You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ilmu tidak dapat dipisah-pisahkan dalam kotak-kotak yang terpaku mati (compartmentization).
Oleh karena itu tidak mungkin ilmu tersebut berdiri sendiri terpisah satu sama lainnya tanpa adanya
pengaruh dan hubungan. Dan dalam hal ini ilmu negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan
sosial sebagaimana halnya dengan ilmu politik, hukum, kebudayaan, ekonomi, psikologis, dan lain
sebagainya merupakan cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang khusus.
Semua ilmu-ilmu sosial khusus ini secara bersama-sama akan membentuk suatu ilmu sosial
ilmu umum yang akan tersalur ke dalam ilmu induknya atau mater scientarium.
Oleh karena itu ilmu negara sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial umumnya harus
bekerja sama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial lainnya karena dapat memberi dan
menerima pengaruhnya dan bantuan jasanya satu sama lain yang saling memerlukan sehingga dapat
saling mengisi dan lengkap melengkapi, sehingga terwujud hubungan komplementer. Karenanya akan
lebih bermanfaat bila memahami objek yang diselidikinya.
Pun terdapat hubungan secara interdependen di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan sosial
itu dengan yang lainnya, dikarenakan mempergunakan metode dan teknik yang sama. Metode dan
teknik ilmu pengetahuan sosial pada umumnya dipergunakan pula oleh hampir semua cabang-cabang
ilmu pengetahuan sosial pada khususnya, seperti ilmu negara, ilmu hukum, ilmu politik dan lain
sebagainya.
Dalam hubungan secara khusus antara ilmu negara dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan
sosial tertentu, dimaksudkan adanya hubungan yang pada pokoknya dititikberatkan dan digolongkan
kepada objek penyelidikan yang sama yaitu; negara.
Hal ini terutama nampak dengan jelas hubungan khusus antara ilmu negara dengan ilmu
politik, ilmu hukum tata negara dalam arti luas dan ilmu perbandingan hukum tata negara.

Rumusan Masalah
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas timbul
pertanyaan yaitu:
Negara dengan ilmu politik dan ilmu hukum tata negara juga perbandingan ilmu hukum tanda negara.

Tujuan Pembahasan
Untuk menjelaskan tentang bagaimana hubungan antara ilmu negara dengan ilmu politik dan
ilmu hukum tanda negara juga ilmu perbandingan hukum tanda negara.
BAB II
PEMBAHASAN

ILMU NEGARA SEBAGAI HUKUM TATA NEGARA DALAM ARTI LUAS

Orang yang pertama kali melakukan penelitian yang komprehensif tentang Ilmu Negara adalah
Georg Jellinek sebagaimana dituangkan dalam bukunya yang berjudul Allgemeine Staatslehre (Ilmu
Negara Umum). Istilah Ilmu Negara sepadan dengan Die Staatslehre (Jerman), Staatsleer (Belanda),
Theory of State atau The General Theory of State, Political Science atau Political Theory (Inggris), dan
Theorie d’Etat (Prancis).
Ilmu Negara
Yang Dimaksud Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari pengertian-pengertian pokok dan
sendi pokok negara pada umumnya. Kajiannya mencakup hal-hal yang sama atau serupa dalam negara-
negara yang ada atau pernah ada, misalnya tentang terjadinya negara, lenyapnya negara, tujuan dan
fungsi negara, perkembangan negara, bentuk negara dan sebagainya. Ilmu Negara menekankan hal-hal
yang bersifat umum dengan menganggap negara sebagai genus (bentuk umum) dan mengesampingkan
sifat-sifat khusus dari negara-negara. Ilmu Negara tidak membahas bagaimana pelaksanaan hal-hal
umum itu dalam suatu negara tertentu. Maka Ilmu Negara bernilai teoritis.
M. Solly Lubis, SH, dalam bukunya Ilmu Negara berpendapat bahwa Ilmu Negara mempelajari negara
secara umum mengenai asal-usul, wujud, lenyapnya, perkembangan dan jenis-jenisnya. Obyek ilmu
negara bersifat abstrak dan umum, tak terikat ruang, tempat, waktu dan bersifat universal.
Maka Ilmu Negara berfungsi:
1. Menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan Hukum Tata Negara; dan
2. Merupakan ilmu dasar bagi Hukum Tata Negara Positif (HTN hic et nunc).
Dengan kata lain, seorang yang akan mempelajari Hukum Tata Negara harus terlebih dulu memahami
Ilmu Negara, karena Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis Hukum Tata Negara dan Hukum
Tata Negara merupakan realisasi dari teori-teori Ilmu Negara.
Beberapa pengertian Hukum Tata Negara:
Prof.Dr.Mr. J.H.A. Logemann:
• Hukum Tata Negara ialah serangkaian kaidah hukum mengenai jabatan atau kumpulan jabatan
di dalam negara dan mengenai lingkungan berlakunya hukum suatu negara;
• Hukum Tata Negara ialah hukum organisasi negara.
Prof.Mr. W. Prins: Hukum Tata Negara ialah hukum yang menentukan aparatur negara yang
fundamental yang langsung berhubungan dengan setiap warga masyarakat.
Prof.Mr. C. van Vollenhoven: Hukum Tata Negara merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan
negara.
Prof.Dr.Mr. L.J. van Apeldoorn: Hukum Tata Negara (dalam arti sempit) adalah hukum yang
menunjukkan orang yang memegang kekuasaan pemerintah dan batas-batas kekuasaannya.
A.V. Dicey: Hukum Tata Negara ialah seluruh peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung
mengenai pembagian kekuasaan dan pelaksana tertinggi suatu negara.
Prof.Mr. R. Djokosutono: Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai konstitusi negara dan konstelasi
negara, dan karena itu hukum tata negara disebut juga hukum konstitusi negara (Constitutional Law).
Maurice Duveger: Hukum Tata Negara ialah hukum yang mengatur organisasi dan tugas-tugas politik
dari suatu lembaga negara.

Persamaan Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara:


• Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki pokok bahasan yang sama, yaitu negara.
• Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara termasuk ilmu sosial dan memiliki obyek penelitian yang
sama, yaitu manusia yang berkeinginan hidup dan berkembang dalam tata kehidupan bernegara.
• Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki dalil-dalil dan rumusan/ definisi yang bersifat
nisbi (relatif) berbeda sesuai dengan sudut pandang ahli yang mengemukakannya.
Perbedaan Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara:
Ilmu Negara Hukum Tata Negara

Aspek/ Negara secara umum, asal- Negara tertentu, bagaimana


Obyek yang usul, unsur-unsur, timbul pemerintahan dalam negara
dipelajari dan lenyapnya, tujuannya itu disusun dan dijalankan
dan jenis-jenis atau bentuk mulai dari pemerintah pusat
negara secara umum hingga daerah dalam
wilayah kekuasaannya
Sifat Teoritis/ Abstrak Praktis/ Nyata

Ketentuan Pelaksanaannya tidak Pelaksanaannya diuraikan


Umum diuraikan secara khusus
Negara

Definisi Ilmu yang mempelajari asal- Ilmu yang mempelajari


usul, perkembangan wujud sistem pemerintahan suatu
dan lenyapnya suatu Negara Negara

Sifat-sifat Negara
Negara memiliki sifat-sifat khusus yang merupakan manifestasi kedaulatan yang dimilikinya
dan yang membedakannya dari organisasi lain yang juga memiliki kedaulatan.
1. Sifat memaksa, yang berarti bahwa negara memiliki kekuasaan untuk menggunakan
kekerasaan fisik secara legal agar peraturan undang-undang ditaati sehingga penertiban dalam
masyarakat tercapai dan tindakan anarkhi dapat dicegah.
2. Sifat monopoli, yang berarti bahwa negara memegang monopoli dalam menetapkan tujuan
bersama masyarakat. Dalam hal ini, negara dapat melarang suatu aliran kepercayaan atau politik
tertentu yang membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Sifat mencakup semua (all-encompassing, all-embracing), yang berarti bahwa seluruh
peraturan undang-undang dalam suatu negara berlaku untuk semua orang yang terlibat di
dalamnya tanpa kecuali. Apabila ada orang yang dibiarkan berada di luar ruang lingkup
aktivitas negara, maka usaha kolektif negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan
akan gagal karena menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involuntary
membership) sebagaimana berlaku dalam asosiasi/ organisasi lain yang keanggotaannya bersifat
sukarela.

UNSUR –UNSUR NEGARA

RAKYAT

Adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama sehingga merupakan
suatu masyarakat meskipun berasal dari keturanan lain ,memiliki ras dan warna kulit yang berbeda.
Yang penting masyarakat harus terorganisasi dengan baik.
Rakyat diklasipikasikan :
Sebagai penunjuk Negara yaitu seluruh manusia yang lebih lama dan lebih langsung hubungannya
dengan Negara tersebut.
Rakyat sebagai penduduk asli masyarakat yang berasal dari luar wilayah hak dan kewajiban diatur oleh
Negara dan meyakini Negara sebagai Negaranya sendiri.

HARUS ADA WILAYAH


Daerah tersebut adalah untuk rakyat yang menetap, tidak penting daerahnya besar atau kecil,
apa seluruh daerah dihuni atau tidak

HARUS ADA PEMERINTAHAN


Dalam arti kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara yang berlaku terhadap sebuah wilayah dan
segenap rakyat di wilayah tertentu.

Kedaulatan dalam arti kekuasaan ada empat sumber :

1. Kedaulatan Tuhan yang mengajarkan bahwa Negara memproleh kekuasaan dari tuhan .Para
penganjur teori ini berpendapat bahwa Negara dunia beserta isinya adalah ciptaan tuhan, maka
kedaulatan berasal dari tuhan
2. Kedaulatan Rakyat yang mengajarkan kedaulatan diproleh dari rakyat,karena rakyat membentuk
Negara maka rakyat pulalah yang memganga kedaulatan tertinggi.
3. Kedaulatan Negara menganggap bahwa kedaulatan tertinggi ada pada Negara.negara dianggap
mempunyai hak yang tidak terbatas terhadap kemerdekaan,kehidupan termasuk hukum didalamnya.
4. Kedaulatan Hukum :Segala kekuasaaan di dalam Negara terletak didalam kekuasaaan hukum yang
berlaku dimana tindakan Negara hanya boleh dijalankan dan dibenarkan oleh hukum yang berlaku.
Kita mendapat kesimpulan pembatasan didalam melaksanakan harus mutlak perlu diadakan
agar tujuan Negara tercapai.
Disamping unsure tersebut masih ada unsure yaitu “pengakuan dari luar”

Teori deklaratif yaitu Negara tersebut lebih dahulu mengatakan telah berdiri sebagai Negara yang
merdeka walaupun belum adanya pengakuan dari Negara tetangganya.
TUJUAN NEGARA
Ialah untuk menciptakan hukum objektif yang membuat peradilan yang harus dilakukan oleh pemimpin
yang dipilih bersama oleh rakyat.

BENTUK NEGARA

Ada pendapat sarjana bahwa bentuk negara sama dengan bentuk pemerintahan (Mac Iver dan
Leon Duguit ada sarjana yang membedakan bentuk negara).
Bentuk negara adalah susunan suatu organisasi negara secara keseluruhan. Mengenai sturuktur
Negara yang meliputi segenap unsur-unsurnya daerah bangsa, dan pemerintahan. Sedang bentuk
pemerintahan ialah khusus menyatakan tentang sturuktur organisasi dan pemerintahan saja yang tidak
menanggung sturuktur daerah dan bangsanya.
Menurut teori modern sekarang ini bentuk negara:
Negara kesatuan (Uni Tarisme) ialah Negara yang merdeka dimana yang berkuasa di negara
tersebut hanyalah satu pemerintahan pusat yang mengatur seluruh daerah yang terdiri atas beberapa
daerah yang berstatus Negara bagian (Dell Staat)
Negara kesatuan dapat terbentuk:
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi (segala urusan diatur oleh pemerintah pusat, sedangkan
pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengaturdan hanya menjalankan saja).
b. Negara kesatuan dengan system desentralisasi (gredentralisasi) yaitu terdiri atas daerah dimana
urusan rumah tangga daerah itu tidak diatur oleh pemerintah pusat tetapi diatur oleh daerah sendiri.

BENTUK PEMERINTAHAN

Otto Koelitier, Beliau mengatakan dan melihat atas asas kesamaan dan ketidak samaan. Jika
kepala negara ditentukan berdasarkan turun temurun atau sekelompok orang (asas ketidak samaan)
maka bentuk pemerintahan monarki.sebaliknya jika kepala negara secara terbuka bagi setiap orang atau
asas kesamaan itu Republik.Kepala Negara terbuka asas kesamaan Republik.
Terdapat bentuk pemerintahan monarki: yaitu kepala negara dan kepala pemerintahan dipimpin
oleh raja dan ratu, bersifat temurun.
a. Monarki Absolute, yaitu seluruh kekuasaan berada pada pemerintahan raja yang mempunyai
wewenang yang tidak terbatas perintah raja adalah undang undang.
b. Monarki Konstitusi (terbatas), yaitu suatu monarki dimana kekuasaan raja dibatasi oleh undang
undang.
c. Monarki Parlementer, yaitu dimana satu monarki terdapat satu parlemen dan
pertanggung jawaban ditangan Menteri.

SISTEM PEMERINTAHAN:

1. Sistem Parlemen, yaitu system pemerintahan dimana pemerintahan bertanggung jawab kepada
legislatif yang hubungan erat.

Ciri-ciri Sistem Parlemen:


a. Kekuasaan kepala Negara merupakan figur kepemimpinan formal dan ceremonial, maka pengaruh
kekuasaan politiknya dalam pemerintahan sangat kecil. Kepala Negara hanya lambang kepemimpinan
dan bukan kepala pemerintahan.
b. Pelaksana dana penanggung jawab penyelenggara adalah pedana mentri dengan mentri bersama
sama (cabinet)cabinet akan jatuh apabila parlement menarik dukungannya. Dan parlement(legislatip
dapat dibubarkan oleh kepala Negara atas usul perdana mentry.

2. Sistem Presidensil, yaitu suatu system pemerintahan dimana kepala negara dan tanggung jawab
jalannya pemerintahan ditangan presiden. Pemerintah tidak bertanggung jawab kepada DPR
Ciri-ciri Sistem Presidensil:

a. Presiden sebagai kepala pemerintahan mempunyai kekuasaan politik dalam menjalankan


pemerintahan.
b. Presiden bukan dipilih oleh parlement sehingga kedudukan tidak tergantung oleh parlement. Oleh
karena itu Presiden tidak dapat dijatuhkan kecuali atas tuduhan melakukan tindak kejahatan luar biasa.
c. Presiden tidak punya kekuasaan atau wewenang untuk membubarkan parlemen yang kemudian
diikuti pemilu. Dan Menteri tidak tergantung pada dukungan parlemen dan Menteri hanya bertanggung
jawab kepada Presiden.

ILMU NEGARA SEBAGAI ILMU PERBANDINGAN TATA NEGARA

Ilmu perbandingan hukum tata negara ini dikenal dengan sebutan vergelijkende
staatsrechtswetenschap atau comparative government, sedangkan Prof. M. Nasroen, S.H.,
menamakannya “Ilmu Perbandingan Pemerintahan” sebagaimana judul bukunya.
Sedangkan dengan hal tersebut di atas Roelof Kranenburg dalam bukunya; inleidin in de
vergelijkende staastrecht sweetens chap pada bab; object der vergelijkende staastrecht sweetens chap,
menyatakan bahwa dari ilmu pengetahuan dan diferensiasi itu dihasilkan ilmu perbandingan tata
negara. Kemudian yang menjadi objek penyelidikan ilmu perbandingan hukum tata negara, ialah
bahwa “dalam peninjauan lebih lanjut, mungkin ternyata manfaat mengadakan perbandingan secara
metodis dan sistematis terhadap ‘bentuk’ yang bermacam-macam dari sifat-sifat dan ketentuan-
ketentuan umum dari genus “negara”. Dan sekali lagi, jikalau penyelidikan itu berkembang dapatlah
dicapai suatu tingkatan yang menghendaki, agar penyelidikan dan kumpulan-kumpulan masalahnya
dijadikan satu kesatuan yang baru sekali dan sekali lagi timbullah suatu cabang ilmu pengetahuan,
yaitu ilmu perbandingan hukum tata negara.
Jadi jelaslah, bahwa ilmu perbandingan hukum tata negara bertugas menganalisis secara teratur,
menetapkan secara sistematis, sifat-sifat apakah yang melekat padanya, sebab-sebab apa yang
menimbulkannya, mengubah dan menghilangkan atau menyebabkan yang satu memasuki yang lain
terhadap bentuk-bentuk negara itu.
Maka dalam hubungan ini Roelof Kranenburg dalam buku tersebut di atas menyatakan bahwa
dalam menunaikan tugasnya, ilmu perbandingan hukum tata negara itu, haruslah mempergunakan hasil
yang diperoleh ilmu negara. Karena itu perkembangan ilmu negara dan ilmu hukum merupakan syarat
mutlak bagi kesuburan tumbuhannya ilmu perbandingan hukum tata negara untuk menjadi ilmu yang
memberi keterangan dan penjelasan atau verklarend.
ILMU NEGARA SEBAGAI ILMU POLITIK
Jikalau diperhatikan pendapat Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine
Staatslehre, ilmu negara sebagai Theoristische Staatswissenschaft atau staatslehre merupakan hasil
penyelidikan dan diperbandingkan satu sama lain, sehingga terdapat persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan diantara pelbagai sifat dan organisasi-organisasi negara itu.
Karena itu dari fakta yang bermacam-macam itu dicari sifat-sifat dan unsur-unsur pokoknya
yang bersifat umum seakan-akan intisari unsur-unsur itu merupakan “pembagi persekutuan terbesar
(ppt) dalam ilmu hitung atau grootste gemene deler-nya dari keadaan yang berbeda-beda itu. Dan jika
pekerjaan yang dikerjakan untuk dilarapkan, dijalankan atau diterapkan di dalam praktek untuk
mencapai tujuan tertentu, tugas itu diserahkan kepada Angewandte staatswissechaft atau ilmu politik.
Jadi ilmu negara selaku ilmu pengetahuan sosial yang bersifat teoritis, segala hasil penyelidikannya
dipraktekkan oleh ilmu politik sebagai ilmu pengetahuan dan bersifat praktis (angewandt, toegepast
atau applied). Dengan demikian jelaslah menurut pahamnya, bahwa ilmu politik itu tidaklah merupakan
ilmu pengetahuan sosial yang berdiri sendiri.
Herman Heller menganggap ilmu politik atau politikologie sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
dan bertalian pula dengan pengaruh konsepsi Ango-Saxon terutama Amerika terhadap ilmu politik yang
lebih menitikberatkan pembahasannya kepada hal-hal yang bersifat praktis dalam masyarakat sebagai
gejala sosio-politik.
Maka dalam hubungan ini jelaslah ada sifat-sifat komplementer, karena itu ilmu negara
merupakan salah satu hardcore (teras inti) dari pada ilmu politik.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Maka jelas meskipun terdapat hubungan berangkai yang sangat erat antara ilmu negara, ilmu
politik, ilmu hukum tata negara, dan ilmu perbandingan hukum tata negara, dan digolongkan bahwa
objeknya yang sama, namun terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh ilmu-ilmu tersebut
berlainan.
Saran
Penulis sadar bahwa isi dari makalah ini belum sempurna seperti apa yang diharapkan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing atas ketidaksempurnaan
penulisan makalah ini agar kedepannya bisa lebih baik.
TUGAS MAKALAH ILMU NEGARA

DISUSUN OLEH:

WEDA WISNUGRAHA
NIM: 10410190

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2010

You might also like