You are on page 1of 9
STRUKTUR KOMUNITAS BIOLOGI PADANG LAMUN DI PANTAI SELATAN LOMBOK DAN KONDISI LINGKUNGANNYA REDAKSI Meee ICE Cen en) VeVi pr citod Ppa eC e CUAL 1993 - 1994 Pea eC ee ea ecco tore erent ent cnt ewan! Jakarta, 1994 Sruteur Komunitas Biolog Padeng Laman di Ponta Selatan tombok den Konda Linghanganyea PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LAMUN DI TELUK KUTA, LOMBOK SELATAN oleh Mohamad Husni Azkab ? dan Wawan Kiswara ? ABSTRAK Penelitian pertumbuban dan produksi beberapa jenis lamun di Teluk Kuta, Lombok Selatan, dilakukan pada bulan September 1993 dengan menggunakan metode penandaan daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa_ ‘kecepatan tumbuh daun rata-rata Enhalus acoroides adalah 16,89 mmv/hari untuk daun baru dan 6,47 mm/hari untuk daun lama, Sedangkan untuk jenis Thallassia hempricti adalah 4,51 mm/hari untuk daun baru dan 4,06 mavhari untuk daun lama ; pada Syringodium isoetifolium adalah 9,03 mm/hari untuk daun baru dan 1,60 mnvhari untuk daun lama; dan pada Cymodocea rotundata adalah 8,69 mav/hari untuk daun baru dan 4,11 ‘mm/hari untuk daun lama, Sedangkan produksi daun tertinggi adalah pada jenis Syringodium isoetifolium (7,78 ‘gram berat basah/m'/hari). Kecepatan pulih didapatkan berkisar antara 5,6% sampai dengan 11,11%. ABSTRACT GROWTH AND PRODUCTION OF SEAGRASSES AT KUTA BAY, LOMBOK ISLAND, The studies ‘was done in September 1993 by using Ieaf and rhizone marking method. Results of the study showed that the mean growth rate of Enkalus acoroides is 16,89 mm/day for new leafs and 6.47 mmv/day for old leaves. ‘The growth rates of other species are 4.510 mm/day for new leaves and 4,06 mm/day for old leaves of Thalassia hemprichii; 9,02 mmviday for new leaves and 1.6 mm/day for old leaves of Syringodium isotifolium ; 8.69 mm/day for new leaves and 4.11 mmv/day for old leaves of Cyanodacea robundata, The highest production of leaves was found in S. isoetilium (7.78 g.ww.m7.d"), Turn over rate of seagrasses varied from 5,6 % to 11.11% PENDAHULUAN Penelitian pertumbuhan dan produksi lamun telah banyak dilakukan di luar negeri, sebaliknya di Indonesia masih sangat jarang, Metode penandaan daun yang diperkenalkan oleh ZIEMAN (1974) merupakan salah satu metode penelitian pertumbuhan dan produksi lamun yang, eee » Balitbang Biologi, Puslitbang Oscanologi-LIPI 34 Siruktur Komunitas Biolog! Padang Lamun di Pantat Selatan lonbok dan Kondtsl Lingkungarnya telah diterima oleh para peneliti sebagai metode terbaik khususnya untuk mengukur produksi bagian atas dari lamun (WEST & LARKUM, 1979). Metode penandaan ini telah banyak dimodifikasi olch para peneliti yang sesuai dengan situasi di lapangan (DENISON, 1990a). Metode penandaan daun banyak digunakan pula pada rimpang dan akar lamun yang lebih dikenal dengan nama metode "tagging" (DENISON, 1990b). ‘Di Indonesia, penelitian pertumbuhan dan produksi lamun telah dilakukan oleh BROUNS (1985a) pada jenis Thalassodendron ciliatum;, MORO (1988) pada jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Cymodocea serrulata, dan AZKAB (1988) pada jenis Enhalus acoroides. Tulisan ini merupakan hasil penelitian pertumbuhan dan produksi lamun yang dilakukan di Teluk Kuta, Lombok. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi lamun yang nantinya akan digunakan dalam menclaah lamun sebagai produsen primer di laut dangkal sehingga bisa juga dimanfaatkan dalam pengembangan dan pengelolzan wilayah pesisir. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan September 1993 dengan metode penandaan daun (ZIEMAN, 1974; DENISON, 1990a, 1990b), di Teluk Kuta, yang terletak di bagian solatan Pulau Lombok atau sekitar 70 km dari kota Mataram (Gambar 1), Pada penelitian ini dilakukan di padang lamun yang bertipe campuran, Pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan pada jenis : Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Cymodocea rotundata, Sedangkan pada rimpang (rhizome) hanya dilakukan penelitian pertumbuhan pada jenis, 1. hemprichii, S. isoetifolium dan C. rotundata. Unutan penelitian dilakukan sebagai berikut 1, Pada padang lamun bertipe campuran dibuat plot 5 x 5 m* yang diberi patok dan tali plastik sebagai batas pengaman. 2. Di dalam plot tersebut untuk penelitian pertumbuhan dan produksi daun lamun dipilih 30 tegakan/pohon dari masing-masing jenis E. acoroides, T. hemprichii, S. isoetifolium dan C. 35 ‘Strukaur Komuntox Biolog! Padang Lamun dt Parti Selatan tombok dan Kondis Linglungannya votundata, Penelitian pertumbuhan rimpang dilakukan pada jenis T. hemprichii, S. isoetifolium dan C. rotundata masing-masing 20 tunas rimpang. Semua daun pada tegakan terpilih diberi lubang pada jarak yang telah ditentukan dari dasar. Pada tunas rimpang terpilih diberi tanda yang mempunyai nomor dan diukur jarak tunas dengan bagian yang diberi tanda. s Setelah 8 hari semua daun dan rimpang yang telah diberi tanda termasuk daun baru yang, tumbuh pada tegakan terpili dipanen dan dibawa ke laboratorium, Di laboratorium, diukur pertumbuhan daun (mm/hari), Pertumbuhan daun dibedakan antara aun baru dan daun lama. Untuk pertumbuhan rimpang juga diukur dalam mm/hati, Semua bagian-bagian pertumbuhan daun — dikumpulkan dan ditimbang beratnya untuk mengetahui produksinya (gram berat basalVhari/m’),Untuk menghitung biomassa daun (gram berat basah/m) ditelaah berdasarkan data kerapatan masing-masing jenis lamun yang telah diperolch Sedangkan telaah tentang kecepatan pulih daun diperoleh dari perhitungan produksi daun dibagi biomassa daun dalam persen (%). HASIL DAN PEMBAHASAN 1, Pertumbuhan daun Pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa kecepatan tumbuh daun —lamun bervariasi pada setiap jenis lamun yang diteliti, £. acoroides mempunyai kecepatan tumbuh daun muda berkisar 6,37- 26,75 mnvhari dengan rata-rata 16,89 mm/hari, sedangkan untuk daun lama berkisar 1,00 - 26,62 mm/hari dengan rata-rata 6,47 mavhari. Untuk jenis 7: hemprichii dengan kisaran 1,67 ~ 7,33 mnvhari pada daun muda dengan rata-rata 4,51 mm per hari. Sedangkan pada jenis S. ‘soetifolium kecepatan tumbuh daun muda berkisar 5,12 - 12,00 mnw/hari dengan rata- rata 9,03 mnvhari dan pada daun lamanya berkisar 0,62-3,37 mm/hari dengan rata-rata 1,60 mnv/hari Selanjutnya kecepatan tumbuh daun C. rofundata berkisar 3,87 - 15,00 mn/hari dengan rata-rata 8,69 mavhari untuk daun baru, sedangkan untuk daun tua kecepatan tumbuh berkisar 0,75 - 10,87 mnvbari dengan rata-rata 4,11 mmv/hari, 36 Sirwktur KomunitasBiologi Padang Lamun d Pantal Selatan lombok dan Kondlisi Lingkungannya Tabel J. Pertumbuhan daun lamun di Teluk Kuta, Lombok. 1 |Enhalus acoroides 6,37-26,70 16,89 1,00-26,62 | 6,47 2 | Thalassia hemprichii | 1,68- 7,33 4,51 0,57-10,22 | 4,06 3 | Syringodium isoetifolium 5,12-12,5 9,03 0,62- 3,37 1,60 4 |Cymodocea rotundata 3,87-15,00 8,69 0,75-10,87 411 Dari hasil penelitian pertumbuhan dari keempat jenis lamun, maka jenis E. acoroides mempunyai pertumbuhan tercepat, baik untuk daun muda (16,89 mny/hari) maupun untuk daun tua (6,47 mm/hari). Sedangkan pada ketiga jenis lamun lainnya menunjukkan kecepatan tumbuh yang bervariasi pada daun muda dan daun tua, Hal ini dapat dilihat pada jenis S. isoetifolium pertumbuhan daun mudanya lebih cepat dari pertumbuhan daun muda C. rofundata dan 7. hemprichii. Sebaliknya pertumbuhan daun tua C. rotundata dan T. hemprichii lebih cepat dari pertumbuhan daun tua S. isoetifolium. Lebih jauh terlihat bahwa dari keempat jenis lamun yang diteliti, pertumbuhan daun muda lebih cepat dari daun tua. Hal ini sama seperti yang didapat oleh para peneliti lainnya (ZIEMAN, 1974, BROUNS, 1985; MUKAI, ef al, 1979). Sebaliknya berbeda dengan yang dilakukan oleh AZKAB (1988) yang pertumbuhan daun lama lebih cepat dari pada daun muda untuk jenis E. acoroides. Adanya perbedaan kecepatan tumbuh daun baik tethadap jenis yang sama maupun terhadap jenis yang berbeda menunjukkan bahwa pertumbuhan daun lamun diduga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal seperti fisiologi, metabolisme dan faktor eksternal seperti zat-zat hara, tingkat kesuburan substrat dan parameter lingkungannya. 2, Pertumbuhan Rimpang (Rhizome) Dari tiga jenis lamun yang diteliti temyata pertumbuhan rimpang C. rotundata lebih cepat dibandingkan dengan 7: hemprichii, dan S. isoetifolium (Tabel 2), Dari Tabel 2 terlihat pertumbuhan rimpang dari masing-masing jenis lamun yang diteliti adalah : 7: hemprichii berkisar 0,12 - 2,00 mm/hari dengan rata-rata 0,850 mm/hari, 5. isoetifolium berkisar 0,25 - 4,25 mm/hari 37 ‘unary [synpoid wep weynqumyzed wepreued uMISeIg me “sisouopul Ip eAuyeIo] uEyYNfuNUOUE TULA HoquOT “wNy YNL wed “| Tequrey VIGNIH vu3onnySs vany xnqas 38 eee i | | Situ Komittas Boles Fatang Lamu dt Piatt Seiten fob ian Ronis Linghingecuya en volarats 2,75 sneha dan C. rabuia vets 0,22 - 5,50 marwhari daw sataicata 3,73 stir Struktur Komunitas Biolog Padang Lomun dt Panta Selatan lombok dan Kondisl Lingkungannys ‘Tabel 3. Rata-rata produksi, biomassa dan kecepatan pulih daun lamun di Teluk Kuta, Lombok 1_| Enhalus acoroides 1,24 23,51 5,26 2_| Thalassia hemprichii 9,31 20,49 4,54 3_| Syringodium isoetifolium 179 70,00 ull 4 | Cymodocea rotundata 0,91 911 10,00 gbb = berat basah dalam gram Tabel 3 menunjukkan bahwa biomassa daun tertinggi pada jenis S. isoetifolium (70.00 abb/m’) disusul E. acoroides (23,50 gbb/m ?),disusul 7: hemprichii( 20,49 gbb/m’) dan C. rotundata (9, 11 gbb/m?). Total biomassa daun adalah (123,1 1 gbb/m’), Seperti halnya dengan produksi daun lamun di Teluk Kuta, maka biomassa daunnya juga lebih besar dibandingkan dengan biomassa daun dari hasil penelitian di Teluk Banten dan Pulau Pari. Kecepatan pulih (turn over rate) daun dari masing-masing lamun yang diteliti (rata-rata 8,82 %) menunjukkan hasil yang lebih cepat dari penelitian ZTEMAN (1975) pada jenis 7: testudinum di Biscayne Bay (1,96 %). Berdasarkan pengamatan diperoleh kecepatan pulih dari masing-masing jenis adalah : F acoroides (5,26 %), T. hemprichit (4,54 %), S. isoetifolium (1,11 %) dan C. rotundata (10 %). Disini terlihat bahwa kecepatan pulih untuk jenis S. isoerifolium lebih cepat dibandingkan dengan jenis lamun lainnya UCAPAN TERIMA KASTH Penelitian ini terlaksana atas biaya Marine Resources Evaluation and Planning Project (MREP) tahun anggaran 1993/1994. Ucapan terima kasih kepada semua fihak, khususnya kepada anggota ‘Tim Lamun P,O-LIPI yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, DAFTAR PUSTAKA AZKAB, M.H. 1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides (L.£) Royle di ratuan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dalam: M.K. MOOSA, D.P. PRASENO & SOEKARNO (eds.). Teluk Jakarta : biologi, budidaya, oseanografi, geologi dan kondisi perairan. P,O - LIPI, Jakarta : hal. 55-59. 40 Sinuttur Komuantias Biolog Padang Laman di Pantai Selatan lombok dan Kondisi Linghungannya BROUNS, J.J.W.M, 1985a. A preliminary study of the seagrass Thalassodendron ciliatum (Forsk.) dan Hartog from Eastem Indonesia, Aquatic Botany, 23 : 249-260, BROUNS, J..W.M. 1985, A comparison of the annual production and biomass in three monospecific stands of the seagrass Thalassia hemprichii (Ehrenb.) Aschers. Aquatic Botany, 23 : 149 - 175.35 DENNISON, W,C. 1990a, Leaf production. Jn: R.C. PHILLIPS & P. MCROY (eds.). Seagrass Research Methods Unesco, Paris, pp. 77-80. DENNISON, W.C. 1990b. Rhizome/root production. Jn: R.C. PHILLIPS & P. MCROY (eds.). Seagrass Research Methods, Unesco, Paris, pp. 81-86. KISWARA, W. 1994, Keanekaragaman dan sebaran lamun. Dalam : W. KISWARA, M.K. MOOSA & M. HUTOMO (eds.). Kajian struktur komunitas biologi ekosistem lamun di Lombok Selatan, P,O - LIPI, Jakarta (dalam terbitan ini) KOIKE, I, K. AlOl & A. HATTORI 1987.Growth of Thalassia hemprichii thizomes In : A. HATTORI (ed,). Studies on dynamics of the biological community in tropical seagrass ecosystem in Papua New Guinea. Ocean Research Institute - University of Tokyo, pp 33-36. Moko, D.S. 1988. Pertumbuhan dan produksi daun beberapa jenis lamun di Pulau Panjang, Teluk Banten (Skripsi), Fakultas Biologi - Universitas Nasional, Jakarta, 75 hal MUKAI, H.; K, AlOk I. KOIKE; H. IZUMI, M. OHTSU & A. HATTORI 1979. Growth and organic production of seagrass (Zostera marina L.) in temperate waters of the Pacific coast of Japan. 1. Growth analysis in spring - summer. Aquatic Botany, 7 : 47-56. WEST, R.J. & A.W.D. LARKUM 1979, Leaf production of the seagrass, Posidonia australis, in Eastern Australian waters, Aquatic Botany: 7 : 57-65. ZIEMAN, J.C. 1974, Methods for the study of growth and production of turtle grass. Thalassia testudinum. Konig. Aquaculture, 4 ; 139-143.

You might also like