Professional Documents
Culture Documents
Ayam mencuat kokok di kala pagi hingga waktu sampai aku lupakan
Semangat didalammu
Berbagai ilmu yang menggunung
membawakan kobaran gelora
dengan makrifat.
pejamkan aku, aku mau tidur teman !
hari
Pak guru sudah menanti Bangsa yang menghidupkan
sang mata.
Saat tatapan mata memandang lepas
dingin
Meratap dan menangis kembali hati ini
Air wudlu pun menembus
dan sejahtera
Yang akan menjadikan mereka penghuni Di banyak kerumunan besi berasap
taman surga
Tersaksikan tangan tangan kecil
golongannya
Menahan hausnya rintihan hati
6. Mentari
Mengharap ada yang memberi
terlukiskan
Untuk sumber energi pribumi
7. Pengemis-Pengemis Kecil
Kulihat sawah membentang
Terlihat kenyataannya
menghilang ditelan kejamnya keuatan
Oh…..alam desaku
Tidak !, Sang Khalik memang
……lestarikanlah
sudah
beterbangan
Menyelinap mencari celah Apalagi tidur di istana langit
Hitam dan merah tak pernah gerah Yang menguasai jagad raya,
senang, gembira pasti bahagia disana. Dan ibu pun bosan bertanya
Memang manusia tak berhak Saat duduk di atas bus tua yang
tinggal pengap
Aku tetap tak menjawab Panasnya menusuk kulitku,
membangkang
karuniaMu yang terindah
usia
Menggapai tubuh sehat maha sempurna
tubuhnya
Dalam langkah langkah kecilku
nusantaramu
mohon syafaatNya
Berkelok-kelok itu
di atas sisa umur yang terberi
pasti ada yang ke kiri dan ke kanan
menawan
penentu segala takdir ini
Orang Arab sering berkata terutama manusia di dunia
sayang
Kemerdekaan yang mahal harganya
24. Alam
yang tak dapat diukur dengan harta
Mengapa engkau tak tersenyum cerah
Engkau tempat berpijak semua Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
makhluk.
Aku ingin….
Alam janganlah kau enggan
berguguran
yang selalu membuatku terpesona
Itu anugrah dari Sang Maha Adil. Di tengah orang tak tahu arah tujuan
dunia
Apa gerangan engkau bersedih
yang telah menciptakan langit dan bumi Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Terima kasih para kyai yang telah Selagi engkau masih mau menerima
mendidik kami
dan menyaksikan engkau bangun
nuranimu?
Seindah taman surga
Apakah engkau tidak mempunyai
Di malam itu kau tidak tidur
mata hati ?
Kau hidup penuhi pesona langit
Dimana sebenarya rasa
Terangi hamparan bumi
kemanusiaanmu berada ?
Keindahan dan kekuatanmu
Sungguh kejam kau perbuat waktu
Begitu sempurna menawan hati
itu
Mencerahkan duka setiap insan
31. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah Dan kau diam saja lagi senang
Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh Pahatan dan ukiran terbaik dari orang
usahamu
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Kau bangun peninggalan sejarah
Sungguh banyak harapan
itu untuk keindahan dunia
terpendam
Kini kusaksikan hasil
Ilmu maha luas telah tertuliskan
keikhlasanmu itu
Namun sayang kau malas
ada di depanku
membaca
kehidupan kerajaan semut Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Dan saatnyalah kini kau berikan contoh Malang beribu malang kau malas
membaca
Kau berikan tauladan
Duhai anak yang malang
kepedihan
Kulewati jalan setapak menyusuri pantai
Kenapa banyak rakyat miskin tak Aku lihat di seberang ufuk timur
Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat 36. Manusia Sabang dan Merauke
miskin
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia Sejarah bicara dan kami menyaksikan
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman
dan pengetahuan
mengikuti putaran irama yang sedang
bangsa
Megah memang di sebelah barat
tersandangkan di tanahmu
Lurus mungkin disebelah barat
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka Kini tersaksikan hanya segelintir saja
hitam
Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan
Dimana putih telah tumpah dengan hitam Manusia Jogja ada dimana ?
kepadaNya
seindah kemolekan bunga
Banyak orang tak merasuk ke jiwaku Jika jiwa itu telah pudar
Dalam asa kepedihan ini Bila hatimu itu sudah tidak merasa
Itu karena hanya aku yang mampu Apa diri akan kau temui nanti ?
mendayanya
Tersaksikan oleh bisinngnya dunia
rodaku
Dan aku kini telah terasingkan Oh, Tuhan izinkanlah aku bersinar seperti
bintang
Tergantikan dengan teman barumu
Kutatap langit nan berkilau di kala malam Butiranmu bisa kecil dan juga besar
manusia
Cahayanya begitu indah
Teman di kala duka,teman di kala
dikau tanaman
setiap insan
Di saat manusia rakus terhadap hutan
sekarang
Tak pernah ku memikirkanmu
Barisan bukit – bukit nampak begitu indah Dunia begitu luas membentang singgasana
Bentangan samudra nan kaya hasil laut, Begitu bingung kita berjalan bila tidak
tahu arah
hamparan hutan begitu menyegarkan udara
digunduli angkutnya
ini
Sesak, sesak, dan sesak aku bernafas
Banyak pula orang menerbangkan sampah Kau bagaikan pahlawan di dalam kerajaan
kesana – kemari
Harimauku, awas di depanmu ada
Mau jadi apa dunia ini sekarang
singa !
Semua sudah tak ‘da yang mengerti
Semua sudah tak ‘da yang mau Harimauku, awas di depanmu ada
peduli macan !
Begitu kencang, tegas, dan kuat Begitu menggunung aku melihat kau
cengkramanmu berada
Karena manusia senang bertindak tanpa Mengikuti harumnya aroma bunga itu
otak
Ia tak tahu bahwa sekarang telah bisa
Merpati sayapmu putih suci menawan Apakah kau mengerti dulu kau
menakutkan kembalikan
dosaku
Dan kau tidak makan, menahan haus dan
Ku menyesal !
dahaga
menawan
Tetapi nasibmu sungguh malang
Membawa bahagia bagi siapa saja
51. Menyesal
oleh orang yang tak peduli
Bertahun – tahun sudah dunia bersamaku Pohon jati jasamu sungguh besar
tempurung
alangkah besarnya pohon
Indonesia Indonesia
optimis
semuanya telah menemani manusia
Paculah laju kudamu sekencang-
mengusik di jalanan
Pagi ini, hari ini, mari tetap berkarya
Harapan terpendam ada di pundakmu Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
kata
Pulas dan pulas manusia menutup mata
Yang dulu hanya jadi mimpi
mimpi
Tak terasa waktu terus berputar
memperbaiki bangsa
nuansa matahari saat itu
ku sabar menunggu
Domba domba berpayahan
di penantian jatuhnya kelapa muda Di keteduhan pohon sengon
itu
di kaki bukit terdengar ria
nyaring gembira
Kenapa manusia hanya begini ?
lupalah haus dan lapar
membanding
Dendang gembala
menuju ke kandang
ke atas sampai ke angkasa luar
62. Permainya Desaku
Dari putrimu
begitu beningnya
yang sangat menyayangi,
dan membutuhkanmu….
itulah alam desaku yang permai
Ibu,
Jika begini hancurlah sudah
ibu tahu tidak kalau aku sedih?
Ibu, terjadi ?
menyamaimu
Larut dalam gelap gulita malam
dan harapkan
Mengikuti putaran yang menjingkrak
saja
68. Siapa Berani
yang membacanya
Siapa berani mendaki gunung itu ?
kami
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
kala
Gema janji sumpahmu tetap masih Di balik selimut manusia bersembunyi
meraung
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban
kemerdekaan ini
Kesekolah tidak bisa datang
timur
71. Kiamat
Kiamat……
Orang baik sudah tidak ada lagi Antara panas dan dingin
perlindunganNya
Berdiri tegap, berbadan kuat
Mengeringkerontangkan tenggorokan
Dengan adanya dunia dan akhirat
terpendam
Jam 11 malam pun kau masih
itu
Di jepang banyak kamu tinggal
kesalahan
Untuk memolekkan rumah
menimpamu
Bagaikan robot yang tak
dengan sesempurna
76. Nikmatnya berzakat
kemampuanmu.
Menumpuk sudah uang tabunganku
Oh tukang batu……
Setelah berlama-lama kukumpulkan
Kini saatnya sebagian aku zakatkan Ke atas langit dan ke bawah bumi
Tidak merasa hilang uangku jika kambing pasti tertawa dalam haus dan
dimasukkan lapar
lusuh
dalam duka lagi lara
Memang duka lara akan pergi Tak pernah secuilpun kau perbuat
selaras dengan
Bila senyum kita lempar
aturan hati
Namun tidak seperti melempar
bumi
Jika baik di kata kau selalu ambil
sedikitpun
Senyum suka cita pun mencuat dari mulut
merusak alam
Dan bila kau pergi keramahan tiada lagi Bang kuning meraya
ombak
Terimakasih kawan kawanku
sehat
Membukakan hati yang berketakutan
senang
Dan bangsa harus tetap bersatu
Andai saja aku bisa menggapainya Engkau mekar di taman beraneka warna
Akan kuraih bila aku dapat Mawar dan melati berwarna warni
kupu
Menari, menyanyi dan menghirup Engkau tinggi menjulang
madumu
Penuh pepohonan kiri dan kanan
Guru…….
Coklat batangmu
bangsa
90. Tugu
Kehidupan dulu
89. Gunungku
liku
Engkaulah sang penghirup madu
91. Laut
Menghirup dengan penuh kesenagan
Laut……..
Menghirup di atas bunga-bungaku
Laut………. mentari
Tuhan
Burung pun ikut berkicau dengan merdu Itulah wujudmu wahai lagu
luas
Yang berwarna putih
Itulah Indonesiaku
Yang memangjang satu persatu
mulutku
Kulantunkan tembang rindu
Berepuklah tangan
Kumenari dan bernyanyi dengan riang
Menusuk telinga
Menyanyikan lagu
kau dapatkan
Langit, bapaknya
Alam,pekarangannya
Semua mala akan hijrah ke angkasa
Raga,rumahnya
97. Beri Terbaik
Waktu,menggelindingkannya
Segala apa yang diambil
Buah nangka atau durian busuk ? Dua bocah dalam rumah kosong
Pastilah yang akan dipilih adalah segala Berkelakar dan tertawa riang
pulang
Raja kematian datang dini hari
memporakporandakan
Tapi bocah sudah meregang
103. Prinsip
Keberhasilan bukanlah hadiah, Sehari aku gosok gigi
pahala
Bisa atau tidak ?
untuk hambaNya
Saat malam tiba
fenomena itu
Tanpa kesakitan menahan teriknya
pasang
Kau pelangi terindah disini
lalu lalang
121. Rembulan
Membawakan penumpang
Saat rembulan berwajah muram
Berpenampilan gagah
Malam hanyalah hitam
datang
Warnamu indah berseri
salju berasa puncak jaya wijaya Keriting ada lurus juga ada
bercampur
Kaki bertautan menahan pijak
pegunungan
Di sisiNya kita kan dekat
pangkuanNya
Sisihkan hati untuk negeri ini
Berulang-ulang,berkesinambung pesona
bangsa
Membawakan jasmani ke dalam
Wahai…….bangsaku
Kesehatan yang luar biasa
Berjuanglah !
Diantara tarian-tarian malam
Ia butuh perhatian
Atau sengaja lupa akan budaya bangasa
menang
Bangsa indonesia
Bergelora sakit
Memutar badan kesana kemari
Berkejora sedih
Mencari untung menggali celah
belukar
Hasil membahana juga sudah membumi Memasuk melangkah kaki menginjak
ketangguhan
Dalam cerita pak tani
dalam air
Bantuan dan pertolongan mengalir
segalanya
Bersemayam : berada
Tidaklah tertib
Merekah : retak, meretak
GLOSARIUM
Mala : penyakit
Angin segar : suasana baik, suasana
diri
Membelenggu : menghukum
Mencekal : menimpa
Mendera : menyebabkan
Mencibirmu : membicarakan,
mengomentari
Singgasana : kerajaan
Sembab : basah