Professional Documents
Culture Documents
Tokek yang dibeli dengan harga Mahal yang di percaya sebagai OBAT HIV
AIDS
namun Orang Indonesia Putra Indonesia Telah berhasil menemukan Obat
HIV AIDS dan sudah Berhasil mengobati Penderita HIV AIDS, berikut Info
Lengkapnya
Belum diPatenkan, Racik dari Biota Laut Pasien dan penderita HIV/AIDS
umumnya hanya bisa pasrah meski menjalani pengobatan bertahun-tahun.
Dengan virus dan penyakit di tubuh, mereka biasanya tinggal menuju ajal.
Prihatin atas hal tsb, Josias Hehanusa berhasil menemukan ramuan obat yg
diklaim mampu menyembuhkan penyakit tersebut.
Dalam 30 hari terakhir kondisi kesehatan Ided, 29, berubah. Itu terjadi
setelah pria berkulit gelap itu menikmati ramuan herbal HN1 temuan josias.
Warga Jakarta Barat tersebut mengidap HIV/AIDS sejak 2005. Selama
menjalani terapi itulah, tingkat kekebalan tubunya mulai meningkat dari 156
pd Maret lalu menjadi 384 saat ini. “Hasil uji pendeteksi virus HIV
menunjukkan bahwa tidak lagi terdeteksi virusnya,” ujar Ided menuturkan
kesaksiannya. Ramuan obat itu menimbulkan harapan bagi Ided untuk bisa
menikmati hidup lebih panjang. Apalagi, dia jenuh dengan pengobatan yg
dijalani di rumah sakit. Dia mengungkapkan bukti bahwa penyakit yg
dideritanya kini mulai membaik.
Lain lagi cerita Edo, 40, yg terkena HIV/AIDS akibat mengonsumsi narkoba.
Warga Tangerang itu mengaku sebetulnya mengikuti program substitusi
untuk pengobatan di sebuah puskesmas di kawasan Jakarta Barat.
Berathun-tahun mengikuti medis di puskesmas, Edo akhirnya memutuskan
berhenti. Dia merasa lelah dengan pengobatan Metadone (substitusi
narkoba). Program pengobatan dengan Metadone memang disediakan
pemerintah di puskesmas yg dirujuk untuk mengobati pasien HIV/AIDS.
Selanjutnya, Edo beralih mengonsumsi herbal HN1 selama sebulan terakhir.
Hasilnya, kondisinya makin membaik.
Dia hanya memastikan bahwa obat itu diramu dari tanaman laut dari
kawasan perairan Maluku. “Karena ada bukti bahwa penyakit HIV/AIDS bisa
sembuh, pemerintah harus peduli menolong pasien dengan memberikan
obat alternatif, ” Ujarnya. Dia mengungkapkan, kekayaan alam laut yg
berlimpah di daerah kelahirannya, Titawai, Kabupaten Maluku Tengah,
membawa berkah. Apalagi, di tanah leluhurnya itu biota laut masih sangat
mudah didapat. Bahkan, sejak 2007 lalu Josias berhasil mengobati salah
satu pasien penderita HIV/AIDS.
Dia mengaku memberikan ramuan obat itu secara gratis. Ramuan itu tidak
dijual karena dia ingin menolong. Alasannya, sakit saja sudah susah apalagi
harus mengonsumsi obat seumur hidup. Dia bertutur, selama menagani
pasien di Jakarta, tak kurang belasan orang yg menjalani terapi. Dan, hasil
pemerikasaannya, pasien mulai pulih. Ada juga yg sudah bisa beraktifitas.
Dia mencotohkan, salah satu pasien bernama Umar, 29, mengalami
gangguan sesak nafas dan tidak memiliki nafsu makan akibat terkena HIV.
Kini, dia bisa makan dan sesak nafasnya mulai hilang.
semoga bermanfaat gan.. mari kita Dukung Sodara Kita dan gw Yakin
Memang di Dunia Ini sudah di sipakan segala macam Obat dari ALAM yang
dapat menyembuhkan Berbagai Penyakit yang ada di Dunia Ini...
http://archive.kaskus.us/thread/4443069
Infeksi virus HIV bisa muncul selama berhubungan seks dan penularan virus HIV
pada pria biasanya melalui penis. Bila seorang pria disunat, hal itu bisa mengurangi
risiko terinfeksi virus mematikan tersebut dua sampai delapan kali.
Sejauh ini berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh
mana sunat pada pria dapat mengurangi risiko terinfeksi HIV. Menurut Carlos R
Estrada dan rekan-rekannya dari Pusat Kesehatan St Lukes Rush Presbyterian di
Chicago, Illinois, sekitar 80 persen infeksi HIV biasanya muncul selama
berhubungan intim.
Lalu ia menjelaskan, kulit luar ujung atau kepala penis memegang peranan penting
dalam jalan masuknya virus HIV. Kulit paling luar dari ujung atau kepala penis
terdapat sel-sel yang sangat peka terhadap virus HIV. Bagian yang dipotong dalam
proses sunat ini dilapisi kulit yang amat tipis, bagian ini mudah luka saat
berhubungan seksual daripada kulit di belakangnya.
Maka dari itu, virus dapat menyebar dari luka sekecil apa pun. Penis yang tidak
disunat lebih mudah menyebarkan virus HIV terhadap pasangannya karena bagian
kulit di ujung penis atau kulub yang lembab dan basah itu menjadi tempat yang
cocok bagi virus HIV untuk hidup. Kulub yang basah juga berpotensi membantu
penularan berbagai penyakit seksual lain. Dengan disunat, otomatis kulit penis
akan terbuka sehingga berisiko rendah terhadap infeksi virus HIV.
Menurut data penelitian dari Halperin dan Bailey sebagaimana dikutip Adi
menunjukkan, negara-negara Asia dan Afrika dengan prevalensi populasi laki-laki
disunat kurang dari 20 persen mempunyai prevalensi HIV beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan dengan negara-negara dengan populasi laki-laki disunat yang lebih
dari 80 persen.
Hasil serupa, ujar Adi, juga ditemui dalam penelitian di Afrika Selatan, Kenya, dan
Uganda. Ternyata risiko penularan HIV lebih rendah pada laki-laki disunat
dibandingkan dengan yang tidak sunat. "Afrika Selatan 76 persen lebih rendah,
Kenya 60 persen lebih rendah, sedangkan Uganda 55 persen lebih rendah," ungkap
Adi.
Namun, jangan salah, Adi mengingatkan, sunat ini tidak otomatis membuat laki-
laki kebal terhadap HIV/AIDS. "Sunat itu hanya mengurangi resiko penularan
HIV/AIDS saja," tegasnya.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5159572
Tanda kecil lainnya adalah jika sang ibu telah dinyatakan positif HIV / AIDS
atau memiliki tanda-tanda AIDS. Bagi seorang anak untuk dapat didiagnosis
dengan AIDS, maka harus ada 2 besar dan 2 kecil tanda-tanda yang
tercantum di atas.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5148308
1983: Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS.
Virus itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
1986: Suatu panitia internasional menyatakan bahwa virus LAV dan HTLV-III
adalah sama sehingga nama virus itu diganti menjadi HIV.
1987-Desember 2001: Dari 671 pengidap AIDS, 280 orang diantaranya meninggal
dunia.
Februari 1999: Peneliti dari University of Alabama di Amerika Serikat (AS) meneliti
jaringan yang dibekukan dari seekor simpanse dan menemukan jenis virus SIV
yang hampir sama dengan HIV-1.Simpanse itu berasal dari subkelompok simpanse
yang disebut pan troglodyte yang terdapat di Afrika Tengah Barat.
Juli 2003: Salah satu kasus baru yang belum banyak diketahui orang lain adalah
merebaknya HIV/AIDS dikalangan para petugas kesehatan akibat secara tidak
sengaja tersuntik jarum suntik yang biasa digunakan oleh para penderita penyakit
yang diidentikkan dengan penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah
para suster yang bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada
para pasien penderita AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum
suntik yang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik menyuntik
bagian tubuh mereka. Keadaan dikhawatirkan akan menyebabkan ketakutan di
kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi mereka yang ditugaskan untuk
merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan
untuk mengatasi hal ini adalah dengan pemberian obat jenis post exposure
prophylaxis atau pencegahan pasca pajanan. Tujuannya, agar dapat dideteksi
apakah mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka meminumnya selama
satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat dihentikan. Tiga
hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan obat anti viral untuk
melumpuhkan virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak disengaja itu akan semakin
memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS karena akan semakin banyak orang
yang tidak peduli kepada mereka. Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan
mereka bersikap hati-hati dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak
menyediakan dana khusus untuk perawatan dan pengobatan mereka.
20 Agustus 2003: Generasi muda Papua lama-kelamaan dirasa akan habis karena
kurangnya penanganan masalah HIV/AIDS bagi warga Papua oleh petugas
kesehatan. Hal ini dikarenakan penanganan pemerintah terhadap kasus HIV/AIDS
di Papua sangat minim, sedangkan penderitanya semakin hari jumlahnya semakin
bertambah.
30 November 2003: Deki (22 Tahun), positif mengidap HIV/AIDS karena jarum
suntik narkoba. Deki tidak tinggal diam menunggu nasib, bahkan ia tidak takut
kematian dan menyerah begitu saja ditengah jepitan ancaman ganda yang harus
dihadapinya. Kini, Deki mengisi hari-harinya dengan bergabung pada Yayasan
Pelita Ilmu, Jakarta yaitu sebuah LSM yang mendedikasikan diri mendampingi
penderita ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
24 Januari 2003: Setelah lima hari dinyatakan positif mengidap AIDS, Koko (27
Tahun) meninggal dengan keadaan mengenaskan, dikucilkan dan sempat ditolak
berobat oleh sejumlah rumah sakit.
Berdasarkan data yang masuk, terdapat 306 penderita HIV/AIDS yang tersebar di
Indonesia hingga Desember 2002. Jumlah ini belum termasuk jumlah korban lain
yang tidak terdeteksi.
11 Maret 2004: Dua orang bekas TKW asal Malang di Singapura, yaitu Syt dan Syn
diketahui terserang HIV/AIDS setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit
Kepanjen. Kedua wanita ini terdeteksi mengidap penyakit ini pada Februari 2004.
Dengan ini, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Malang menjadi 30 orang,
empat diantaranya meninggal dunia. Penderita yang masih hidup terus dipantau
kegiatannya. Para penderita HIV/AIDS berasal dari berbagai kalangan, seperti PSK
(Pekerja Seks Komersial), Waria, Gay, Sopir, dan Pecandu Narkoba.
23 Maret 2004: Irw (28 tahun) seorang sopr taksi yang diindikasikan terkena AIDS,
kini hanya terbaring lemah. Kondisi badannya hampir tanpa kekebalan tubuh.
Bahkan keadaannya semakin memburuk. AIDS tertular padanya melalui suntikan
narkoba yang digunakannya. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa
bekas suntikan.
DKI tercatat pada urutan pertama untuk kasus AIDS di Indonesia, dibandingkan
dengan Papua, Bali, Riau, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Ke enam daerah ini
memasuki concentrated level epidemic AIDS. Penyebab tingginya kasus AIDS di
enam provinsi itu adalah tidak sehatnya perilaku seksual. Untuk itu diperlukan
penanganan serius penularan AIDS, seperti program abstinensi -puasa seks, be
faithful -setia pada pasangan dan penggunaan kondom. Kasus AIDS juga banyak
ditemukan pada pengguna NAZA, khusunya di DKI Jakarta. Penanganannya, lewat
peer group education.
Semula kasus AIDS di Indonesia berada pada low level epidemic. Sejak 2000,
kasus AIDS di Indonesia meningkat menjadi concentrated level epidemic (data
statistik hingga 2003: http://www. mx2.tempo.co.id/pdat/prs/kliping/aids.htm/
danhttp://www.mx2.tempo.co.id/pdat/prs/kliping/aids1.htm/). Tapi, belum masuk
tahap epidemi meluas yang diindikasikan dengan tingkat persentase kasus AIDS
pada Ibu hamil mencapai di atas satu persen.
Ekstrak jambu biji (psidium guajava) sebagai penghambat virus HIV dan
meringankan efek samping penderita HIV, seperti diare.
Agar peneliti Indonesia bisa lebih aktif melakukan pencarian obat anti-HIV
dari berbagai tanaman asli tropis, perlu dibangun laboratorium khusus virus
dan laboratorium kultur sel, meski lab ini membutuhkan investasi sangat
besar.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4722842