Professional Documents
Culture Documents
(ALKALI TANAH)
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah kimia unsur yang diasuh oleh Dra. Sri
Wardhani, M.Si
Oleh :
Kelompok 9
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
I. PENDAHULUAN
Unsur Alkali Tanah mempunyai sifat yang menyerupai unsur Alkali. Unsur Alkali
Tanah umumnya merupakan logam, cenderung membentuk ion positif, dan bersifat
konduktif, baik termal maupun elektrik. Unsur Alkali Tanah kurang elektropositif (lebih
elektronegatif). Semua unsur Golongan IIA ini memiliki sifat kimia yang serupa, kecuali
Berilium (Be). Yang termasuk unsur Golongan IIA adalah Berilium (Be), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra). Radium jarang
dipelajari sebagai salah satu anggota unsur Golongan IIA, sebab Radium adalah unsur
radioaktif yang tidak stabil dan cenderung meluruh membentuk unsur baru lainnya.
Konfigurasi elektron menunjukkan unsur-unsur Golongan IIA memiliki dua elektron
valensi. Dengan demikian, untuk mencapai kestabilan, unsur Golongan IIA melepaskan
dua elektron membentuk ion bermuatan positif dua (M2+) (Anonimous1, 2009).
Tiga hal yang harus selalu diingat untuk logam alkali tanah ini adalah (Anonimous1,
2009):
- Logam alkali tanah cenderung kehilangan dua elektron untuk membentuk ion M2+
(Be 2 +, Mg 2 +, Ca 2 +, dan sebagainya).
- Logam ini kurang reaktif daripada logam disebelah kirinya, yakni logam alkali.
Magnesium kurang aktif dari sodium; kalsium kurang aktif dari potassium, dan
sebagainya.
- Kereaktifan logam ini semakin meningkat dari atas ke bawah, yang mana radium
bersifat lebih reaktif daripada barium; barium lebih reaktif daripada kalsium; dan
sebagainya.
Unsur alkali tanah yang tergolong memiliki reaktifitas tinggi(meskipun kurang reaktif
kalau dibandingkan unsur golongan alkali), sehingga tidak ditemukan dalam bentuk
monoatomik , unsur ini mudah bereaksi dengan oksigen, dan logam murni yang ada di udara,
membentuk lapisan luar pada oksigen.
Adapun sifat-sifat umum dari logam alkali tanah yaitu (Allen, 2010):
Berbeda dengan golongan IA, senyawa dari logam golongan IIA banyak yang sukar
larut dalam air. Unsur-unsur golongan IIA umumnya ditemukan dalam tanah berupa senyawa
tak larut. Oleh karena itu, unsur-unsur golongan IIA disebut logam alkali tanah. Berdasarkan
Sifat fisik alkali tanah dari berilium ke barium(atas ke bawah), kereaktifan logam alkali tanah
meningkat,hal itu sesuai dengan yang diharapkan bahwa dari berilium ke barium jari-jari
atom meningkat secara beraturan. Pertambahan jari-jari menyebabkan penurunan energi
ionisasi dan keelektronegatifan, akibatnya kecenderungan untuk melepas electron,
membentuk senyawa ion semakin besar. Semua senyawa dari kalsium, stronsium, dan barium
yaitu senyawa alkali tanah bagian bawah berbentuk senyawa ion, sedangkan senyawa-
senyawa berilium dan magnesium bersifat kovalen. Hal itu disebabkan unsur Berilium dan
magnesium mempunyai energi ionisasi yang sangat tinggi dan keelektronegatifan yang cukup
besar, kedua hal ini menyebabkan berilium dan magnesium dalam berikatan cenderung
membentuk ikatan kovalen. Potensial standar reduksi (E°red) menurun dalam satu golongan
(dari berilium ke barium). Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan reduktor meningkat dalam
satu golongan dari Berilium sampai Barium. Titik didih dan titik leleh logam alkali tanah
lebih tinggi daripada suhu ruangan. Oleh karena itu, unsur-unsur logam alkali tanah berwujud
padat pada suhu ruangan. Titik leleh dan titik didih cenderung menurun dari atas ke bawah.
Jari-jari atomnya yang lebih kecil dan muatan intinya yang lebih besar mengakibatkan logam
alkali tanah membentuk kristal dengan susunan yang lebih rapat, sehingga mempunyai sifat
yang lebih keras daripada logam alkali dan massa jenisnya lebih tinggi. Sifat-sifat fisis seperti
titik leleh, rapatan, dan kekerasan logam alkali tanah lebih besar jika dibandingkan dengan
logam alkali seperiode. Hal itu disebabkan logam alkali tanah mempunyai 2 elektron valensi
sehingga ikatan logamnya lebih kuat. Kereaktifan logam alkali tanah meningkat dari berilium
ke barium. Fakta ini sesuai dengan yang diharapkan. Karena dari berilium ke barium jari-jari
atom bertambah besar, energi ionisasi serta keelektonegatifan berkurang. Akibatnya,
kecenderungan untuk melepas elektron membentuk senyawa ion makin besar. Tetapi logam
alkali tanah kurang reaktif dari logam alkali seperiode (Anonimous3, 2010).
Berilium adalah satu-satunya unsur alkali tanah yang kurang reaktif, bahkan tidak
bereaksi dengan air. Logam alkali tanah bersifat pereduksi kuat. Semakin ke bawah, sifat
pereduksi ini semakin kuat. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan bereaksi dengan air yang
semakin meningkat dari Berilium ke Barium. Selain dengan air unsur logam alkali tanah juga
bisa bereaksi dengan Oksigen, Nitrogen, dan Halogen( Anonimous4, 2010 ) .
Logam alkali tanah memilii sifat yang reaktif sehingga di alam hanya ditemukan
dalam bentuk senyawanya. Berikut keberadaan senyawa yang mengandung logam alkali
(Adeeta, 2010):
Berilium tidak begitu banyak di kerak bumi, bahkan hampir bisa dikatakan tidak ada.
Sedangkan di alam berilium dapat bersenyawa menjadi Mineral beril (Be3Al2(SiO 6)3)
dan Krisoberil (Al2BeO4)
Magnesium berperingkat nomor 7 terbanyak yang terdapat di kerak bumi, dengan 1,9%
keberadaannya. Di alam magnesium bisa bersenyawa menjadi Magnesium Klorida
(MgCl2), Senyawa Karbonat (MgCO3), Dolomit ( MgCa(CO3)2), dan Senyawa Epsomit
(MgSO4.7H2O).
Kalsium adalah logam alkali yang paling banyak terdapat di kerak bumi. Bahkan kalsium
menjadi nomor 5 terbanyak yang terdapat di kerak bumi, dengan 3,4% keberadaanya. Di
alam kalsium dapat membentuk senyawa karbonat (CaCO3), Senyawa Fospat (CaPO4),
Senyawa Sulfat (CaSO4), Senyawa Fourida (CaF)
Stronsium berada di kerak bumi dengan jumlah 0,03%. Di alam strontium dapat
membuntuk senyawa Mineral Selesit (SrSO4), dan Strontianit
Barium berada di kerak bumi sebanyak 0,04%. Di alam barium dapat membentuk
senyawa : Mineral Baritin (BaSO4), dan Mineral Witerit (BaCO3)
II. PERTANYAAN DAN JAWABAN
Pertanyaan :
1. Berilium merupakan salah satu unsur golongan IIA, tetapi sifat-sifat yang dimiliki
oleh Berilium bersifat anomali (menyimpang) dibandingkan dengan unsur golongan
IIA yang lain. Mengapa Berilium tersebut bersifat anomali?
2. Unsur golongan alkali tanah ketika dibakar akan memberikan warna nyala api yang
khas. Tetapi pada unsure berilium dan unsure magnesium memperlihatkan kejadian
lain ketika dibakar (tidak timbul warna pada nyala api), mengapa kejadian yang
berbeda itu bisa terjadi?
3. Mengapa tidak ada pola yang jelas dalam golongan II A terhadap titik didih suatu
unsur tersebut?
4. Mengapa dapat terjadi perbedaan kelarutan pada unsur-unsur golongan II A?
5. Sejauh manakah hubungan antara sifat kebasaan dan kereaktifan unsur logam.
Mengapa golongan II A memiliki sifat kebasaan lebih lemah daripada golongan IA?
Jawaban :
1. Berilium (Be) merupakan unsur golongan IIA yang memiliki sifat berbeda dengan
unsur lain pada golongan IIA tersebut. Unsur ini bersifat anomali bila dibandingkan
dengan unsur lain. Keanomalian unsur ini dikarenakan ukuran Be yang sangat kecil
dan memiliki muatan yang sangat besar sehingga cenderung untuk bersifat kovalen.
Oleh karena itu, titik leleh dari Be lebih rendah bila dibandingkan dengan yang
seharusnya( Anonimous4, 2010 ). Selain itu, Be dapat membentuk kompleks yang
jelas berbeda dari sifat unsur golongan IIA.
2. Unsur golongan alkali tanah ketika dibakar akan memberikan warna nyala yang khas,
terutama pada unsure kalsium, stronsium, dan barium. Kejadian itu dapat dijelaskan
atas dasar eksitasi electron. Energy yang telah digunakan untuk menguapkan unsur ini
menyebabkan electron mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi.
Selanjutnya electron tersebut kembali ke tingkatan energy mula-mula seraya
melepaskan energy tambahan dalam bentuk cahaya. Sedangkan untuk berilium dan
magnesium nyala apinya tidak berwarna dikarenakan electron dari kedua logam ini
tertarik sangat kuat oleh gaya inti sehingga tidak mungkin terjadi eksitasi electron
(Cotton,F.A dan G.Walkinson, 2007).
Warna nyala magnesium Warna nyala pada kalsium warna nyala stronsium
(Hamdani, 2010)
3. Titik didih suatu zat adalah suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan di
atas permukaan zat cair. Titik didih dipengaruhi juga oleh tekanan udara, kekerasan,
ikatan kimia. Semakin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair.
Kekerasan suatu logam berhubungan erat dengan sifat logam tersebut. Sifat logam
sendiri dikaitkan dengan keelektropositifan yaitu kecenderungan atom untuk
melepaskan elektron membentuk kation. Sedangakan sifat non logam berhubungan
erat dengan keelektronegatifan. Dalam satu golongan, keelektronegatifan semakin
menurun kecuali untuk atom Radium yang keelektronegatifannya meningkat. Titik
didih dalam satu golongan memiliki titik didih yang berbeda-beda karena setiap unsur
memiliki energi yang berbeda-beda untuk memutuskan ikatan yang kuat baik ikatan
ionik maupun ikatan kovalen. Berilium mempunyai energi ionisasi yang sangat tinggi
dan keelektronegatifan yang cukup besar, kedua hal ini menyebabkan berilium dalam
berikatan cenderung membentuk ikatan kovalen( Anonimous4, 2010 ). Hal tersebut
menyebabkan tidak ada pola yang jelas untuk titik didih dalam golongan alkali tanah.
3500
3043
3000
2500
Titik Didih
1897
2000 1713 1653
1383
1500
1000
500
0
Be Mg Ca Sr Ba
Unsur Golongan IIA
4. Kelarutan suatu unsur berhubungan dengan kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Berikut adalah tabel hasil kelarutan (Ksp) senyawa logam alkali,
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat melihat adanya kecenderungan periodik dari
kelarutan senyawa logam alkali tanah, yaitu senyawa hidroksida, senyawa karbonat,
dan senyawa oksalat semakin mudah larut dari Be ke Ba, meski ada sedikit fluktuasi
pada senyawa karbonat dan oksalat. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan
kelarutan ini yaitu muatan yang dimiliki ion-ion; semakin besar muatan tersebut,
maka semakin kuat ikatan antar-ion yang terbentuk sehingga senyawa logam alkali
tanah lebih sukar larut dibandingkan dengan senyawa logam alkali. Adapun senyawa
logam alkali tanah yang mudah larut yaitu senyawa nitrat (NO3-) dan senyawa klorida
(Cl-)( Allen, 2010 ).
5. Sifat kebasaan berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur dan sifat logam. Dalam
satu golongan dari atas ke bawah, kereaktifan suatu unsur semakin meningkat seiring
dengan jari-jari atom yang semakin besar sehingga daya tarik inti terhadap elektron
terluar semakin kecil. Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungan unsur
untuk melepas dan menarik elektron. Hal tersebut menyebabkan harga
elektronegatifan semakin kecil karena kemampuan suatu unsur untuk menarik
elektron semakin kecil sehingga elektron kulit terluar semakin mudah untuk
dilepaskan. Dengan kereaktifan yang semakin meningkat dalam satu golongan dari
atas ke bawah maka kemampuan suatu unsur untuk bereaksi dengan air semakin
tinggi. Namun tingkat kebasaannya lebih lemah jika dibandingkan dengan golongan
alkali karena hal ini berkaitan dengan sifat logam. Sifat logam berhubungan dengan
keelektropositifan yaitu kecenderungan suatu atom untuk melepaskan elektron
membentuk kation. Sifat logam ini berkaitan dengan besarnya energi ionisasi. Makin
besar harga EI, makin sulit bagi atom untuk melepaskan elektron dan makin
berkurang sifat logamnya. Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, sifat logam semakin
berkurang dan sifat non logam semakin bertambah sehingga keelektropositifan
golongan IA lebih besar daripada golongan IIA. Oleh karena itu, sifat logam IA lebih
kuat daripada II A.
Senyawa Be(OH)2 bersifat amfoter. Artinya bisa bersifat asam atau pun basa.
Sedangkan unsur Ra bersifat Radioaktif. Semua logam alkali tanah merupakan logam
yang tergolong reaktif, meskipun kurang reaktif dibandingkan dengan unsur alkali.
Alkali tanah juga memiliki sifat relatif lunak dan dapat menghantarkan panas dan
listrik dengan baik, kecuali Berilium. Sedangkan Magnesium bereaksi dengan uap air
menghasilkan magnesium oksida dan hidrogen. Reaksinya adalah sebagai
berikut(Anonimous2, 2009):
Be(s) + 2 H2O(l) tidak bereaksi
Mg(s) + 2 H2O(l) MgO(s) + H2(g)
Ca(s) + 2 H2O(l) Ca(OH)2(s) + H2(g)
Sr(s) + 2 H2O(l) Sr(OH)2(s) + H2(g)
Ba(s) + 2 H2O(l) Ba(OH)2(s) + H2(g)
DAFTAR PUSTAKA