You are on page 1of 18

Tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang

merupakan bagian
paling atas dari kulit bumi. Kata ”tanah” seperti banyak kata umum lainnya, mempunyai beberapa pengertian.
Dalam pengertian tradisional tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman daratan, tanpa
memperhitungkan tanah tersebut mempunyai horizon yang keliatan atau tidak. Pengertian ini masih merupakan arti
yang paling umum dari kata tersebut, dan perhatian yang terbesar pada tanah terpusat pada pengertian ini. Orang
menganggap tanah adalah penting, oleh karena tanah mendukung kehidupan tanam-tanaman yang memaso pangan,
serat, obat-obatan, dan berbagai keperluan lain manusia, juga karena mampu menyaring air serta mendaur ulang
limbah.

Tanah menutupi permukaan bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada batuan tandus, pada
wilayah yang terus menerus membeku, atau tertutup air dalam, atau pada lapisan es terbuka suatu glester. Dalam
pengertian ini, tanah memiliki suatu ketebalan yang ditentukan oleh kedalaman akar tanaman. Tanah merupakan
suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati
permukaan daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut: horison-horison, atau
lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan,
pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam suatu
lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).

Schoeder (1972) mendefinisikan tanah sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara dan bahan-bahan
mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan
bumi dan kurun waktu, membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas, sehingga
berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. gambar di bawah adalah gambar faktor pembentuk
tanah.

- Tanah itu terbentuk dan berkembang dari proses-proses alami - Adanya diferensiasi profil tanah membentuk
horizon-horizon
- Terdapat perbedaan yang menyolok antara sifat-sifat bahan induk dengan horizon-horizon tanah yang terbentuk
terutama dalam hal morfologi, kimiafi, fisik dam biologinya.
Gambar di bawah adalah gambar tingkat-tingkat perkembangan tanah.

Batas atas dari tanah adalah batas antara tanah dan udara, air dangkal, tumbuhan hidup atau bahan tumbuhan yang
belum mulai terlapuk. Wilayah yang diannggap tidak mempunyai tanah, apabila permukaan secara permanen
tertutup oleh air yang terlalui dalam (secara tipikal lebih dari 2.5 m) untuk pertumbuhan tanam-tanaman berakar.
Batas horizontal tanah adalah wilayah dimana tanah berangsur beralih kedalam, area-area tandus, batuan atau
es. Batas bawah yang memisahkan dari bahan bukan tanah yang terletak dibawahnya, adalah yang paling sulit
ditetapkan. Tanah tersusun dari horizon-horizon dekat permukaan bumi yang berbeda kontras tehadap bahan induk
di bawahnya, telah mengalamiperubahan interaksi antara iklim, relief dan jasad hidup selama waktu
pembentukannya.

Lapisan di dalam bumi yang dengan mudah dapat membawa atau menghantar air disebut lapisan pembawa air,
pengantar air atau akufir. Yang biasanya dapat merupakan penghantar yang baik ialah lapisan pasir dan kerikil, atau
di daerah tertentu, lava dan batu gampiul. Penyembuhan atau pengisian kembali air yang ada dalam tanah itu
berlangsung akibat curah hujan, yang sebagian meresap kedalam tanah. Bergantung pada jenis tanah dan batuan
yang mengalasi suatu daerah curah hujan meresap kedalam bumi dalam jumlah besar atau kecil. Ada tanah yang
jarang dan ada tanah yang kedap.Kesarangan (porositip) tidak lain ialah jumlah ruang kosong dalam bahan tanah
atau batuan. Orang menyatakannya dalam persen bahan yang dengan mudah dapat dilalaui air disebut lulus.
Kelulusan tanah atau batuan merupakan ukuran mudah atau tidaknya bahan itu dilalui air. Pasir misalnya, adalah
bahan yang lulus air melewati pasir kasar dengan kecepatan antara 10 dan 100 sihosinya. Dalam lempeng, angka ini
lebih kecil, tetapi dalam kerikil lebih besar.

Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran
antar batuan

(Model aliran airtanah melewati rekahan dan butir batuan)


Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akuifer. Bagaimana interaksi kita
dalam penggunaan airtanah? Yang alami adalah dengan mengambil airtanah yang muncul di permukaan sebagai
mata air atau secara buatan. Untuk pengambilan airtanah secara buatan, mungkin analogi yang baik adalah apabila
kita memegang suatu gelas yang berisi air dan es. Apabila kita masukkan sedotan, maka akan terlihat bahwa air
yang berada di dalam sedotan akan sama dengan tinggi air di gelas. Ketika kita menghisap air dalam gelas tersebut
terus menerus pada akhirnya kita akan menghisap udara, apabila kita masih ingin menghisap air yang tersimpan
diantara es maka kita harus menghisapnya lebih keras atau mengubah posisi sedotan. Nah konsep ini hampirlah
sama dengan teknis pengambilan airtanah dalam lapisan akifer (dalam hal ini diwakili oleh es batu) dengan
menggunakan pompa (diwakili oleh sedotan)
Hal yang menarik, jika kita tutup permukaan sedotan maka akan terlihat bahwa muka air di dalam sedotan akan
berbeda dengan muka air didalam gelas. Perbedaan ini akan mengakibatkan pergerakan air. Sama dengan analog ini,
air tanah akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum
diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya
lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akuifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan
atau fenomena lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran
airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka
airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.
Mengapa pergerakan atau aliran airtanah ini menjadi penting? Karena disinilah kunci dari penentuan suatu daerah
kaya dengan airtanah atau tidak. Perlu dicatat : tidak seluruh daerah memiliki potensi airtanah alami yang
baik.
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah
imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air
hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori
tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.

(Model siklus hidrologi, dimodifikasi dari konsep Gunung Merapi-GunungKidul)


Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu titik dimana air tersebut menemui suatu
lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan
membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan
airtanah (discharge zone). Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam
zonasi ini akan bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur
batuan dan parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran
airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya
memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan
perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang
berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan
(confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari
pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk,
sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan
penutupnya.
Airtanah bebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah
tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya
untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal (Padahal dangkal
atau dalam itu sangat relatif lho).
Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis
(artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan
adanya istilah artesis positif ; kejadian dimana potensial airtanah ini berada diatas permukaan
tanah sehingga airtanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis
potensial khayal ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan
permukaan tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif
; kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka airtanah
akan berada di bawah permukaan tanah..

Jadi, kalau tukang sumur bilang bahwa dia akan membuat sumur artesis, itu artinya dia akan
mencari airtanah tertekan/airtanah terhalang ini.. belum tentu airnya akan muncrat dari tanah ;p
Lalu airtanah mana yang akan dicari?
Itulah yang pertama kali harus kita tentukan. Tiap jenis airtanah memerlukan metode pencarian
yang spesifik. Tapi secara umum bisa kita bagi menjadi :
Metode berdasarkan aspek fisika (Hidrogeofisika) : Penekanannya pada aspek fisik yaitu
merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Beberapa metode yang sudah umum kita dengar
dalam metode ini adalah pengukuran geolistrik yang meliputi pengukuran tahanan jenis, induce
polarisation (IP) dan lain-lain. Pengukuran lainnya adalah dengan menggunakan sesimik, gaya
berat dan banyak lagi.
Metode berdasarkan aspek kimia (Hidrogeokimia) : Penekanannya pada aspek kimia yaitu
mencoba merunut pola pergerakan airtanah. Secara teori ketika air melewati suatu media, maka
air ini akan melarutkan komponen yang dilewatinya. Sebagai contoh air yang telah lama
mengalir di bawah permukaan tanah akan memiliki kandungan mineral yang berasal dari batuan
yang dilewatinya secara melimpah.
Metode manakah yang terbaik?
Kombinasi dari kedua metode ini akan saling melengkapi dan akan memudahkan kita untuk
mengetahui lebih lengkap mengenai informasi keberadaan airtanah di daerah kita

Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah ini kita sebut dengan akuifer.
Air tanah akan bergerak dari tekanan tinggi menuju ke tekanan rendah. Perbedaan tekanan
ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah
pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas
lapisan akuifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena
lainnya yang ada di bawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien
aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pola gradien ini dapat ditentukan dengan
menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran air tanah yang
sama.

Proses pergerakan air tanah sangat penting karena dengan pergerakan air ini kita dapat
mengetahui suatu daerah tersebut mempunyai banyak akan air tanah atau tidak.
Pergerakan air tanaha tersebut dipengaruhi oleh tekstur tanah,partikel tanah,dll, Model
aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga
disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah
dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan
mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan
atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Proses penyusupan ini akan berakumulasi pada satu
titik dimana air tersebut menemui suatu lapisan atau struktur batuan yang bersifat kedap
air (impermeabel). Titik akumulasi ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated
zone) yang seringkali disebut sebagai daerah luahan airtanah (discharge zone).

Perbedaan kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan
bergerak/mengalir baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan
parameter lainnya. Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran
airtanah ini selanjutnya disebut sebagai daerah aliran (flow zone). Dalam perjalananya aliran
airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan
penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan
antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya.

Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer)
dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan
airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan
airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan
penutupnya. Airtanah bebas(water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim
sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air
hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah
dangkal. Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah yang seringkali disebut sebagai air
sumur artesis (artesian well).

Pola pergerakannya yang menghasilkan gradient potensial, mengakibatkan adanya istilah


artesis positif ; kejadian dimana potensial air tanah ini berada diatas permukaan tanah
sehingga airtanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kestimbangan garis potensial
khayal ini. Artesis nol ; kejadian dimana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan
tanah sehingga muka airtanah akan sama dengan muka tanah. Terakhir artesis negatif ;
kejadian dimana garis potensial khayal ini dibawah permukaan tanah sehingga muka
airtanah akan berada di bawah permukaan tanah.

Rekayasa airtanah merupakan tinjauan deskripsi metoda efektif untuk menyelesaikan


masalah yang berkaitan dengan aliran air tanah. Beberapa masalah aliran airtanah ini
berhubungan dengan rembesan (seepage) pada bendungan tipe urugan (earth fill dam),
struktur hidraulik serta masalah yang berhubungan dengan ketersediaan sumber air
bersih (water supply).
Dalam mempelajari rekayasa airtanah ini juga berkaitan dengan bidang ilmu lain,
seperti Mekanika Fluida, Geologi Rekayasa dan Rekayasa Hidrologi.

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya
terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya
sulit dilakukan.
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk
kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa
daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang ( danau, waduk, rawa ),
dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di
bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Airtanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk menggambarkan
semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah. Keberadaan airtanah dikontrol oleh
sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu
wilayah dimana air mengalami perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan
iklim lingkungan sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika
airtanah tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk
keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa
air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan dalam menamakan karakteristik suatu
formasi batuan:

1. Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung
air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan
lain yang digunakan adalah reservior airtanah, lapisan pembawa air. Todd (1955)
menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti
air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
2. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung. Untuk
keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air.
3. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun
demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar
air antara akuifer yang satu dengan lainnya.Aquiclude ini juga dikenal dengan nama
formasi semi kedap atau leaky aquifer.
4. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air.
Aliran Airtanah
Lapisan tanah merupakan endapan tanah dengan berbagai sifat fisiknya. Satuan tanah
mungkin terdiri dari bongkah besar ataupun hanya berupa koloid saja, beberapa
diantaranya dapat bersifat sangat atau kurang homogen seperti ditemukan pada pasir,
lempung atau lanau dan sebagainya. Kehomogenan dari suatu tanah ini akan dibatasi
oleh adanya lensa seperti lensa gravel ataupun lensa lempung.
Tanah juga mungkin berada dalam keadaan sangat jenuh, sangat kering atau berada
diantaranya. Struktur tanah memiliki sifat utama deformasi (komprebilitas tanah dan
hubungannya dengan settlement dan penurunan muka tanah) serta kuat geser
(berhubungan dengan kuat tekan) serta sifat ketiga yaitu permeabilitas yang
merupakan hasil dari adanya ruang pori dalam tanah. Kemudian, jika ruang pori ini
menerus, maka tanah dikatakan tak kedap atau permeabel. Sifat-sifat tanah tersebut
akan berpengaruh dalam hal perumusan persamaan airtanah.

Pengertian Air Tanah


Air Tanah

Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh
air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil,
sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan
lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer
sebagai berikut:

Air tanah yang berasal dari infiltrasi

a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi
oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut
dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik
sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai
tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh
air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya
merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian bawahnya
yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir
halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air.
Dengan demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi
tertekan.

Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999) mengemukakan bahwa air tanah dangkal pada akifer
dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering menunjukan
konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau. Hal ini disebabkan
oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang cukup besar. Besar
kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak dengan batuan. Semakin
lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur yang terlarut di dalamnya.
Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat kegaraman air, sebab semakin tua
umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar garam-garam yang terlarut di dalamnya.

Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akifer
dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan
aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned
valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium
yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.
d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua
pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan
di sekitarnya.
e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-
diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.

Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori
dapat terisi air.
Gerakan Air Tanah

Disamping air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke
atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum hidrolika, air
bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik. Gerakan air tanah mengikuti
hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang melalui batuan berbanding lurus
dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan tebal lapisan (Utaya, 1990).

Gerakan air tanah dan jenis lapisannya

2. Kondisi Air Tanah Dataran Alluvial


Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang
lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan,
topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi
diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran
alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah
alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun
dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis dan
tekstur batuan. Daerah pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau
Jawa bagian Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah
daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang batuannya
terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung. Kondisi air tanah pada
lapisan tersebut semuanya dalam keadaan tertekan , mempunyai potensi yang umumnya
besar, namun masih bergantung pada luas dan penyebaran lapisan batuan dan selalu
mendapat ancaman interusi air laut, apabila pengambilan air tanah berlebihan. Dataran
antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung, Garut, Madiun , Kediri, Nganjuk, dan
Bondowoso, daerah ini sebagian besar dibatasi oleh kaki gunung api. Lapisan batuan terdiri
atas bahan klastika hasil rombakan batuan gunung api sekitarnya. Pengertian susunan
litologi dari butir kasar ke halus membentuk suatu kondisi air tanah tertekan, cekungan air
tanah antar gunung mempunyai potensi yang cukup besar. Beberapa bentuk lahan asal
fluvial adalah sebagai berikut : (1) Kipas Alluvial (Alluvial fan); (2) Crevasse-Splays; (3)
Tanggul alam (Natural lever); (4) Poin bar; (5) Dataran banjir; (6) Cekungan fluvial (Flood
plain); (7) Teras Alluvial; (8) Delta Volume air tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh
tebal dan penyebaran permeabilitas dari akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium
yang mengendap dalam dataran. Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas materi
halus (liat/berdebu) umumnya permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah yang
tersusun atas pasir dan kerikil permeabilitasnya besar. Air tanah yang mengendap di
dataran banjir ditambah langsung dari peresapan air susupan. Permukaan air tanahnya
dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan sumur dangkal. Dataran alluvial unsur-
unsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3, Ca, Mg, Si, dan Fe. Kelebihan Nitrit karena
pengaruh zat buangan (urine), pembusukan organik dari hasil reduksi nitrat yang ada
disekitar air tanah (Karmono dan Joko Cahyo, 1978:11). Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor
alam juga sebagai aktivitas manusia misalnya adanya lahan pertanian yang mengkonsumsi
pupuk organik yang mengandung nitrat.

Asal Usul Air Tanah


Asal Usul Air Tanah

Adalah hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk
memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah, agar tidak terjadi kesalah-
pengertian tentang sumberdaya yang dikelola. Kesalah-pengertian tersebut akan
menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi kaum miskin
pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan menimbulkan dampak yang
merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri serta kaum miskin tersebut. Hal-hal pokok
yang perlu dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah adalah :

(1) Pembentukan Air Tanah

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh
air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang
meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah
adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu berulang
dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan,
pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus
Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi
dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi
termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup,
serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan
dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan
memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

(2) Wadah Air Tanah

Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air
tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut akuifer.
Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai
akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan
dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard.
Lapisan yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer
tersebut di bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran
yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan
tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air
tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan tekanan udara luar.
Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air tanah dan
(ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari keragaman
geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan)
dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifat-sifat
tersebut akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan
sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap
permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi
dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga
kedalaman – tergantung kesepakatan – 15 sampai 40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya
berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada kedalaman lebih
dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah
dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali,
sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya.
Sebaran akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan
administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis
yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air
tanah.

(3) Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah

Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah
imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga membutuhkan waktu
harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,,
tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali secara alami di titik/daerah luah
(discahrge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat
hidrolika akuifer. Oleh sebab itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata
manusia, air tanah sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan.
Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat
intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah
dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal
(phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah
dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head),
saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika jumlah total
pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan, maka
akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan air
tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau
pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal
ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan
penambangan air tanah terjadi.

(4) Mutu Air Tanah

Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami
sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan yang dilalui air
tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi
manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan
libah, dll Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar
dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka
tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan akuifer,
besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona takjenuh, serta batuan
penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di
daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat
rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah
tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari
air (water born diseases).

Airtanah tidak dijumpai di semua

tempat. Keterdapatan airtanah tergantung

dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat

mengandung airtanah yang disebut akuifer.

Akuifer adalah formasi batuan yang dapat

menyimpan dan melalukan air, seperti misalnya pasir dan kerikil lepas (Seyhan 1977,

Simoen 2001, Purnama 2004). Akuifer sering pula disebut waduk air atau formasi

air. Formasi batuan yang merupakan kebalikan dari akuifer adalah akuifug, seperti

misalnya granit. Akuifug merupakan formasi batuan yang tidak dapat menyimpan

dan melalukan air (Fetter 1988).

Sifat batuan lain yang berhubungan dengan airtanah adalah akuiklud dan akuitard. Menurut
Walton (1970), akuiklud adalah formasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi tidak dapat
melalukannya dalam jumlah yang berarti, misalnya liat, serpih, tuf halus dan batuan lain
yang butirannya berukuran liat, sedangkan akuitard adalah formasi batuan dengan susunan
sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat melalukannya dalam
jumlah terbatas seperti misalnya pada rembesan atau kebocoran.

Ada berbagai formasi geologi yang

dapat berfungsi sebagai akuifer. Formasi

geologi tersebut adalah endapan aluvial,


batu gamping, batuan vulkanik, batu pasir

serta batuan beku dan batuan metamorfose

(Todd 1980). Sekitar 90% airtanah terdapat

pada endapan a l u v i a l y ang me r upa k an

bahan lepas seperti pasir dan kerikil.

Di t i n j a u d a r i mu k a a i r t a n a h n y a ,

akuifer dikelompokkan menjadi akuifer

bebas dan akuifer tertekan (Bouwer 1978).

Airtanah yang berasal dari akuifer bebas

umumny a di t emu k an pada k eda l aman

yang relatif dangkal, kurang dari 40 meter.

Tinggi permukaan air dan kemiringannya

b e r va r i a s i , s e d a n g k a n f l u k t u a s i m u k a

airtanah berhubungan erat dengan volume

air dalam akuifer. Kasus khusus dari akuifer

bebas adalah adanya akuifer menggantung

(perched aquifer), yang terjadi akibat terpisahnya airtanah dari tubuh airtanah utama
oleh suatu formasi batuan yang kedap air

(Kodoatie 1996). Lensa-lensa liat pada

batuan endapan seringkali membentuk

akuifer menggantung.

Pada akuifer tertekan, airtanah terl e t a k d i b a w a h l a p i s a n k e d a p a i r


dan

mempunyai tekanan lebih besar daripada

tekanan udara. Akuifer jenis ini sering pula

disebut akuifer artesis. Airtanah pada akuifer ini, di bagian atas ditekan oleh lapisan

batuan kedap air, sehingga tekanannya melebihi tekanan atmosfir. Bila sumur
menembus lapisan akuifer ini, airtanah akan naik

melebihi lapisan penekannya atau bahkan

muncul di permukaan tanah (Chorley 1969).

Disamping kedua jenis akuifer

tersebut, ada pula yang disebut akuifer semi

tertekan dan akuifer semi tidak tertekan

yang merupakan kombinasi dari kedua jenis

akuifer tersebut (Kruseman dan de Ridder

1970). Akuifer semi tertekan sering dijumpai di daerah lembah aluvial dan dataran,

yang airtanahnya terletak di bawah lapisan

yang setengah kedap.


Selanjutnya, airtanah sebagai salah

satu komponen dalam siklus hidrologi, akan

mengalami perubahan komposisi kimia, baik

berupa penambahan maupun pengurangan

kons ent r a s i uns u r k imi a ( S t a u f f e r dan

Canfield 1992). Adapun proses-proses yang

dapat mempengaruhi perubahan komposisi

kimia tersebut diantaranya adalah hujan,

evaporasi dan transpirasi, pelarutan air fosil,

pertukaran kation, pelarutan mineral, proses

oksidasi-reduksi serta aktivitas manusia.

Menurut Wagner, Shamir dan Nemati (1992)

adanya airtanah asin di daratan merupakan

salah satu bentuk pencemaran air, yang

umumnya disebabkan oleh intrusi air laut.

Aktivitas manusia merupakan penyebab

u t ama f e n ome n a i n i , t e r u t ama a k i b a t

eksploitasi airtanah yang berlebihan, pembangunan permukiman yang sangat pesat


di

perkotaan, serta usaha tambak udang dan

ikan di pantai. Meskipun demikian, faktor

lingkungan alami juga dapat mempermudah

terjadinya intrusi air laut, seperti karakteristik

pantai dan batuan penyusun, kekuatan aliran

airtanah ke laut dan fluktuasi airtanah di


daera h pantai.

You might also like