumsikan terjadi pada rentang jarak yang
pendek, sehingga atom hidrogen terorientasi ke arah anion dan menghambat interaksi antara
populasi air berikat dengan air bebas. Orientasi molekul air berikat semakin terbatas permukaan
molekul polielektrolit bermuatan negatif antara lain DNA, RNA, asam hialorunat, kondroitin
sulfat, dan jenis biopolimer bermuatan lain. Energi elektrostatik antara molekul biopolimer
bermuatan sama yang berdesakan akan menciptakan gaya hidrasi yang mendorong molekul air
bebas keluar dari dalam sitoplasma.

Pada umumnya, konsenstrasi larutan polielektrolit yang cukup tinggi akan membentuk gel.
Misalnya gel agarose atau gel dari asam hialuronat yang mengandung 99,9% air dari total berat
gel. Tertahannya molekul air di dalam struktur kristal gel merupakan salah satu contoh
kecenderungan alami setiap komponen dari suatu sistem untuk bercampur dengan merata.
Molekul air dapat terlepas dari gel sebagai respon dari tekanan udara, peningkatan suhu atau
melalui mekanisme penguapan, namun dengan turunnya rasio kandungan air, daya ikat ionik
yang terjadi antara molekul zat terlarut yang menahan molekul air akan semakin kuat.

Meskipun demikian, pendekatan ionik seperti ini masih belum dapat menjelaskan beberapa
fenomena anomali larutan seperti,

• perbedaan sifat air di dalam sitoplasma oosit hewan katak dengan air di dalam inti sel dan
air normal
• turunnya koefisien difusi air di dalam Artemia cyst dibandingkan dengan koefisien air
yang sama pada gel agarose dan air normal
• lebih rendahnya densitas air pada Artemia cyst dibandingkan air normal pada suhu yang
sama
• anomali trimetilamina oksida pada jaringan otot
• kedua kandungan air normal, dan air dengan koefisien partisi 1,5 yang dimiliki
mitokondria pada suhu 0-4 °C

Fenomena anomali larutan ini dianggap terjadi pada rentang jarak jauh yang berada di luar
domain pendekatan ionik.

Energi pada molekul air menjadi tinggi ketika ikatan hidrogen yang dimiliki menjadi tidak
maksimal, seperti saat molekul air berada dekat dengan permukaan atau gugus hidrokarbon.
Senyawa hidrokarbon kemudian disebut bersifat hidrofobik sebab tidak membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Daya ikat hidrogen pada kondisi ini akan menembus beberapa
zona air dan partisi ion, sehingga dikatakan bahwa sebagai karakter air pada rentang jarak jauh.
Pada rentang ini, molekul garam seperti Na2SO4, sodium asetat dan sodium fosfat akan memiliki
kecenderungan untuk terurai menjadi kation Na+ dan anionnya.

Air dalam kesenian

"Ombak Besar Lepas Pantai Kanagawa." oleh Katsushika Hokusai, lukisan yang sering
digunakan sebagai pelukisan sebuah tsunami.

Dalam seni air dipelajari dengan cara yang berbeda, ia disajikan sebagai suatu elemen langsung,
tidak langsung ataupun hanya sebagai simbol. Dengan didukung kemajuan teknologi fungsi dan
pemanfaatan air dalam seni mulai berubah, dari tadinya pelengkap ia mulai merambat menjadi
obyek utama. Contoh seni yang terakhir ini, misalnya seni aliran atau tetesan (sculpture liquid
atau droplet art).[17]

Seni lukis

Pada zaman Renaisans dan sesudahnya air direpresentasikan lebih realistis. Banyak artis
menggambarkan air dalam bentuk pergerakan - sebuah aliran air atau sungai, sebuah lautan yang
turbulensi, atau bahkan air terjun - akan tetapi banyak juga dari mereka yang senang dengan
obyek-obyek air yang tenang, diam - danau, sungai yang hampir tak mengalir, dan permukaan
laut yang tak berombak. Dalam setiap kasus ini, air menentukan suasana (mood) keseluruhan
dari karya seni tersebut,[18] seperti misalnya dalam Birth of Venus (1486) karya Botticelli[19] dan
The Water Lilies (1897) karya Monet.[20]
Rivermasterz, memanfaatkan air sebagai elemen dalam foto.

Fotografi

Sejalan dengan kemajuan teknologi dalam seni, air mulai mengambil tempat dalam bidang seni
lain, misalnya dalam fotografi. walaupun ada air tidak memiliki arti khusus di sini dan hanya
berperan sebagai elemen pelengkap, akan tetapi ia dapat digunakan dalam hampir semua cabang
fotografi: mulai dari fasion sampai landsekap. Memotret air sebagai elemen dalam obyek
membutuhkan penanganan khusus, mulai dari filter circular polarizer yang berguna
menghilangkan refleksi, sampai pemanfaatan teknik long exposure, suatu teknik fotografi yang
mengandalkan bukaan rana lambat untuk menciptakan efek lembut (soft) pada permukaan air.[21]

Seni tetesan air

Keindahan tetesan air yang memecah permukaan air yang berada di bawahnya diabadikan
dengan berbagai sentuhan teknik dan rasa menjadikannya suatu karya seni yang indah, seperti
yang disajikan oleh Martin Waugh dalam karyanya Liquid Sculpture, suatu antologi yang telah
mendunia.[22]

Seni tetesan air tidak berhenti sampai di sini, dengan pemanfaatan teknik pengaturan terhadap
jatuhnya tetesan air yang malar, mereka dapat diubah sedemikian rupa sehingga tetesan-tetesan
tersebut sebagai satu kesatuan berfungsi sebagai suatu penampil (viewer) seperti halnya tampilan
komputer. Dengan mengatur-atur ukuran dan jumlah tetesan yang akan dilewatkan, dapat sebuah
gambar ditampilkan oleh tetesan-tetesan air yang jatuh. Sayangnya gambar ini hanya bersifat
sementara, sampai titik yang dimaksud jatuh mencapai bagian bawah penampil.[23]
Komersialisasi karya jenis ini pun dalam bentuk resolusi yang lebih kasar telah banyak
dilakukan.[24][25]
Sains semu air

Ikatan hidrogen antar molekul air yang membuatnya dapat membentuk kelompok atau klaster,

Profesor Masaru Emoto, seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang pada tahun 2003
melalui penelitiannya mengungkapkan suatu keanehan pada sifat air. Melalui pengamatannya
terhadap lebih dari dua ribu contoh foto kristal air yang dikumpulkannya dari berbagai penjuru
dunia, Emoto menemukan bahwa partikel molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung
perasaan manusia disekelilingnya,[26] yang secara tidak langsung mengisyaratkan pengaruh
perasaan terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen,

Emoto juga menemukan bahwa partikel kristal air terlihat menjadi "indah" dan "mengagumkan"
apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Namun partikel kristal air terlihat menjadi "buruk" dan "tidak sedap dipandang mata" apabila
mendapat efek negatif disekitarnya, seperti kesedihan dan bencana. Lebih dari dua ribu buah foto
kristal air terdapat didalam buku Message from Water (Pesan dari Air) yang dikarangnya
sebagai pembuktian kesimpulan nya sehingga hal ini berpeluang menjadi suatu terobosan dalam
meyakini keajaiban alam. Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suara
musik, doa-doa dan kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke dalam air tersebut.[27]

Sampai sekarang Emoto dan karyanya masih dianggap kontroversial.[28][29][30][31] Ernst Braun dari
Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya metoda pembuatan foto kristal
seperti yang diungkapan oleh Emoto, sayangnya hasil tersebut tidak dapat direproduksi kembali,
walaupun dalam kondisi percobaan yang sama.[32]

You might also like