Professional Documents
Culture Documents
Thesis
untukmemenuhisebagian persyaratan
mencapaiderajatSprjanaS-2
ProgramStudi MagisterManajemen
JurusanIlmu-ilmu Sosial
diajukanoleh
Fajar Budhi Darmawan
20939lPSl}i4Ml06
Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2009
MAG]I TE]R MANAJEAdH{
UNIVERSITAS GAD'AII MADA
DosenPenguji I DosenPenguji II
--Xuailclf--
t7
DosenPembimbing
---\g
r,. I ^ -t I
/'l/l,lCN}-Y"------
a-
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat katya
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secaratertulis
Yogyakarta,
16Juni2009
tu,
Fajar Budhi Darmawan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
penyusunan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Indeks DJI, FTSE 100, NKY
225, dan HSI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan sebelum, ketika, dan
Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu
Sehubungan dengan itu, disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
Mada.
2. Ibu Prof. Dr. Sukmawati Sukamulja selaku pembimbing tesis, atas segala
Mada atas pendidikan dan bantuannya yang telah diberikan selama Penulis di
iv
4. Manajemen Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) yang telah banyak
dengan penelitian.
6. Semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
dalam menyelesaikan tesis ini dapat diberikan ganjarannya oleh Allah Subhanahu
Wata’ala. Amin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR...…………..……….……..................................... iv
DAFTAR ISI….……….……….………...……….…………................... vi
DAFTAR TABEL…………………….……………….……………....... ix
DAFTAR GAMBAR…..………………...………..……….……….…… xi
INTISARI………………………………...………………….………….. xiii
ABSTRACT………………..……………………………………….......... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………..….……… 1
B. Perumusan Masalah………...…………….…………….…… 4
1. Pembatasan Masalah……..…..…………......………...... 4
2. Pokok Masalah…………………..…….……….….…… 6
1. Tujuan Penelitian…….……..…………………….......... 7
2. Manfaat Penelitian……….…..…………………………. 7
D. Keaslian Penelitian……...…..……………....………..…….. 7
vi
E. Sistematika Penulisan............................................................... 8
E. Landasan Analisis................................................................... 34
F. Hipotesis……………..…….....................…...….……..….... 35
A. Desain Penelitian………………..…………....….………..... 36
C. Operasionalisasi Variabel………….........................…..……. 37
D. Jenis Data…………………………………………………… 39
E. Analisis Data………………………………………………... 39
F. Model Penelitian……………………………………………. 40
G. Alat Analisis………………………………………………... 40
H. Alur Penelitian……………………………………………… 43
Regional 2006-2009……...............................................….... 44
2. Uji Dickey-Fuller............................................................. 58
vii
3. Uji Kausalitas Granger.................................................... 65
A. Kesimpulan............………………………..……….....…….. 71
B. Saran…………….………………....………..………...……. 72
DAFTAR PUSTAKA………………..……………….…....……………. 74
LAMPIRAN...……………………..…………..…….……...….………... 77
viii
DAFTAR TABEL
Hal
ix
Tabel 14 Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
xii
INTISARI
xiii
ABSTRACT
This study was intended to know and analyze the fluctuations of the global
stock price index and the correlation with Jakarta Composite Index and to find
the proportion of the global stock markets influence toward Jakarta Composite
Index before, during, and after subprime mortgage. The global stock markets
represented by Dow Jones which represents New York USA stock-market, FTSE
100 which represents London England stock-market, Nikkei 225 which represent
Tokyo Japan stock-market, and Hang Seng Stock Index (HSI) which represents
Hong Kong stock-market.
This study was conducted when the global financial crisis that began from
the subprime mortgage which affect not only the United States in the region but
also affect in the global economy such as in Indonesia. The research method used
in this study is to collect data during 3 years from 2006 to year 2009 by daily
basis. This study conducted using the Granger test and Chow Break-point test as
a model. Granger test the relationship between two variables that affect each
other, while the test-Chow Break Point test is used to measure structural changes
between global stock price index and Jakarta Composite Index during the last
three years.
This empirical result show that, Dow Jones, FTSE, and NKY 225 has
influence toward Jakarta Composite Index. While Hang Seng Index doesn’t have
Granger causality toward JCI and vice versa.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
(Soros, 2008: 52) diyakini sebagai awal dari terjadinya krisis keuangan.
secara global di pasar modal dunia dan telah berdampak terhadap investor di
Amerika Utara, Eropa, Australia, dan Asia (Crouhy dan Turnbull, 2008).
prediksi sebelumnya dan memberikan sinyal negatif dan reaksi yang beragam
mengalami koreksi besar pada 2 periode. Periode pertama dimulai sejak awal
Februari 2007 dan berakhir pada pertengahan Maret 2007, sedangkan periode
kedua dimulai sejak akhir Juli 2007 dimana menurut Soros terjadi puncaknya
1
2
namun kolaps dan menyebabkan banyak perusahaan jenis ini tak mampu
menurunkan suku bunga, sehingga suku bunga menjadi rendah. Suku bunga
negara bagian, seperti California, Florida, New York, dan banyak negara
Saat bisnis perumahan mulai booming pada tahun 2001 ini, banyak
yang tadinya tidak bisa membeli rumah menjadi bisa membeli rumah. Tidak
semua warga negara AS memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah
atau memiliki sejarah kredit yang baik. Mereka adalah orang dengan latar
untuk memiliki rumah murah, karena sejarah kreditnya kurang baik dan tidak
subprime mortgage.
3
debitor, karena risiko subprime mortgage yang lebih tinggi maka bunganya
yang dikenakan kepada peminjam juga lebih tinggi, sejarah kredit peminjam
menjelang 2007, pembeli rumah dengan skema ini tak sanggup mencicil kredit
kepada bank investasi. Subprime mortgage itu bisa juga dikumpulan dan
sesuai lagi dengan nilai yang dijaminkan dalam MBS. Sementara bank
investasi dan hedge fund harus tetap memberi pendapatan berupa bunga
ini kemudian dijual ke berbagai bank, perusahaan asuransi, hedge funds, reksa
dana (mutual funds), dll baik di Amerika Serikat maupun di luar. Inilah asal
Gabungan (IHSG) sendiri ketika pada bulan Desember 2008 tercatat turun
Mumbai (www.detikfinance.com).
FTSE 100, NKY 225, dan HSI) terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG) sebelum, ketika, dan sesudah subprime mortagage pada tahun 2006-
2009.
B. Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a. Objek Penelitian
pada beberapa negara seperti Dow Jones Index (DJI), Financial Times
b. Durasi Penelitian
bulan terhitung dari bulan Februari 2008 sampai dengan April 2009.
(PRPM).
c. Perioda Data
(DJI), FTSE 100, Indeks Nikkei (NKY 225), Indeks Hangseng (HSI),
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia
gabungan yang ada di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun terakhir
secara harian.
d. Pendekatan Kajian
e. Aspek Kajian
pengaruh indeks regional (DJI, FTSE 100, NKY 225, dan HSI)
f. Lingkup Kajian
pasar modal.
2. Pokok Masalah
a. Bagaimana pengaruh indeks regional (DJI, FTSE 100, NKY 225, dan
1. Tujuan Penelitian
mortgage;
gabungan.
2. Manfaat Penelitian
akan datang;
D. Keaslian Penelitian
dari penelitian yang lain. Masalah yang diajukan dalam penelitian ini belum
8
sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti pola hubungan yang serupa
dengan pola hubungan yang ingin diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini
(2005) yang meneliti pengaruh indeks bursa global terhadap indeks harga
saham gabungan pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2000-2002.
E. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan tesis ini dibagi ke dalam lima
perkembangan indeks bursa global, uji Chow Break Point, uji Dickey-Fuller,
Bab V: Kesimpulan dan Saran, ini berisi simpulan dari hasil analisis
pelaku pasar modal maupun bagi para akademisi di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam jangka panjang namun dengan arah yang berkebalikan. Hal ini
dapat dilihat dari terus menurunnya indeks saham saat nilai tukar terus
naik pada periode ini dan sebaliknya. Penjelasan lain yang memungkinkan
adalah adanya kepanikan dari investor yang menjual saham serta mata
uang pada saat yang sama secara terus menerus sehingga indeks saham
terus menurun sementara nilai tukar terus meningkat. Selain itu dari
10
11
Desember 1996 dan periode II yakni selama krisis dari 1 Januari 1997 – 31
dan Thailand.
data harian. Selain itu penelitian tersebut dilakukan ketika dunia belum
Mansur pada tahun 2005 yang berjudul ”Pengaruh Indeks Bursa Global
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Jakarta
diantaranya KOSPI, HSI, Nikkei 225, TAIEX, Dow Jones, FTSE, dan
tetapi secara individual hanya indeks bursa KOSPI, Nikkei 225, TAIEX,
subprime mortgage.
bursa saham Hungaria tetapi tidak sebaliknya. Periode yang di kaji dalam
disebabkan oleh adanya contagion effect (domino effect) dari negara lain
penelitian ini akan di bahas apakah dalam kasus subprime mortgage yang
dunia. Menurut riset yang dilakukan oleh Eun dan Shim (1989) pasar
lainnya.
3. Perubahan Struktural
periode penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1959 sampai tahun 1998.
tersebut adalah terdapat return yang negatif secara signifikan pada hari
senin atau dengan kata lain terdapat gejala Monday effect. Sementara itu
1. Pengertian Saham
Menurut Dahlan Siamat (2005: 507) saham atau stock adalah surat
yang diterima dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya dividen yang
Saham (RUPS).
tersebut dapat diterbitkan atas nama atau atas unjuk. Untuk menarik minat
2. Jenis-jenis Saham
investor.
perusahaan yang relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang
sangat berfluktuasi.
17
dan tetap stabil dari suatu perioda atau kondisi yang tidak menentu
dan resesi.
hanya saja aktivitas ini tidak dapat dilakukan secara individual melainkan
atau penjual. Aktivitas jual dan beli saham di lantai bursa dilakukan
a. Tahap Pertama
b. Tahap kedua
yang akan dijual atau dibeli dengan harga tertentu harus membuka
sampai terjadi kecocokan harga dan jumlah saham atau obligasi yang
c. Tahap ketiga
lambat 4 hari (T+4). Apabila dalam jangka waktu lebih dari T+4
d. Tahap keempat
e. Tahap kelima
sebagai penyalur dana dari lender (pihak yang kelebihan dana) kepada
borrower (pihak yang membutuhkan dana) dalam jangka panjang. Hal ini
(atau sekuritas) yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dalam satu
beredar.
Pasal 1 ayat 13, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya dan lembaga serta profesi yang
a. Pasar Perdana
membeli sendiri efek yang tidak terjual. Ini memang merupakan salah
b. Pasar Sekunder
efek. Bila pada pasar perdana harga efek adalah tetap, maka di pasar
Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga komunitas pasar dan
dengan cepat, efisien dan bisa dipercaya maka diperlukan peran lembaga-
24
rata perubahan sebagian atau seluruh harga saham (common stock) yang di
penurunan.
saham biasa dan saham preferen. Pada tanggal 1 April 1983 IHSG
dasar (baseline) tanggal 10 Agustus 1982 yang bernilai 100 dan jumlah
delisting.
Nilai Pasar
IHSG = x 100 ……………………….(1)
Nilai Dasar
indeks pasar saham, yang dibuat pada abad. Indeks Dow merupakan
saham. DJIA juga termasuk indeks pasar AS tertua kedua setelah Dow
Index lebih komprehensif, dengan FTSE 100 adalah jauh yang paling
Tokyo (Tse). Indeks Nikkei 225 telah dihitung oleh harian Nihon
Keizai Shimbun (Nikkei) koran sejak 1950. Saat ini, Nikkei adalah
yang paling banyak dikutip dari rata-rata Jepang equities, mirip dengan
kapitalisasi pasar indeks saham di Hong Kong. Indeks Hang Seng ini
Efek Hong Kong dimana HSI sendiri mewakili sekitar 67% dari
27
Hong Kong.
Hang Seng Bank, bank terbesar yang terdaftar di Hong Kong dalam
1. Pengertian Investasi
waktu yang tertentu. Sedangkan dalam arti sempit investasi adalah suatu
kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari suatu asset selama
Investasi dapat dilakukan pada aktiva riil (real assets) dan aktiva
keuangan (financial assets). Pada aktiva riil, investasi dapat dilakukan baik
(intangible assets) seperti merek dagang (trade mark) dan keahlian teknis
(technical expertise).
28
keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara
2. Proses Investasi
mengenai jenis sekuritas yang akan dipilih, berapa besar dan kapan
positif antara tingkat risiko dan return (imbal hasil) yang akan
maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
c. Pembentukan Portofolio
dua sekuritas atau lebih. Pada tahap ini investor harus melakukan
30
d. Revisi Portofolio
ini tidak hanya ditinjau dari return yang diperoleh tetapi juga dari
3. Risiko Investasi
untuk perioda tertentu dimasa yang akan datang. Akan tetapi belum tentu
31
hasil yang diharapkan akan sama dengan hasil yang terealisasi hal ini
terjadi akhir-akhir ini, dan suku bunga yang tinggi. Karena faktor-
kategori yaitu:
ketidakpastian dari nilai pasar dan imbal hasil dimasa depan yang
pasar.
32
3) Risiko Pasar
Unsystematic risk
Total risk
Systematic risk
Sistematik
E. Landasan Analisis
berbagai utang itu (pool) dan menjualnya kepada bank komersial. Oleh bank
komersial, sebagian portofolio tersebut dijual lagi kepada bank investasi. Oleh
perorangan.
struktural.
Metode ini digunakan agar data time series yang teliti menjadi
stasioner.
F. Hipotesis
mortgage
mortgage;
mortgage;
mortgage
mortgage;
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Average (DJI) yang mewakili bursa saham New York Amerika Serikat, indeks
FTSE 100 yang mewakili bursa saham London, Nikkei 225 yang mewakili
bursa saham Jepang, Hang Seng Index (HSI) yang mewakili bursa saham
bulan April tahun 2006 sampai Maret 2009. Data historis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah harga indeks saham waktu penutupan perdagangan
36
37
hari pertama sampai dengan harga saham pada waktu penutupan setiap
Data time series indeks diperoleh dari dengan cara men down load dari
website Yahoo Finance, Bloomberg, serta dari Pusat Referensi Pasar Modal
Tabel 1
Metode Pengumpulan Data
2006-2009
Periode Observasi
No Data Cakupan Interval
Sebelum Ketika Sesudah
Sumber: www.finance.yahoo.com
C. Operasionalisasi Variabel
(X) dan variabel dependen (Y). Terdapat empat variabel dependen dalam
sampel pada perhitungan indeks ini terdiri dari 100 perusahaan ranking
yang menjadi sampel pada perhitungan indeks ini terdiri dari 225
Indeks ini diperkenalkan pada tanggal 16 Mei 1949, dengan harga rata-rata
Hang Seng memakai metode value weighted yang terdiri dari 33 saham
dari kapitalisasi pasar dari Bursa Saham Hong Kong. Indeks ini dihitung
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Index Harga Saham
Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG BEI dihitung dengan
D. Jenis Data
ataupun yang belum dipublikasikan yang diperoleh dari pihak ketiga. Data
sekunder dijadikan sebagai bahan di dalam penelitian ini seperti data yang
ilmiah, serta literatur yang dipublikasikan secara lepas, baik berupa buku
referensi, artikel dari majalah, maupun situs-situs internet yang relevan, serta
ini.
E. Analisis Data
F. Model Penelitian
Dow
Jones
(X1)
PYX1
FTSE
100
(X2) PYX2
IHSG
(Y)
Nikkei PYX3
225
(X3)
PYX4
Hang
Seng
(X4)
G. Alat Analisis
hasil dari F-stat dengan hasil dari Ftabel, Null Hypothesis bahwa tidak
terjadi perubahan struktural akan ditolak jika F-stat > Ftabel. Jika nilai F
hitung tersebut lebih besar dari nilai F kritis maka kita menolak hipotesis
sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka tidak terjadi
perubahan struktural.
( RSS R − RSSUR ) / k
F= …………………………......….(2)
( RSSUR ) /(n1 + n 2 − 2k )
2. Uji Stasioner
dengan salah satu model time series maka hipotesis yang akan di uji:
dalam model akan ditolak, apabila nilai t-statistik yang diperoleh berkaitan
dengan koefisien regresi model ini lebih kecil dari nilai t-tabel pada
tahapan:
42
Dalam regresi tentunya hal ini berarti bahwa semua koefisien regresi
Yt=ΣαiYt-i+ ΣβiXt-i+εt
c. Buat regresi terbatas dan dapatkan pula Sum Square of Error (SSE)
Yt=ΣαiYt-i+εt
terhadap X.
43
H. Alur Penelitian
Identifikasi Kerangka
Masalah Pemikiran
Metode
Penelitian dan Desriptif :
Analisis Tabel
Grafik
Kuantitatif :
Chow Break Point
Model Kausalitas Granger
Dickey-Fuller
Tidak Stasioner
stasioner
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI)
kapitalisasi pasar dari bursa saham. Semakin besar kegiatan transaksi harian di
lantai bursa maka indeks saham cenderung akan naik, penurunan kegiatan
transaksi harian di lantai bursa akan menyebabkan indeks saham menjadi flat
atau bahkan menjadi koreksi apabila terjadi aksi jual yang besar-besaran.
harga saham yang terdaftar dan diperdagangkan di lantai bursa, oleh karena itu
maka perlu untuk menganalisis hubungan antara indeks saham dengan harga
Indonesia (BEI) tentunya tidak terlepas dari pengaruh indeks harga saham di
negara-negara lain, telebih negara-negara lain yang menjadi acuan dari IHSG
ini memiliki kapitalisasi yang besar dan cenderung lebih likuid. Pengaruh
politik, dan juga sosio kultural. Berdasarkan hal tersebut maka pembahasan
44
45
dalam tesis ini akan mengacu pada pengaruh indeks saham regional terhadap
dengan alasan memiliki kapitalisasi yang besar dan juga termasuk likuid
sehingga sering kali dijadikan acuan oleh beberapa investor terhadap indeks
diantaranya Dow Jones yang mewakili bursa saham New York, FTSE 100
yang mewakili bursa saham London Inggris, Nikkei 225 yang mewakili bursa
saham Jepang, dan Hang Seng (HSI) yang mewakili bursa saham Hong Kong.
Dow Jones, FTSE 100, NKY 225, HSI, dan IHSG selama tiga tahun terakhir
(2006-2009).
imbal hasil pasar dan juga risiko sistematis, data perkembangan bursa
saham New York selama tiga tahun terakhir akan disajikan dalam tabel
berikut ini.
46
Tabel 2
DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE
Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa New York
2006-2009
Bulan Tahun
(n) 2006 2007 2008 2009
Sumber: www.finance.yahoo.com
cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun selama tiga tahun terakhir. dari
11.367,14 pada bulan April 2006 menjadi 7.608,92 pada bulan Maret
2009. Selama tahun 2006 bursa saham Dow Jones cenderung mengalami
penguatan dari 11.367,14 pada bulan April 2006 menjadi 12.463,15 pada
Desember 2007. DJIA mencapai titik terendah pada bulan Februari 2007
cukup signifikan dari 12.650,36 pada bulan Januari 2008 menjadi 8.776,39
8.000,86 pada bulan Januari 2009 menjadi 7.608,92 pada bulan Maret
2009. Sedangkan pada bulan Februari 2009 DJIA sempat menyentuh level
7.062,93.
penurunan sebesar 33,06% dari bulan April 2006 sampai bulan Maret
2009. Pada awal tahun 2009, pemilihan presiden Amerika Serikat yakni
finansial.
menggunakan data harian bursa saham London. namun agar lebih jelas
dalam Tabel 4-2 yang memuat data bursa saham London secara bulanan.
48
Tabel 3
FINANCIAL TIMES STOCK EXCHANGE 100
Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa London
2006-2009
Bulan Tahun
(n) 2006 2007 2008 2009
Sumber: www.finance.yahoo.com
harga saham FTSE 100 di bursa saham London fluktuatif dan cenderung
mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2006, FTSE
100 cenderung mengalami kenaikan dari 6.023,10 pada bulan April 2006
menjadi 6.220,80 pada bulan Desember 2006. Indeks terendah terjadi pada
bulan Mei 2006 yaitu 5.723,80 dan indeks tertinggi terjadi pada bulan
6.456,90 pada bulan Desember 2007. Indeks terendah terjadi pada bulan
49
sepanjang tahun dari 5.879,80 pada bulan Januari 2008 menjadi 4.434,20
bulan April dan Mei. Penurunan yang terjadi di bursa saham London ini
Tahun 2009, pola konsolidasi masih terjadi pada FTSE 100. Hal
tersebut dapat dilihat pada indeks yang pada bulan Januari 2009 berada
pada 4.149,60, bulan Februari pada 3.830,10 kemudian pada bulan Maret
2009 FTSE 100 berada pada 3.926,10. Selama tiga tahun terakhir FTSE
Jepang dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 secara bulanan.
50
Tabel 4
NIKKEI 225
Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa Jepang
2006-2009
Bulan Tahun
(n) 2006 2007 2008 2009
Sumber: www.finance.yahoo.com
16.906,23 pada bulan April 2006 menjadi 8.109,53 pada bulan Maret
kenaikan dari 16.906,23 pada bulan April 2006 menjadi 17.225,83 pada
bulan Desember 2009. Indeks terendah terjadi pada bulan Juli 2006 yaitu
pada bulan Desember 2007. Nikkei 225 mencapai level terendah pada
bulan Desember 2007 dan mencapai level tertinggi pada bulan Juni 2007.
signifikan terlebih di akhir tahun 2008 dari 13.592,47 pada bulan Januari
pada bulan Februari sempat mengalami koreksi. Nikkei 225 mencatat level
pengaruh dari bursa regional dimana bursa regional juga memiliki pola
yang hampir sama dengan bursa Jepang. Secara keseluruhan Nikkei 225
Hong Kong atau yang lebih dikenal dengan Hang Seng Index merupakan
saham Hong Kong. Perkembangan indeks harga saham bursa Hong Kong
Tabel 5
HANG SENG INDEX
Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa Hong Kong
2006-2009
Bulan Tahun
(n) 2006 2007 2008 2009
Sumber: www.finance.yahoo.com
harga saham HSI di bursa saham Hong Kong fluktuatif dan cenderung
kenaikan dari 16.661,30 pada bulan April 2006 menjadi 19.964,72 pada
bulan Desember 2006. Indeks terendah terjadi pada bulan Mei 2006 yaitu
15.857,89 dan indeks tertinggi terjadi pada bulan Desember 2006 yakni
19.964,72.
kenaikan dari 20.106,42 pada bulan Januari 2007 menjadi 27.812,65 pada
53
bulan Desember 2007. Indeks terendah terjadi pada bulan Februari 2007
23.455,74 pada bulan Januari 2008 menjadi 14.387,48 pada akhir tahun
2008 walaupun sempat mengalami kenaikan pada bulan April dan Mei.
Tahun 2009, pola konsolidasi masih terjadi pada HSI. Hal tersebut
dapat dilihat pada indeks yang pada bulan Januari 2009 berada pada
12.811,57 kemudian pada bulan Maret 2009 HSI berada pada 13.576,02.
18,51%.
54
Tabel 6
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Perkembangan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia
2006-2009
Bulan Tahun
(n) 2006 2007 2008 2009
Sumber: www.finance.yahoo.com
fluktuasi dan mengalami kenaikan dari 1.464,41 pada bulan April 2006
menjadi 1.805,52 pada bulan Desember 2006. Indeks terendah terjadi pada
bulan Mei 2006 yaitu 1.330,00 sementara indeks tertinggi tercatat pada
signifikan dari 1.757,26 pada bulan Januari 2007 menjadi 2.745,83 pada
55
bulan Desember 2007. IHSG mencapai level terendah pada bulan Februari
hampir 50 % terlebih di akhir tahun 2008 dari 2.627,25 pada bulan Januari
penurunan sebesar 2,07% dari bulan April 2006 sampai bulan Maret 2009.
Indeks harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks
harga saham gabungan yang menunjukan kinerja pasar saham di tiap negara
untuk Indonesia, DJI untuk Amerika, FTSE untuk Inggris, N225 untuk
Jepang, dan HSI untuk Hong kong. Perkembangan masing-masing indeks dari
Sumber: www.finance.yahoo.com
Granger antara variabel bursa regional yang meliputi Dow Jones yang
mewakili bursa saham New York, FTSE 100 yang mewakili bursa saham
London Inggris, Nikkei 225 yang mewakili bursa saham Jepang, dan Hang
Seng (HSI) yang mewakili bursa saham Hong Kong terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia pada tiga periode yang
berbeda.
April 2006 sampai Maret 2007. Periode kedua, adalah masa ketika subprime
mortgage yakni dari April 2007 sampai Maret 2008, dimana terjadinya
subprime mortgage diperkirakan pada bulan Agustus 2007 (Soros, 2008: 52).
57
Periode ketiga, adalah masa sesudah subprime mortgage yakni dari April 2008
sampai Maret 2009. Analisis data time series pada penelitian ini menggunakan
akar unit (unit root test) dan uji Chow Break Point. Pengolahan data dilakukan
model kausalitas Granger adalah data rata-rata harian selama tiga tahun
dua atau lebih bagian (Kuncoro, 2002: 7). Jika nilai F hitung tersebut lebih
besar dari nilai F kritis maka kita menolak hipotesis tidak adanya
F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka tidak terjadi perubahan
struktural.
Berikut nilai dari F-tabel dan hasil Chow test pada masing-masing
negara dengan bulan Maret 2007 dan Maret 2008 sebagai bulan
Tabel 7
Batas Kritis F-Tabel
Tabel 8
Hasil Uji Chow Bursa Saham Regional terhadap IHSG
Negara F-Stat
Amerika 1,452851
Inggris 1,787207
Jepang 10,13892*
Hong Kong 7,674860*
Keterangan:
* menunjukan Ho ditolak pada level 1%, 5%, dan 10%
Tabel untuk kedua negara yaitu untuk negara Jepang dan Hong Kong yang
terdapat perubahan struktural untuk tingkat signifikansi baik itu untuk 1%,
2. Uji Dickey-Fuller
mengingat dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang
sifatnya time series. Suatu data time series dapat cenderung non-stasioner
Tabel 9
DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE
Uji Stasioner Dickey-Fuller Sebelum Differencing
2006-2009
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa pada taraf level
Tabel 10
DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE
Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
2006-2009
probability sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini
Tabel 11
FINANCIAL TIMES STOCK EXCHANGE 100
Uji Stasioner Dickey-Fuller Sebelum Differencing
2006-2009
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa pada taraf level
61
Tabel 12
FINANCIAL TIMES STOCK EXCHANGE 100
Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
2006-2009
sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini disimpulkan
Tabel 13
NIKKEI 225
Uji Stasioner Dickey-Fuller Sebelum Differencing
2006-2009
Null Hypothesis: NKY225 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC. MAXLAG=20)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -0,214911 0,9340
Test critical values: 1% level -3,438497
5% level -2,865026
10% level -2,568681
Sumber: Eviews 4.1
0,9340. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa
pada taraf level data tidak stationer sehingga harus dilakukan differencing
Tabel 14
NIKKEI 225
Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
2006-2009
Null Hypothesis: D(NKY225) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC. MAXLAG=20)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -28,49276 0,0000
Test critical values: 1% level -3,438508
5% level -2,865030
10% level -2,568684
Sumber: Eviews 4.1
sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini disimpulkan
Tabel 15
HANG SENG INDEX
Uji Stasioner Dickey-Fuller Sebelum Differencing
2006-2009
Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa pada taraf
Tabel 16
HANG SENG INDEX
Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
2006-2009
sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan hasil ini disimpulkan
Tabel 17
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Uji Stasioner Dickey-Fuller Sebelum Differencing
2006-2009
Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dinyatakan bahwa pada taraf
Tabel 18
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Uji Stasioner Dickey-Fuller Setelah First Differencing
2006-2009
sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hal terserbut maka
metode Augmented Dickey-Fuller test di tingkat level atau I(0) dan first
difference atau I(1). Hasil analisis pada tingkat I(0) hampir seluruh
variabel pada tiap negara tidak menolak null hypothesis bahwa terdapat
unit root. Namun sebaliknya seluruh variabel pada tiap negara stasioner
pada I(1).
antara dua atau lebih variabel pada data time series. Uji kausalitas
Granger yang dilakukan pada tabel berikut ini merupakan uji yang sudah
kriteria pengujian.
66
Tabel 19
Uji Kausalitas Granger antara IHSG dengan DJIA, FTSE, HSI,
dan NKY 225 Sebelum Subprime Mortgage
dengan DJIA, FTSE, HSI, dan NKY225 pada periode April 2006 hingga
Tabel 20
Uji Kausalitas Granger antara IHSG dengan DJIA, FTSE, HSI,
dan NKY 225 Ketika Subprime Mortgage
dengan DJIA, FTSE, HSI, dan NKY225 pada periode April 2007 hingga
Tabel 21
Uji Kausalitas Granger antara IHSG dengan DJIA, FTSE, HSI,
dan NKY 225 Setelah Subprime Mortgage
dengan DJIA, FTSE, HSI, dan NKY225 pada periode April 2008 hingga
FTSE, HSI, dan NKY 225 dapat dibedakan menjadi tiga jenis hubungan
2004: 697). Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 22
Jenis Hubungan Kausalitas Granger antara IHSG dengan DJIA,
FTSE, HSI, dan NKY 225
DJIA FTSE NKY HSI
Periode terhadap terhadap terhadap terhadap
IHSG IHSG IHSG IHSG
hanya DJIA terhadap IHSG dan FTSE terhadap IHSG saja yang memiliki
IHSG, FTSE terhadap IHSG, dan NKY 225 terhadap IHSG saja yang
independen.
IHSG dan NKY 225 terhadap IHSG saja yang memiliki hubungan satu
Sebagai penutup dari tesis ini akan disajikan kesimpulan dari hasil
pula saran yang didasarkan pada hasil kesimpulan. Saran dalam hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor dan beberapa pihak sebagai
bab sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian ini bermaksud untuk melihat
hubungan kausalitas Granger antara bursa saham DJIA, FTSE 100, NKY225, dan
HSI terhadap IHSG pada tiga periode yang berbeda, yakni periode sebelum
(April 2007–Maret 2008), dan periode setelah subprime mortgage (April 2008-
Maret 2009).
A. Kesimpulan
Dow Jones, FTSE 100, NKY225, HSI, dan IHSG. Pergerakan saham
71
72
kelima bursa regional tersebut memiliki pola yang hampir sama yang
data pergerakan saham pada kelima Indeks yang diteliti memiliki data
3. Dari keempat bursa yang diteliti, terlihat bahwa bursa Dow Jones yang
4. Selain Dow Jones, FTSE dan NKY225 juga memiliki pengaruh yang
Jones. Ini terlihat dari nilai signifikansi yang diperoleh pada dua dari tiga
5. Dari ketiga periode penelitian, terlihat bahwa indeks HSI tidak memiliki
dengan kata lain HSI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG dan IHSG
B. Saran
dalam penelitian ini hanya didasarkan hanya kausalitas dan penelitian ini
73
hanya menguji terhadap 5 negara saja yakni Amerika, Inggris, Jepang, Hong
Kong, dan Indonesia. Oleh karena itu, hasil penelitian ini belum dapat
Jones dengan bursa FTSE 100, hubungan bursa Dow Jones dengan bursa
saham Nikkei 225, atau hubungan bursa saham Dow Jones dengan bursa
saham Hong Kong. Atas kelemahan atau keterbatasan penelitian ini, maka
Periode penelitian ini hanya menguji sampai bulan Maret 2009. Oleh
waktu yang lebih panjang di luar tahun krisis sehingga keakuratan pengujian
dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Crouhy, Michel dan Stuart M. Turnbull, (2008), the Subprime Credit Crisis of 07.
Demyanyk, Yuliya dan Otto Van Hemert, (2008), Understanding the Subprime
Mortgage Crisis.
Goh, Kim-Leng et all. (2005), Financial Crisis and Intertemporal Linkages Across
the ASEAN-5 Stock Markets, Review of Quantitative Finance and
Accounting, 24, pp. 359-377
74
75
Lean, Hooi-Hooi et all. (2003). Bivariate Causality between Exchange Rate and
Stock Price on Major Asian Countries. Department of Economics
National University of Singapore.
Park, Hee Seok, (1999), Analysis of Structural Changes in the US Stock Market,
Kansas State University.
Soros, George, (2008), the New Paradigm for Financial Markets: the Credit
Crisis of 2008 and what it means. New York: Public Affairs.
Tan, Jose Antonio R, (1998), Contagion Effects During the Asian Financial Crisis:
Some Evidence from Stock Price Data (Pacific Basin Working Paper
Series, Center for Pacific Basin Monetary and Economic Studies Economic
Research Department Federal Reserve Bank of San Francisco.
www.detikfinance.com
www.finance.yahoo.com
www.wikipedia.org
77
DAFTAR LAMPIRAN
Sumber: www.finance.yahoo.com
Sumber: www.finance.yahoo.com
78
Sumber: www.finance.yahoo.com
Sumber: www.finance.yahoo.com