You are on page 1of 16

Referensi

1. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP.


2. Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC.
3. Bagian Obstetri & Ginekologi FKUP. 1983. Obstetri Fisiologi . Bandung :
Eleman.
4. Cunningham, F. Gary,dkk. 2005. Obstetri William (terjemahan). Jakarta :
EGC.
5. Varney, Helen, dkk. 2006. \Buku Ajaran Asuhan Kebidanan (terjemahan).
Jakarta : EGC.
6. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC.
7. Varney, Helen, dkk. Buku Saku Bidan (terjemahan). Jakarta : EGC.
8. Krisnadi, S. Rifayani, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi RSHS. Bandung : Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fak.Kedokteran UNPAD RSHS.
PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini, angka kematian dan kesakitan perinatal telah menurun
secara signifikan, akan tetapi kematian janin antenatal masih merupakan masalah.
Kematian janin tidak selalu pada kelompok kehamilan risiko tinggi, akan tetapi
beberapa kematian tersebut terjadi pada kehamilan dengan risiko rendah bahkan
normal.

Salah satu tujuan utama perawatan antenatal adalah untuk mengidentifikasi ibu hamil
yang beresiko tinggi terjadi gangguan pada buah kehamilannya. Terdapat berbagai
macam peralatan/teknik untuk pengawasan janin ante/intrapartum.

URAIAN MATERI

Pengkajian janin dapat dilakukan dengan metode yang tidak menggunakan teknologi,
seperti perhitungan gerakan janin. (fetal movement Counting,FMC) dan tes akselerasi
auskultrasi (Auscultated Acceleration Test, AAT). Sedangkan metode menggunakan
teknologi seperti Ultrasonoigrafi (USG), Kardiotokografi, Amniosintesis, dsb. Bidan
sebaiknya mengetahui manfaat setiap metode pengkajian janin.

I. GERAKAN JANIN / FMC (Fetal Movement Counting)


A. Pengertian
Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin,
dimana gerakan janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika
gerakan ini dirasakan. Data sedikitnya 10 gerakan perhari dianggap
lazim.
Perhitungan gerakan janin harus dimulai pada usia kehamilan34-36
minggu bagi wanita yang berisiko rendah mengalami insufisiensi
uteroplasenta. Sedangkan pada wanita yang faktor resikonya telah
diidentifikasi, perhitungan gerakan janin dilakukan pada usia
kehamilan 28 minggu.
Gerakan janin normal yaitu sekelompok atau beberapa kelompokn
aktivitas tungkai dan tubuh janin yang menunjukan normalitas.
Gerakan janin pada grimigravida dirasakan pada kehamilan 18
minggu, sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu.

B. Hal Yang Mempengaruhi Gerakan Janin


 Kapan gerakan muncul
 Usia kandungan
 Kadar glukosa
 Stimulus suara
 Status prilaku janin
 Penggunaan obat-obatan dan kebiasaan merokok
 Hipoksia
 Asidemia
 Polihidramnion
 Oligohidramnion
C. Cara menghitung gerakan janin
Pengkajian riwayat meruupakan langkah yang penting. Klien sering
melaporkan penurunan gerakan janin karena mereaka lupa merasakan
aktifitas janin selama periode waktu tertentu dan juga tidak terlalu
menaruh perhatian terhadap hal ini.
Anjurkan klien untuk fokus pada aktifitas janin selama periode waktu
satu jam, terutama saat ia sedang beristirahat, dalam kondisi gizi baik,
dan asupan cairan cukup.
Apabila klien mampu membaca dan memahami prosedur grafik dasar,
maka dapat menggunakan metode count to ten ( menghitung sampai
10 ) :
1. Jadwalkan satu sesi perhitungan perhari
2. Jadwalkan sesi pada waktu yang sama setiap hari
3. Catat berapa lama biasanya dibutuhkan untuk merasakan 10 kali
gerakan
4. Setidaknya harus terdapat 10 kali gerakan teridentifikasi dalam 10
jam
5. Apabila gerakan kurang dari 10 kali dalam 10 jam, jika dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mencapai 10 kali gerakan, atau jika tidak
terasa gerakan dalam 10 jam maka hubungi bidan.

Kelebihan metode ini yaitu : mudah digunakan, singkat dan mudah


diinterpretasi.

D. Langkah Yang Akan Dilakukan Jika Dirasakan Penurunan


Gerakan Janin

Laporan yang menyatakan tidak ada gerakan

Riwayat aktifitas janin terdahulu

Makan, istirahat selama satu jam


Gerakan ≥ 3 GerakanNST < 3
E. Peran Bidan
Hal terpenting dalam pemeriksaan hal ini adalah para wanita
mewaspadai bahwa pola gerakan janin yang konsisten merupakan hal
yang penting. Bidan berperan dalam penyampaian informasi dan
konseling terhadap klien. Informasi mengenai cara memeriksa gerakan
janin serta manfaatnya adalah hal yang penting untuk klien ketahui.
Oleh karena itu, klien harus melaporkan bila terjadi penurunan atau
bahkan gerakan janin berhenti. Informasi yang disampaikan harus
jelas, yakni bahwa gerakan janin dan laporan yang klien buat sangat
penting. Hal ini dapat memberdayakan wanita untuk bertanggung
jawab terhadap pengawasan janin mereka sendiri.
Apabila klien merasakan penurunan atau gerakan janin berhenti, maka
bidan harus melakukan rujukan untuk diadakan tes lebih lanjut seperti
tes nonstres (NST).
II. DENYUT JANTUNG JANIN
A. Pengertian
Denyut jantung janin normal adalah frekuensi denyut rata-rata wanita
tidak sedang bersalin, atau diukur diantara dua kontraksi. Rentang
normal adalah 120 sampai 160 denyut/menit. Bunyi denyut jantung
janin seperti bunyi detik jam dibawah bantal.
B. Alat Pemeriksa Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa
dengan menggunakan:
1. Auskultasi periodik
Tersedia beberapa instrument untuk mendeteksi denyut jantung
janin seperti : Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop Pinard/Laenec
(18-20 minggu), stetoskop ultrasonografi dopler (12 minggu).

2. Electronic Fetal Monitoring


Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu : alat
eksternal (transducer eksternal) dan alat internal (elektroda spiral
dan kateter tekanan intrauterine).
C. Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin
Dengan menggunakan stetoskop Pinard
1. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat
gangguan dari suara lain.
2. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yang
tidak perlu diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.
3. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari
pemeriksaan palpasi.
4. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan.
Setelah daerah ditemukan, stetoskop pinard di pakai bagian yang
berlubang luas ditempatkan ke atas tempat atau daerah dimana kita
akan mendengarkan. Sedangkan bagian yang luasnya sempit
ditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus.
5. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyut
jantung janin. Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastikan
apakah yang terdengar itu denyut jantung janin, detak ini harus
disesuai dengan detak nadi ibu. Bila detakkan itu sama dengan
nadi ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi detak aorta
abdominalis dari ibu.
6. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantung
janin maka dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinya
denyut jantung janin itu.

Dengan menggunakan doppler


1. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat
digunakan
2. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telah
ditentukan. Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara
antara kulit abdomen dengan permukaan sensor.
3. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan,
kemudian tekan tombol start untuk mendengarkan denyut
jantung janin.
4. Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan
menggunakan tombol pengatur volume
5. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui
monitor
D. Cara menghitung denyut jantung janin
Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal
ini dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta
membandingkan dengan rentang normal selama satu menit.
E. Hal yang dapat diketahui dalam pemeriksaan Djj
1. Dari adanya denyut jantung janin:
- Tanda pasti kehamilan
- Anak hidup
2. Dari tempat denyut jantung janin terdengar
- Presentasi janin
- Posisi janin (kedudukan punggung)
- Sikap janin
- Adanya janin kembar
3. Dari sifat denyut jantung janin
- Keadaan janin

F. Bunyi yang sering terdengar ketika memeriksa denyut jantung janin


1. Desir tali pusat
Disebabkan semburan darah melalui arteri umbilikalis. Suara ini
terdengar seperti siulan nyaring yang singkron dengan denyut
juantung janin. Suara ini tidak konstan, kadang-kadang terdengar
jelas ketika diperiksa pada suatu waktu namun pada pemeriksaan
di lain tidak terdengar.
2. Desir uterus
Terdengar sebagai suara hembusan lembut yang singkron dengan
denyut ibu. Bunyi ini biasanya paling jelas terdengar saat
auskultasi segmen bawah uterus. Suara ini dihasilkan oleh pasase
darah melalui pembuluh-pembuluh uterus yang berdilatasi dan
dijumpai tidak saja pada kehamilan tetapi juga pada setiap keadaan
yang menyebabkan aliran darah ke uterus meningkat, hingga
pengaliran darah menjadi luas.
3. Suara akibat gerakan janin
Suara gerakan ini seperti suara pukulan, dikarenakan janin
mendapat reaaksi dari luar
4. Gerakan usus
Suara ini seperti berkumur-kumur, dihasilkan oleh berjalannya gas
atau cairan melalui usus ibu.
G. Frekuensi Denyut jantung
1. Bradikardi
Frekuensi denyut jantung janin yang berkurang dari 110
denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksia
janin.
Penyebabnya:
- Hipoksia janin tahap lanjut
- Obat-obatan beta-adrenergetik (propanolol ; anestik untuk blok
epidural, spinal, kaudal, dan pudendal)
- Hipotensi pada ibu
- Kompresi tali pusat yang lama
- Blok jantung congenital pada janin
2. Takikardia
Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari 160denyut/menit.
Keadaan ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin.
Penyebabnya:
- Hipoksia janin dini
- Demam pada ibu
- Obat-obatan parasimpatik (atropine, hidroksizin)
- Obat-obatan Beta-simpatomimetik(ritrodon,isoksuprin)
- Amnionitis
- Hipertiroid pada ibu
- Anemia pada janin
- Gagal jantung pada janin
- Aritma jantung pada janin
3. Variabilitas
Variabilitas denyut jantung janin digambarkan sebagai
ketidakteraturan irama jantung normal. Variabilitas denyut demi
denyut normal dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit
a. Variabilitas jangka pendek yaitu ketidaksamaan satu denyut
dengan denyut berikutnya
b. Variabilitas jangka panjang yaitu tampak sebagai siklus ritmik
aqtau gelombang dasar dan biasanya terdapat tiga sampai lima
siklus permenit.
Penyebab variabilitas meningkat:
- Hipoksia ringan dini
- Stimulasi janin oleh palpasi rahim, kontraksi rahim, aktivitas
janin, dan aktivitas ibu.
Penyebab variabilitas menurun:
- Hipoksia atau asidosis
- Depresi system saraf pusat oleh obat-obatan tertentu
- Prematuritas
- Siklus tidur janin
- Aritma jantung janin
H. Frekuensi denyut periodik
1. Akselerasi
Adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di atas nilai
normal. Akselerasi denyut jantung janin yang timbul saat gerakan
janin terjadi merupakan indikasi janin sehat.
Penyebab:
- Gerakan janin spontan
- Pemeriksaan dalam
- Presentasi sungsang
- Tekanan fundus
- Kontraksi rahim
- Palpasi perut
2. Deselerasi
Adalah penurunan sementara denyut jantung janin di bawah nilai
normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk
benigna atau bentuk yang tidak menyenangkan
Tiga tipe deselerasi:
- Deselerasi dini yaitu penurunan sementara denyut jantung janin
dibawah nilai normal sejalan kontraksi rahim
Penyebab: kompresi kepala sebagai akibat kontraksi rahim,
pemeriksaan dalam, tekanan fundus, pemasangan alat
pemantau internal
- Deselerasi lambat yaitu penurunan sementara denyut jantung
janin di bawah nilai normal fase kontraksi
Penyebab: Insufisiensi uteruplasenta disebabkan oleh
hiperaktivitas atau hipertonisitas rahim, hipontensi supin pada
ibu, anestesi spinal atau epidural, plasenta previa, solusio
plasenta, ganguan hipertensi, IUGR, diabetes mellitus dan
amnionitis.
- Deselerasi variasi yaitu penurunan sementara denyut jantung
janin mendadak yang bervariasi dalam durasi, intensitas dan
waktu awitan kontraksi.
Penyebab: kompresi tali pusat disebabkan oleh lilitan tali
pusat, tali pusat pendek, tali pusat membelit, tali pusat prolaps.
- Deselerasi memanjang didefinisikan sebagai deselerasi
tersendiri yang berlangsung 2 menit atau lebih, tetapi kurang
dari 10 menit dari awitan untuk kembali normal.
Penyebab: pemeriksaan panggul, pemasangan elektroda spiral,
penurunan janin yang cepat, penggunaan manuver valsava,
prolaps tali pusat, kejang ibu termasuk eklampsi dan epilepsy,
hipotensi ibu pada posisi terlentang.
I. Peran Bidan
Sebelum melakukan pemantauan janin, bidan harus menjelaskan
seluruh prosedur pelaksanaan kepada klien serta menjelaskan manfaat
atau tujuannya. Penjelasan bidan yang melakukan pemantauan janin
dapat sangat mempengaruhi perasaan klien. Klien yang memperoleh
penjelasan dari bidan akan bersikap positif tentang pengalamannya
dalam pemantauan janin ini dibandinghkan dengan klien yang merasa
tidak mendapatkan penjelasan yang cukup. Klien biasanya khawatir
bila bidan tidak dapat menemukan denyut jantung janin. Pendengar
yang tidak berpengalaman seringkali membutuhkan waktu yang lama
untuk menemukan denyut jantung dan menemukan titik di mana
intesitas denyut jantung janin maksimum.
Bidan harus dapat mengenali tanda-tanda ketidaknormalan denyut
jantung janin. Jika bidan menemukan ketidaknormalan denyut jantung
janin, bidan harus segera melakukan rujukan ke pemeriksaan lebih
lanjut agar kesejahteraan janin tetap terpantau.
III. NON STRESS TEST
A. Pengertian
Non stress test (NST) adalah pemeriksaan kesehatan janin dengan
menggunakan kardiotografi pada umur kehamilan ≥32 minggu.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud menilai kesehatan janin
melalui hubungan perubahan denyut jantung janin dengan gerakan
janin yang dirasakan ibu
B. Indikasi Pelaksanaan Non stress test
Semua kondisi yang dapat menyebabkan janin lahir dalam keadaan
buruk, antara lain:

Kondisi ibu Kondisi janin Kondisi yang


berhubungan dengan
kehamilan
- Hipertensi kronis - Pertumbuhan - Kehamilan
- Diabetes melitus janin terhambat multipel
- Anemia berat - Kelainan - Ketuban pecah
- Penyakit vaskuler kongenital pada kehamilan
holagen minor kurang bulan
- Gangguan fungsi - Aritmia jantung - Polihidraamnion
ginjal - Isoimunisasi - Oligo hidramnion
- Penyakit jantung - Infeksi janin - Plasentasi
- Pneumonia dan (toksoplasmosis abnormal
penyakit paru- , sifilis, dsb). - Solusio plasenta
paru berat - Riwayat - Kehamilan lewat
- Penyakit dengan kematian janin waktu
kejang

C. Prosedur pelaksanaan
1. Pasien ditidurkan secar santai semi fowler, 45o miring ke kiri.
Hal ini untuk menghindari hipotensi supine.
2. Tekanan darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang kardiotokografi
4. Pada ibu diberikan tombol penanda yang harus ditekan apabila ibu
merasakan gerakn janin.
5. Frekuensi denyut jantung janin dicatat selama 10 menit pertama
untuk mendapatkan data dasar denyut jantung janin.
6. Pemantauan tidak boleh kurang dari 20 menit. Apabila pada 20
menit pertama didapatkan hasil nonreaktif, dilanjutkan pemantauan
20 menit lagi. Pastikan tidak ada hal-hal yang mempengaruhi hasil
pemantauan (misalnya pemakaian sedativa) apabila hasilnya
nonreaktif.
7. Pemeriksaan nst ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan
hasil nst secara individual
D. Pembacaan hasil

Selain itu ada hasil yang kurang baik (non reassuring) keadaan ini
interpretasinya sukar, dapat disebabkan pemakaian obat seperti :
barbiturat, Demerol, fenotiasid dan metildopa. Pada keadaan non
reassuring dan pasien tidak menggunakan obat-obatan, dianjurkan agar
nst diulangi keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik,
dilakukan pemeriksaan uji beban kontraksi ( OCT/oxytocin challenge
test)
E. Penyebab umum non rekativitas pada nst
F. Peran bidan
Pemantauan janin melalui test nonstress ini, bidan berkolaborasi atau
bekerja dalam tim ahli dalam pelaksanaannya. Pemeriksaan ini bukan
merupakan kewenangan bidan. Namun bidan perlu mengenal dan
mengetahui tentang test nonstress ini, sehingga dapat memberikan
infrmasi yang jelas dan lengkap kepada klien, terutama klien yang
memerlukan pemeriksaan ini.
IV. AMNIOSINTESIS
A. Pengertian
Amniosintesis dilakukan untuk memperoleh cairan amnion yang
mengandung sel janin. Dengan visualisasi ultrasound suatu jarum
dimasukan secara transabdominal kedalam uterus. Cairan amnion ini
diambil dengan spuit dan dilakukan berbagai analisis. Cairan amnion
yang mengandung sel-sel janin, bahan-bahan kimia, dan
mikroorganisme, mampu member informasi tentang susunan genetik,
kondisi janin, serta tingkat kematangannya.
B. Pelaksanaan
Amniosintesis dapat dilakukan bila cairan amnion sudah cukup banyak
dan ketika uterus menjadi organ abdomen. Pada awal trimester (14-16
minggu), dilakukan untuk mendeteksi kelainan genetic dan metabolik
melalui pemeriksaan sitogenetik.
Pemeriksaan ini biasanya dianjurkan bila calon ibu berusia diatas 35
tahun. Karena hammil di usia ini memiliki resiko cukup tinggi.
Terutama untuk menentukan apakah janin menderita sindroma down
atau tidak. Umumnya memerlukan waktu sekitar 24-35 hari untuk
mengetahui dengan jelas dan tuntas hasil biakan tersebut.
C. Komplikasi
Komplikasi keseluruhan kurang dari 1%, baik pada ibu maupun pada
janin, meliputi hal-hal berikut:
Maternal: hemoragi, hemoragi janin-maternal dengan kemungkinan
isoimunisasi RH maternal, infeksi, persalinan, abrupsio plasenta,
kerusakan karena kurang hati-hati pada usus atau kandung kemih,
embolisme cairan amnion.
Janin: kematian, hemoragi, infeksi (amnionitis), cedera langsung
akibat tertusuk jarum, aborsi atau persalinan prematur, kebocoran
cairan amnion.
D. Peran bidan
Bidan perlu mengenal dan mengetahui cara pemantauan janin melalui
pemeriksaan amniosintesis. Bidan perlu member penjelasan mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan kepada klien, seperti informasi
mengenai tujuan dan prosedur pelaksanaan dari pemeriksaan
amniosintesis, sehingga klien merasa tenang dengan adanya dukungan
bidan. Selain itu bidan tidak hanya bekerja secara mandiri, namun
bekerja dalam tim, sehingga bidan akan menemui pemeriksaan
amniosintesis ini dilapangan.

Kesimpulan

Pola gerakan janin adalah tanda reliabel tentang kesejahteraan janin, dimana gerakan
janin yang mengikuti pola teratur dari waktu ketika gerakan ini dirasakan.data
sedikitnya 10 gerakan perhari dianggap lazim.

You might also like