Professional Documents
Culture Documents
1. Hadist Mutawatir
a. Pengertian hadist mutawatir
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu
dengan yang lain. Hadits mutawatir merupakan hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang dalam setiap
generasi, sejak generasi shahabat sampai generasi akhir (penulis kitab), orang banyak tersebut layaknya
mustahil untuk berbohong.
2. Hadist Ahad
a. Pengertian Hadist Ahad
Ahad (baca: aahaad) menurut bahasa adalah kata jamak dari waahid atau ahad. Bila waahid atau ahad
berarti satu, maka aahaad, sebagai jamaknya, berarti satu-satu. Hadist ahad menurut bahasa berarti hadist
satu-satu.
Pembagian Hadist Ahad
Hadist masyhur (hadist mustafidah)
Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah tersebar atau yang sudah populer.
Hadist ‘aziz
‘Aziz menurut bahasa, berarti: yang mulai atau yang kuat dan juga berarti jarang.
Hadist gharib
Gharib, menurut bahasa berarti jauh, terpisah, atau menyendiri dari yang lain. Hadist gharib menurut
bahasa berarti hadist yang terpisah atau menyendiri dari yang lain
Kedudukan Hadist Ahad
Bila hadist mutawatir dapat dipastikan sepenuhnya berasal dari Rasulullah SAW, maka tidak demikian
hadist ahad. Hadist ahad tidak pasti berasal dari Rasulullah SAW, tetapi diduga (zhanni dan mazhnun)
berasal dari beliau.
Perbedaan Hadist Ahad dengan Hadist Mutawatir
Dari segi jumlah rawi
Dari segi pengetahuan yang dihasilkan
Dari segi kedudukan
Dari segi kebenaran keterangan matan
Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas Sanad Dan Matannya (Aspek Kualitas Hadist)
3. Hadist Sahih
Definisi hadist sahih
Menurut bahasa, sahih berarti sehat, bersih dari cacat, sah, atau benar, sehingga hadist sahih menurut
bahasa berarti hadist yang bersih dari cacat, atau hadist yang benar berasal dari Rasulullah SAW
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh hadist sahih adalah sebagai berikut:
1. Sambung sanadnya
2. Perawinya harus adil
3. Perawinya harus cermat
4. Tidak syadz
Hadisnya tidaklah merupakan hadist yang syadz. Syadz artinya tidak cocoknya seorang perawi terpercaya
terhadap seorang perawi yang lebih terpercaya darinya.
Hadist ini dikatakan sahih karena:
Hadist sahih sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi kedudukannya dari hadist hasan dan dho’if, tetapi
berada dibawah kedudukan hadist mutawatir.
4. Hadist Hasan
a. Definisi hadist hasan
Hadist hasan, menurut bahasa berarti hadist yang baik. Para ulama menjelaskan bahwa hadist hasan tidak
mengandung illat dan tidak mengandung kejanggalan
Pembagian hadist hasan
Hadist hasan dibagi menjadi dua, yaitu:
Adalah hadist dibawah derajat hadist hasan yang naik ke tingkatan hadist hasan karena ada hadist lain
yang mengikutinya.
Kedudukan hadist hasan: Para ulama sepakat memandang bahwa tingkatan hadist hasan berada sedikit
dibawah tingkatan hadist sahih, tetapi mereka berbeda pendapat tentang kedudukannya sebagai sumber
ajaran Islam atau sebagai hujjah.
Biografi Beberapa Ulama Hadits
Takhrij menurut bahasa mempunyai beberapa makna. Yang paling mendekati di sini adalah berasal dari
kata kharaja ( ) َخ َر َجyang artinya nampak dari tempatnya, atau keadaannya, dan terpisah, dan kelihatan.
Takhrij menurut istilah adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber aslinya yang mengeluarkan
hadits tersebut dengan sanadnya dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.
Tujuan Dan Manfaat Takhrij
Secara terminologis, men-takhrij berarti melakukan dua hal, yaitu :
pertama, berusaha menemukan para penulis hadits itu sendiri dengan rangklaian silsilah sanad-nya dan
menunjukannya pada karya-karya mereka. Kedua, memberikan penilaian kualitas hadits.
Tujuan pokok men-takhrij hadits adalah : mengetahui sumber asal hadits yang di-takhrij dan juga untuk
mengetahui keadaan hadits tersebut yang berkaitan dengan maqbul dan mardud-nya
Sementara untuk kegunaan takhrij hadits adalah :
Dapat mengetahui keadaan hadits sebagaimana yang dikehendaki atau yang ingin dicapai pada
tujuan pokoknya.
Dapat mengetahui keadaan sanad hadits dan silsilahnya berapapun banyaknya.
dapat meningkatkan kualitas hadist.
Dapat mengetahui pandangan para ulama terhadap ke-shahih-an suatu hadits.
Dapat membedakan mana para pe-rawi yang ditinggalkan atau yang dipakai.
Dapat menetapkan sesuatu hadits yang dipandang mubham menjadi tidak mubham karena
ditemukannya beberapa jalan sanad, atau sebaliknya
Dalam takhrij terdapat beberapa macam metode yang diringkas dengan mengambil pokok-pokoknya
sebagai berikut :
1. Metode Pertama, takhrij dengan cara mengetahui perawi hadits dari shahabat
2. Metode Kedua, takhrij dengan mengetahui permulaan lafadh dari hadits
3. Metode Ketiga, takhrij dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya oleh orang
dari bagian mana saja dari matan hadits
4. Metode Keempat, takhrij dengan cara mengetahui tema pembahasan hadits
5. Metode Kelima, takhrij dengan cara melalui pengamatan terhadap ciri-ciri tertentu pada matan
atau sanad
PENGERTIAN HADITS
Kata "Hadits" atau al-hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-
qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan
dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya, ialah al-hadist.
Secara terminologi, ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian hadits.
As-Sunnah
Sunnah menurut bahasa berarti : "Jalan dan kebiasaan yang baik atau yang buruk". Menurut
M.T.Hasbi Ash Shiddieqy, pengertian sunnah ditinjau dari sudut bahasa (lughat) bermakna jalan yang
dijalani, terpuji, atau tidak. Sesuai tradisi yang sudah dibiasakan, dinamai sunnah, walaupun tidak baik.
Sedangkan, Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-ahli hadits) ialah segala yang dinukilkan dari Nabi
SAW., baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan
hidup baik yang demikian itu sebelum Nabi SAW., dibangkitkan menjadi Rasul, maupun sesudahnya
Khabar
Selain istilah Hadits dan Sunnah, terdapat istilah Khabar dan Atsar. Khabar menurut lughat, yaitu
berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Untuk itu dilihat dari sudut pendekatan ini
(sudut pendekatan bahasa),
Menurut istilah sumber ahli hadits; baik warta dari Nabi maupun warta dari sahabat, ataupun warta dari
tabi�in.
Atsar
Atsar menurut lughat ialah bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu, dan berarti nukilan (yang
dinukilkan).
Sedangkan menurut istilah jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan hadits. Dari pengertian
menurut istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama.
BENTUK-BENTUK HADITS
Hadits Qauli
Hadits yang berupa perkataan (Qauliyah), contohnya sabda Nabi SAW :
"Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan,
yang satu sama lain saling menguatkan." (HR. Muslim)
Hadits Fi’il,
Hadits yang berupa perbuatan (fi’liyah) mencakup perilaku Nabi SAW, seperti tata cara shalat, puasa,
haji, dsb. Berikut contoh haditsnya, Seorang sahabat berkata :
“Nabi SAW menyamakan (meluruskan) saf-saf kami ketika kami melakukan shalat. Apabila saf-saf kami
telah lurus, barulah Nabi SAW bertakbir.” (HR. Muslim)
Hadits Taqriri
Hadits yang berupa penetapan (taqririyah) atau penilaian Nabi SAW terhadap apa yang
diucapkan atau dilakukan para sahabat yang perkataan atau perbuatan mereka tersebut diakui dan
dibenarkan oleh Nabi SAW.
Contohnya hadits berikut, seorang sahabat berkata ;
“Kami (Para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah terbenam matahari (sebelum
shalat maghrib), Rasulullah SAW terdiam ketika melihat apa yang kami
lakukan, beliau tidak menyuruh juga tidak melarang kami ” (HR. Muslim)
FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR’AN
1. Hadist menguatkan hukum yang ditetapkan Al-qur`an.
2. Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an yang masih bersifat global.
3. Hadits membatasi kemutlakan ayat Al qur`an .Misalnya Al qur`an mensyariatkan wasiat:
4. Hadits memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al Qur`an yang bersifat umum.
5. Hadits menetapkan hukum baru yang tidak ditetapkan oleh Al-qur`an.
Ilmu Riwayatul Hadits ialah ilmu yang memuat segala penukilan yang disandarkan kepada Nabi
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya.
Menurut Syaikh Manna’ A-Qhaththan, obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda Rasulullah,
perbuatan beliau, ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi periwayatannya secara detail dan
mendalam.
Ilmu Dirayatul Hadits, atau Ilmu Ushulur Riwayah dan disebut juga dengan Ilmu Musthalah Hadits
Menurut kata sebagian ulama Tahqiq, Ilmu Dirayatul Hadits adalah ilmu yang membahas cara
kelakuan persambungan hadits kepada Shahibur Risalah
Ilmu hadits Riwayah dipopulerkan oleh: Muhammad bin Syihab Az – zuhry yang wafat
pada tahun 124 H.
Ilmu hadits Dirayah dipopulerkan oleh: Al – Qadli Abu Muhammad Ar –
Rammahurmuzy