You are on page 1of 5

Pegas Bukal Dan Palatal

Pegas palatal dapat berupa pegas kantilever tunggal, pegas kantilever ganda, pegas T dan
pegas coffin. Refraktor bukal dengan atau tanpa penyangga merupakan pegas bukal.

1. Pegas kantilever tunggal


Pegas ini biasa juga disebut pegas jari, selain dapat menggerakkan gigi kearah mesiodistal
dapat juga untuk menggerakan gigi ke labial atau searah dengan lengkung gigi. Biasanya
dibuat dengan dari kawat baja nirkarat yang keras (hard stainless steel wire) dengan diameter
0,5 mm. Sebuah koil dengan diameter tidak kurang dari 3 mm dibuat didekat masuknya
pegas kedalam lempeng akrilik. Penambahan koil berarti memperpanjang pegas sehingga
pegas akan lebih lentur (flexible). Untuk kelenturan maksimal. Koil pegas palatal, terutama
yang digunakan untuk retraksi kaninus, sering kali juga dibengkokan untuk mendapat kontak
yang benar dengan gigi sehingga gigi dapat digerakkan sesuai yang diinginkan.
Aktivasi dilakukan dengan menarik lengan pegas kearah pergerakan gigi atau dengan
memencet koil sehingga lengan pegas bergerak kearah yang diinginkan. Perlu diperiksa
apakah posisi pegas dan titik kontak dengan gigi sudah benar. Pada kunjungan pertama
dilakukan aktivasi ringan saja, yaitu defleksi antara 1-2mm. Pada kunjungan-kunjungan
berikutnya defleksi dapat sampai 3 mm, meskipun demikian beberapa operator lebih
menyukai defleksi 2 mm untuk untuk memberikan tekanan yang ringan. Jangan
membengkok-bengkokan bagian pegas yang akan masuk lempeng akrilik karena pegas akan
mudah patah. Untuk mengatur posisi titik kontak pegas dan gigi, lengan pegas diatas koil
yang dibengkokkan.

2. Pegas Kantilever Ganda (Pegas Z)


Bila ruangan yang ada tidak memungkinkan penempatan pegas kantilever yang
dibengkokan, pegas kantilever ganda 0.5 mm akan lebih sesuai. Perlu diperhatikan, lengan
pegas harus selebar mesiodistal insisiv yang digerakkan agar pegas tidak kaku. Bila lengan
pegas kurang panjang rentang aktivasi sangat terbatas dan juga pasien akan kesukaran
sewaktu memasang piranti. Lengan pegas yang kontak dengan gigi terletak ditengah-tengah
jarak serviko-insisal gigi. Pegas harus tegak lurus pada permukaan palatal gigi yang
didorong, kalau tidak maka pegas akan tergelincir dan menyebabkan gigi instrusi.
Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang didekat koil yang jauh dari gigi,
kemudian baru ujung laiinya yang mengenai gigi.

3. Pegas T
Apabila premolar kadang-kadang kaninus harus digerakkan kebukal, pasien kadang-
kadang mendapat kesukaran sewaktu memasang peranti apabila dipergunakan pegas
kantilever ganda maupun tunggal. Untuk menghindari ini dapat digunakan pegas pegas
kantilever ganda atau tunggal. Untuk menghindari ini dapat digunakan pegas T yang dibuat
dari kawat 0,5 mm. Prinsip mekaniknya sama dengan kantilever, tetapi kelenturannya
berkurang karena tidak mempunyai koil.mpegas diaktivasi sedikit saja karena aktivasi yang
banyak menyebabkan pasien kesulitan sewaktu memasang peranti.
Aktivasi dilakukan dengan cara menarik pegas menjauhi lempeng akrilik. Pegas ini kaku
dan hanya perlu diaktivasi sedikit, pegas akan terletak dalam posisi yang benar sewaktu
pasien memasang peranti. Apabila gigi sudah bergerak agak banyak padahal belum mencapai
letak yang diinginkan, pegas dapat diperpanjang dengan membuka lup pegas.
4. Pegas Coffin
Merupakan pegas yang kuat dibuat dari kawat berdiameter 1,25 mm yang digunakan untuk
ekspansi lengkung geligi kearah transversal, seperti misalnya kasusu gigitan silang posterior
unilateral dengan displacement mandibula. Keuntungan pemakaina pegas ini adalah aktivasi
dapat diatur apakah akan diekspansi daerah premolar, molar ataukah keduanya. Pegas coffin
dapat menghasilkan ekspansi yang banyak karena pelebaran terjadi secara radier. Pembuatan
pegas yang tidak sempurna menyebabkan peranti kurang stabil.
Sebelum pegas diaktivasi, lempeng akrilik perlu diberi tanda dengan membor sedikit
masing-masing satu titik disamping belahan lempeng akrilik. Selanjutnya dengan divider
diukur jarak dua titik tersebut. Untuk mengaktivasi jangan menggunakan tang, karena akan
mudah distorsi. Sebaiknya hanya dengan menggunakan tangan untuk menarik kedua bagian
akrilik anterior ke lateral. Kemudian diukur jarak dua titik tersebut yang harus lebih lebar
daripada sebelum diaktivasi, dengan demikian banyaknya ekspansi dapat diketahui. Yang
harus diperhatikan adalah waktu menarik, arah kedua bagian lempeng akrilik harus betul-
betul dalam satu bidang horizontal. Kalau sampai tertarik kearah vertikal, peranti menjadi
tidak sesuai lagi dengan keadaan rongga mulut dan peranti tidak akan stabil.

5. Pegas Bukal Tanpa Penyangga


Digunakan pada kaninus yang terletak dibukal yang perlu digerakkan kedistal dan palatal.
Bila kaninus terletak dibukal, penggunaan pegas palatal tidak akan memuaskan. Pegas bukal
sering kali tidak disenangi karena tidak nyaman bagi pasien, kadang-kadang sukar diaktivasi
dan kurang stabil dalam jurusan vertikal. Apabila pegas jatuh pda bidang miring seringkali
pegas akan tergelincir menyusuri bidang miring tersebut. Karena pegas bukal dibuat dari
kawat 0,7 mm, dengan defleksi sediikt saja pasti akan didapatkan kekuatan yang cukup besar.
Ada juga yang ditambah koil sehingga pegas lebih lentur.
Aktivasi pegas hanya sebesar 1mm untuk menghindari kekuatan yang berlebihan. Aktivasi
kedistal paling efektif apabila lengan depan ditarik kedistal, koil ditahan dengan tang
pembentuk lup. Sedangkan untuk kepalatal lengan depan sesudah koil dibengkokan kearah
palatal. Apabila peranti dipasang, kemungkinan ujung pegas jatuh pada bidang miring dekat
tonjol kaninus.
6. Refraktor Bukal Berpenyangga (Supported Buccal Refractor)
Desain pegas ini sama dengan pegas bukal penyangga, dibuat dari kawat 0,5 mm yang diberi
penyangga tabung baja nirkarat berdiameter 0,5 mm. Kelenturan pegas ini dua kali lipat
dibandingkan dengan yang tanpa penyangga. Sebab lengan pegas tidak bertabung dibuat dari
kawat yang kecil.
Pegas ini cukup diaktivasi sebesar 2mm dan jangan membengkokkan pegas pada bagian yang
baru muncul dari tabung penyangga karena akan mudah patah. Cara aktivasi sama dengan
pegas bukal tanpa penyangga.

7. Refraktor Bukal Dengan Lup Terbalik


Pegas ini dapat digunakan terutama bila sulkus bukal rendah seperti dirahang bawah.
Kelenturan pegas ini tergantung pada tinggi lup vertikal yang harus dibuat sebesar mungkin.
Pegas ini kaku pada bidang horizontal dan sangat tidak stabil dalam arah vertikal sehingga
jarang digunakan. Pegas ini tidak boleh diaktivasi lebih dari 1mm. Cara aktivasi dalah
dengan membengkokan ujung pegas kemudian memotong ujung pegas sepanjang 1mm.
Cara lain yaitu dengan membuka koil sebesar 1 mm.

You might also like