Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. b a h wa d a l a m P e r a t u r a n P e m e r i n t a h
No. 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan telah diatur
ketentuan-ketentuan mengenai
Tatanan Kebardarudaraan
Nasional;
b. b a h wa untuk melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan
Tatanan Kebandarudaraan
Nasional dengan Keputusan
Menteri Perhubungan.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
5. Bandar Udara Umum adalah Bandar udara yang dipergunakan untuk melayani
kepentingan umum;
6. Bandar Udara Khusus adalah Bandar udara yang penggunaannya hanya untuk
menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan untuk umum;
Pasal 2
a. terjalinnya suatu jaringan prasarana Bandar udara secara terpadu serasi dan
harmonis agar bersinergi dan tidak saling mengganggu, yang bersifat dinamis;
Pasal 3
b. pertumbuhan ekonomi;
c. Kelestarian lingkungan;
Pasal 4
Pasal 6
(1) Hirarki fungsi Bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, ditetapkan
berdasarkan penilaian atas kriteria sebagai berikut:
(2) Ketentuan tentang Bandar udara terletak di kota yang merupakan pusat
kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditunjukkan
dengan variabel sebagai berikut:
(5) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan skor
untuk masing-masing variabel sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan ini.
Pasal 7
a. Bandar udara yang terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari luar
negeri (internasional);
b. Bandar udara yang tidak terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari
luar negeri (domestik).
(2) Bandar udara yang ditetapkan terbuka untuk melayani angkutan udara ke/dari
luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan
berdasarkan pertimbangan aspek:
Pasal 8
b. Lokasi Bandar udara dengan Bandar udara internasional yang telah ada.
Pasal 9
(2) klasifikasi Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari:
(3) tata cara pengelompokan dan komponen fasilitas Bandar udara, kegiatan
pengoperasian serta jenis pengendalian ruang udara di sekitar Bandar udara
untuk masing-masing kelompok Bandar udara tercantum dalam Lampiran
II.
Pasal 10
(1) Bandar udara menurut statusnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, terdiri
atas:
(2) Bandar udara umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf merupakan
Bandar udara yang digunakan untuk melayani kepentingan umum.
(3) Bandar udara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf merupakan
bandar
Pasal 11
Pasal 12
(1) Bandar udara menurut kegiatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
terdiri dari Bandar udara yang melayani kegiatan:
(2) Bandar udara untuk pendaratan dan lepas landas helikopter untuk melayani
kepentingan angkutan udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
disebut heliport, helipad dan helideck.
Pasal 13
Pasal 14
(1) untuk mencapai Tatanan Kebandarudaraan Nasional sampai dengan tahun 2007
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, digunakan strategi pembangunan,
pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian Bandar udara.
Pasal 15
Strategi pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan pengoperasian Bandar
udara
Pasal 16
a. Bandar udara harus terletak pada lokasi yang dapat menjamin keamanan
dan keselamatan operasi penerbangan serta dapat dikembangkan
dan dipelihara sesuai standar yang berlaku
(2) Terjangkau secara ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
merupakan biaya untuk pembangunan, pendayagunaan, pengembangan dan
pengoperasian Bandar udara diupayakan diperoleh dari penerimaan Bandar
udara dan sedikit mungkin menggantungkan pada anggaran pemerintah serta
memperhatikan aspek publik, keamanan dan keselamatan penerbangan.
Pasal 17
(2) Tingkat utilisasi operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
(3) Tingkat utilisasi operasional Bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dihitung dengan menggunakan formula sebagaimana tercantum pada Lampiran
V Keputusan ini.
Pasal 18
Pasal 19
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
MENTERI PERHUBUNGAN
ttd
3. Menteri Keuangan;
12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal dan para
Kepala Badan di lingkungan Departemen Perhubungan;
13. Direksi PT (Persero) Angkasa Pura I;