Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
PASAL 1
PETUNJUK UMUM
(2) Persyaratan
Dengan sifat atau kondisi di atas, meskipun secara teknis merupakan bangunan
konstruksi biasa, pada dasarnya pengkonstruksian Ruang E-Procurement di Dinas
Pekerjaan Umum Kota Balikpapan ini secara keseluruhan memerlukan satu
karakter kerja yang mampu mencakup hal – hal sbb :
1. Penguasaan sistematika bangunan secara lengkap
2. Perencanaan dan persiapan rencana kerja yang mantap
3. Koordinasi dan Pengorganisasian kerja yang rapid an terintergrasi
4. Konsistensi ketelitian dan kecermatan yang senantiasa terjaga, melalui
mekanisme periksa dan periksa ulang (check and recheck) yang tidak
terputus – putus.
PASAL 2
PENGERTIAN DASAR
(1) Kecuali ditentukan lain, kata – kata tersebut dibawah ini mempunyai arti sbb:
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
Yang dimaksud dengan pekerjaan persiapan adalah semua persiapan Kontraktor sesuai
dengan persyaratan administratif dan teknis.
PASAL 4
PEKERJAAN PEMBANGUNAN RUANG E-PROCUREMENT DI DPU
KOTA BALIKPAPA
Terdiri dari pekerjaan – pekerjaan :
a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Beton
d. Pekerjaan Pasangan
e. Pekerjaan Atap dan Plafond
f. Pekerjaan Kozen, Pintu, Jendela, & Railling
g. Pekerjaan Lantai & Pelapis Dinding
h. Pekerjaan Sanitasi
i. Pekerjaan Elektrikal
j. Pekerjaan Cat – Catan
k. Pekerjaan Landscape
BAB II
PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN
PASAL 1
UMUM
PASAL 2
CLEARING
(3) Bila dijumpai pipa – pipa saluran yang sudah tidak dipergunakan lagi, maka pipa
– pipa tadi sedapat mungkin dibongkar, dan bila tidak mungkin harus disumbat,
yang kesemua langkah ini harus sepengetahuan dan seijin Engineer.Sedangkan
bila dijumpai instalasi – instalasi yang masih berfungsi seperti pipa air minum,
pipa gas, jaringan listrik, jaringan telpon, dll, maka kontraktor wajib secepatnya
melaporkan hal tersebut kepada Engineer dan pihak berwenang lainnya untuk
mendapat petunjuk – petunjuk lebih lanjut dalam menanganinya.
(5) Pemindahaan semua material – material akibat pembongkaran puing – puing dan
semua yang merintangi pekerjaan, harus menuruti dan tunduk pada peraturan
Pemerintah.
BAB III
SETTING OUT
PASAL 1
UMUM
(1) Lokasi proyek ini telah disurvey/diukur oleh pihak Pemilik Proyek dengan hasil
sebagaimana tertera dalam gambar Rencana yang diberikan kepada Kontraktor
pada saat pemberian surat Perintah Kerja.
(3) Kontraktor wajib memberi report tertulis tentang hasil survey ulang yang
dilakukannya.
Bila terjadi perbedaan – perbedaan, maka semua perbedaan tadi wajib
dilaporkan kepada Engineer untuk menentukan langkah selanjutnya, sedang
peng- koreksian gambar pengukuran harus dilakukan oleh kontraktor dengan
diperiksa dan disetujui Engineer.
(4) Sebagai patokan dasar dari ketinggian lantai bangunan, maka peil Arsitektur
lantai dasar ditentukan ketinggiannya adalah + 0.00 cm dari tanah dasar.
(6) Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran tersebut dan selalu harus
berkonsultasi dengan Engineer untuk mendapatkan persetujuannya.
BAB IV
PEKERJAAN TANAH
PASAL 1
UMUM
(1) Bab ini membahas mengenai ketentuan – ketentuan tentang cara pelaksanaan
pekerjaan, ketentuan tentang mutu pelaksanaan, yang berhubungan dengan
pengalian, urugan kembali, dan lain – lain yang berhubungan dengan hal – hal
tersebut di atas.
PASAL 2
PENENTUAN LETAK (POSITIONING)
(1) Kontraktor harus memeriksa dengan teliti mengenai posisi bangunan untuk
mengamankan patok – patok sumbu bangunan sebelum memulai pekerjaan
pondasi khususnya penentuan patok – patok untuk galian pondasi.
PASAL 3
PEMBERSIHAN AREAL KERJA
(1) Seluruh areal yang akan dipakai untuk tempat kerja harus dibersihkan dari
pohon, tanggul kayu, semak, bekas – bekas bangunan, dan benda – benda yang
tidak diperlukan sebelum memulai pekerjaan.
PASAL 4
PENGGALIAN PONDASI
(2) Penggalian harus dilakukan dengan teliti sesuai gambar dan syarat – syarat yang
sudah ditentukan, baik mengenai kedalaman atau pun dimensinya harus sesuai
dengan gambar rencana yang disetujui Engineer.Lubang galian harus digali
dengan kemiringan yang seperlunya untuk keperluan stabilitas lereng galian,
atau ditentukan lain oleh Engineer.
(3) Penggalian pada kedalaman dibawah muka air tanah, harus dilakukan dengan
bantuan turap – turap kayu atau besi untuk menjaga kemungkinan longsornya
dinding galian.Harga satuan untuk penggalian jenis ini harus sudah termasuk
semua material, upah, dan semua biaya untuk penurapan, pompa dll.
(4) Semua ukuran – ukuran dan dasar galian harus diselesaikan dengan teliti hingga
mencapai ukuran – ukuran, ketinggian – ketinggian, dan kemiringan –
kemiringan yang direncanakan.
(5) Permukaan dasar galian pondasi harus bersih dan bebas dari material – material
yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam mendukung
beban yang direncanakan. Kondisi dari dasar galian ini, bila dianggap perlu harus
diperiksa oleh Engineer.
(7) Bila kondisi tanah pada kedalaman rencana ternyata tidak baik dari segi daya
dukungan tanah,Engineer dapat memerintahkan penggalian diteruskan atau
memperbaiki kondisi tanah tadi dengan batu pecah atau lapisan koral tebal 15
cm yang dipadatkan dengan baik.
(8) Bila Kontraktor melakukan penggalian pondasi melebihi kedalaman rencana atau
ukuran lebar yang melebihi ukuran rencana, maka terhadap dasar galian pondasi
ataupun dinding galian pondasi harus dilakukan langkah perbaikan dengan
lapisan gravel seperti tersebut di atas atau memperbesar dimensinya dengan
beban biaya Kontraktor sendiri.
PASAL 5
URUGAN DAN PEMADATAN
(1) Seluruh pengurugan dan pemadatan harus dibawah pengawasan Engineer, yang
harus menyetujui seluruh bahan pengisi lebih dahulu sebelum digunakan.
Engineer juga akan mempersiapkan macam – macam test yang diperlukan sesuai
standart ASTM dibawah pengawasan seorang ahli atau laboratorium Mekanika
Tanah yang ditunjuk. Kontraktor tidak diperkenakan melakukan pengurugan
tanpa seijin dari Engineer.
(2) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, urugan kembali dari galian pondasi baru
dapat dimulai paling cepat 48 jam setelah pembongkaran bekisting beton pondasi
selesai dilakukan.
(4) Kontraktor harus memperhatikan secara benar peil rencana urugan sesuai
dengan gambar rencana.
PASAL 6
PEMADATAN
(1) Untuk mendapatkan hasil pemadatan sebesar 90 % Standar Proctor maka perlu
disediakan alat – alat percobaan :
a. Speedy moisture test
b. Cone penetrometer
Pengambilan sample pada setiap jarak 10 (sepuluh) meter dengan jumlah
minimal 2 (dua) buah.
PASAL 7
PEMBUANGAN, MENDATANGKAN MATERIAL, DAN DRAINASE
(1) Material yang dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai bahan urugan, harus
segera dibuang ke luar sesuai pengarahan Engineer.
(2) Kelebihan material bekas galian setelah pengurugan kembali, harus diratakan
dengan mengaturnya secara baik sekitar pondasi. Sedangkan kelebihan material
yang didatangkan untuk urugan kembali harus dikeluarkan dari daerah tersebut
atas biaya Kontraktor sendiri.
BAB V
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
PASAL 1
STANDARDS
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Sk-SNI T-15 -
1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Engineer. Bila terdapat
hal – hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan – ketentuan berikut
ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahukan dan memintakan ijin dari
Engineer.Adapun ketentuan – ketentuan tadi adalah sebagi berikut :
ASTM C 150 Portland Cement
PASAL 2
SEMEN
(1) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semen yang digunakan adalah semen Type
I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan SK-SNI
T-15-1991-03.Semen yang digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik
yang telah mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu.
(2) Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman
semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi sesuatu test
standard yang lazim digunakan untuk material itu.
(3) Engineer berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau
tidak semen – semen tersebut.
(5) Semen dalam kantung – kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter. Tiap – tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan – penerimaan sebelumnya.
Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan.
Kantung – kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
(6) Kontraktor harus mengambil pengelola gudang yang cakap, yang mengawasi
gudang – gudang semen dan mengadakan catatan – catatan yang cocok dari
penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
Tindasan dari catatan – catatan harus disediakan untuk Engineer bila
dikehendaki, yaitu jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
kerja.
PASAL 3
AIR UNTUK ADUKAN
(1) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pemasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang
bersih dari bahan – bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak,
alkali,sulfat,bahan organis,garam,silt (lanau), Kadar Silt (lanau) yang terkandung
dalam air tidak boleh lebih dari 2% dalam perbandingan beratnya. Kadar sulfat
maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar
chloor maximum 1,5 % atau 15 gr/lt.
(3) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu
sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam mutu beton
walaupun telah digunakan semen yang sama telah disetujui; maka air dari
sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan
harga – harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen.Test tadi dapat
dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam
keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik
dan dapat diterima dan disetujui Engineer.
PASAL 4
AGREGAT HALUS ( PASIR )
(1) Di dalam spesifikasi ini dipakai bermacam – macam jenis untuk pekerjaan
bangunan yang ditetapkan sebagai berikut :
a. Pasir buatan : pasir yang dihsilkan dari mesin pemecah batu.
b. Pasir alam : Pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai atau pasir
alam yang didapat dari persetujuan Engineer.
c. Pasir Paduan : Paduan pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan
campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butiran) yang dikehendaki.
(2) Semua pasir alam yang dibutuhkan utnuk pekerjaan pembangunan harus
disediakan oleh Kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain
sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber – sumber yang
sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber – sumber yang
tidak dimiliki atau tidak dikuasai Kontraktor, Kontraktor harus mengadakan
persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar semua sewa
atau lain – lain biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut.
(3) Persetujuan untuk sumber – sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan keseluruhan untuk semua bahan yang diambil dari alam tersebut,
dan kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas satu demi satu dari
bahan sejenis yang dipakai dalam pekerjaan.
(4) Pasir untuk beto, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
pemecahaan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat gradasi
pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan
stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh
material lain.
(5) Pasir yang ditolak oleh Engineer, harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja.Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Engineer mengenai
mutu dan jumlahnya.
(7) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada Sk-SNI T-15-1991-03.
PASAL 5
AGREGAT KASAR (KORAL)
(1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata
dan stabil. Sebagaiman juga pada pasir, koral kertas, padat, tidak porous, dan
tidak terselaput material lain.Dalam penggunaannya koral harus dicuci terlebh
dahulu dan diayak agar didapat gradsasi sesuai yang dikehendaki, mempunyai
modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7.5 atau bila diselidiki dengan saringan
standart harus sesuai dengan Sk-SNI t-15-1991-03 dan material yang halus yaitu
yang lebih kecil 5 mm harus disingkirkan.
(2) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat
persetujuan dari Engineer baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.
PASAL 6
BAHAN PENCAMPUARAN (ADMIXTURES)
(1) Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Engineer, dan
admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang
dibuat.
PASAL 7
BAJA TULANGAN
(1) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Sk-SNI T-15-1991-03 dengan
mutu U-39 (tegangan leleh karakteristik =3900 Kg/cm2) untuk diameter lebih
besar 12 mm; sedangakan diameter yang lebih kecil digunakan mutu U-32
(tegangan leleh karakteristik = 2400 Kg/cm2).
(2) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut :
PASAL 8
TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL
(1) Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
dari lembab dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam jumlah
yang harus mendapat ijin dari Engineer terlebih dahulu, dengan memperhatikan
kemajuan pekerjaan beton.
(2) Segera setelah tiba dilapangan, semen harus disimpan dalam tempat
penyimpanan yang kering,terlidungi,bebas pengaruh cuaca, mempunyai ventilasi
baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 50 cm diatas tanah.
Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat persetujuan
Engineer dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan mudah.
(3) Semen denga type dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang
berbeda pula. Semen dalam kantung – kantung harus ditumpuk dengan tinggi
tumpukan tidak lebih dari kantung untuk periode sampai dengan 30 hari, atau
tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk periode – periode yang lebih panjang.
Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba dilapangan dan
pengambilannya dari tempat penyimpanan harus berurutan hingga dapat
dihindari tersimpannya semen secar lama.Semen yang sudah rusak atau terkena
lembab harus dengan segera diingkirkan dari lapangan.
(5) Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi,
harus disingkirkan dan diganti dengan material yang lebih baik atas biaya
kontraktor
(6) Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya baja
tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami kemunduran
dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat transportasi atau
penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat digunakan.Batang baja dengan mutu
dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara terpisah dan diberi label
tentang mutunya dari test pabrik.
PASAL 9
PERBANDINGAN ADUKAN
(1) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya,
dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai
yang diminta dalam spesifikasi.
(3) Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi samapi pihak Engineer puas
dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan
menghasilkan beton dengan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi yang
diminta.Kekuatan dari beton yang disyaratkan harus dibuktikan dengan
mengambil kubus test untuk ditest dilaboratorium; yang kesemuanya harus
memenuhi ketentuan – ketentuan dalan SK-SNI T-15-1991-03.Tidak satupun
komposisi adukan beton yang dapat digunakan dalam pekerjaan sebelum
mendapat persetujuan dari Engineer.Untuk selanjutnya komposisi adukan beton
yang digunakan harus berdasar pada hasil adukan percobaan yang telah
disetujui.
(4) Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanakan pekerjaan oleh
Engineer dengan berdasar pada hasil test pada agregat dan test beton yang
sudah selesai dikerjakan.
(5) Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan
agar tercapai hal – hal sebagai berikut :
i) Kekuatan beton rencana yaitu beton K-225
ii) Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap pengaruh cuaca dan
lingkunga.
iii) Pangaruh kembang susut yang kecil.
(6) Pada penggunaan adukan beton “ready Mix”, Kontraktor harus mendapat ijin
lebih dahulu dari Engineer, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama dan
alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor tetap
bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar – benar memenuhi
syarat – syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas dan kualitas
yang kontinu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang harus dilakukakan
dilapangan harus tetap dijalankan, dan Engineer akan menolak supply beton
ready mix bilamana diragukan kualitasnya.Semua resiko dan biaya sebagai
akibat dari hal tersebut di atas, sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
PASAL 10
TESTING
(2) Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Engineer untuk dapat dinyatakan
suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi, dan juga untuk
menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan perlu
atau tidaknya merubah komposisi adukan beton.
(3) Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test)
dan slump test.Kesemua test ini harus mengikuti ketentuan dalam Sk-SNI T-15-
1991-03.Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan kubus test, selain
mengikuti ketentuan – ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03, juga harus
dilakukan bilamana ditentukan oleh Engineer demi pertimbangan kondisi
pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera
mungkin disampaikan kepada Engineer.
(4) Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran,
dan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Sk-SNI T-15-1991-03.Toleransi
dalam kekentalan adukan harus dalam batas – batas sebagai berikut :
(5) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang
disyaratkan, maka Engineer berhak untuk memerintah hal – hal sebagai berikut :
a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
d. Non-destructive testing
e. Core drilling.
f. Test – test lain yang diangggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan – ketentuan dalam SK-
SNI T-15-1991-03 harus tetap diikuti.
(6) Apabila setelah dilakukan langkah – langkah sebagaimana disebutkan diatas, dan
ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka
Engineer berhak memerintahkan pembongkaran yang dinyatakan tidak
memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
(2) Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 ½ menit setelah
semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat
dimasukkan sebagian dahulu.Engineer berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada gagal
menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata.
Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai
komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhnya.
(3) Air intuk pencampuran adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemugkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur – angsur Penambahan
air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang
disyaratkan, tidak dapat dibenarkan.Mesin pengaduk yang menunjukan hasil
yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik
lainnya.Pada alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada mixing
plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat
diawasi dengan baik dari tempat yang tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan
pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan
dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Engineer.
(4) Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data – data dari
pabriknya yang menunjukkan :
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maximum kecepatan pengadukan.
c. Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data –
data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
(5) Alat pengaduk (beton molen) harus benar – benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan – bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih
setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran.Pada saat memulai adukan
yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertamaharus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton molen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus dilakukan
dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan normal.
(6) Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenakan, terkecuali untuk
suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenakan setelah mendapat
persetujuan dari Engineer.Pengadukan dengan manual (hand mixing) ini harus
dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi – tepi penghalang. Pada
PASAL 12
TRANSPORTASI
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Methode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan – bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur – unsur betonnya, dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal – hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur
ataupunberubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut; serta pula penuangan
adukan tidak boleh dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi jatuh lebih
dari satu meter.
(2) Alat – alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar – benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil pada
saat adukan dituangkan kebekisting, harus tidak melewati batas – batas toeransi
yang ditentukan pada pasal 10.(4)
PASAL 13
PENGECORAN
(1) Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar – benar bersih dari segala
macam kotoran. Semua bekas – bekas beton yang tercecer pada baja tulangan
dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
(2) Juga air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor,
harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metode lain
yang disetujui Engineer, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor
menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicor,
kondisi permukaan beton yang bebatasan dengan daerah yang akan dicor, dan
juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui Engineer, maka
pekerjaan yang dapat dilakukakn hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap
(5) Tidak diperkenakan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Engineer atau wakil dari Engineer
(inspector).
(6) Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
(7) Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sam sekali tidak
diperkenakan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum
dicorkan, harus segera dibuang.
(8) Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan
betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera
dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat – saat beton belum
mengeras.
(9) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampi suatu
batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih
dalam keadaan plastis.Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan
harus dijaga agar dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk
construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila
terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah
dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh pihak Engineer.
(10) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin menganggu beton
yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu bataswaku yang disetujui
Engineer terhitung mulai pengecorannya.Tidak sekalipun diperkenakan
melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses
pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal
ini bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam
keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mengcegah hal – hal ini
harus mendapat persetujuan Engineer.
(1) Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum
sehingga didapat beton yang terhindar dari ronggga – rongga yang timbul antara
delah – celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar – benar
memenuhi ruang yan g dicor dan menyelimuti seluruh benda yang seharusnya
tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus
dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan pekerjaan
pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses
pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari
rongga, Pemisahan unsur – unsur pembentukan beton.
(2) Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesi pengecoran
dengan sedikitnya selama 2 ( dua) hari.Pembahasan harus dilakukan dengan
menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap
lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air
untuk bahan adukan beton.
PASAL 15
PERBAIKAN BETON
(1) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Engineer.Bila
dianggap oleh Engineer perlu dilakukan langkah – langkah perbaikan atau
pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban
biaya Kontraktor.
(2) Langkah – langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar –
benar ahli.Hal – hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal – hak
yang kurang baik pada permukaaan beton terutama untuk kebutuhan
finishing.Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini
harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting.Tonjolan
dipermukaan beton harus dihilangkan.
(3) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan
dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah
dibongkarannya beton tadi untuk kemudian dilakukan pemersihan dan
pengecoran ulang. Batas – batas daerah yang harus dibongkar tadi akan
ditentukan oleh pihak Engineer,begitu juga langkah pengecoran dan material
yang akan digunakan.
PASAL 16
JOINTS
(1) Lokasi dan type dari construction joint harus sesuai dengan gambar rencana atau
sebagaimana ditentukan Engineer.Penambahan construction joint yang
dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus mendapat
persetujuan Engineer terlebih dahulu.Penentuan letak joint tadi harus
memperhatikan pola gaya – gaya yang bekerja ataupun untuk menghindari
terjadinya retak.
BAB VI
BEKISTING (ACUAN BETON)
PASAL 1
UMUM
(1) Kontraktor harus menyerahkan kepada Engineer semua perhitungan dan gambar
rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Engineer,
Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun
Engineer telah menyetujui untuk digunakannya suatu rencana bekisting dari
kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
PASAL 2
MATERIAL
(1) Material untuk bekisting dapat dibuat dari tripleks 9 mm, kayu,besi, atau material
lain yang disetujui oleh Engineer.Semua type material tadi bila digunakan tetap
harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas dan kekuatan,
sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi yang
direncanakan.
(2) Bekisting yang digunakan untuk beton exposed, harus benar – benar mempunyai
permukaan yang halus. Jika digunakan bekisting multipleks, sambungan antara
tepi – tepi bekisting harus dibuat dengan diprofil hingga didapat permukaan
dalam bekisting yang benar – benar rata sesuai yang direncanakan.
PASAL 3
PELAKSANAAN
(1) Bekisting harus benar – benar menjamin agar air yang terkandung dalam adukan
beton tidak hilang atau berkurang.Konstruksi bekisting harus cukup kaku,
dengan pengaku – pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya – gaya
yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan – hubungan antara bagian
bekisting harus menggunakan alat – alat yang memadai agar didapat bentukdan
kekuatan yang baik.Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horizontal dan
vertical.Semua Bekisting harus direncanakan agar dalam proses pembukaan
tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam beton harus
menggunakan batang besi dan murnya.
(2) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan
berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Engineer, harus segera
(3) Semua pekerjaan sudut – sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam
gambar harus ditakik 25 mm.
PASAL 4
PEMBAHASAN & MEMINYAKI BIDANG BEKISTING
(1) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-staining
mineral oil dengan sepengetahuan Engineer. Pelumasan tadi harus dilakukan
dengan hati – hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar pondasi dan
juga pembesian.
(2) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar – benar basah sebelum pengecoran beton.
PASAL 5
PEMBONGKARAN BEKISTING
(1) Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Engineer, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton.Untuk memungkinkan tidak terganggunya
kemajuan pekerjaan dan dengan segera dilakukan langkah perbaikan, bila perlu
bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton mempunyai
kekerasan dan kekuatan seperlunya.Bekisting untuk bagian atas dari bidang
beton yang miring, harus segera dibongkar setelah beton mempunyai kekakuan
untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton.Bilamana diperlukan
perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka perbaikan tadi harus
sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkah – langkah penjagaan pada
proses pengerasan beton (curing).
Untuk kondisi – kondisi dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai diatasnya,
maka pembukaan bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan Engineer,
dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta umur beton
yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
PASAL 1
UMUM
(1) Pemasangan Besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan – ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03.Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar
rencana atau seperti yang diinstruksikan Engineer, pengukuran pada
pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan.Besi
tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran,bentuk, panjang, posisi, dan
banyaknya, dan akan diperiksa setelah kondisi terpasang.
PASAL 2
PEMBERSIHAN
(1) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangikan lekatan antara besi
danbesi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses pengecoran
beton.
PASAL 3
P E M B E N G KO K A N
(1) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor
dan disetujui Engineer.Semua proses pembengkokan harus dilakukan dengan
cara lambat, tekanan yang konstan.Kesemua ujung – ujung pembesian harus
mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-
03.Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah
mendapat ijin dari Engineer.
PASAL 4
PELURUSAN
(1) Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat menyebabkan
kerusakan pada besi beton.Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau
dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.
PASAL 5
PEMASANGAN
(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana, dan
harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan didudukkan
pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar posisinya tidak
berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat dan tumpuan dari
besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal beton yang dicor
adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukan pada blok beton kecil, blok
tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan beton rencana dan
bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton yang baik.
PASAL 6
SELIMUT BETON
(1) Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer. Dalam
segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20 mm.
PASAL 7
SAMBUNGAN LEWATAN (SPLICING)
(1) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana instruksi Engineer, atau
minimal mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
(2) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain dari
posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh Engineer.
Sambungan ini tidak diperkenakan diletakan pada lokasi tegangan yang
maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya bersebelahan agar
dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bilamana dikehendaki
suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang tadi harus dibuat
sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan panjang
sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03
terkecuali ditentukan lain.
BAB VIII
PEKERJAAN KAYU
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
(1) Melaksanakan pekerjaan kayu kasar yaitu : pengadaan dan pemasangan, rangka
langit-langit, rangka atap dan pekerjaan kayu lain yang tidak diisyaratkan secara
khusus dalam persyaratan ini.
(2) Pekerjaan kayu kasar lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.
PASAL 3
PERSYARATAN PELAKSANAAN
BAB IX
PEKERJAAN TIANG PANCANG
PASAL 1
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
PASAL 2
TOLERANSI
2.1 posisi pile tidak boleh menyimpang dari posisi rencana lebih dari pada 50 mm.
Ketegak-lurusannya tidak boleh melebihi 10 mm per 3 meter panjang pile.
PASAL 3
PANJANG PILE
3.3 Jenis alat pancang yang dipergunakan dan sistim kerjanya harus mendapat
persetujuan Engineer.
3.4 Set akhir dari pemancangan harus dihitung mengunakan formula yang lazim dan
disesuaikan dengan jenis dan system kerja dari alat pancang yang digunakan,
harus mendapat persetujuan Engineer.
3.6 Kerusakan pile yang terjadi atau karena pelaksanaannya sehingga menurut
pertimbangan Engineer secara teknis tidak dapat dipergunakan, maka kontraktor
harus segera memperbaiki atas biaya kontraktor.
3.7 Daya dukung pile tunggal yang direncanakan adalah direncanakan adalah
minimum ………ton.
3.8 Setiap pile supaya diberi tanda ukuran panjangnya (per 1 meter) dan waktu
pengecoran betonnya.
a. Posisi pile
b. Peil tanah dimana pile berada terhadap patok tetap.
c. Dalam pemancangan (piling depth) terhadap patok tetap.
d. Tingkat akhir pemancangan (final set per blow )
e. Deskripsi mengenai alat pancang
f. Hambatan – hambatan yang ada selama pemancangan.
g. Waktu dan lama pelaksanaan.
h. Banyak pukulan (number of blow) persatuan masuk dan totalnya.
3.10 Apabila final set pada pengakhiran pemancangan belum tercapai, sedang kepala
pile sudah mendekati atau masuk permukaan tanah, maka Kontraktor harus
meneruskan pemancangan pile ini dengan Dolly sampai final set yang ditentukan
tercapai.
PASAL 5
HAMBATAN – HAMBATAN
Segala hambatan dalam pemancangan harus sudah diperhitungkan oleh Kontraktor baik
dalam teknik pelaksanaan maupun biayanya.
PASAL 6
PILE CAPS
6.2 Definisi
Yang dimaksud dengan pile caps adalah bagian struktur dari beton bertulang
untuk mentransfer beban kolom ke pondasi.
6.3 Survey
Dalam membuat rencana pile caps kontraktor hendaknya melakukan survey
tentang tanah maupun kondisi kerja setempat dan cara penggalian yang aman
maupun cara pengecoran beton yang baik.
Concrete cover ( Selimut beton )
Concrete cover minimum yang harus dipakai adalah 5 cm pada bidang samping
dan 5 cm di bidang atas.
6.5 Dalam pekerjaan pengecoran harus diperhatikan temperatur yang timbul pada
proses pengikatan. Jika diperlukan harus dilakukan usaha – usaha untuk
mengurangi temperatur yang timbul tersebut, seperti mendinginkan air, agregat
dan lain – lain dengan petunjuk Engineer.
6.6 Dalam pekerjaan pemadatan hendaknya tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu
sebelum dicor lantai kerja dari beton 1:3:5 setebal 5 cm.Dibawah lantai kerja
digelar dan dipadatkan lapisan pasir urug setebal 10 cm.
Kontraktor harus membersihkan lapangan dari segala kotoran – kotoran, sisa beton
precast dan lain – lain yang tertinggal dalam pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 8
GARANSI PELAKSANAAN
Penyimpangan dari ketentuan dalam spesifikasi ini tidak diperkenankan, sedang segala
akibat dari penyimpangan yang timbul akibatnya akan menjadi tanggung jawab dari
kontraktor termasuk biaya – biaya perbaikan yang diperlukan atas keputusan Konsultan.
BAB X
PEKERJAAN FINISHING
PASAL 1
PEKERJAAN NON STRUKTURAL
a. Lingkup Pekerjaan
1. Dalam pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan dan alat – alat bantu lainnya yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan ini hingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
2. Meliputi pekerjaan kolom praktis, list plank, neut kosen, serta seluruh
detail yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar dan petunjuk
pengawas/Direksi.
b. Persyaratan Bahan
1. Semen Portland
Semen yang digunakan harus dari mutu yang terbaik terdiri dari satu jenis
merk dan atas persetujuan Direksi dan harus memenuhi NI-8. Semen
yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk
digunakan.
Tempat penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban, air dengan lantai terangkat dari tanah dan tumpuk sesuai
dengan syarat penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir – butir yang bersih dan bebas dari bahan –
bahan organsi, lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi
butir serta kekerasan yang dicantumkan SK-SNI- T-15-1991-03.
3. Koral Beton/Split
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai
gradsi kekerasan sesuai dengan syarat – syarat SK-SNI- T-15-1991-03.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali dan bahan – bahan organis/bahan lain yang dapat
merusak beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10.Apabila dipandang
perlu Direksi Pengawas dapat diminta kepada Kontraktor Supaya air yang
dipakai diperiksa di Laboratorium Pemeriksaan bahan yang resmi dan
syah atas biaya Kontraktor.
5. Besi Beton
Digunkan mutu U-39 – Untuk ulir lebih besar dari 12 mm, untuk U 24
kurang dari atau 12 mm, besi besi harus bersih dari lapisan
minyak/lemak, karat dan bebas dari cacat seperti serpih – serpih dan
sebagainya. Penampang besi adalah bulat dan memenuhi syarat – syarat
SK-SNI- T-15-1991-03. dan diameter minimal 12 mm atau sesuai dengan
yang ditunjuk dalam gambar.
6. Pengendalian Pekerjaan
Semua pekerjaan beton ini harus sesuai dengan :
- Standart beton bertulang SK-SNI- T-15-1991-03
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961 : NI-5
- Peraturan Semen Portland Indonesia 1972 : NI-3
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan – ketentuan umum untuk pelaksanakan pemborong
pekerjaan umum untuk pelaksanaan pemborong pekerjaan umum
(A.V) No. 9 tanggal 2 mei 1941. Tambahan Lembaran Negara No.
14571
- Petunjuk – petunjuk dan peringatan – peringatan secara lisan
maupun tertulis yang diberikan Direksi Pengawas.
- Standard Normalisasi Jepang (DIN)
- America Society For Testing and material (ASTM).
- American Concrete Institute (ACI)
1. Mutu Beton
Mutu beton digunakan adalah K-175 dan harus memenuhi ketentuan –
ketentuan lain sesuai dengan SK-SNI- T-15-1991-03.
2. Pembesian
Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum
pada SK-SNI- T-15-1991-03.
3. Cara Pengadukan
- Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
- Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui
terlebih dahulu oleh direksi Pengawas dan tercapai mutu pekerjaan
seperti yang ditentukan dalam uraian dan syarat – syarat.
- Selama pengadukan, kekentalan adukan beton harus diawasi
dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran
batu.Pengujian slump minimum 6 cm maksimum 10 cm.
4. Pengecoran Beton
- Kontraktor wajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan mengirim cetakan – cetakan sampai jenuh,
pemeriksaan ukuran – ukuran, ketinggian, penulangan dan
penempatan penahan jarak.
- Pengecoran beton hanya dapat dilakukan atas persetujuan Direksi
Pengawas.
- Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga beton dapat
dijamin kepadatannya dan tidak terjadi cacat pada beton seperti
keropos – keropos dan sarang – sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
- Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada
hari berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui
oleh Direksi Pengawas.
5. Pekerjaan Bekisting
- Bekisting harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran –
ukuran yang telah ditetapkan/ yang diperlukan dalam gambar.
Bekisting dari papan jenis kayu yang memenuhi persyaratan dalam
NI-2 pasal 5.1.
- Bekisting harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan –
perkuatan sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah untuk
serta tetap pada kedudukannya selam pengecoran.
- Bekisting harus rapat tidak bocor, permukaanya licin, bebas dari
kotoran – kotoran seperti tahu gergaji, potongan – potongan kayo,
tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan harus
mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
- Tiang – tiang bekisting harus diatas papan atau baja untuk
memudahkan pemindahan perletakan. Tiang – tiang tidak boleh
disambung lebih dari satu.
- Tiang – tiang dari kaso 5/7 cm atau dolken dengan palang
papan/balok secara croos.
- Kayo yang dipakai adalah papan/multipleks sesuai dengan tebal
minimal 2 cm.
- Penggunaan bekisting “Formwork” harus sesuai dengan
petunjuk/spesifikasi pabrik.
7. Pembukaan Bekisting
- Pekerjaan pembukaan/pembongkaran bekisting hanya boleh
dilaksanakn dengan ijin tertulis dari Direksi Pengawas. Setelah
bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun
pada permukaan beton tanpa persetujuan tertulis dari pengawas.
8. Lain - lain
- Pelaksana/Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan
pekerjaannya sampai dengan saat – saat penyerahan (selesai).
- Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat
pada uraian dan syarat – syarat ataupun yang tercantum dalam
gambar – gambar atau peraturan baik yang berlaku didalam negeri
maupun luar negeri.
- Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan
contoh – contoh material : besi, koral, pasir,PC untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pengawas.
- Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus beton di
laboratorium yang akan ditunjuk kemudian dan pembuatannya
harus disaksikan oleh Direksi Pengawas dan diperiksa di
laboratorium konstruksi beton yang ditunjuk oleh Direksi
Pengawas. Jumlah pembuatan kubus beton serta ketentuan –
ketentuan lainnya sesuai dengan SK-SNI- T-15-1991-03.
- Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras
selama 3 x 24 jam setelah pengecoran.
- Beton harus dilindungi dari kemungkinan – kemungkinan cacat
yang diakibatkan oleh pekerjaan lain.
- Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu. Seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggung jawab Kontraktor.
- Bagian – bagian beton setelah dicor selama dalam masa
pengerasan harus selalu dibasahi dengan air terus menerus selama
1 (satu) minggu atau lebih sesuai ketentuan dalam SK-SNI- T-15-
1991-03 atau sesuai petunjuk Direksi Pengawas.
PASAL 2
PEKERJAAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan bahan
a. Batu bata yang dipasang adalah dari mutu terbaik, produk lokal
dan disetujui Direksi Pengawas.Syarat – syarat batu bata harus
memenuhi ketentuan – ketentuan dalam NI-10.
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
i. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi
Pengawas. Kontraktor tidak diperkenakan melakukan pekerjaan
ditempat tersebut sebelum kelainan/perbedaan diselesaikan.
PASAL 3
PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan bahan
PASAL 4
PEKERJAAN KOSEN & PINTU
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
d. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata,lurus dan siku – siku
satu sam lain sisi – sisinya dan dilapangan sudah dalam keadaan
siap untuk penyetelan/pemasangan, kecuali bila ditentukan lain.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan –
bahan, peralatan dan alat- alat bantu lainnya yang digunakan
2. Persyaratan Bahan
Bahan Panel
Untuk panel digunakan bahan kaca yang memenuhi persyaratan dalam
PUBI 82 pasal 63 dan SII 0819-78. Digunakan kaca rayband tebal 5 mm.
(4). Pekerjaan Daun Pintu Double Teakwood Bagian Dalam Lapis aluminium Seng
1. Lingkup Pekerjaan
d. Kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus kering denga permukaan
rata, bebas dari cacat seperti retak – retak, mata kayu dan cacat
lainnya.Kelembaban bahan kayu yang digunakan, disyaratka
maksimum 12%.
Mute dan qualities kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam Ni-
5 (PKKI tahun 1961), PUBI 82 pasal 37 dan memenuhi persyaratan
dalam SII 0458-81.
e. Bahan block board dari jenis yang bermutu baik, buatan dalam
negeri merk Asahi,teak Teakwood dari merk Asahi atau yang
setara dan Teakwood merk Singa Laut, bahan – bahan yang
digunakan harus memenuhi persyaratan dalam PUBI tahun 1982
pasal 38 dan memenuhi SII 0404-81.
PASAL 5
PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Semua hardware dalam pekerjaan ini, dri produk yang bermutu baik,
seragam dalam pemilihan warnanya serta dari bahan – bahan yang telah
disetujui Direksi Pengawas.
f. Setelah kunci terpasang, noda – noda bekas cat atau bahan finish
lainnya yang menempel pada kunci harus dibersihkan dan
dihilangkan sama sekali.
3. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 20 cm (as) dari sisi atas pintu
kebawah.Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai keatas.
Engsel tengah dipasang ditengah – tengah antara kedua engsel
tersebut.
PASAL 6
PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan : Plywood produk dalam bermutu baik, dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.
3. Persyaratan Pelaksanaan
h. Pada bagian tepi langit – langit dipasang list bentuk profil ukuran
sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar, dari bahan katu
kamper yang difinish cat sesuai yang disyaratkan.
PASAL 7
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan penutup atap seperti
yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.Pekerjaan ini
meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan dan alat –
2. Persyaratan Bahan
Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan, contoh –
contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan digunakan
harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan konsultan
perencana dan konsultan pengawas.
b. Bahan tidak mudah pecah, berkarat, tidak berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahaan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
c. Spesifikasi bahan :
3. Persyaratan Pelaksanaan
b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru,
kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.
PASAL 8
PEKERJAAN RAILLING
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
a. Tangga
b. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau
spesifikasi ini akan ditolak dan Kontraktor harus mengganti segera tanpa
tambahan biaya.
PASAL 9
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
d. Cat dasar
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
b. Seluruh permukaan sbelum dilapisi cat awal dan cat akhir, harus
dilicinkan dengan mesin amplas listrik samapi halus dan licin.
c. Sebagai cat awal digunakan cat jenis Pinotex clear yang dilapiskan
sehingga tebal dan merata pada seluruh permukaan pengecatan
dengan kuas atau dengan cara lain yang disetujui Direksi
Pengawas.
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
f. Ulaskan satu atu dua lapis Metal Primer Red (menie besi ) dari
produk seperti jenis yang disyartkan diats atau sesuai persyaratan
yang ditentukan oleh pabrik yang bersangkutan.
h. Cat akhir dapat dilakukan bila cat dasar telah kering sempurna
serta telah mendapat persetujuan Direksi Pengawas.
PASAL 1
INSTALASI LISTRIK
(1). Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Listrik yang telah
mempunyai SPJT yang dikeluarkan oleh AKLI dan terdapat sah pada cabang PLN
setempat.
(2). Gambar spesifikasi dan risalah aanwijzing merupakan suatu kesatuan yang saling
mengikat dan melengkapi.Kontraktor harus menjalin hubungan yang baik dengan
kontraktor lain dalam pekerjaan ini, sehingga secara bersama – sama
menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang
ditentukan.
(3). Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini, disamping
Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini, berlaku :
- A.V.1941
- Puil 2000
- AVE/VDE.
- Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan – ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin, peralatan dan
material tersebut dibuat.
- Peraturan/persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia
(4). Semua gambar – gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/Instalatur listrik maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Pengawas/ Direksi Lapangan.
(5). Kontraktor harus membuat catatan – catatan yang cermat dari penyesuaian –
penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan – catatan tersebut
harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir) As Built Drawing dan
harus diserahkan kepada direksi segera setelah pekerjaan selesai.
(7). Semua instalasi peralatan yang telah dipasang sebelum diserahkan harus dites
mengenai kemampuan bekerjanya, sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan.
(9). Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud dalam spesifikasi
teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga
ahli.
(10). Pengawas
Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya.Kontraktor wajib
menempatkan pengawas untuk mengawasi pekerjaannya sendiri. Penanggung
jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada di tempat pekerjaan dan dapat
mengambil keputusandemi kelancaran pekerjaan.
(12). Merk
Lampu dan Armateur : Artolite
Stop kontak, saklar : Legran
PASAL 2
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR/ARRISTER
(3) Dalam pengerjaannya harus memenuhi syarat – syarat yang berlaku pada
PUIL 1987 juga harus dapat memenuhi syarat – syarat seperti :
- Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah Setempat.
- Ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintahan Daerah Setempat.
(4) Setelah pekerjaan selesai, kontraktor/Instalastur diharuskan
menyerahkan gambar instalasi yang telah direvisi dan disahkan oleh
instalasi yang berwenang, dalam rangkap 5 (lima).
(2) Material
- Semua material/bahan yang digunakan/dipasang harus dari jenis
material berkwalitas terbaik, dalam keadaan baru (tidak dalam
keadaan rusak atau afkir), sesuai dengan mutu dan harus lulus uji
dengan bukti sertificate dari PLN (SPLN) dengan merk Kabelindo,
Kabelmetal, Supremee, Tranka atau setara. Instalatur dalam hal ini
kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu dan kwalitas
material yang akan dipakai, setelah mendapat persetujuan Pemilik
Proyek dan Konsultan Perencana.
- Jenis kabel yang digunakan NYA,NYM,NYY, dan lain – lain ditarik
didalam Konduit.
- Konduit yang digunakan harus dari bahan heavy duty berlapis PVC
lengkap dengan junction box, adaptor, conduit flexible yang semua
berlapis PVC.
- Diameter conduit tidak boleh lebih kecil dari 20 mm dan harus
mempunyai diameter sesuai dengan peraturan PLN/Peraturan yang
berlaku dan dipilih sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemasangan atau penarikan kembali setiap kabel tanpa harus
melepas kabel lainnya.
- Konduit yang dipasang secara outbouw dan terlihat oleh mata harus
dipasang parallel dengan struktur bangunan, pararel dengan dinding
atau kololm atau balok dan vertikal tembok.Khusus untuk
pemasangan dibawah lantai tribune tanpa plafond, Instalasi listrik
harus diletakkan
(1) Semua pekerjaan yang dilaksanakan harus diuji, sehingga dapat dijamin
bahwa pekerjaan tersebut dapat bekerja dengan baik, untuk jangka waktu
panjang.
(2) Tata cara pengujian dan pelaksanaan pengujian harus dilakukan dibawah
pengawasan Konsultan Pengawas atau Direksi Pengawas.
BAB XII
PEKERJAAN SANITASI
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan – bahan, peralatan dan
alat – alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga diperoleh
hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Pekerjaan sanitasi ini dipasang pada ruang toilet/kamar mandi/WC serta seluruh
detail sesuai yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar.
PASAL 2
PERSYARATAN BAHAN
a. Pemasangan Closet
Closet duduk pada Toilet digunakan produk KIA standard atau merk lain yang
setara dan disetujui Direksi Pengawas, warna ditentukan kemudian.
b. Wastafel yang digunakan produk KIA, warna standart atau dari merk lain yang
setara dan disetujui Direksi Pengawas.
c. Kran didinding dari merk SAN-EI atau dari type lain yang disesuaikan dengan
kegunaan seperti yang disyaratkan dalam gambar detail.Pemasangan kran
dinding lengkap pemasangan “stop kran dan siphon” bahan dari merk yang
sama.
e. Floor drain dar ex Japan merk SAN-EI warna verchroom lengkap pemasangan
spoonnya.
PASAL 3
SYARAT – SYARAT PELAKSANAAN
d. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera
melaporkannya kepada Direksi Pengawas.