You are on page 1of 10

Bank Sentral

Perkembangan Bank Sentral


Berdasarkan sejarahnya, bank sentral bukanlah suatu lembaga yang sejak awal didirikan
dengan tujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral. Sampai dengan awal abad ke-
20 tidak ada konsepsi yang jelas mengenai central banking. Konsepsi tersebut baru terlihat
kemudian setelah mengalami proses panjang dan hal tersebut bukan merupakan suatu proses
yang sengaja diarahkan pada terbentuknya konsep central banking, sehingga tidak terdapat
teknik yang sistematis dan konsisten ke arah terbentuknya bank sentral.

Di banyak negara yang lebih tua, perkembangan ke arah bank sentral tersebut dimulai dari
adanya suatu bank yang secara bertahap, melaksanakan berbagai macam posisi, baik bersifat
lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama bank sentral.
Beberapa posisi/wewenang yang dimiliki lembaga tersebut antara lain: hak untuk mengeluarkan
uang (partial monopoly), dapat bertindak sebagai banker dan agen pemerintah.. Bank yang
memiliki posisi tersebut dikenal sebagai "bank of issue" atau "national bank". Dalam per-
kembangan selanjutnya, bank tersebut memperoleh kekuasaan yang lebih luas, sehingga muncul
istilah: "central bank".

Fungsi dan Peran Bank Sentral


Bank Sentral adalah bank yang merupakan pusat struktur moneter dan perbankan di negara
yang bersangkutan dan yang melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk kepentingan
ekonomi nasional) fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Memperlancar lalu lintas pembayaran


a. menciptakan uang kartal
b. menyelenggarakan kliring antar bank umum.

2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah.


Bank Sentral sebagai bankir :
a. memelihara rekening pemerintah
b. memberikan pinjaman sementara
c. memberikan pinjaman khusus
d. melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas)
e. menerima pembayaran pajak
f. membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah,
g. membantu pengedaran surat berharga pemerintah
h. mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi

3. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum


4. Memelihara cadangan devisa negara :
a. internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar
b. eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
6. Mengawasi kredit
7. Mengawasi bank (bank supervision):

Neraca Bank Sentral

Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter tercermin
pada bentuk umum neraca yang disusun. Secara singkat pos-pos atau rekening utama pada
neraca bank sentral adalah sebagai berikut :

1. Kekayaan (Assets)
a. Cadangan, yang meliputi :
- Sertifikat Emas
- Special Drawing Rights (SDR)
- Valuta Asing
b. Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum.
c. Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah).
d. Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-peralatan,

2. Hutang (Liabilities)
a. Uang kertas
b. Deposito merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum.
c. Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga pinjaman yang
diberikan dan dari kegiatan lain.
d. Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).
Alat (instrumen) Kebijakan Moneter
Peranan kebijakan moneter biasanya tampak jelas pada saat suatu perekonomian berusaha
untuk menciptakan dan memelihara tingkat kestabilan ekonomi. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi kemajuan perdagangan, industri, keuangan, kesempatan kerja dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan pola kebijakan ekonomi pada umumnya. Untuk mendorong pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi, kebijakan moneter amat diperlukan dalam pembentukan tabungan
sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang nantinya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral sebagai salah satu otorita moneter dapat
melaksanakan kebijakan moneter yang dapat diklasifikasikan , ke dalam bentuk :

1. Instrumen umum :
a. Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation)
b. Politik Gadangan Minimum (Reserve Requirement Policy)
c. Politik Diskonto (Rediscount Rate Policy)

2. Instrumen selektif :
a. Margin Requirements
b. Penentuan Tingkat Bunga

3. Instrumen Moral Suasion (Open Mouth Policy).

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral


Setelah diuraikan mengenai tugas/fungsi serta kebijakan moneter bank sentral, berikut akan
dibicarakan mengenai Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Undang-undang yang
mengatur tentang Bank Indonesia adalah UU Nomor 13 tahun 1968. Ada beberapa hal yang
penting untuk dibicarakan, berkaitan dengan Undang-undang Bank Indonesia, yang antara lain:

A. Tugas Pokok Bank Indonesia (bab IV pasal 7)


Disebutkan bahwa tugas pokok Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam:
1. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta mempesluas kesempatan kerja,
guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kedua tugas pokok Bank Indonesia dapat dirinci menjadi :


1. Pengedaran uang (pasal 26-28)
a. Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan logam.
b. Bank Indonesia dapat mencabut kembali uang yang telah dikeluarkan serta menarik
kembali dari masyarakat.

2. Perbankan dan Perkreditan (pasal 29-33)


Di bidang perbankan, pembinaan dilakukan dengan :
a. Merperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan kliring.
b. Menetapkan ketentuan-ketentuan umum tentang solvabiltas dan likuiditas bank
umum
c. Membimbing bank umum.
d. Meminta laporan dan memeriksa aktivitas bank.

Di bidang perkreditan :
a. Menyusun rencana kredit.
b. Menetapkan tingkat dan struktur bunga.
c. Menetapkan batasan pemberian kredit.
d. Memberikan kredit likuiditas kepada bank.
e. Sebagai lender of last resort.

3. Berkaitan dengan pemerintah/APBN (pasal 34-36)


a. Sebagai pemegang kas pemerintah,
b. Menyelenggarakan pemindahan uang pemerintah ke seluruh wilayah Republik
Indonesia,
c. Membantu penempatan surat hutang negara, penatausahaan serta pembayaran kupon,
dan pelunasannya,
d. Memberikan kredit dalam bentuk rekening koran untuk memperkuat kas negara..

4. Bidang pengerahan dana masyarakat (pasal 37)


Bank Indonesia mendorong pengerahan dana masyarakat oleh perbankan umum dengan
tujuan untuk usaha pernbangunan yang produktif dan berencana.

5. Bidang hubungan internasional (pasal 38-40)


a. Menyusun rencana devisa guna menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah
terhadap valuta asing
b. Melaporkan dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

B. Dewan Moneter (bab VI pasal 9 s/d 14)


Dalam menjalankan togas pokok tersebut harus bertitik tolak pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dengan bantuan dewan moneter. Hal ini berkaitan dengan
tugas/fungsi dewan moneter untuk membantu Pemerintah dalam merencanakan dan menetapkan
kebijakan moneter dengan mengajukan patokan-patokan dalam usaha menjaga kestabilan
moneter, pemenuhan kesempatan kerja, dan peningkatan taraf hidup rakyat. Di samping itu,
dewan moneter juga bertugas memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kebijakan moneter
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keputusan Dewan Moneter diambil dengan hikmah
musyawarah untuk mufakat. Apabila Gubernur Bank Indonesia tidak dapat memufakati hasil
musyawarah Dewan Moneter, maka ia dapat mengajukan pendapatnya kepada pemerintah.
Dewan Moneter ini terdiri atas 3 orang anggota yaitu menteri-menteri yang membidangi
keuangan dan perekonomian serta Gubemur Bank Indonesia. Ketua Dewan moneter dipegang
oleh Menteri Keuangan.

C. Usaha-usaha Bank Indonesia (pasal 41-43)


Dalam melaksanakan tugas sebagai bank sentral maka Bank Indonesia :
a. Memindahkan uang dan penarikan saldo.
b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran.
c. Membeli dan menjual wesel kertas perbendaharaan atas beban negara, dan surat hutang
negara.
d. Membeli dan menjuat cek, surat berharga. Membeli jaminan bank (bank garansi).
e. Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang berharga.
Intrumen Moneter Bank Indonesia
Dalam menjalankan fungsinya untuk mengendalikan sektor moneter. Bank Indonesia meng-
gunakan beberapa instrumen moneter berupa kebijakan :

1. Cash Ratio (minimum reserve requirement ratio)


2. Discount rate (kebijaksanaan suku bunga)
3. Open market operation (operasi pasar terbuka)
4. Refinancing facility
5. Credit Allocation
6. Foreign exchange rate

Cash ratio adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai dengan kewajiban-
kewajiban yang segera dapat dibayar (current liabilities). Perbandingan tersebut harus
menghasilkan minimal 2%, sesuai dengan ketentuan Pakto (Paket Oktober) 1988 yang
menyebutkan bahwa Bank Indonesia menurunkan cash ratio dari 15% menjadi 2%, sehingga
kemampuan loanable funds perbankan menjadi bertambah besar. Komponen alat-alat likuid
yang dikuasai pada dasarnya adalah primary reserve yang terdiri dari uang kas dan saldo
rekening di Bank Indonesia. Di sisi lain, secondary reserve tidak diperhitungkan di dalam cash
ratio tetapi digunakan untuk menyangga primary reserve atau usaha-usaha lain yang
memperoleh earning assets.

Kebijakan suku bunga yang dimaksud, baik dalam bentuk simpanan maupun kredit,
lebih bersifat tidak langsung dalam arti Bank Indonesia hanya memberikan pedoman saja kepada
perbankan. Beberapa ciri penting kebijakan suku bunga selama masa perbangunan adalah
bersifat aktif, realistik, fleksibel, dan selektif.

Kebijakan yang terakhir tersebut merupakan operasi moneter bank sentral yang amat
populer. Operasi pasar terbuka yang dilakukan bank sentral adalah erat kaitannya dengan
pengaturan jumlah uang yang beredar, khususnya total uang (uang kartal dan uang giral).
Artinya, Bank Indonesia terjun dalam perdagangan surat berharga di pasar uang. Bila Bank
Indonesia ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menjual surat berharga.
Dengan policy ini, uang masyarakat akan tersedot ketangan Bank Indonesia, dan sebaliknya.
Instrumen fasilitas pembiayaan dimaksudkan sebagai fasilitas yang diberikan oleh Bank
Indonesia bagi bank-bank umum dalam bentuk kredit likuiditas. Tujuan utama instrumen ini
adalah untuk memperlancar pemberian kredit oleh bank bagi kegiatan investasi, pengadaan
barang kebutuhan masyarakat dan kelancaran distribusi. Kredit likuiditas dapat dibagi menjadi
kredit likuiditas biasa, kredit likuiditas gadai ulang dan kredit likuiditas darurat. Semenjak
deregulasi perbankan 1 Juni 1988, kebijakan ini lebih dikenal sebagai fasilitas diskonto (discount
window) dan dibagi menjadi dua macam yaitu fasilitas diskonto I dan II.

Instrumen credit allocation atau dikenal juga sebagai selective credit control, merupakan
pengaturan Bank Indonesia terhadap arah pemberian kredit sesuai dengan prioritas pembangunan
maupun jumlah total pemberian kredit menurut sektor ekonomi yang perlu dibantu oleh
perkreditan Bank Indonesia.

Perbandingan nilai mata uang rupiah dengan seperangkat mata uang asing yang beredar
di pasaran dunia merupakan suatu kebijakan yang amat penting. Sebagai bank sentral yang diberi
tugas untuk mengatur neraca pembayaran Indonesia, penetapan kurs mata uang asing harus
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penyesuaian kurs mata uang rupiah
terhadap mata uang asing harus dilakukan secara terus menerus, agar tidak terjadi penilaian yang
terlalu rendah atau pun yang terlalu tinggi, karena kedua kondisi tersebut akan merugikan
perekonomian Indonesia.

Sistem Moneter di Indonesia


Di dalarn pasar uang terdapat dua pelaku utama yaitu kelompok kreditur (yang
menawarkan dana) dan kelompok debitur (yang membutuhkan dana). Pelaku: pasar uang juga
dapat dilakukan dalam bentuk pengelompokan sesuai dengan perannya dalam proses penciptaan
uang. Atas dasar ini, maka terdapat tiga pelaku utama dalam pasar uang yaitu :

1. Otorita moneter (bank sentral dan pemerintah)


2. Lembaga keuangan (bank dan bukan bank)
3. Masyarakat (rumah tangga dan produsen)

Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal terciptanya uang beredar.
Kelompok ini merupakan sumber penawaran uang kartal yang menjadi sumber untuk memenuhi
permintaan masyaraloat akan uang, di sisi lain juga merupakan sumber penawaran uang (dikenal
sebagai reserve bank) yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan. Dengan demkian, uang
kartal (currency) dan cadangan bank adalah uang inti atau uang primer.

Lembaga keuangan dapat berbentuk bank atau bukan bank. Peran utama kelompok ini
adalah sebagai sumber penawaran uang giral (demand deposit, deposito berjangka (time deposit),
simpanan tabungan (saving deposio), serta aktiva aktiva keuangan lain yang dibutuhkan
masyarakat. Seluruh jenis penawaran tersebut dikenal juga sebagai uang sekunder. Berdasarkan
peran yang dipegang oleh kedua kelompok di atas, yakni sebagai supplier seluruh kebutuhan
uang yang diinginkan masyarakat maka kedua kelompok ini (otorita moneter dan lembaga
keuangan). Disebut dengan sistim moneter (monetary system).

Masyarakat sebagai pelaku pasar uang ketiga, dapat diartikan sebagai konsumen akhir uang
yang tercipta. Uang yang diperoleh dalam hal ini dapat digunakan untuk memperlancar kegiatan-
kegaitan produksi, konsumsi, dan pertukaran.

Kliring
Salah satu fungsi, yang dimiliki oleh bank umum adalah melakukan transaksi lalu lintas
pembayaran. Mekanisme pembayaran bagi bank umum dari satu pihak ke pihak lain, akan lebih
mudah bila kedua pihak mempunyai rekening di bank yang sama. Tetapi akan lebih sukar
untuk menyelesaikan pembayaran antara pihak-pihak yang memiliki rekening, di bank yang
berbeda dan lebih sukar lagi kalau bank tersebut tidak berada disatu daerah. Konsekuensinya,
satu bank umum akan berhubungan langsung dengan bank umum lain dalam menyelesaikan
utang piutangnya. Ini pun masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan antara lain jam per-
temuan, tempat pertemuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila bank akan menyelesaikan
utang piutangnya dengan bank B, C, D dan E; maka bank A harus berhubungan langsung
dengan bank-bank tersebut. Demikian pula apabila bank B akan menyelesaikan utang-
piutangnya kepada bank A, C, D, F dan G, maka bank B akan berhubungan langsung dengan
bank-bank tersebut. Mekanisme penyelesaian utang-piutang ini akan menyangkut banyak bank,
memerlukan waktu yang cukup lama, biaya yang besar, serta tenaga yang kurang efisien.
Keadaan demikian ini dirasa dapat menghambat kegiatan operasional perbankan. Oleh karena
itu, muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga kliring yang kemudian diselenggarakan
oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral (pada tanggal 7 Maret 1967). Dengan adanya
lembaga kliring, masalah seperti waktu pertemuan, tempat, siapa yang hadir, besarnya dana
yang dibutuhkan untuk penyelesaian utang piutang dan sebagainya, telah ditentukan dan
diorganisir. Tujuan yang diinginkan dari terbentuknya lembaga kliring adalah untuk
memajukan atau memperlancar lalu lintas pembayaran giral serta layanan kepada masyarakat
yang menjadi nasabah bank. Dengan demikian, perhitungan utang piutang diharapkan dapat
dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan efisien.

Kata kliring berasal dari kata clear (bahasa Inggris). Kamus The New Grolier Webster
International Dictionary of the English Language, memberikan definisi clearing sebagai
berikut
“The act of exchanging drafts on each other and settling the differences."
(Kegiatan mengadakan tukar menukar warkat antara satu bank dengan bank lainnya dan
menetapkan perbedaan-perbedaannya)

Menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia
1980, kliring adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat
dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah
ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.

Syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia bagi suatu bank untuk dapat ikut serta
dalam kliring adalah :
1. Bank-bank yang telah mendapat ijin dari bank Indonesia terlebih dahulu.
2. Bank tersebut telah menjalankan usahanya minimal 3 bulan atas ijin Menteri Keuangan.
3. Bank tersebut telah memenuhi penilaian sebagai bank yang sehat, ditinjau dari bidang
administrasi, pimpinan, maupun keuangan.
4. Jumlah simpanan giro milik masyarakat di bank yang besangkutan telah mencapai jumlah
minimal 20% dari modal yang disetor.
5. Bank.peserta kliring wajib membuka rekening koran di Bank Indonesia.
6. Bank peserta kliring wajib menyetor saldo jaminan kliring.
7. Bank yang tidak tercatat sebagai peserta dapat ikut serta secara tidak langsung melalui
pengikut sertaannya dengan bank lain (peserta).

Bank peserta kliring pada suatu saat dapat dihentikan kegiatannya oleh bank Indonesia
jika bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam kliring serta keadaan keuangan
bank yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.
Di dalam lembaga kliring, semua peserta kliring bertemu untuk mengadakan perhitungan/
penyelesaian dokumen-dokumen yang diterima dari masing-masing nasabah. Dokumen-
dokumen yang diselesaikan di dalam lembaga kliring disebut warkat kliring. Dengan kata lain,
warkat adalah alat lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring. Warkat-
warkat yang dapat diperhitungkan.dalam kliring antara lain harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :

1. Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (face value).
2. Warkat-warkat tersebut dikeluarkan oleh bank peserta kliring
3. Warkat telah jatuh tempo pada waktu diperhitungkan dalam kliring.

Pada dasamya warkat-warkat tersebut dapat dikelompokkan menjadi :


1. Warkat debit. Adalah warkat bank peserta lain yang diterima di loket sendiri atau yang
dapat menimbulkan tagihan bank pada peserta lain. Di dalam praktiknya, warkat debit dapat
berupa cak, bilyet giro, wesel, nota kiriman uang dari kota lain untuk keuntungan nasabah.
2. Warkat kredit. Adalah warkat bank peserta sendiri yang diterima di loket, dengan maksud
untuk dipindahbukukan ke rekening lain di bank peserta lain. Dengan demikian, warkat
semacarn ini merupakan utang pada bank peserta lain. Warkat kredit dapat berupa surat
perintah pemindahbukuan dan nasabah giro ke rekrning giro di bank peserta lain.

Sumber : http://udin.staff.gunadarma.ac.id

You might also like