You are on page 1of 90

Pelatihan keterampilan klinik dalam bidang Ilmu Obstetri dan

Gynecology merupakan bagian dari pelatihan ketrampilan klinik dasar,


sebagai bekal untuk proses pembelajaran selanjutnya. Pelatihan
keterampilan meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pemasangan IUD, dan pemeriksaan bayi baru lahir. Pelatihan dilakukan
menggunakan manekin dengan dibantu oleh alat-alat pemeriksaan
yang sederhana dan disesuaikan dengan kompetensi dokter pelayanan
primer Proses pembelajaran juga dibantu dengan pemutaran video dan
diskusi.
Pelatihan keterampilan klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak
merupakan bagian dari pelatihan ketrampilan klinik dasar, sebagai
bekal untuk proses pembelajaran selanjutnya. Pelatihan keterampilan
meliputi pemeriksaan fisik bayi dan anak. Pelatihan dilakukan
menggunakan manekin dengan dibantu oleh kasus dan alat-alat
pemeriksaan yang sederhana dan disesuaikan dengan kompetensi
dokter pelayanan primer.

1
Keterampilan klinik dalam bidang Ilmu Obstetri dan Gynecology:
✔ Mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan dalam kondisi fisiologis dengan menerapkan
komunikasi efektif serta prosedur yang benar dan legeartis.
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan manekin dan
ceklist.
✔ Mahasiswa diharapkan mampu untuk menolong persalinan
normal. Pembelajaran dilakukan dengan pemutaran video dan
manekin.
✔ Mahasiswa diharapkan mampu untuk memimpin ibu
melakukan inisiasi menyusui dini. Pembelajaran dilakukan
dengan pemutaran video.
✔ Mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan pemasangan
IUD. Pembelajaran dilakukan dengan pemutaran Video dan
manekin.

Keterampilan klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak:


Pelatihan keterampilan klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak
merupakan bagian dari pelatihan ketrampilan klinik dasar,
sebagai bekal untuk proses pembelajaran selanjutnya. Pelatihan
keterampilan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik
neonatus, bayi dan anak.

2
Standar Kompetensi Dokter

Sebagai pegangan, matrix di bawah ini merupakan jenis keterampilan


klinik pada Bidang Ilmu Obstetri & Gynaecology serta Ilmu Kesehatan
Anak yang diharapkan setelah lulus dokter

I. Obstetri & Gynaecology


Level of expected
Contraception/ sterillization competencies
advise about contraception -1- -2- -3- -4-
insertion I.U.D -1- -2- -3- -4-
Obstetrics
Selection of high-risk pregnancy for -1- -2- -3- -4-
Hospitalization/ clinical care
Pregnancy
attending pregnant women -1- -2- -3- -4-
inspection of abdomen of pregnant -1- -2- -3- -4-
woman
palpation : fundal height, Leopold’s -1- -2- -3- -4-
manoeuvre, external assessment of
position
assessment of fetal heart rate -1- -2- -3- -4-
internal examination in early pregnancy -1- -2- -3- -4-
pelvic examination -1- -2- -3- -4-
pregnancy test, urine -1- -2- -3- -4-

Practical obstetrics*
Normal Delivery
attending woman in labour -1- -2- -3- -4-
obstetric examination (assessment of -1- -2- -3- -4-
cervix, dilatation, membranes,
presentation of fetus, descent)
artificial rupture of membranes -1- -2- -3- -4-
inspection and support of perineum -1- -2- -3- -4-
local anaesthesia of perineum -1- -2- -3- -4-
pudendal anaesthesia -1- -2- -3- -4-
Episiotomy -1- -2- -3- -4-
receive/ hold newborn -1- -2- -3- -4-
aspiration of mouth/throat of newborn -1- -2- -3- -4-
infant
record Apgar score -1- -2- -3- -4-
clamp cord/separation of placenta -1- -2- -3- -4-
examination umbilical cord -1- -2- -3- -4-
physical examination of newborn -1- -2- -3- -4-
postpartum : examination fundal height, -1- -2- -3- -4-
placenta: loose/ retained
delivery of placenta -1- -2- -3- -4-
examination of placenta and umbilical -1- -2- -3- -4-

3
cord
measure/estimate loss of blood, after -1- -2- -3- -4-
delivery
repair of episiotomy and lacerations -1- -2- -3- -4-

Puerperium
assist and check mother and newborn -1- -2- -3- -4-
assessment of lochia -1- -2- -3- -4-
palpation of position of fundus -1- -2- -3- -4-
breasts : inspection, lactation -1- -2- -3- -4-
advice on hygiene -1- -2- -3- -4-
discussing contraception -1- -2- -3- -4-
inspection episiotomy scar -1- -2- -3- -4-
inspection caesarean section scar -1- -2- -3- -4-

II. Paediatrics: Skills list


History taking Level of expected
ability
history taking from third party -1- -2- -3- -4-
taking a feeding history -1- -2- -3- -4-
history taking older child -1- -2- -3- -4-

Physical examination
general physical examination with -1- -2- -3- -4-
special attention to age of patient
Newborn and infant
assessment of general condition, -1- -2- -3- -4-
arousal, behaviour, crying
looking for congenital malformations -1- -2- -3- -4-
palpation of fontanelles -1- -2- -3- -4-
Moro response -1- -2- -3- -4-
palmar grasp reflex -1- -2- -3- -4-
rooting reflex/suck reflex -1- -2- -3- -4-
stepping reflexes -1- -2- -3- -4-
vertical suspension positioning -1- -2- -3- -4-
asymmetric tonic neck reflex -1- -2- -3- -4-
anal reflex -1- -2- -3- -4-
examination of hips -1- -2- -3- -4-

All ages
physical and developmental assessment -1- -2- -3- -4-
assessment of speech and language -1- -2- -3- -4-
development
Weight -1- -2- -3- -4-
measurement of body length -1- -2- -3- -4-
measurement of head circumference -1- -2- -3- -4-
measurement of blood pressure -1- -2- -3- -4-
measurement of temperature -1- -2- -3- -4-

4
measurement of body mass index -1- -2- -3- -4-

5
KONTRAK PERKULIAHAN

PELATIHAN KETRAMPILAN KLINIK OBSTETRI & GYNECOLOGY

Sesi I: Pemeriksaan Kehamilan, Pertolongan Partus Normal dan


Manual Plasenta
• Mini Test : 10 menit
• Mahasiswa secara bergantian latihan pemeriksaan kehamilan
dengan menggunakan manekin, temannya menilai dengan bantuan
cek list.
• Mahasiswa secara bergantian latihan pertolongan partus normal
dengan menggunakan manekin, supervisor memberikan masukan.
• Pemutaran video: persalinan normal dan manual plasenta

Sesi II: Pemeriksaan Fisik dan Resusitasi Neonatus serta


Pelatihan Pemasangan IUD
• Mini Test : 10 menit
• Mahasiswa secara bergantian latihan pemeriksaan fisik dan
resusitasi dengan menggunakan manekin, temannya menilai
dengan bantuan cek list
• Pemutaran Video: Pemasangan IUD
• Mahasiswa bergantian latihan melakukan pemasangan IUD dengan
menggunakan manekin, temannya menilai dengan bantuan cek list.

Sesi III : Pemeriksaan Fisik bayi dan Anak serta Penjahitan


Perineum
• Mini Test : 10 menit
• Mahasiswa secara bergantian latihan pemeriksaan fisik bayi dan
anak dengan menggunakan manekin, temannya menilai dengan
bantuan cek list.
• Mahasiswa secara bergantian latihan penjahitan perineum
menggunakan manekin, supervisor memberikan masukan.
• Pemutaran video: penjahitan perineum

Kebutuhan peralatan:
1. LCD, computer, video
2. Tempat tidur
3. Manequin ibu hamil (boneka phantoom)
4. Model genitalia eksterna
5. Meja gynecology
6. Sarung tangan

6
7. Jelly
8. Partus Set
9. IUD set (Cooper T, sonde, spekulum, tenakulum)
10.Episiotomi repair set
11.Selimut, kain, handuk bersih
12.Tensimeter
13.Termometer
14.Timbangan dewasa
15.Timbangan bayi
16.Pita ukur
17.Doppler
18.Manekin bayi
19.Manekin payudara
20.Kateter
21.Baskom berisi klorin
22.Delle steril
23.Sungkup bayi
24.Stetoskop anak
25.Tangue spatel
26.Senter
27.Palu refleks
28.Grafik antropometri

7
PERTEMUAN I
PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN IBU HAMIL

(ANTENATAL CARE)

Setelah perang dunia kedua, pemeriksaan dan pengawasan


terhadap ibu hamil mengalami kemajuan dengan pesat. PBB melalui
WHO dan UNICEF-nya membantu perkembangan BKIA (MCH) di seluruh
dunia dengan uang, obat-obatan, tenaga terampil, dan peralatan;
terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. BKIA
merupakan pusat pengawasan ibu dan anak. Dengan usaha ini
ternyata angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi jelas menurun.

Orang dulu menyangka bahwa pertolongan sewaktu bersalin


merupakan yang paling penting. Sekarang sangkaan ini dianggap
salah, karena ibarat main sepak bola, tidak mungkin suatu kesebelasan
menang bila tidak ada latihan-latihan yang intensif sebelumnya. Jadi
kedua-duanya, pemeriksaan dan pengawasan selagi hamil serta
pertolongan persalinan, merupakan hal yang penting. Banyak penyulit-
penyulit sewaktu hamil dengan pengawasan yang baik dan bermutu
dapat diobati dan dicegah, sehingga persalinan berjalan mudah dan
normal. Apabila sesuatu tindakan akan diambil, hal ini dilakukan sedini
mungkin tanpa menunggu terjadinya komplikasi dan persalinan tidak
terlantar.

Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada: dokter ahli


kebidanan, dokter ahli lain, dokter umum, bidan, perawat bidan, dan
dukun terlatih. Dalam satu komunitas seperti di Indonesia ada pusat-
pusat kesehatan PUSKESMAS dan KIA-nya di mana seorang ibu hamil
dapat memeriksakan kehamilannya.

1.1 Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil

Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan


mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas,
sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Tujuan khusus adalah:

(a) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin


dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas.

8
(b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin.
(c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
(d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi.

1.1Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

• Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin


ketika haidnya terlambat satu bulan.
• Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 28 minggu.
• Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan36 minggu.
• Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 36 minggu
• Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan.

1.1Pemeriksaan Ibu Hamil

Anamnesa

(1) Anamnesa identitas isteri dan suami: nama, umur, agama,


pekerjaan, alamat, dan sebagainya.

(2) Anamnesa umum:


• Tentang keluhan-keluhan, napsu makan, tidur, miksi,
defekasi, perkawinan, dan sebagainya.
• Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HT). Bila hari
pertama haid terakhir diketahui dan pasien memiliki siklus 28
hari, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan
memakai rumus Naegele: hari + 7, bulan - 3, dan tahun + 1.
TTP = hari + 7, bulan - 3, tahun + 1

• Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan


ektopik atau kehamilan mola sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik Diagnostik

1. Inspeksi

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan lege artis: tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan jantung, paru-paru, dan sebagainya.

2. Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi.

3. Palpasi

9
Ibu hamil disuruh berbaring telentang, kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu
hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama
pada pemeriksaan perut dan payudara.

Palpasi perut untuk menentukan:

• Besar dan konsistensi rahim,


• Bagian-bagian janin, letak, presentasi,
• Gerakan janin,
• Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.

Tabel 1.1 manuver palpasi menurut leopold

Manuver palpasi menurut


Gambar
Leopold:

Leopold I :

• pemeriksa menghadap ke
arah muka ibu hamil

• menentukan tinggi fundus


uteri dan bagian janin dalam
fundus

• konsistensi uterus

Leopold II:

• menentukan batas samping


rahim kanan-kiri

• menentukan letak punggung


janin

• pada letak lintang, tentukan


di
mana kepala janin

Leopold III:

• menentukan bagian
terbawah janin

• apakah bagian
terbawah
tersebut sudah

10
Manuver palpasi menurut
Gambar
Leopold:

masuk pintu
atas panggul

Leopold IV:

• pemeriksa
menghadap ke
arah kaki ibu
hamil

• bisa juga
menentukan
bagian
terbawah janin
apa dan berapa
jauh sudah
masuk pintu
atas panggul

Tabel 1.2. Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan


tinggi fundus uteri.

Akhir
Besar uterus Tinggi fundus uteri
bulan

1 Lebih besar dari Belum teraba (palpasi)


biasa
2 Di belakang simfisis
Telur bebek
3 1-2 jari di atas simfisis
Telur angsa
4 Pertengahan simfisis-pusat
Kepala bayi
5 2-3 jari di bawah pusat
Kepala dewasa
6 Kira-kira setinggi pusat
Kepala dewasa
7 2-3 jari di atas pusat
Kepala dewasa
8 Pertengahan pusat - proc.
Kepala dewasa xyphoideus
9
3 jari di bawah Px atau sampai

11
Kepala dewasa setinggi Px

10 Sama dengan kehamilan 8 bulan


namun melebar ke samping
Kepala dewasa

Tabel 1.3. Beda kehamilan 8 bulan dan 10 bulan.

8 bulan 10 bulan

membesar ke atas membesar dan melebar


cocokkan dengan HT cocokkan dengan HT
pusat cekung kepala pusat menonjol kepala
janin belum turun janin sudah turun
epigastrium tegang epigastrium lemas

Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan


janin dalam kandungan :

(1) Dihitung dari tanggal haid terakhir


(2) Menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus
uteri dari simfisis, maka diperoleh tabel:
22-28 mg 24-25 cm di atas simfisis

28 mg 26,7 cm di atas simfisis

30 mg 29,5-30 cm di atas simfisis

32 mg 29,5-30 cm di atas simfisis

34 mg 31 cm di atas simfisis

36 mg 32 cm di atas simfisis

38 mg 33 cm di atas simfisis

40 mg 37,7 cm di atas simfisis

(3) Menurut Mac Donald: adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak


fundus- simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya
kehamilan dalam bulan.
(4) Rumus Johnson - Tausak: BB = (mD - 12) x 155
BB = berat badan; mD = jarak simfisis - fundus uteri

1. Auskultasi

12
Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik) untuk
mendengarkan denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan
adalah:

1) dari janin:
• djj pada bulan ke 4-5
• bising tali pusat
• gerakan dan tendangan janin
1) dari ibu:
• bising rahim (uterine souffle)
• bising aorta
• peristaltik usus

Cara menghitung djj:

• setiap menit misalnya 140 kali per menit


• dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat
diketahui teratur tidaknya djj, contoh:
11 12 11

djj = 4 x (11 + 12 + 13) = 136 permenit teratur

10 14 9

djj = 4 x (10 + 14 + 9) - 132 permenit tidak teratur

Pemeriksaan Dalam

• Vaginal toucher (VT)


• Rectal toucher (RT)

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :

(1) Bagian terbawah janin


(2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan
posisi uuk. uub, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya.
(3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sakrum, dan tuber
ischii
(4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput
suksedaneum, dan sebagainya
(5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan
panggul
(6) Pelvimetri klinik:

13
• Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah
dengan mencoba meraba promontorium. Bila teraba, batasnya
ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan
dan diukur. Akan diperoleh konyugata diagonalis, bila dikurangi
1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV).

Indikasi pemeriksaan dalam:

(1) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau


persalinan, sebelum ditinggalkan oleh penolong.
(2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat
ditentukan.
(3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.
(4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.
(5) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif.
(6) Menentukan nilai skor pelvis.

Tabel 1.4 Nilai Pelvis (Pelvis Score)

Skor 0 1 2 Nilai

Pendataran serviks tubuler, panjang 1 kurang dari 1


(Cervical effacement) panjang 2 cm cm
cm
Pembukaan serviks 1 cm 2 cm
tertutup
Konsistensi serviks mulai lunak lunak
keras
Arah mulut serviks aksial anterior
sakral
Turunnya bagian -lcm -1 cm sampai
terbawah janin, diatas -2 cm sampai nol atau
terhadap spina i atau hodge -2cm atau Hodge III
ischiadika atau II hodge 11+
menurut bidang
hodge.

Sebenarnya, periksa dalam adalah tindakan yang berbahaya


karena akan menyebabkan perdarahan dan infeksi. Oleh karena itu,
periksa dalam hanya boleh dilakukan bila ada indikasi dan dikerjakan
dengan cara suci hama atau dilakukan pemeriksaan rektal (RT).

Pemeriksaan dalam untuk menilai keadaan janin dan jalan lahir


hendaknya dilakukan dengan lembut (with ladies hand), sebaiknya ibu
disuruh kencing dan buang air besar. Genitalia eksterna dibersihkan
dengan kapas Lisol atau Dettol atau desinfektan lain.

14
Gambar pemeriksaan rektal

Pada kehamilan triwulan pertama :

• Pembesaran rahim dan konsistensinya.


• Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick.

Pada kehamilan lanjut dapat dinilai:

• Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap


dan sudah lengkap.
• Bagian anak paling bawah: kepala, bokong, serta posisinya.
• Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge.
• Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak.
• Apakah promontorium teraba atau tidak.
• Linea innominata apakah teraba seluruhnya atau tidak.
• Sakrum cekung atau bentuk lain.
• Spina ischiadika menonjol atau tidak. & Arkus pubis cukup lebar
atau tidak.
• Serviks: effacement, tipis, atau tebal. Apakah pada kepala janin
ada kaput atau tidak dan Iain-lain.

Pemeriksaan Rontgenologik

Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang


diagnostik bila terdapat keragu-raguan pada pemeriksaan obstetrik.
Misalnya, pada wanita yang terlalu gemuk (obesitas), penderita yang
tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang. Namun
pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk ibu hamil

Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada


kehamilan 4-5 bulan dan akan tampak tulang-tulang janin. Bila ada
sangkaan panggul sempit dilakukan x-ray pelvimetri, dengan metode-
metode yang biayanya dikerjakan atas bantuan ahli radiologi:

• Metode Colcher-Sussman
• Metode stereoskopik (parallax)
• Metode Snow's
• Metode isometrik Me Lane Metode Thorn's
Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi
tentang keadaan janin dalam kandungan:

• Letak dan posisi janin


• Tanda-tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK)

Pemeriksaan Laboratorium

15
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya
sekurang-kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan
sekali lagi pada akhir kehamilannya.

Ultrasonografi

Dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen, USG tidak


berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi,
boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layar dapat dilihat
letak, gerakan, dan gerakan jantung janin.

16
NASIHAT-NASIHAT UNTUK IBU HAMIL

Contoh pemeriksaan lengkap (status obstetrikus) ada di setiap rumah


sakit dan pusat kesehatan (KIA dan PUSKESMAS) harus diisi selengkap-
lengkapnya. Dari hasil pemeriksaan dapat dibuat diagnosis, lalu diberikan
pengobatan dan penanganan. Kepada ibu hamil diberikan nasihat-nasihat
untuk memelihara kesehatan kesehatannya selama hamil, nifas, dan laktasi.

MAKANAN (DIET) IBU HAMIL

Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian


susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang berguna
untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inertia uteri, perdarahan
pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan Iain-lain. Sedangkan makan
berlebihan, karena dianggap untuk 2 orang ibu dan janin, dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, preeklamsi, janin besar, dan
sebagainya. Zat-zat yang diperlukan: protein, karbohidrat, zat lemak,
mineral atau bermacam-macam garam; terutama kalsium, fosfor, dan zat
besi (Fe); vitamin, dan air.

Semua zat tersebut di atas kita peroleh dari makanan yang kita
makan sehari-hari dan pengobatan tambahan yang diberikan bila ada
kekurangannya. Yang penting diperhatikan sebenarnya yaitu:

(1) cara mengatur menu


(2) cara pengolahan menu makanan
Menu disusun menurut petunjuk baku "4 sehat 5 sempurna" dan
dapat diketahui bahwa makanan yang mahal harganya belum tentu tinggi
nilai gizinya; sebaliknya, banyak bahan makanan yang murah harganya,
namun mempunyai nilai gizi yang tinggi. Hendaknya selalu makan sayur-
sayuran dan buah-buahan yang berwarna, karena nilai gizinya tinggi untuk
kesehatan.

Banyak wanita berpendapat bahwa selagi hamil makan dikurangi,


karena mereka takut janin menjadi besar sehingga sulit melahirkan.
Pendapat ini tidak mempunyai dasar; sebenarnya ibu hamil memerlukan
tambahan beberapa zat-zat untuk pertumbuhan janinnya agar sehat; dan ini
hanya bisa diperoleh dari makanan.

Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin, plasenta,


uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme. Anak aterm memerlukan:
400 g protein, 220 g lemak, 80 g karbohidrat, dan 40 g mineral. Uterus dan
plasenta membutuhkan masing-masing 500 g dan 55 g protein. Kebutuhan
total protein 950 g, kalsium 30 g, Fe 0,8 g, dan asam folat 300 µg per hari.

17
Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya.
Kenaikan berat badan rata-rata antara 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg).
Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun
setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi perhatian.

Tabel 1.5. Kebutuhan makanan sehari-hari ibu tidak hamil, ibu hamil, dan
menyusui.

Kalori & Zat Makanan Tidak Hamil Hamil Menyusui

Kalori 2000 2300 3000

Protein 55 g 65 g 80 g

Kalsium (Ca) 0,5 g lg lg

Zat besi (Fe) 12 g 17 g 17 g

Vitamin A 5000IU 6000 IU 7000 IU

Vitamin D 400 IU 600 IU 800 IU

Tiamin 0,8 mg 1 mg 1,2 mg

Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg 1,5 mg

Niasin 13 mg 15 mg 18 mg

Vitamin C 60 mg 90 mg 90 mg

MEROKOK

Jelas bahwa bayi dari ibu-ibu perokok mempunyai berat badan lebih
kecil. Karena itu wanita hamil dilarang merokok.

OBAT-OBATAN

Prinsip: Jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama


kehamilan terutama dalam triwulan I. Perlu dipertanyakan mana yang lebih
besar manfaatnya dibandingkan bahayanya terhadap janin, oleh karena itu
harus dipertimbangkan pemakaian obat- obatan tersebut.

LINGKUNGAN

18
Saat sekarang, bahaya polusi udara, air, dan makanan terhadap ibu
dan anak sudah mulai diselidiki seperti halnya merokok.

GERAK BADAN

Kegunaannya: Sirkulasi darah menjadi baik, nafsu makan bertambah,


pencernaan lebih baik, dan tidur lebih nyenyak. Gerak badan yang
melelahkan dilarang. Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara
yang masih segar. Gerak badan di tempat:

• berdiri –jongkok
• telentang - kaki diangkat
• telentang - perut diangkat
• melatih pernapasan

KERJA

• boleh bekerja seperti biasa,


• cukup istirahat dan makan teratur
• pemeriksaan hamil yang teratur.

BEPERGIAN

• Jangan terlalu lama dan melelahkan


• duduk lama-statis vena (vena stagnasi) menyebabkan
tromboflebitis dan kaki bengkak
• bepergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya
hipoksia, dan tekanan oksigen yang cukup dalam pesawat udara.

PAKAIAN

• Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat
pada daerah perut.
• Pakailah kutang yang menyokong payudara.
• Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi.
• Pakaian dalam yang selalu bersih.

ISTIRAHAT DAN REKREASI

Wanita pekerja harus sering istirahat. Tidur siang menguntungkan dan


baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak, dan panas
lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh pingsan.

MANDI

19
Mandi diperlukan untuk kebersihan/higiene terutama perawatan kulit,
karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan menggunakan
sabun lembut/ringan. Jangan tergelincir di perigi dan jagalah kebersihannya.
Douche dan mandi berendam tidak dianjurkan.

KOITUS

Koitus tidak dihalangi kecuali bila ada sejarah:

• sering abortus/prematur
• perdarahan pervaginam
• pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati 8 bila ketuban
sudah pecah, koitus dilarang
• dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi
uterus partus prematurus.

KESEHATAN JIWA

Ketenangan jiwa penting dalam menghadapi persalinan, karena itu


dianjurkan bukan saja melakukan latihan-latihan fisik namun juga latihan
kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Walaupun peristiwa kehamilan dan
persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun banyak ibu-ibu yang
tidak tenang, merasa khawatirakan hal ini. Untuk itu, dokter harus dapat
menanamkan kepercayaan kepada ibu hamil dan menerangkan apa yang
harus diketahuinya karena kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat
menyebabkan rasa sakit pada waktu persalinan. dan ini akan mengganggu
jalannya partus, ibu akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk
menghilangkan cemas harus ditanamkan kerjasama pasien-penolong
(dokter, bi-dan) dan diberikan penerangan selagi hamil dengan tujuan:

• menghilangkan ketidaktahuan
• latihan-latihan fisik dan kejiwaan
• mendidik cara-cara perawatan bayi
• berdiskusi tentang peristiwa persalinan fisiologik

PERAWATAN BUAH DADA

20
Buah dada merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat.
Kutang yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran buah dada, yang
sifatnya adalah menyokong buah dada dari bawah suspension, bukan
menekan dari depan.

Dua bulan terakhir dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk


mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu kering dan mudah
pecah, maka puting susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan
dibersihkan menggunakan air sabun dan biocream atau alkohol. Bila puting
susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar.

Checklist Pemeriksaan Kehamilan

21
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan
pentingnya pemeriksaan yang akan dilakukan.
2: menjelaskan keduanya
1: menjelaskan salah satunya
0: selain kriteria di atas (salah)
2. Meminta izin kepada ibu.
3. Mempersilahkan pasien tidur, membuka
pakaian bagian bawah dan menutupi dengan
kain
4. Mencuci tangan dengan sabun dan
mengeringkannya dengan handuk
5. Berdiri di sebelah kanan pasien
6. Mengukur tekanan darah ibu
Interpretasi:
Leopold I
7. Menjelaskan tujuan pemeriksaan leopold I
(Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian
janin yang ada dalam fundus)
2: menjelaskan keduanya
1: menjelaskan salah satunya
0: salah
8. Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
9. Meletakkan sisi lateral tangan kiri pada puncak
fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus
1 Mencari simfisis pubis dan mengukur fundus
0. uteri dari fundus sampai atas simpisis pubis
dengan pita ukur.
2: teknik sempurna (melakukan semua tahap)
0: tidak sempurna
1 Menekan fundus secara lembut dengan tangan
1. kanan dan kiri untuk mengetahui bagian janin
apa di fundus uteri.
1 Menyebutkan interpretasi :
2. bulat dan keras berarti letak kepala ;bulat dan
tidak keras berarti letak sungsang; tidak ada
bagian janin berarti letak lintang.
2: menjelaskan ketiganya dengan benar
1: salah satu salah
0: selain kriteria di atas
1 Mampu memperkirakan usia kehamilan
3. 2: benar
0: salah
1 Mampu memperkirakan berat janin dengan
4. menggunakan rumus Johnson-Tausak
2: benar
0: salah 22
MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Definisi:

= Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi


yang viable melalui jalan lahir biasa.

Persalinan terdiri dari dua peristiwa utama yaitu proses persalinan-kala I


(Labor) dan proses kelahiran-kala II dan kala III (Delivery).

Kala Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:

Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan


lengkap 10 cm.

Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his


ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar
hingga lahir.

23
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.

Kala IV : mulai dari lahirnya uri selama 1 jam.

Kala I (Kala Pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur


darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacemeni). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar
dan terbuka.

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu:

1) Fase laten: di mana pembukaan serviks berlangsung lambat;


sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
• Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.
• Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
• Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

2. = periode aselerasi
3. = periode dilatasi maksimal
4. = periode deselerasi
5. = kala II

Proses membukanya serviks disebut dengan berbagai istilah:


melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (oblitrated), mendatar
dan tertarik ke atas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation).

Fase-fase yang dikemukakan di atas dijumpai pada primigravida.


Bedanya dengan multigravida ialah:
24
Primi Multi

Serviks mendatar (effacement) Mendatar dan membuka bisa ber


dulu,baru dilatasi. samaan.

Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam.

Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar,

dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang
terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi: 1½-2 jam, pada multi ½ -l jam.

Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

25
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal
2 x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas,
terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

Kala IV

Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

Lamanya persalinan pada primi dan multi adalah:

Primi Multi

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam l/2jam

Kala III 1/2 jam 1/4 jam

Lama persalinan 14 1/2jam 7 3/4Jam

1. MEKANISME PERSALINAN
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim
meluas untuk Tienerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada
multi pada saat-saat partus mulai. Untunglah, bahwa hampir 96% janin
adalah letak kepala.

Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula:

• ubun-ubun kecil kiri depan = 58%


• ubun-ubun kecil kanan depan = 23%
• ubun-ubun kecil kanan belakang =11%
• ubun-ubun kecil kiri belakang = 8%

Selanjutnya, urutan turunya kepala janin adalah seperti skema di bawah ini :

Mekanisme turunnya kepala janin :


26
Tahap Peristiwa gambar

Kepala terfiksir pada Sinklitismus


a.p ( engagement)

Turun (descent) Asinklitismus posterior

fleksi Asinklitismus anterior

Fleksi maksila sinklitismus

Rotasi internal Putar paksi dalam di


dasar panggul. Terjadi
:

- Moulage kepala
janin

Ekstensi - Ekstensi

- Hipomochlion :
uuk dibawah
simfisis

27
Ekspulsi kepala janin Berturut-turut
lahirlah:

- uub

- dahi

- muka

- dagu

Rotasi eksterna Putaran paksi luar

Ekspulsi total Cara melahirkan :

-bahu depan

-bahu belakang

-seluruh badan dan


ekstremitas

1. PIMPINAN PERSALINAN

Di negara maju, keadaan-keadaan berikut memerlukan penanganan


spesialistis

1) Primigravida dengan:
• Umur di atas 30 tahun,
• Tinggi kurang dari 150 cm ( 5 kaki),
• Dengan penyakit-penyakit tertentu,
• Dengan komplikasi medis dan obstetris,
• Kelainan panggul,
• Kelainan letak janin.
1) Multigravida dengan:

28
• Umur di atas 35 tahun
• Telah punya anak lebih dari 4
• Dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk.

Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang dianjurkan


untuk bersalin di rumah sakit ialah:

• Ibu-ibu dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk,


• Semua primigravida,
• Kehamilan yang lebih dari 5 kali,
• Ibu-ibu dengan risiko tinggi lainnya.

Posisi Ibu dalam Persalinan:

• Posisi litotomi : adalah posisi yang umum di mana wanita


berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke
samping kanan dan kiri.
• Posisi duduk (squading position): Sekarang posisi bersalin duduk
telah dikembangkan di negara-negara Amerika Latin. Untuk itu
dibuat meja bersalin khusus di mana wanita dapat duduk sambil
melahirkan.
• Cara berbaring:
○ Menurut Walcher: di tepi tempat tidur.
○ Menurut Tjeenk-Willink: memakai bantal.
○ Menurut Jonges: untuk memperlebar pintu bawah panggul.
○ Menurut posisi Sims: posisi miring.

Pemeriksaan Wanita yang Mau Bersalin:

Seperti telah dibicarakan di atas, pemeriksaan wanita hamil meliputi


pemeriksaan seluruh tubuh, begitu pula pemeriksaan wanita yang akan
melahirkan, yaitu:

1) Pemeriksaan umum:
• Tekanan darah, nadi, pernapasan, refleks, jantung paru-paru, berat
badan, tinggi badan, dan sebagainya.
1) Pemeriksaan status obstetrikus:
• Letak dan posisi janin, taksiran berat badan janin.
• Denyut jantung janin.
• His dan sifat-sifatnya, dsb.
1) Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal):
• Pembukaan serviks dalam cm atau jari.
• Turunnya kepala diukur menurut Hodge.
• Ketuban: sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak.
1) Pemeriksaan laboratorium:
• pemeriksaan urin: protein dan gula.
29
• pemeriksaan darah: Hb, golongan darah.
1) Persiapan bagi ibu:
• Bersihkan dan cukur daerah genitalia eksterna
• Ibu hamil di suruh kencing atau lakukan kateterisasi guna
mengosongkan kandung kencing.
• Klisma supaya rektum kosong.
• Pakaian di ganti dengan yang longgar.
1) Persiapan semua alat-alat untuk persalinan biasa:
• beberapa pasang sarung tangan steril.
• gunting Siebold, gunting tali pusat.
• beberapa klem tali pusat dan Idem lainnya.
• benang atau plastik klem untuk tali pusat.
• alat pengisap lendir bayi.
• jodium tintur dengan kapas lidinya.
• alat-alat untuk penjahit luka.
• obat-obatan dan jarum suntiknya.
• kain kasa steril dan sebagainya.
Menolong atau Memimpin Persalinan Biasa

Kala I

Pekerjaan penolong (dokter, bidan, penolong lainnya) dalam kala I


adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan
semangat diri kepada wanita ini bahwa proses persalinan adalah fisiologis.
Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.

Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada
indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita in-partu boleh duduk atau
berjalan-jalan. Bila berbaring, sebaiknya ke sisi di mana punggung berada.
Jika ketuban sudah pecah dilarang jalan; harus berbaring. Periksa dalam
pervaginam dilarang, kecuali ada indikasi, karena setiap pemeriksaan akan
membawa infeksi, apalagi bila dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas
(asepsis). Pada kala pembukaan dilarang mengedan, karena belum
waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

Kala II

Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam


ruang pang-gul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Bila
belum pecah, harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu
timbullah his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin
persalinan.

Ada 2 cara ibu mengedan:

(a) Letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan


sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai
dada. Mulut dikatup.

30
(b) Dengan sikap seperti di atas, tetapi badan miring ke arah punggung
janin berada dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah
atas.

Bila kepala janin sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka


(membuka pin-tu); rambut kepala kelihatan. Tiap his kepala lebih maju,
anus terbuka, perineum meregang. Penolong harus menahan perineum
dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril, supaya
tidak terjadi robekan (rupture perinei). Pada primigravida dianjurkan
melakukan episiotomi.

Gambar episiotomi

Episiotomi

Dilakukan bila perineum sudah menipis dan kepala janin tidak masuk
lagi dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perineum;
ada 3 arah irisan: medialis, medio-lateralis, dan lateralis. Tujuan episiotomi
adalah supaya tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan
robekan pada m.sphincter ani (ruptura perinei totalis) yang bila tidak dijahit
dan dirawat dengan baik akan menyebabkan beser berak (inkontinensia
alvi).

Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menarik napas
dan menangis, menggerakan tangan dan kakinya. Bayi diletakkan dengan
kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang
datar. Mulut dan hidung diber-sihkan, dan lendir diisap dengan pengisap
lendir. Tali pusat diklem pada 2 tempat: 5 & 10 cm dari umbilikus, lalu
digunting/dipotong di antaranya. Ujung pada bayi diikat kuat dengan pita
atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada perdarahan.

31
Lakukanlah pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi
rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh harus dikosongkan,
sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.

Kala III

Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran uri ini cukup


penting, karena kelalaian dapat menyebabkan risiko perdarahan yang dapat
membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri
keluar lengkap. Biasanya, uri akan lahir spontan dalam 15-30 menit, dapat
ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak
perdarahan.

Kala III terdiri dari 2 fase:

1. fase pelepasan uri


2. fase pengeluaran uri
Lokalisasi dari uri adalah:

• pada dinding depan dan belakang korpus uteri.


• kadang-kadang pada dinding lateral.
• jarang di fundus uteri.
• sesekali pada segmen bawah rahim (SBR), disebut plasenta
previa.

Mekanisme Pelepasan Uri

Kontraksi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah


kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-
kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri pada
dinding rahim; bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian
seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada
sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.

Proses penglepasan ini biasanya setahap demi setahap dan


pengumpulan darah di belakang uri akan membantu penglepasan uri ini.
Bila penglepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri yang
sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan dilahirkan.

Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim,


sebagian sewaktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas terjadi
perdarahan antara uri dan residua basalis, disebut retroplasenter
hematoma.

Jadi jelaslah, bahwa setelah anak lahir tugas kita belum selesai, masih
ada satu hal. berat yang masih dapat mengancam jiwa ibu, yaitu pimpinan
kala III dan pengawasan kala IV.

32
1. Fase Penglepasan Uri
Cara lepasnya uri ada beberapa macam:
• Schultze:
Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini yang paling sering
terjadi (80%). Yang lepas duluan adalah bagian tengah, lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula bagian tengah,
kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak
ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

Gambar Cara Lepas Uri menurut Schultze


• Duncan:
Lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan (20%).
Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
1. Untuk mengetahui cara lepasnya uri ini dapat diselidiki dengan
dua cara : Memasukkan zat kontras ke dalam uri melalui
pembuluh darah tali pusat, lalu dibuat gambar rontgen.
2. Secara klinis, meneliti sewaktu uri lahir melalui vagina dan
vulva.

Gambar Cara Lepas Uri menurut Duncan

1. Fase Pengeluaran Uri:

33
Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong ke
bawah yang oleh rahim sekarang dianggap sebagai benda asing. Hal ini
dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengedan, maka uri akan
dilahirkan, 20% secara spontan, dan selebihnya memerlukan
pertolongan.

Perasat-perasat untuk Mengetahui Lepasnya Uri


1. KUSTNER'
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis; tali
pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk.... belum lepas; diam
atau maju ............sudah lepas.
2. KLEIN
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali
......belum lepas. diam atau turun .............lepas.
3. STRASSMAN
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar
belum lepas, tak bergetar sudah lepas.

Normalnya, penglepasan uri ini berkisar ¼ - ½ jam sesudah anak


lahir, namun kita dapat menunggu paling lama sampai 1 jam. Tetapi bila
terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan-persalinan yang lalu
ada riwayat perdarahan post-partum, maka tak boleh menunggu,
sebaiknya plasenta langsung plasenta dikeluarkan dengan tangan. Juga
kalau perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbekken,
sebaiknya uri langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan
uterotonika.
Pimpinan kala uri

Segera sesudah anak lahir, anak diurus dan tali pusat diklem.
Biasanya, rahim yang telah menyelesaikan tugas berat mengeluarkan anak,
akan beristirahat beberapa menit. Dalam masa istirahat ini tugas kita
adalah:
1. Memeriksa keadaan si ibu tentang:
• status lokalis obstetrik dengan cara palpasi fundus uteri dan
konsistensinya.
• memeriksa keadaan vital ibu: tensi, nadi, dan pernapasan.
1. Mengawasi pendarahan.
2. Mencari tanda-tanda penglepasan uri, kalau sudah lepas segera
melahirkannya. Kalau tidak ada perdarahan dan konsistensi uterus
baik (keras); kita hanya menunggu dan mengawasi; jangan buru-buru
melahirkan uri. Bila rahim memerlukan stimulasi setelah beberapa
menit, lakukanlah massage pelan-pelan. Bila kita sabar menunggu,
biasanya uri akan lahir spontan, dan bila sudah ada tanda-tanda
lepasnya uri, plasenta segera dilahirkan dengan:
• Menyuruh ibu mengedan
• Memberi tekanan pada fundus uteri.

34
Dorongan pada fundus hanya boleh dikerjakan pada rahim yang
kontraksinya baik, sebab pada rahim yang lembek dapat menimbulkan
inversio uteri. Jangan mendorong sampai serviks melewati introitus vagine,
karena terancam akan bahaya infeksi.
Metode CREDE

1) Empat jari-jari pada dinding rahim belakang, ibu jari di fundus


depan tengah.
2) Lalu pijit rahim dan sedikit dorong ke bawah, tapi jangan terlalu
kuat, seperti memeras jeruk.
3) Lakukan sewaktu ada his.
4) Jangan tarik tali pusat, karena bisa terjadi inversio uteri.

Gambar parasat Crede

Pengeluaran uri secepat mungkin, hanya bila ada:

• Perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc).


• Ada sejarah perdarahan postpartum sebelumnya
• Adanya retensio plasenta sebelumnya.
Pengeluaran selaput ketuban

Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang


masih ada yang tertinggal, ini dapat dikeluarkan dengan jalan:

• menarik pelan-pelan
• memutar atau memilinnya seperti tali
• memutar pada klem
• manual atau digital

Uri dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya setelah


dilahirkan, apakah lengkap atau tidak lengkap. Yang diperiksa yaitu:

• permukaan maternal: 6-20 kotiledon


• permukaan fetal
• apakah ada tanda-tanda plasenta suksenturiata
Kalau tidak lengkap, disebut ada sisa uri, dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan infeksi.

35
Kala IV (Kala Pengawasan)

Dalam buku-buku asing tidak kita jumpai kala IV kecuali buku-buku


Belanda. Namun bagi institut-institut di Indonesia karena dianggap cukup
penting, kita masih mengenal kala pengawasan setelah uri lahir 1-2 jam.

Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah


pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada penglepasan uri dan
robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal, jumlah
perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Bila perdarahan lebih dari
500 cc ini sudah dianggap abnormal; harus dicari sebab-sebabnya. Penting
untuk diingat: Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan
uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa
ulang dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:

(1) Kontraksi rahim: baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi.
Bila perlu lakukanlah massage dan berikan uterus lonika:
methergen, ermetrin dan pitosin.
(1) Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.
(1) Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing
dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
(1) Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
(2) Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
(3) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit.
(4) Bayi dalam keadaan baik.

Checklist Prosedur Persalinan Normal

36
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1. Menyebutkan adanya tanda persalinan kala II
(ibu merasa ada dorongan kuat dan mengedan,
ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina, perineum
tampak menonjol)
2: menyebutkan 3 item
1: menyebutkan 2 item
0: selain kriteria di atas
2. Melihat adanya pembukaan pada vulva dan
sfingter ani
2: menyebutkan 2 item
1: menyebutkan salah satunya
0: selain kriteria di atas
Menyiapkan Pertolongan Pertolongan Persalinan
3. Mempersiapkan alat :
Tempat resusitasi bayi, handuk untuk ganjal
bahu bayi, 2 helai kain bersih, oksitosin 10 U,
spuit 3 cc, partus set, kapas/kassa yg dibasahi
oleh air steril.
2: menyebutkan 6-7 item
1: menyebutkan 3-5 item
0: selain kriteria di atas
4. Menggelar kain di atas perut ibu untuk
meletakkan bayi
5. Memakai celemek plastik
6. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir lalu keringkan tangan dengan handuk
kering
7. Memakai sarung tangan pada tangan yang
akan dilakukan pemeriksaan dalam
8. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Janin Baik
9. Membersihkan vulva dan perineum dari depan
ke belakang dengan kapas basah steril
2: teknik benar (dari depan ke belakang)
0: salah
1 Membuang kapas basah ke dalam wadah
0.
1 Melakukan VT : memasukkan jari telunjuk
1. terlebih dahulu diikuti oleh jari tengah, jempol
abduksi, jari manis dan kelingking fleksi
1 Interpretasi :
2.
1 Jika selaput ketuban utuh dan pembukaan
3. lengkap, lakukan amniotomi
2:menyebutkan 2 syarat dilakukannya
amniotomi
1: menyebutkan salah satunya
0: selain kriteria di atas 37
38
RETENSIO PLASENTA

Adalah keadaan dimana plasenta belum Iahir dalam waktu 1 jam setelah
bayi Iahir.

Sebab-sebabnya adalah:

(1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat
lebih dalam, yang menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi (a)
Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam; (b) Plasenta inkreta, dimana vili khorialis tumbuh lebih dalam
dan menembus desidua sampai ke miometrium; (c) Plasenta akreta,
yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum
menembus serosa; serta (d) Plasenta perkreta, yang menembus
sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.
(2) Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan
akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Atau karena adanya
lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat kesalahan
penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta
inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan,
tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini
merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula
tidak keluar karena kan-dung kemih atau rektum penuh, karena itu
keduanya harus dikosongkan.

Penanganan

Apabila plasenta belum lahir dalam setengah sampai 1 jam setelah bayi
lahir, apalagi bila terjadi perdarahan, maka harus segera dikeluarkan.
Tindakan yang dapat dikerjakan adalah:

(1) Coba 1-2 kali dengan perasat Crede.


(2) Keluarkan plasenta dengan tangan (manualplasenta).
Pasang infus cairan dektrosa 5%, ibu dalam posisi Iitotomi, dengan
narkose dan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama. Teknik:
tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam
rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi
plasenta dilepas —disisihkan dengan tepi jari-jari tangan — bila sudah
lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau
sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena
dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.

(3) Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah

39
(4) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.

Prosedur Manual Plasenta

Persiapan Sebelum Tindakan


I. PASIEN
 Infus dan cairan
 Oksitosin
 Verbal-anestesia atau analgesia per rektal
 Kateter nelaton steril dan penampung urin
 Klem penjepit atau kocher
 Kain alas bokong
 Tensimeter dan stetoskop

II. PENOLONG
 Sarung tangan panjang (untuk tangan dalam)
 Sarung tangan (untuk tangan luar)
 Topi, masker, kacamata pelindung, celemek

Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan


 Kenakan pelindung diri (barier protektif)
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
 Keringkan tangan dan pakai sarung tangan
 Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik
 Pasang alas bokong yang bersih dan kering

Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri


1. Lakukan anestesia-verbal atau analgesia per rektal sehingga perhatian
ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih
 Pastikan kateter masuk dengan benar
 Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan
3. Jepit tali pusat dengan klem/ kocher, kemudian tegangkan tali pusat
sejajar lantai
4. Secara Obstetrik masukkan satu tangan (punggung tangan kebawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten atau
keluarga untuk memegang kocher, kemudian tangan lain penolong
menahan fundus uteri
6. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
7. Buka tangan Obstetrik menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat
ke pangkal jari telunjuk).

Melepas Plasenta Dari Dinding Uterus

40
8. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
 Bila implantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi
bawah tali pusat. Bila implantasi di korpus depan, pindahkan tangan
dalam ke sisi atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap
keatas
 Implantasi di korpus belakang  lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta
dan dinding uterus, dengan punggung tangan pada dinding dalam
uterus bagian belakang (menghadap sisi bawah tali pusat).
 Implantasi di korpus depan  lakukan penyisipan ujung jari diantara
plasenta dan dinding uterus dengan punggung tangan pada dinding
dalam uterus bagian depan (menghadap sisi atas tali pusat)

4. Gerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial


sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan

Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien),


lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit

Mengeluarkan Plasenta
5. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih
melekat pada dinding uterus
6. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada
saat plasenta dikeluarkan
7. Instruksikan asisten atau keluarga yang memegang kocher untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar (hindari
percikan darah)
8. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan
9. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke
dorsokranial setelah plasenta lahir
 Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar

Pencegahan Infeksi Pascatindakan


15. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan semua
barang, bahan atau instrumen bekas pakai dan bersihkan tubuh ibu dan
ranjang tindakan
16. Lakukan dekontaminasi sarung tangan dan semua peralatan yang
tercemar darah atau cairan tubuh lainnya
17. Lepaskan sarung tangan dan sebera cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir
18. Keringkan tangan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering

Perawatan Pascatindakan
19.Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi
apabila masih diperlukan

41
20.Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang
tersedia
21.Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau
22.Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
tetapi pasien masih memerlukan perawatan

PERTEMUAN II

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

42
Checklist Resusitasi Neonatus

43
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Memberi tahu ibu/ keluarganya
2. Mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk
resusitasi: alas yang datar, kering dan bersih; 2
kain bersih dan kering untuk menutupi tubuh
dan kepala neonatus; handuk kecil untuk ganjal
bahu; alat penghisap lendir; balon dan sungkup
bayi; lampu 60 watt dengan jarak 60 cm,
stetoskop bayi
2: menyiapkan 7-8 item
1: menyiapkan 5-6 item
0: selain kriteria di atas
3. Penolong mencuci tangan
4. Mengenakan sarung tangan steril
5. Lakukan penilaian selintas :
• Apakah bayi cukup bulan?
• Apakah air ketuban jernih tak bercampur
mekonium?
• Apakah bayi menangis kuat/ bernafas?
• Apakah tonus otot baik?
2: menilai 4 item
1: menilai 2-3 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
Jika jawabannya TIDAKpenatalaksanaan
asfiksia BBL
Jika jawabannya YABerikan kehangatan,
bersihkan jalan nafas, keringkan, nilai warna
kulit
1. Potong segera tali pusat dan ikat dengan cara
yang benar
2: cara yang benar
0: cara salah
2. Bungkus badan bayi dengan kain alas yang
diletakkan di atas perut ibu
3. Letakkan bayi di atas alas datar, keras, bersih
dan steril
4. Ganti pembungkus bayi dengan kain baru yang
telah disiapkan, selimuti bayi, tutup bagian
kepala dan buka sedikit bagian dada serta tali
pusat
2: melakukan semua tahap
1: lupa salah satunya
0: selain kriteria di atas
5. Posisikan kepala bayi pada posisi sedikit
ekstensi dan ganjal bahu bayi dengan handuk
yang telah disiapkan
2: melakukan semua tahap dengan posisi
benar
1: lupa salah satunya dengan posisi benar
0: selain kriteria di atas
6. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir
44
PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS

Sebelum melakukan pemeriksaan fisis pada neonatus, harus dilakukan


anamnesis yang cermat untuk mengetahui hal-hal berikut:

• Riwayat terdapatnya penyakit keturunan


• Riwayat kehamilan-kehamilan sebelumnya
• Riwayat kehamilan sekarang
• Riwayat persalinan sekarang

Informasi ini akan sangat membantu dalam menilai kelainan yang


ditemukan pada pemeriksaan fisis. Untuk uraian anamnesis yang terinci
lihat bab Anamnesis.

Pemeriksaan bayi perlu dilakukan dalam keadaan telanjang di


bawah lampu yang terang, yang juga berfungsi sebagai pemanas untuk
mencegah kehilangan panas. Tangan serta alat yang dipergunakan untuk
pemeriksaan fisis harus bersih dan hangat. Pemeriksaan fisik pada
neonatus dilakukan paling kurang 3 kali, yakni: (1) pada saat lahir; (2)
pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dalam 24 jam atau pada hari
berikutnya; (3) pemeriksaan pada waktu pulang.

I. Pemeriksaan Pada Saat Lahir

Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah:

• Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin ke


ekstrauterin
• Untuk mencari kelainan kongenital terutama yang perlu
penanganan segera

Penilaian Adaptasi Neonatus

Penilaian terhadap adaptasi neonatus dilakukan dengan cara


menghitung nilai Apgar (Apgar score). Cara ini telah digunakan secara luas
di seluruh dunia. Kriteria yang dinilai adalah (1) laju jantung, (2) usaha
bernapas, (3) tonus otot, (4) refleks terhadap rangsangan, dan (5) warna
kulit. Setiap kriteria diberi nilai 0, 1, atau 2 sehingga neonatus dapat
45
memperoleh nilai 0 sampai 10. Cara-cara penilaian Apgar dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Tabel cara penilaian APGAR

TANDA 0 1 3

Laju jantung Tidak ada < 100 >100

Usaha Tidak ada Lambat Menangis kuat


bernapa
s

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif


fleksi sedikit

Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi


melawan

Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh Seluruh tubuh


biru/pucat kemerahan, kemerahan
ekstremitas biru

Nilai ini disebut nilai Apgar, sesuai dengan nama orang yang untuk
pertama kali memperkenalkan sistem penilaian ini, yakni Dr. Virginia
Apgar. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama setelah lahir yang
memberikan petunjuk adaptasi neonatal. Neonatus yang beradaptasi
dengan baik mempunyai nilai Apgar antara 7 sampai 10. Nilai 4 sampai 6
menunjukkan keadaan asfiksia ringan sampai sedang, sedangkan nilai 0-3
menunjukkan derajat asfiksia yang berat.

Penilaian Apgar ini perlu diulangi setelah 5 menit untuk


mengevaluasi apakah tindakan resusitasi kita sudah adekuat. Bila belum,
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Nilai Apgar 5 menit ini
mempunyai nilai prognostik oleh karena berhubungan dengan morbiditas
neonatal.

Mencari Kelainan Kongenital

Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-


obat teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi virus pada trimester
pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan bawaan pada keluarga. Di
samping itu perlu diketahui apakah ibu menderita penyakit yang dapat
mengganggu pertumbuhan janin, seperti misalnya diabetes melitus, asma
bronkial dan sebagainya. Sebelum memeriksa bayi perlu diperiksa cairan
amnion, tali pusat, dan plasenta.

Cairan amnion

Volume cairan amnion perlu diukur atau diperkirakan. Bila


volumenya lebih dari 2000 ml disebut polihidramnion atau hidramnion saja,
46
apabila kurang dari 500 ml disebut sebagai oligohidramnion.
Polihidramnion biasa terdapat pada bayi dengan obstruksi pada traktus
intestinalis bagian atas, anensefalus, bayi dari ibu diabetes atau eklamsia.
Oligohidramnion berhubungan dengan agenesis renal bilateral atau
sindrom Potter. Pada oligohidramnion perhatikan juga ekstremitas bawah
akan kemungkinan adanya pes equinovarus atau valgus kongenital.

Plasenta

Plasenta harus ditimbang, dan perhatikanlah adanya perkapuran,


nekrosis, dan sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah
terdapat satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik atau
tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis vaskular antara kedua
amnion; bila ada perlu dipikirkan kemungkinan terjadi transfusi feto-fetal.

Tali pusat

Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada


tali pusat. Pada potongan tali pusat diperhatikan apakah ada satu vena
dan dua arteri. Kurang lebih 1% dari neonatus hanya mempunyai satu
arteri umbilikalis dan 15% dari padanya mempunyai satu atau lebih
kelainan kongenital terutama pada sistem pencernaan, urogenital,
respiratorik, atau kardiovaskular.

Setelah pemeriksaan cairan amnion, plasenta dan tali pusat


kemudian dilakukan pemeriksaan bayi secara cepat tetapi menyeluruh.

Berat lahir dan masa kehamilan

Kejadian kelainan kongenital pada bayi kurang bulan adalah 2 kali


lebih banyak dibanding pada bayi cukup bulan, dan pada bayi kecil untuk
masa kehamilan kejadian kelainan kongenital tersebut sampai 10 kali lebih
besar.

Mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-


palatoskisis. Juga harus diperhatikan apakah terdapat hipersalivasi yang
mungkin disebabkan oleh adanya atresia esofagus. Pemeriksaan akan
patennya esofagus dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam
lambung. Bila kateter masuk ke dalam lambung, masukkan 5-10 ml udara
dan dengan stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam
lambung; dengan demikian akan tersingkir atresia esofagus. Kemudian
cairan amnion di dalam lambung diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi
30 ml pikirkan kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan
patennya esofagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk masa

47
kehamilan, arteri umbilikalis hanya satu, polihidramnion, atau
hipersalivasi

Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia


otot depresor anguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila
bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan
garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang sehat
(sebaliknya pada paresis N. fasialis). Pada 20 persen keadaan seperti ini
dapat ditemukan kelainan kongenital berupa kelainan kardiovaskular dan
dislokasi panggul kongenital.

Anus

Perhatikanlah adanya anus imperforata dengan memasukkan


termometer ke dalam anus. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula
rekto-vaginal.

Kelainan pada garis tengah

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida,


meningomielokel, sinus pilonidalis, genitalia yang ambigus, dan lain lain.

Jenis kelamin

Biasanya orangtua ingin segera mengetahui jenis kelamin anaknya.


Bila terdapat keraguan, misalnya pembesaran klitoris pada bayi
perempuan atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki,
sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda sampai dilakukan
pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.

II. Pemeriksaan lanjutan

Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah neonatus berada dalam


keadaan stabil. Pemeriksaan lanjutan ini terdiri dari pemeriksaan umum,
pemeriksaan sistematik secara rind, dan pemeriksaan usia kehamilan.

Pemeriksaan Umum

Warna kulit

Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadang-kadang


terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari pertama. Bila terdapat
sianosis pada seluruh tubuh pikirkan kemungkinan kelainan jantung

48
bawaan sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat
terdapat pada anemia berat atau asfiksia.

Warna kulit yang kuning disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi
dalam serum darah, atau pewarnaan oleh mekonium. Kenaikan kadar
bilirubin indirek memberi warna kuning-jingga sedang penumpukan
bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan. Pada neonatus yang
berkulit gelap, ikterus sebaiknya diperiksa pada mukosa. Pada orang kulit
berwarna, dalam keadaan normal dapat terlihat warna kebiruan pada
punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots.

Keaktifan

Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan gerakan


tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang sehat, posisi
ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang gerakan tungkai dan
lengannya aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya
kelumpuhan atau patah tulang. Apabila neonatus diam saja, mungkin
terdapat depresi susunan saraf pusat atau akibat obat, akan tetapi
masih mungkin juga bayi dalam keadaan tidur nyenyak.

Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan keadaan bayi,


misalnya tangisan yang melengking menunjukkan bayi dengan kelainan
neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada
bayi dengan kesukaran pernapasan.

Wajah neonatus

Wajah neonatus dapat menunjukkan kelainan yang khas misalnya


wajah pasien sindrom Down, sindrom Pierre-Robin, kretinisme, dan
sebagainya.

Keadaan gizi

Keadaan gizi neonatus dinilai dari berat badan serta panjang


badannya disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan subkutan,
serta kerutan pada kulit.

Suhu

Suhu tubuh neonatus diukur pada rektum. Suhu neonatus normal


adalah di antara 36,5-37,5 derajat Celsius. Suhu yang meninggi dapat
ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan
suhu lingkungan. Kenaikan suhu merata biasanya disebabkan oleh
kenaikan suhu lingkungan, apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas,
kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis. Perlu diingat bahwa infeksi

49
pada neonatus (termasuk sepsis) dapat tidak disertai kenaikan suhu
tubuh, bahkan sering terjadi hipotermia.

Pemeriksaan Secara Rinci

Kulit

Kulit neonatus cukup bulan ditutupi oleh semacam zat yang bersifat
seperti lemak yang disebut verniks kaseosa, yang berfungsi sebagai
pelumas serta sebagai isolasi panas. Tebal jaringan subkutan pada
neonatus cukup bulan adalah sekitar 0,25 sampai 0,5 cm. Edema sering
terlihat pada neonatus baik cukup bulan maupun kurang bulan pada
daerah presentasi.

Lanugo, yaitu rambut halus yang terdapat pada punggung bayi,


lebih banyak terdapat pada bayi kurang bulan dan makin berkurang
sampai hilang pada bayi cukup bulan. Perhatikan terdapatnya petekie
atau ekimosis yang dapat disebabkan trauma lahir atau oleh sepsis,
penyakit perdarahan, atau trombositopenia.

Perhatikan terdapatnya tumor di kulit. Catat ukuran, bentuk,


konsistensi serta warnanya. Perhatikan apakah ada kelainan bawaan lain
pada kulit. Turgor kulit yang jelek atau kulit yang keriput menandakan
terdapatnya dehidrasi atau gizi yang buruk. Pada lebih kurang 40%
neonatus cukup bulan, di kulit hidung dan pipi terlihat bintik-bintik putih
kekuningan yang disebut milia, yaitu kista epidermal yang berisi materi
keratin, yang biasanya menghilang dala'm beberapa minggu. Kadang di
daerah sekitar dahi dan ketiak terlihat miliara kristalina yaitu vesikula
jernih yang disebabkan oleh retensi keringat akibat obstruksi saluran
keringat.

Kepala

Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala


tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada
pemeriksaan ubun-ubun perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya.
Perhatikan terdapatnya kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti
kaput suksedaneum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik atau
fraktur tulang tengkorak. Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit
kepala, lunak tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas dan menyeberangi
sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari. Hematoma sefal tidak
tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum.
Konsistensi hematoma sefal ini lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada
tepi tulang tengkorak, jadi tidak menyeberangi sutura. Bila hematoma
sefal menyeberangi sutura berarti terdapat fraktur tulang tengkorak.
Hematoma sefal akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari, dan
akan menghilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Perdarahan
subaponeurotik terjadi oleh karena pecahnya vena yang menghubungkan

50
jaringan di luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan ini dapat
terjadi pada tiap persalinan yang diakhiri dengan alat. Biasanya batasnya
tidak tegas sehingga bentuk kepala dapat tampak asimetris. Pada
perabaan sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila berat,
kelainan ini dapat mengakibatkan renjatan, anemia atau
hiperbilirubinemia.

Perhatikan pula terdapatnya kelainan kongenital seperti anensefali,


mikrosefali, kraniotabes, dan sebagainya. Untuk memastikan apakah
terdapat perdarahan intrakranial atau hidrosefalus diperlukan
pemeriksaan USG (atau transiluminasi bila alat USG tidak ada, tetapi ini
hanya dapat melihat adanya hidransefalus).

Wajah

Seringkali wajah neonatus tampak asimetris oleh karena posisi janin


intrauterin. Kelainan wajah yang khas terdapat pada beberapa sindrom
seperti sindrom Down atau sindrom Pierre-Robin yang mudah dikenal.
Perhatikan kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi, paresis N.
fasialis atau patah tulang zigomatikus.

Mata

Pemeriksaan mata neonatus seringkali sulit dilakukan karena


biasanya matanya tertutup. Dengan menggoyangkan kepalanya secara
perlahan-lahan mata neonatus akan terbuka sehingga dapat diperiksa.
Mikroftalmia kongenital dapat ditemukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
Glaukoma kongenital mulanya terlihat sebagai pembesaran, kemudian
sebagai kekeruhan kornea. Katarak kongenital dapat mudah terlihat
sebagai pupil yang berwarna putih. Trauma pada mata terlihat sebagai
edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina. Perhatikanlah
adanya sekret mata. Konjungtivitis oleh kuman gonokok dapat cepat
menjadi panoftalmia dan menyebabkan buta.

Telinga

Pada neonatus cukup bulan telah cukup terbentuk tulang rawan


sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Perhatikanlah letak daun
telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
neonatus dengan sindrom tertentu antara lain sindrom Pierre-Robin. Sinus
yang terdapat di depan telinga adalah sisa dari branchial cleft. Kadang
terlihat auricle tag. Karena sulit, ada kecenderungan untuk tidak
memeriksa membrana timpani pada neonatus, padahal otitis media
dapat ditemukan pada hari pertama dan dapat didiagnosis dengan
menggunakan otoskop. Sebaiknya bila terdapat tanda-tanda infeksi
periksalah membrana timpani.

Hidung

51
Neonatus bernapas melalui hidung; bila ia bernapas melalui mulut
maka harus dipikirkan kemungkinan terdapatnya obstruksi jalan napas oleh
karena atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel
yang menonjol ke nasofaring. Pernapasan cuping hidung menunjukkan
adanya gangguan paru. Lubang hidung sering tersumbat oleh mukus.
Bila terdapat sekret yang mukopurulen yang kadang-kadang berdarah
perlu dipikirkan sifilis kongenital.

Mulut

Pemeriksaan mulut dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Dengan


inspeksi dapat dilihat adanya labio dan gnatoskisis, adanya gigi atau
ranula, yaitu kista lunak yang berasal dari dasar mulut. Perhatikan lidah
apakah membesar seperti pada sindrom Beckwith atau selalu bergerak
seperti pada sindrom Down. Neonatus dengan edema otak atau tekanan
intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda Foote).
Secara palpasi dapat dideteksi terdapatnya high arch palate, palatoskisis,
dan baik atau tidaknya refleks isap.

Sebelum bayi berumur 2 bulan saliva bayi sedikit. Bila terdapat


hipersalivasi pada neonatus perlu dipikirkan kemungkinan atresia
esofagus dengan atau tanpa fistula trakeo-esofagus.

Leher

Leher neonatus tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik.


Apabila terdapat keterbatasan pergerakan perlu dipikirkan kelainan
tulang leher. Tumor di daerah leher seperti tiroid, hemangioma, higroma
kistik, selain merupakan masalah sendiri dapat juga menekan trakea
sehingga memerlukan tindakan segera.

Trauma leher dapat terjadi pada persalinan yang sulit. Trauma leher
ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus brakialis sehingga terjadi
paresis pada tangan, lengan, atau diafragma. Dapat terjadi perdarahan
m. sternokleidomastoideus yang apabila tidak ditangani dengan baik
dapat menyebabkan tortikolis.

Dada

Inspeksi

Bentuk dada neonatus adalah seperti tong. Pektus ekskavatum atau


karinatum sering membuat orangtua khawatir, padahal biasanya tidak
mempunyai arti klinis. Pada respirasi normal dinding dada bergerak
bersama dengan dinding perut. Apabila terdapat gangguan pernapasan
terlihat pernapasan yang paradoksal dan retraksi pada inspirasi.
Gerakan dinding dada harus simetris; bila tidak, harus dipikirkan
52
kemungkinan pneumotoraks, paresis diafragma, atau hernia
diafragmatika.

53
Laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per
menit. Penghitungan harus dilakukan satu menit penuh, oleh karena
sering terdapat periodic breathing. Periodic breathing adalah pola
pernapasan pada neonatus, terutama prematur, yang ditandai
dengan henti napas yang berlangsung kurang dari 20 detik, dan
terjadi secara berkala. Perhatikan juga tipe pernapasan neonatus.
Kelenjar payudara neonatus, baik pada wanita atau lelaki akibat
pengaruh hormon pada ibu kadang-kadang tampak membesar dan
seringkali disertai dengan sekresi asir susu. Luas areola dan tebal
jaringan payudara dipakai untuk menilai usia kehamilan. Kadang
ditemukan puting susu berlebih {supernumary nipples).

Palpasi

Dengan palpasi kita dapat menemukan fraktur klavikula serta


meraba iktus kordis untuk menentukan posisi jantung (adanya
dekstrokardia atau dekstroposisi).

Perkusi

Pada pemeriksaan neonatus jarang dilakukan perkusi dada.

Auskultasi

Laju jantung dihitung selama satu menit penuh dengan


menggunakan stetoskop. Laju jantung normal adalah 120-160 kali
per menit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Bising jantung
seringkali terdengar pada neonatus, tetapi ini belum berarti
terdapat penyakit jantung bawaan. Sebaliknya tidak terdengarnya
bising jantung tidak menyingkirkan kemungkinan terdapatnya
penyakit jantung bawaan. Bunyi napas neonatus adalah
bronkovesikular; kadang dapat terdengar ronki pada akhir inspirasi
panjang. Terdengarnya bising usus di daerah dada menunjukkan
adanya hernia diafragmatika.

Abdomen

Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dadanya.


Bila perut sangat cekung, pikirkan kemungkinan terdapatnya hernia
diafragmatika. Abdomen yang membuncit mungkin disebabkan
hepatosplenomegali atau tumor lainnya ataupun cairan didalam
rongga perut. Bila perut bayi kembung harus diteliti kemungkinan
enterokolitis nekrotikans, perforasi usus atau ileus. Perhatikan
adanya gastroskisis, ekstrofia vesikalis, omfalokel, atau duktus
omfaloenterikus persisten, tumor lain pada dinding perut. Omfalokel

54
perlu dibedakan dari gastroskisis, yaitu kegagalan dinding perut
untuk menutup akibat defek pada muskulus rektus abdominis.

Hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta


kanan. Limpa juga sering teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri,
karena masih terjadi hematopoeisis ekstramedular. Kadang-kadang
hati dan limpa sedemikian besarnya sehingga batas bawahnya
berada di abdomen bagian bawah, misalnya pada eritroblastosis
fetalis. Dengan palpasi yang dalam ginjal dapat diraba apabila
posisi bayi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding
perut dalam keadaan relaksasi. Batas bawah ginjal dapat diraba
setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Biasanya
bagian ginjal yang dapat diraba sekitar 2-3 cm. Pembesaran ginjal
dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis
vena renalis. Trauma pada abdomen oleh karena kelahiran yang
sukar, misalnya pada letak sungsang, dapat mengakibatkan
perdarahan hati, limpa, atau kelenjar adrenal. Bila terdapat
kecurigaan kelainan dalam perut, pemeriksaan USG akan banyak
membantu.

Genitalia eksterna

Pada bayi perempuan cukup bulan labia minora terturup oleh


labia mayora, dan ini adalah salah satu kriteria untuk menilai usia
kehamilan neonatus. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina;
bila hanya terdapat satu lubang berarti ada kelainan. Kadang-
kadang tampak sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (wihdrawal bleeding).

Pada bayi lelaki sefing terdapat fimosis. Ukuran penis bayi


berkisar antara 3-4 cm (panjang) dan 1-1,3 cm (lebar). Hipospadia
adalah kelainan yang tidak jarang ditemukan, yang dapat berupa
defek di bagian ventral ujung penis saja atau berupa defek
sepanjang penisnya. Epispadia yaitu defek pada dorsum penis lebih
jarang ditemukan.

Skrotum bayi biasanya besar dan mempunyai banyak rugae.


Hidrokel seringkali ditemukan dan harus dibedakan dari hernia
inguinalis. Testis biasanya sudah turun ke dalam skrotum pada bayi
cukup bulan; pada bayi kurang bulan tidak jarang terdapat
kriptorkismus (testis yang belum turun ke dalam kantong skrotum).
Torsi testis dapat terjadi in utero dan dapat dilihat pada saat lahir
berupa testis yang membesar dan keras.

Kadang-kadang sulit menentukan jenis kelamin neonatus,


misalnya pada bayi perempuan terdapat klitoris yang sangat besar

55
dan labia mayoranya berfusi serta berpigmen banyak; atau pada
bayi lelaki terdapat penis kecil dengan hipospadia dan skrotum
terpisah. Dalam keadaan ini perlu pemeriksaan kromatin seks atau
kromosom seks. Trauma di daerah genitalia eksterna seringkali
ditemukan pada kelahiran sungsang dan dapat berupa perdarahan
ke dalam rongga skrotum atau testis atau otot-otot pelvis.

Anus

Pemeriksaan anus bukan hanya untuk mengetahui ada atau


tidaknya atresia ani, melainkan juga untuk mengetahui posisinya.
Kadang-kadang fistula yang besar dapat dianggap sebagai anus
yang normal, tetapi apabila diperhatikan benar-benar maka akan
kelihatan bahwa fistula terletak di depan atau di belakang anus
yang normal.

Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam


pertama. Bila setelah 48 jam belum juga keluar mekonium, perlu
dipikirkan kemungkinan mekonium plug syndrome, megakolon, atau
obstruksi saluran pencernaan. Mekonium yang keluar in utero pada
bayi yang letak kepala adalah salah satu tanda gawat janin. Bila
terdapat darah dalam mekonium perlu dibedakan apakah darah
berasal dari bayi atau dari darah ibu yang tertelan. Cara
membedakannya adalah dengan uji Apt yaitu dengan meneteskan
basa kuat (NaOH atau KOH); darah ibu akan mengalami hemolisis
sedangkan darah bayi tidak oleh karena darah neonatus resisten
terhadap alkali.

Tulang belakang dan ekstremitas

Untuk pemeriksaan tulang belakang, neonatus diletakkan


dalam posisi tengkurap. Tangan pemeriksa meraba sepanjang
tulang belakang untuk mencari terdapatnya skoliosis, meningokel,
spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis.

Perhatikan pergerakan ekstremitas. Apabila ada asimetri pikirkan


kemungkinan adanya patah tulang atau kelumpuhan saraf. Patah
tulang yang multipel terdapat pada osteogenesis imperfekta.
Kelumpuhan pada lengan mungkin disebabkan oleh fraktur humerus
atau kelumpuha Erb, yaitu kerusakan pada saraf servikal 5 dan 6.
Kelumpuhan pada tangan dapat disebabkan oleh paralisis Klumpke
yaitu kerusakan pada saraf servikal 7 dan torakal I. Paralisis kedua
tungkai dapat disebabkan oleh trauma berat atau kelainan bawaan
di tulang belakang,

56
Tonus ekstremitas juga perlu diperhatikan. Hipotonia umum
(floppy infant) biasa disebabkan oleh kelainan susunan saraf pusat.
Perhatikanlah posisi kedua kaki, apakah ada pes equinovarus atau
valgus. Juga keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah ada polidaktili,
sindaktili, atau claw-hand atau claw-feet. Periksa juga adanya dislokasi
terutama dislokasi panggul, dengan cara Ortholani.

Gambar Pemeriksaan dislokasi pinggul dengan cara Ortolani

Ukuran antropometrik

Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilannya


mempunyai ukuran badan sebagai berikut:

• berat antara 2500 sampai 4000 gram


• panjang 45 sampai 54 cm
• lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
• lingkaran dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala.

Perlu diukur panjang kepala-simfisis dan simfisis-kaki untuk menilai


proporsi tubuh bayi, agar kelainan seperti akondroplasia dapat
dideteksi.

Pemeriksaan neurologis

(Lihat uraian bab modul skill lab 5.2).

Pemeriksaan refleks neonatal primer

1. Refleks moro

57
Suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh
pada bayi. Bayi dalam posisi terlentang, kemudian kepalanya
dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa sentimeter dengan
hati-hati ke tangan pemeriksa. Reaksinya bayi akan kaget,
lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi, dan tangan
terbuka, disusul dengan gerakan abduksi dan fleksi.

2. Refleks tonic neck

Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala di garis tengah


dan anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala
ditengokkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada
anggota gerak sebelah kanan dan fleksi pada anggota gerak
sebelah kiri.

3. Refleks withdrawal

Pemeriksaan dilakukan dengan jarum untuk merangsang


telapak kaki, maka akan terjadi fleksi pada tungkai yang
dirangsang dan terjadi ekstensi pada tungkai kontralateral,
tetapi ekstensi ini tak selalu ada.

4. Refleks plantar grasp

Refleks ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu misalnya jari


pemeriksa pada telapak kaki pasien, maka akan terjadi fleksi
jari-jari kaki.

5. Refleks palmar grasp

Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada


telapak tangan pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari tangan

Pemeriksaan usia kehamilan

Usia kehamilan neonatus dapat dinilai dengan beberapa cara,


termasuk dengan menghitungnya dari hari pertama haid terakhir
sampai saat kelahiran, atau dengan cara ultrasonografi. Yang sering
dipakai sekarang adalah pemeriksaan menurut Dubowitz yang
menilai 11 kriteria klinis dan 10 kriteria neurologis. Namun cara
pemeriksaan ini kurang praktis untuk digunakan di lapangan dan
mengganggu neonatus yang sakit. Ballard mengajukan
penyederhanaan prosedur tersebut yaitu dengan hanya menilai 6
kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.

Mengetahui usia kehamilan dan keadaan gizi neonatus sangat


penting untuk dapat mengkategorikan neonatus apakah cukup

58
bulan, kurang bulan, atau lebih bulan dan apakah sesuai, lebih kecil,
atau lebih besar untuk usia kehamilannya.

I I I . Pemeriksaan Pada Waktu Memulangkan

Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan untuk


meyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau kelainan
akibat trauma yang terlewatkan. Perlu diperhatikan:

• Susunan saraf pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun-ubun


• Kulit: Adanya ikterus, piodermia
• Jantung : Adanya bising yang baru timbul kemudian
• Abdomen : Adanya tumor yang tidak terdeteksi sebelumnya
• Tali pusat: Adanya infeksi
• bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian
ASI yang benar.

Checklist Pemeriksaan Fisik Neonatus

59
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan pada ibu/ keluarga tentang
prosedur pemeriksaan dan pentingnya
pemeriksaan
2: menjelaskan keduanya
1: menjelaskan salah satunya
0: selain kriteria di atas
2. Mempersiapkan alat-alat
Tempat tidur yang bersih, termometer,
stetoskop bayi, jam tangan untuk menghitung
detik, timbangan bayi, sarung tangan bersih
(tak perlu steril)
2: menyiapkan 5-6 item
1: menyiapkan 3-5 item
0: selain kriteria di atas
3. Pemeriksa mencuci tangan
4. Mengenakan sarung tangan
5. Mintalah ibu untuk membuka baju bayi
6. Menanyakan pada ibu apakah bayi sudah
buang air besar atau buang air kecil
Interpretasi:
7. Perhatikan warna kulit bayi
Interpretasi :
N: dada, wajah, bibir berwarna kemerahan
8. Perhatikan tonus otot bayi
Interpretasi:
N: Gerakan aktif
9. Hitung pernafasan bayi
Interpretasi :
N: 40-60x permenit, tak ada retraksi dinding
dada
1 Meletakkan stetoskop bayi di dada kiri setinggi
0. apeks
Hitung detak jantung dengan stetoskop bayi
selama 1 menit penuh
Interpretasi:
N: 120-160x/ menit
1 Perhitungkan nilai APGAR
1. Interpretasi :
7-10neonatus dapat beradaptasi dengan baik
4-6asfiksia ringan sampai sedang
0-3asfiksia berat
1 Perhatikan tali pusat:
2. Cari adanya perdarahan, cairan,
pembengkakan, bau yang tidak enak dan
kemerahan pada kulit sekitarnya
2: menyebutkan 5 item
1: menyebutkan 3-4 item
0: selain kriteria di atas
60
Pemasangan Intra Uterine Device (IUD)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau The intrauterine


device (IUD) merupakan alat pengatur kelahiran / birth control atau
Keluarga Berencana (KB). Alat ini digunakan dengan cara meletakkan
dalam uterus. Ada 2 jenis IUD yaitu yang AKDR yang diselubungi oleh
Copper (tembaga), yaitu Cu T 380 A dan ada yang mengeluarkan
progesterone (disebut Mirena).
AKDR bekerja secara efektif segera setelah pemasangan. AKDR
bekerja dengan cara menghalangi sperma untuk bertemu dengan sel
telur. Disamping itu, AKDR merupakan benda asing dalam uterus yang
juga akan mengakibatkan iritasi dari dinding uterus sehingga
menyulitkan implantasi dari embrio ke dinding uterus.
Ukuran IUD sangat kecil, bentuk T dari IUD tersebut
menyebabkan fleksibilitas dari IUD untuk dimasukkan ke dalam uterus.
IUD Mirena secara kontinyu melepaskan hormone progestin

61
(levonorgestrel) dalam jumlah kecil dan dapat digunakan selama 5
tahun, sedangkan IUD Copper dapat digunakan selama 10 tahun.
IUD Copper, adalah AKDR yang dililit oleh tembaga yang juga
bersifat sebagai spermicid. Sebelum dilakukan pamasangan IUD,
dapat juga diberikan analgetik 1 jam sebelum pemasangan untuk
meminimalisir kram dan rasa tidak nyaman yang mungkin terjadi pada
saat pemasangan IUD.

Gambar. IUD Copper T, spekulum

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada 7 hari pertama


periode menstruasi. Bila tidak, maka dokter harus melakukan tes
kehamilan untuk memastikan bahwa calon akseptor KB tersebut tidak
sedang hamil. Dokter harus memberi penjelasan mengenai prosedur
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien sebelum pemasangan
IUD dilaksanakan. Hal ini penting untuk dilaksanakan agar klien lebih
rileks sehingga pemsangan IUD lebih mudah dan mengurangi rasa
sakit.
Mula-mula dokter harus melakukan bimanual pelvic examination
(Vaginal Toucher), untuk menentukan secara akurat: posisi,
konsistensi, ukuran dan mobilitas uterus, serta ada/ tidaknya rasa sakit
yang mungkin mengindikasikan adanya infeksi. Bila tidak ada
kontraindikasi maka, barulah pemasangan IUD dapat dilakukan. Klien
dapat mengalami kram, sensasi tidak nyaman, atau pusing selama
pemasangan IUD, dan hal ini umumnya dapat berkurang dengan
meminta klien untuk menarik nafas dalam. Kurang dari 5 % wanita
mengalami rasa nyeri sedang sampai berat, meskipun demikan
umumnya hanya sebentar dan tidak memerlukan pelepasan IUD
segera.

Kontra indikasi pemasangan IUD:


1. Hamil
2. Infeksi pada organ genetalia eksterna / interna
3. Kedalaman uterus < 6 cm.

62
Gambar Pemeriksaan Bimanual

63
Ceklist Pemasangan IUD
No Skor
Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai prosedur
dan kemungkinan rasa tidak nyaman
2: menjelaskan keduanya
1: menjelaskan salah satunya
0: selain kriteria di atas
2. Meminta izin/persetujuan kepada pasien.
Meminta asisten/perawat untuk menemani selama
pemeriksaan.
Mempersilahkan pasien membuka pakaian bawahnya,
tidur terlentang di meja ginekologi, meletakkan kaki
pasien pada tempatnya.
2 : melakukan semua tahap
1 : lupa salah satunya
0 : selain criteria di atas
Mempersilahkan pasien untuk memajukan pantat
sehingga terletak tepat pada ujung meja ginekologi.
Mempersiapkan alat : jelly, sarung tangan, IUD,
spekulum, tenaculum,sonde,
2: menyiapkan 5-6 item
1: 3-4 item
0: selain kriteria di atas
3 Mencuci tangan dengan cara aseptik
memakai sarung tangan
Jari telunjuk dan jari tengah dilumasi kemudian
dimasukkan ke dalam vagina. Ibu jari diabduksikan, jari
manis dan jari kelingking difleksikan.
2 : teknik sempurna (mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik belum sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
Tentukan adanya kontraindikasi pemasangan IUD
(hamil, infeksi genitalia eksterna, infeksi genitalia
interna dan kedalaman uterus< 6cm)
2: menyebutkan 3-4 item
1: 2 item
0: selain kriteria di atas
Melepas sarung tangan
4 menyiapkan IUD agar siap dipasang pada uterus
dengan tidak melakukan tindakan yang mengkibatkan
IUD tidak steril
– Membuka kertas penutup pada bagian yang
berlawanan dari letak IUD sp ½ jarak pada
garis biru
– Memasukkan pendorong kedalam tabung
inserter sp menyentuh ujung batang IUD
– Memasukkan lengan IUD kedalam inserter
(masih dalam pembungkus)
2: menyebutkan 3-4 item
1: 2 item

64
0: selain kriteria di atas
Memakai sarung tangan kembali
Membersihkan mulut vagina dengan kasa basah steril
(kasa yang dibasahi NaCl fisiologis) dan membuang
kasa ke tempat sampah medis.
Spekulum dilicinkan dengan air hangat atau lubrikan
lain (jika tidak akan melakukan pemeriksaan
mikroorganisme/sitologi).
Memasukkan spekulum :
Telunjuk dan jari tengah tangan kiri menekan batas
bawah introitus ke arah bawah. Spekulum dalam
keadaan tertutup dipegang dengan tangan kanan.
Ujung speculum diarahkan ke bawah dalam keadaan
miring. Setelah speculum masuk ke dalam vagina,
speculum diputar sampai posisi horizontal dan
masukkan sampai ke ujung vagina. Posisikan ujung
speculum sampai melingkupi serviks. Spekulum dibuka
dengan hati-hati. Putarlah skrup untuk menguncinya.
Dari pemeriksaan dilihat portio serviks dengan jelas
2 : teknik sempurna(mengerjakan semua tahapan)
1 : teknik kurang sempurna (kurang salah satu tahap)
0 : teknik salah
6 Menjepit portio anterior dengan tenaculum agar cervix
bisa stabil dan ditarik ke depan
7 Memasukkan sonde ke dalam uterus melalui vagina
secara perlahan
mengukur kedalaman dari cavum uteri dan beri tanda
8 Menyamakan kedalaman uterus pada sonde dengan
IUD dengan cara menggerakan leher biru pada tabung
inserter
9 Mengeluarkan IUD dari pembungkusnya
memasukan perlahan ke dalam cavum uteri dalam
posisi horizontal sampai leher biru menyentuh cervix
uteri (juga terasa tahanan dari fundus uteri).
Tangan kiri menahan inserter dan tangan kanan
menahan pendorong.
10 Melepaskan IUD dengan cara menarik inserter sampai
pangkal pendorong sedangkan pendorong tetap
bertahan, sehingga IUD dapat terletak stabil di fundus
uteri dalam bentuk huruf T
11 Mengeluarkan inserter dan pendorong dari uterus dan
vagina secara perlahan
12 Memotong benang IUD sekitar 2 – 3 cm dari cervix
uteri
13. Melepas jepitan tenaculum dari portio anterior dan
mengeluarkannya dari vagina.
Mengoleskan antiseptik pada cervix uteri dan
mengeluarkan speculum dari vagina perlahan-lahan.
Mempersilahkan pasien memkai celana/ roknya
kembali
Lepaslah sarung tangan

65
Beritahu pasien bahwa pemeriksaan dusah selesai
Mentatat dalam rekam medik
15. Menjelaskan bila klien mengalami spotting beberapa
hari setelah pemasangan adalah normal dan
menganjurkan untuk cek rutin setiap bulan
2: menyebutkan 2 item
1: 1 item
0: selain kriteria di atas

66
PERTEMUAN III
PENJAHITAN RUPTURA PERINEUM

DefinisiRobekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan.

Episiotomi adalah ruptura perinei yang artifisialis.

Ruptura perinei dibagi atas 3 tingkat:

• Tingkat 1: robekan hanya mengenai kulit dan mukosa sekitar 1-1 ½


cm;

• Tingkat 2: robekan lebih dalam sudah mengenai m.levator ani;

• Tingkat 3: robekan pada kulit, mukosa, perineal body, m.sphigter


ani.

• Ruptura perinei inkompleta: tingkat 1 sampai 2.

• Ruptura perinei kompleta: tingkat 3.

Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptura perinei :

• Partus presipitatus
• Kepala janin besar dan janin besar
• Pada presentasi defleksi (dahi, muka)
• Pada primigravida (para)
• Pada letak sungsung dan after coming head
• Pimpinan persalinan yang salah
• Pada obstetri operatif pervaginam: ekstrasi vakum, ekstraksi
forsep, versi dan ekstraksi, serta embriotomi.
Kalau luka-luka ini tidak dijahit dengan baik, maka akan
menyebabkan lapang-nya perineum dan pada ruptura perinei komplete
dapat terjadi beser berak (inkontinensia alvi). Secara estetis kemaluan
menjadi kurang baik.

Penanganan

• Untuk mencegah luka yang jelek dan pinggir luka yang tidak rata
dan kurang bersih, pada beberapa keadaan dilakukan episiotomi;
dan pada keadaan lain dengan pimpinan persalinan yang baik.

67
• Bila dijumpai robekan perineum, lakukan penjahitan luka dengan
baik lapis demi lapis; perhatikan jangan sampai terjadi ruang
kosong terbuka ke arah vagina (dead space) yang biasanya dapat
dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak
baiknya penyembuhan luka.
• Berikan antibiotika yang cukup.
• Pada luka perineum lama (oldperineal tear), lakukan perineoplastik
dengan membuat luka baru dan menjahitnya kembali sebaik-
baiknya.

Checklist Penjahitan Robekan Perineum

68
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan pada ibu/ keluarganya tentang
prosedur kerja dan pentingnya tindakan yang akan
dilakukan serta kemungkinan rasa sakit yang akan
terjadi
2: Menjelaskan ketiganya
1: Menjelaskan salah satunya
0: selain criteria di atas
2. Meminta persetujuan ibu
3. Meminta perawat untuk menjadi asisten
4. Mempersiapkan alat dalam partus set: sarung
tangan steril, nail holder, nail, chromic catgut
(catgut 2/0 atau 3/0), pinset, spuit steril 10cc,
lidokain 1%, lampu sorot, kain bersih, kassa steril
2: menyebutkan 8-10 item
1: menyebutkan 4-7 item
0: selain kriteria di atas
5. Posisikan bokong ibu pada ujung meja gynekologi
6. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
7. Atur lampu sorot/ senter ke arah vulva/ perineum
ibu
8. Memakai sarung tangan steril
9. Meminta asisten mematahkan ujung tabung
lidokain dan mengambilnya dengan menggunakan
spuit 10 cc tanpa menyentuh tabungnya
2: melakukan semua tahap
1: lupa salah satunya
0: selain kriteria di atas
1 Bersihkan daerah luka atau bekuan darah (untuk
0. menilai luas dan dalamnya robekan perineum)
1 Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik dan
1. kemungkinan timbulnya rasa sakit
1 Tusukkan jarum suntik pada ujung robekan
2. perineum dan sepanjang tepi luka, secara
subkutan, jangan lupa aspirasikan
2: menyebutkan 2 lokasi dan 2 cara penyuntikan
dengan benar
1: hanya salah satu yang benar
0: selain kriteria di atas
Suntikkan cairan lidokain pada tepi luka perineum,
tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka,
arahkan jarum suntik sepanjang tepi mukosa
vagina, lakukan aspirasi
2: melakukan semua tahapan
1: lupa salah satunya
0: selain kriteria di atas
Lakukan anestesi lokal pada sisi robekan yang
belum dianestesi
1 Tunggu 1-2 menit untuk mendapatkan hasil yang
69
70
PEMERIKSAAN FISIK BAYI & ANAK

Ceklist Pemeriksaan Pertumbuhan Pada Bayi dan Anak

71
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan pada ibu/ keluarganya tentang
pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang
akan dilakukan
2: Menjelaskan keduanya
1: Menjelaskan salah satunya
0: selain criteria di atas
2. Meminta persetujuan ibu
3. Mempersiapkan alat: jam untuk menghitung detik,
tensimeter anak, termometer, timbangan bayi/
anak, pita ukur, KMS, grafik lingkar kepala, grafik
NCHS BB/U, TB/U, BB/TB
2: menyebutkan 8-10 item
1: menyebutkan 4-7 item
0: selain kriteria di atas
4. Mencuci tangan secara aseptik
5. Meminta pasien untuk berbaring terlentang
6. Meminta pasien membuka baju/meminta asisten/
ibu membukakan baju seperlunya saja
7. Berdiri di sebelah kanan pasien (jika tidak kidal)
8. Menghitung nadi
Meletakkan ke 3 jari (jari telunjuk, jari tengah, jari
manis) dengan posisi vertikal di sepanjang arteri
radialis
Menilai laju nadi, irama, kualitas nadi, ekualitas
nadi
2: menyebutkan 3-4 item
1: menyebutkan 2 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
9. Menghitung frekuensi pernafasan
Memperhatikan kembang kempisnya perut
Interpretasi:
1 Mengukur tekanan darah
0. Menggunakan manset sesuai umur, memakaikan
manset di lengan atas ± 2 jari di atas lipat siku,
dengan selang tensi meter berada di tengah.
Letakkan stetoskop di fossa cubiti. Pompalah
manset dengan cepat sampai denyut arteri radialis
tak teraba, teruskan pompa sampai 20-30 mmhg
lagi. Kosongkan monometer secara perlahan
sampai terdengar bunyi korrotkoff Isistolik.
Teruskan mengosongkan manometer sampai bunyi
korotkoff 5 menghilangdiastolik
2: melakukan semua tahapan
1: lupa salah satunya
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
1 Mengukur suhu badan
1. Mengguncang-guncangkan termometer sampai air
72
Checklist Pemeriksaan Fisik Bayi dan Anak

73
Skor
No Aspek yang dinilai
0 1 2
1. Menjelaskan pada ibu/ keluarganya tentang
pemeriksaan dan pentingnya pemeriksaan yang
akan dilakukan
2: Menjelaskan keduanya
1: Menjelaskan salah satunya
0: selain criteria di atas
2. Meminta persetujuan ibu
3. Mencuci tangan secara aseptik
4. Meminta pasien untuk berbaring terlentang
5. Meminta pasien membuka baju/meminta asisten/
ibu membukakan baju seperlunya saja
6. Berdiri di sebelah kanan pasien (jika tidak kidal)
7. Memeriksa keadaan umum pasien: apakah pasien
tidak tampak sakit, sakit ringan, sakit sedang, atau
sakit berat
2: menyebutkan 4 item
1: menyebutkan 3 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
8. Perhatikan fasies pada pasien : apakah ada fasies
kolerika, risus sardonikus, kapermond, wajah khas
sindrom Down, wajah khas obstruksi hidung
2: menyebutkan 4-5 item beserta artinya
1: menyebutkan 3 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
9. Menilai tingkat kesadaran pasien dalam keadaan
pasien tidak tidur: komposmentis, apatik,
somnolen, sopor, koma, delirium
2: menyebutkan 5-6 item beserta artinya
1: menyebutkan 4 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
1 Menilai kepala
0. Menilai bentuk, ukuran, kontrol kepala
2: menyebutkan 3 item
1: menyebutkan 2 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi
1 Menilai rambut
1. Apakah hitam lebat, pirang, kusam, jarang, mudah
dicabut
2: menyebutkan 4-5 item
1: menyebutkan 3 item
0: selain kriteria di atas
Interpretasi:
1 Menilai ubun-ubun besar: datar, cekung, cembung
2. 2: menyebutkan 3 item
1: menyebutkan 2 item
74
imunisasi

AKTIFITAS 0 1 2

1. Persiapan pemeriksaan
– Mencuci tangan dengan air dan sabun
serta mengeringkannya
– Menyapa pasien dan berkomunikasi
singkat dengan ramah
– Menyampaikan/menjelaskan tindakan
aa yang akan dilakukan
– Posisikan pasien dengan benar
– Buka pakaian pasien sesuai yang
diperlukan
– Periksa dari sebelah kanan pasien,
kecuali bila dokter kidal, pemeriksaan
data dilakukan dari sebelah kiri pasien

75
1. Memeriksa tanda vital:

– Frekuensi nadi
– Frekuensi pernapasan
– Tekanan darah
– Suhu
1. Menimbang
– Menjelaskan bahwa pasien akan
ditimbang
– Memeriksa apakah skala timbangan
benar berada pada angka 0 (nol)
– Melepas pakaian anak/meminta ibu
melepas pakaian anaknya termasuk
pempers
– Meletakkan anak secara hati-hati di
atas timbangan
– Menunggu beberapa saat sampai
panah timbangan berhenti bergoyang,
baru kemudian membaca hasil
timbangan
– Menyerahkan kembali bayi kepada
ibunya dan meminta ibu untuk
memakaikan pakaian anaknya kembali
– Catat hasil timbangan dan tandai
dengan titik pada grafik di kartu KMS

Mengukur lingkar lengan atas


– Posisikan lengan dalam posisi rileks
abduksi
– Menandai titik di pertengahan antara
akromion dan olekranon pada sisi lateral
lengan (sebelumnya harus minta ijin
kepada ibu, bila ibu tidak mengijinkan
cukup ditandai lokasinya dengan tangan
saja)
– Linkarkan pita ukur pada lengan tegak
lurus dengan sumbu panjang lengan
melalui tanda di lengan yang telah dibuat
tsb.
– Ukur sesuai dengan millimeter terdekat
– Catat ukuran tersebut dalam catatan
medik
Mengukur lingkar kepala

76
– Memilih pita ukur untuk lingkar kepala
– Meminta ijin/menyampaikan kepada ibu
untuk mengukur lingkar kepala anaknya
– Lingkarkan pita ukur melalui pertengahan
dahi (pertengahan antara alis mata dan
batas rambut) melingkari kepala sebelah
belakang melalui oksipital.
– Ukur sampai millimeter terdekat
– Catat hasil pengukuran di catatan medik
dan KMS

77
CEKLIST PEMERIKSAAN FISIK UMUM PADA ANAK

AKTIFITAS 0 1 2

1. Persiapan pemeriksaan
– Mencuci tangan dengan air dan sabun
serta mengeringkannya
– Menyapa pasien dan berkomunikasi
singkat dengan ramah
– Menyampaikan/menjelaskan tindakan
aa yang akan dilakukan
– Posisikan pasien dengan benar
– Buka pakaian pasien sesuai yang
diperlukan
– Periksa dari sebelah kanan pasien,
kecuali bila dokter kidal, pemeriksaan
data dilakukan dari sebelah kiri pasien
1. Pemeriksaan umum
– Postur dan bentuk tubuh.
– Hidrasi
– Pakaian, higiene
– Menangis: melengking vs normal
– Perilaku : normal/ abnormal
– Interaksi pasien- orang tua, reaksi ketika
ada orang yang masuk ke ruangan (child
abuse).
(Bila tertidur, periksa jantung, paru dan
abdomen terlebih dahulu)

1. Vital sign
– Frekuensi nadi
– Frekuensi pernapasan
– Tekanan darah
– Suhu
4. Kelenjar Lymphe

• Palpasi kelenjar limfe pada leher, inguinal,


, supraclavicular, axillary, region posterior
occipital. Sebutkan diameternya,
konsistensi, dapat digerakkan/ tidak dari
dasarnya, nyeri tekan / tidak

5. Kepala dan Leher

78
– Lingkar kepala, pertumbuhan normal/
tidak.
– Kepala simetri/ asimetri, microcephaly,
macrocephaly, abnormality lain.
– Fontanelle (bila < 18 bulan):
○ Cembung/ datar/ depressed?
– Pembesaran kelenjar Thyroid.
– Kaku kuduk
6. Mata

– Posisi: Ibu memeluk anak, tangan yang


satu sambil memeluk lengan anak, tangan
lainnya memegang dahi anak.
– Pupil: reaksi pada sinar, akomodasi
– strabismus (normal sebelum 4-6 bulan)
– Photophobia, proptosis, sclerae,
conjunctivae, ptosis, congenital cataracts.

7. Telinga

– Posisi: sama dengan pemeriksaan mata,


hanya posisi anak menghadap samping.
– Discharge, canals, external ear
tenderness.
– Test hearing.
8. Hidung

– Nares, septum
– Discharge, mucous membranes,
sinus
tenderness.
1. Mulut dan tenggorok
– Bau nafas
– Bibir: warna, kering, fissures.
– Lidah, mukosa mulut: warna
– Gigi: Jumlah, dental caries, teratur/ t.
– Gunakan tongue spatel: Tenggorok,
epiglottis
– Tonsil: besar, tanda-tanda inflamasi
10. Kulit

– Rash.
– Warna kulit, konsistensi, hidrasi
– Cyanosis, jaundice, edema, petechiae.
– Hemangioma, Nevi (ukuran dan lokasi)
11. Thorax:

79
Sistem respirasi:
– Palpasi trachea
– Periksa thorax dilihat dari depan dan dari
posisi kaki penderita: Bentuk dinding
dada, simetri/ t
– Respiratory rate
– Palpasi infraclavicular, mammary, upper
axilla, lower axilla
– Sebutkan:
○ Chest movement
○ Chest expansion
○ TVF (tactile vocal fremitus); bila tak
normal sebutkan lokasi, meningkat,
menurun atau menghilang
– Perkusi:
○ Batas kanan jantung
○ Batas atas hepar
○ Batas bawah paru
○ Adanya area pekak pada daerah paru
– Auskultasi: Gunakan bel (corong) pada
anak yang kecil, diagfragma pada anak
yang lebih besar
– Auskultasi semua area secara simultan
– Minta pasien untuk batuk ketika auskultasi
– Selalu bandingkan area yang berlawanan
– Sebutkan:
○ Karakteristik suara nafas
○ Suara tambahan

NB: Normal suara nafas adalah


bronchovesicular dan inspirasi lebih panjang 2
X dari expirasi pada anak kecil sedangkan
pada anak yang lebih besar: inspirasi 3X lebih
panjang dari ekspirasi

Jantung
– Inspeksi: Pulsasi pada apex, suprasternal
area, Aortic area, Pulmonary area,
Parasternal area, Epigastrium
– Palpasi: Apex (lokasi, karakter, thrill,
palpable gallop); Palpable diastolic shock;
Parasternal thrill; pulsasi epigastrik
– Perkusi jantung: Besar jantung

80
– Auskultasi: Suara jantung I dan II, suara
tambahan, bising jantung (lokasi,
intensitas, berhubungan dengan respirasi,
posisi)

12. Abdomen •

Inspeksi: •
– gerak abdomen ketika bernafas
– pulsasi epigastrik
– hernia
– umbilicus
– genitalia
AUSKULTASI: •

– Lakukan sebelum palpasi atau perkusi, •


karena akan mengganggu suara usus
– Dengarkan peristaltic usus pada 4
kuadran. Normal suara peristaltic
terdengar setiap 10 – 30 detik
Palpasi Ringan:
Minta pasien fleksi paha dan lutut agar
abdomen relaks
– Minta pasien menunjukkan bagian yang
dirasa sakit. Lakukan palpasi pada bagian
yang berlawanan secara diagonal dari
bagian yang sakit dan secara sistematik
pada region yang lain, terakhir baru pada
bagian yang sakit
– Minta pasien untuk bernafas dalam atau
batuk untuk mengkonfirmasi lokasi sakit
– Cek kemungkinan adanya: massa (bila jari
tangan dapat diletakkan diantara simpisis
dan benjolan berarti abdominal mass, bila
tidak bisa: pelviabdominal mass
Palpasi dalam: Viscera

Palpasi dalam dimulai dari viscera solid yang


normal (hepar, lien, ginjal): Hepar, Lien: < 6
tahun dapat teraba sampai 2 cm dibawah arcus
costa
Catat hasil pemeriksaan viscera:
– Derajat pembesaran
– Tepi tajam atau tumpul
– Permukaan: halus atau nodular
– Konsistensi: lunak, keras atau

81
heterogenous
– Pulsasi +/ -
– Nyeri +/ -

Perkusi:

– Pengukuran besar hati


– Pengukuan ada tidaknya pembesaran lien
– Identifikasi cairan asites.
– Identifikasi masa solid .
– Identifikasi udara dilambung dan usus.
– Identifikasi udara bebas dibawah
diafragma.
– Identifikasi adanya rangsang peritoneal
(nyeri perkusi).

13. Extremitas dan punggung

Lakukan pemeriksaan:

• Infants: hip abduction + lutut flexi.


• Abnormalitas kaki
• Tulang belakang: deformitas, massa,
nyeri, gerakan terbatas, spina bifida
14. Diaper, genitalia, anus (Hanya
dilakuakn bila ada indikasi & mintalah ijin
lebih dulu secara peroral)

82
• Diaper:
○ Periksa area diaper: warna, lecet

• Laki-laki:
○ Testes decent, hernia.
○ Circumcisi, testis, hydrocele.

• Perempuan:
○ Vulva, clitoris.

• Laki-perempuan:
○ Discharge.
○ Abnormalitas.

• Inspeksi Anus:
○ Hemorrhoid
○ Fissures
○ Prolapse.
○ Sphincter tone, tenderness, mass.
○ Peri-anal inflammation.

83
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN BAYI BARU LAHIR

Mempersiapkan diri
1. Menyapa ibu dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan kepada ibu tentang hal-hal apa saja yang akan
anda lakukan (misalnya, bahwa anda akan menyakan
beberapa hal penting tentang riwayat kehamilan ibu),
doronglah ibu untuk menanyakan hal-hal yang dirasakan ibu
belum memahami dan dengarkan hal-hal yang
disampaikannya.

ALOANAMNESIS
A. Identitas pasien
1. Menanyakan nama ibu, alamat dan nomor telepon
2. Menanyakan nama bayi
3. Menanyakan jenis kelamin bayi
A. Riwayat kehamilan ibu
1. Menanyakan kehamilan yang keberapa (Gravida)? Dan
berapa kali melahirkan (Para)?
2. Berapa jumlah anak?
3. Riwayat keguguran (abortus)/lahir mati (still
births)/kematian anak dimasa neonatal?
4. Menanyakan riwayat menyusui?
A. Riwayat penyakit ibu
1. Menanyakan apakah ibu menderita diabetes mellitus,
hipertensi, edema, proteinuria, kejang atau ada penyakit
kehamilan lainnya?
2. Menanyakan ibu apakah menderita penyakit infeksi
misalnya tuberculosis (TB) atau hepatitis B?
3. Menanyakan kepada ibu apakh menderita penyakit-
penyakit yang dapat ditularkan secara transplasenta/
(Toxoplasmosis, Citomegalovirus, Rubella/campak Jerman)?
A. Riwayat persalinan
1. Menanyakan waktu kelahiran anak (tanggal dan jam)?
2. Di mana persalinan sebelumnya? Siapakah yang menolong
persalinannya dokter/bidan/dukun/dokter spesialis
kebidanan?
3. Apakah ibu demam dan/atau air ketuban berbau busuk
menjelang persalinan?
4. Apakah ketuban pecah lebih dari 6 jam sebelum
persalinan?
5. Apakah terdapat kesulitan dalam persalinan atau terdapat
penyulit pada janin selama persalinan, sebagai berikut:
– Gawat janin (fetal distress)?
– Partus lama?

84
– Sectio caesaria
– Ekstraksi forceps atau vakum?
– Posisi/persentasi janin abnormal
– Penyulit lainnya?
PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR
Periksalah bayi dengan seksama dan
catatlah temuan/ hasil pemeriksaan dalam catatan
(medik).
A. Menilai keadaan umum dan keadaan umum
1. Cuci tangan dengan air dan sabun, kemudian keringkan
dengan lap/handuk kering/pengering tangan.
2. Lepaslah baju bayi dengan sebelumnya minta ijin atau
memberitahukan kepada ibu/mintalah ibu untuk melepas
baju bayi.
3. Letakkan bayi pada permukaan yang bersih, kering dan
hangat. Atau dapat juga bayi diperiksa dalam gendongan
ibunya agar tetap hangat dan nyaman.
4. Timbanglah bayi (lihat: Menimbang bayi)
5. Hitunglah frekuensi napas selama satu menit, perhatikan
apakah terdapat pernapasan cuping hidung, bayi merintih,
retraksi otot-otot interkosta atau subkosta.
6. Hitung dan nilailah frekuensi denyut jantung (laju denyut
jantung) dengan menggunakan stetoskop.
7. Ukur suhu badan dengan menggunakan termometer
8. Periksa warna bayi, cari/amati apakah terdapat sianosis
sentral, ikterik, pucat?
9. Periksa/perhatikan aktivitas bayi, gerakan badan dan
keempat ekstremitas, serta postur tubuhnya.
10.Perhatikan tangisan bayi, nilailah kesadarannya
11.Periksalah tonus otot
12.Periksa kulit bayi, cari/perhatikan apakah terdapat
lebam/hematom/pembengkakan/perlukaan
Catatan: jangan lupa untuk selalu melihat juga di bagian
puggung dan daerah yang biasa tertutup popok/ gurita.
A. Pemeriksaan Kepala, wajah, mulut, mata dan hidung
1. Periksalah kepala bayi, ukur lingkar kepala, nilailah bentuk
kepala, ukuran ubun-ubun bayi, dan apakah terdapat hematom
pada kepala (cephal hematom)?
2. Periksalah wajah, perhatikan apakah terdapat gambaran wajah
yang abnormal atau gerakan wajah yang abnormal (misalnya:
merot saat menangis, mata berkedip-kedip)
3. Periksalah mulut, perhatikan apakah terdapat celah pada bibir,
gusi, palatum. Apakah lidah berbentuk normal atau besar?
Apakah terdapat palatum (langit-langit) letak tinggi berbentuk
seperti kubah?
4. Periksalah mata,perhatikan apakah terdapat kornea yang
keruh, pembengkakan, warna merah pada konjungtica,

85
secret/pus.
5. Periksa hidung, perhatikan dan catat setiap kelainan yang
ditemukan
A. Jantung, Dada (toraks), Perut (abdomen) dan Tali pusat,
Genitalia eksterna
1. Jantung:
a. Periksalah jantung, hitung laju denyut jantung (frekuensi
dalam satu menit), perhatikanlah apakah iramanya regular
atau tidak beraturan (irregular).
b. Dengarkan dengan seksama melalui stetoskop apakah
terdengar bising jantung, catat dan deskripsikan se-detail
(terperinci) mungkin.
c. Raba dan nilailah pulsasi nadi femoral dan brachialis,
apakah denyutan antara nadi bracialis kiri sama kuat
dengan yang kanan, apakah nadi femoralis teraba sama
kuat dengan nadi brakialis?
1. Dada:
a. periksalah dada, apakah dinding dada berbentuk normal
ataukah ada kelainan bentuk dada (pektus karinatum,
pektus ekskavatum), apakah ada celah pada dinding dada
sehingga jantung tampak dari luar (Jantung ektopik).
b. perhatikan gerakan pernapasan, apakah gerakannya
regular, apakah simetris atau ada salah satu sisi dada
yang gerakannya tertinggal
1. Abdomen/perut:
a. Periksalah dinding perut, apakah tampak normal ataukah
cembung/tegang? Apakah tampak defek/celah pada
dinding perut? Lakukan palpasi abdomen, apakah perut
teraba lunak atau tegang? Perhatikan tali pusat, periksalah
apakah bersih/berbau/terdapat pus?
1. Genitalia eksterna
a. Periksalah genitalia eksterna, perhatikan apakah
bentuknya normal atau kemungkinan adanya ambiguitas.
b. Periksalah anus, nilailah apakah terdapat atresia ani
dengan cara memasukkan kateter.
A. Punggung dan ekstremitas
1. Periksa punggung bayi, perhatikan apakah terdapat
pembengkakan, hematom, warna yang tidak sama dengan
sekitarnya.
2. Periksa keempat ekstremitas, perhatikan gerakan keempat
ekstremitas, kemungkinan adanya fraktura di klavikula dan
tulang-tulang ekstremitas
3. Periksa sendi panggul dan bahu, apakah terdapat
keterbatasan gerak sendi
A. Cuci tangan dengan air dan sabun serta keringkan dengan
lap/handuk kering setelah pemeriksaan selesai.

86
B. Catat semua temuan pemeriksaan dengan cermat.

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

PERSIAPAN PENJAHITAN
1. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan:
• Dalam wadah set partus masukkan: sepasang sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit, chromic catgut atau catgut no.2/0
atau 3/0, pinset
• Buka alat suntik 10 ml sekali pakai, masukkan ke dalam wadah
set partus
• Patahkan tabung lidokain (lidokain 1% tanpa epinefrin) –
perkirakan volume lidokain yang akan digunakan – sesuaikan
dengan besar/dalamnya robekan. Bila tidak tersedia larutan jadi
lidokain 1%, dapat digunakan lidokain 2% yang diencerkan 1:1
dengan menggunakan akuades steril.

3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat tidur, dengan posisi
litotomi.
4. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
5. Atur lampu sorot/senter ke arah vulva/perineum ibu
6. Pakai satu sarung tangan
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1% tanpa epinefrin
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada ke dua tangan
9. Gunakan kasa bersih, untuk membersihkan daerah luka dari darah
atau bekuan darah, dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan
pada daerah perineum.

ANESTESI LOKAL
10.Beritahu ibu akan disuntik dan mungkin timbul rasa kurang nyaman
11.Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum,
masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
12.Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap. Bila ada
darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan. Ulangi lagi
aspirasi (cairan lidokain yang masuk ke dalam pembuluh darah
dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur).
13. Suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik pada
tepi luka daerah perineum.
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum suntik
sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi,
suntikkan cairan lidokain 1% sambil menarik jarum suntik. (Bila
robekan besar dan dalam, anestesi daerah bagian dalam robekan –

87
alur suntikan anestesi akan berbentuk seperti kipas: tepi
perineum, dalam luka, tepi mukosa vagina)
15. Lakukan langkah no. 11 s/d 14 untuk ke dua tepi robekan.
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil
optimal dari anestesi

PENJAHITAN ROBEKAN
Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan.
18. Jika ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomi,
pasang tampon atau kasa ke dalam vagina. (sebaiknya
menggunakan tampon berekor benang)
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum.
20. Pasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum.
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomi
22. Lakukan penjahitan pertama  1 cm di atas puncak luka robekan
di dalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong
ujung benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga
tersisa ± 1 cm.
23. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga
tepat di
belakang lingkaran himen.

Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada jahitan
jelujur di belakang lingkaran himen

24. Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran


himen hingga menembus luka robekan bagian perineum.

Bila robekan yang terjadi sangat dalam:


– Lepaskan jarum dari benang
– Ambil benang baru dan pasang pada jarum.
– Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk
menghindari rongga bebas/dead space.
– Gunting sisa benang
– Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula

24.Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai ke


bagian bawah luka robekan.
Bila menggunakan benang plain cat gut, buat simpul mati pada
jahitan jelujur paling bawah

88
26. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri ke arah atas hingga tepat di
muka lingkaran himen.
27. Tusukkan jarum dari depan lingkaran himen ke mukosa vagina di
belakang lingkaran himen. Buat simpul mati di belakang lingkaran
himen dan potong benang hingga tersisa ± 1 cm.
28. Bila menggunakan tampon/kasa di dalam vagina, keluarkan
tampon/kasa. Masukkan jari telunjuk ke dalam rektum dan rabalah
dinding atas rektum. (Bila teraba jahitan, ganti sarung tangan dan
lakukan penjahitan ulang)

29.Nasehati ibu agar :


 Membasuh perineum dengan sabun dan air, terutama setelah
buang air besar (arah basuhan dari bagian muka ke belakang)
 Kembali untuk kunjungan tindak lanjut setelah 1 minggu untuk
pemeriksaan jahitan dan rektum (Segera rujuk jika terjadi
fistula)

Lanjutkan langkah/kegiatan untuk Kebersihan & Keamanan


sesuai dengan PB Persalinan Normal

89
90

You might also like