You are on page 1of 3

c   


     
   
     


Sesuai dengan agenda pemerintah, bahwasannya Ujian Nasional akan mulai
dilaksanakan pada akhir bulan maret ini. Semakin mendekatnya waktu, maka siswa semakin
gigih dalam menyiapkan strategi baik dalam segi pembelajaran yang efektif dan efisien
ataupun persiapan yang lain, baik fisik atau mental. Melihat fenomena yang terjadi seiring
Ujian Nasional yang dipakai satu-satunya tolok ukur kelulusan siswa, maka tidak menutup
kemungkinan siswa itu melakukan hal apapun yang pada intinya mengarah pada hasil, yakni
KELULUSAN.
Akhir-akhir inipun terjadi penolakan akan dilaksanakannya Ujian Nasional.
Kemarin saya membaca berita di ð 
 O Sejumlah mahasiswa berunjuk rasa di
Bundaran Gladak, Solo, Jawa Tengah, Rabu (17/3), menolak pelaksanaan Ujian Nasional
(UN) yang akan digelar pekan depan. Menurut mereka, pemerintah tidak berhak menggelar
UN karena putusan Mahkamah Agung membatalkan kebijakan itu. Para pengunjuk rasa
terdiri atas para aktivis Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Kependidikan Seluruh
Indonesia (Imakipsi) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Menurut mereka, pelaksanaan UN
justru akan menimbulkan berbagai persoalan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Misalnya
berbagai praktek kecurangan. Dalam putusannya, Mahkamah Agung meminta pemerintah
tidak menggelar UN sebelum ada peningkatan kualitas guru dan sarana belajar. Namun
dengan alasan sudah terlanjur mempersiapkan dana sebesar Rp 590 miliar, Menteri
Pendidikan Nasional tetap bersikeras melakukan ujian nasional dan mengabaikan putusan
Mahkamah Agung.
Melihat fenomena diatas siswa akhirnya mau tidak mau harus menghadapi yang
Namanya Ujian Nasional, Sehingga mereka menyiapkan materi yang diujikan. Kalau bagi
pihak panitia pelaksana mereka menyiapkan soal dan proses pelaksaannya nanti baik terkiait
pendistribusian soal ataupun penjagaan bank soal agar tidak ada kebocoran.
Sebenarnya fenomena kebocoran soal ataupun pelaksanaan Ujian Nasional yang
sering terjadi kecurangan akibat contek mencontek antar siswa itu adalah hal yang harus kita
kaji. Dan pertanyaanya adalah apa penyebab ini semua sehingga hal ini bias terjadi? Apakah
pemerintah sudah tidak bias mencegah kebocoran soal? Ataukah memang sudah tidak ada
pihak yang rela akan siswa atau anaknya yang tidak lulus?
Dalam hal ini ada dua pembahasan, yang pertama adalah pihak pelaksana Ujian
Nasional, baik pemerintah ataupun pihak sekolah yang merupakan tempat pelaksaaan Ujian.
Kalau menurut saya pemerintah sendiri harus memperbaiki sitem yang ada, sehingga mereka
tidak ceroboh dalam menentukan orang-orang yang berperan penting dalam penjagaan soal
ataupun pendistribusiannya. Sehingga, mereka tidak khawatir akan kebocoran soal dari pihak
dalam. Terlebih lagi guru yang ditugaskan dalam hal mengawasi, maka dari itu memang
benar kalau dikatakan bahwa, pemerintah harus menyiapkan tenaga yang professional dan
fasilitas yang memadahi, karena hal itu akan mempengaruhi kualitas peserta didik dalam hal
proses belajar dan evaluasi akhir. Yang kedua adalah objek dilaksanakannya Ujian nasional
yang dalam hal ini, siswalah yang menjadi sasaran utama. Maka dari itu, selain mereka
menyiapkan materi yang diujikan, mereka juga harus menyipkan fisik dan mentalnya.
Terlebih lagi mental kejujuran. Kalau mereka faham akan diadakannya Ujian nasional yang
bertujuan menciptakan siswa yang benar-benar mampu mnguasai materi yang telah
diajarkan/diberikan. Sehingga tujuan untuk mencerdaskan Bangsa akan tercapai. Maka
mereka akan mengerjakannya dengan senang hati dan tentunya mereka juga akan bertindak
jujur.
Dalam hal Uijan Nasional, siswa adalah pemeran utama, artinya Ujian nasional
dikatakan sukses kalau hasilnya baik bagi siswa dan menimbulkan dampak yang positif.
Banyaknya siswa yang lulus daripada yang tidak lulus juga menjadi tolok ukur kesuksesan
Ujian Nasional. Tapi, yang perlu kita soroti disini adalah proses dalam ujian nasional itu.
Apakah siswa benar-benar jujur dalam mengerjakan Ujian Nasional? tidak menutup
kemungkinan mereka melakukan hal yang kurang benar demi tercapainya hasil yang ingin
mereka capai yakni KELULUSAN dan keingininan mereka untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga, disini hanya merekalah ynag mampu manilai proses
mengerjakan Ujian nasional tersebut. Kejujuran adalah harta yang paling mahal. Sehingga
sulit didapat atau dilaksanakan. Bagaimana budaya jujur ini bias dilakukan pada waktu Ujian
Nasional. Lagi-lagi gurulah yang berperan penting dalam hal memupuk kepercayaan diri
pada siswa, karena kejujuran itu berawal dari kepercayaan dan keyakinan diri sendiri. Proses
pembelajaran itulah menjadi sarana penting dalam pemupukan kejujuran. Karena guru tidak
hanya membekali materi akan tetapi mental juga butuh dibekali. Dan mental kejujuran dan
budaya inilah yang harus kita pupuk dan kita siramkan ke hati para siswa agar mereka
mampu melaksakannya dengan baik, semoga kita bias menjadi guru yang baik yang bias
mengantarkan anak didik kita berbudaya jujur. Dan minimal kita jadi guru yang baiik pada
anak-anak kita, amiin« Wallahu a¶lam«.
Terima kasih.
Mohon Kritikan dan saran
Dan Apa topik selanjutnya yang harus saya bahas?
Wassalamu¶alaikum Wr. Wb

|
|

You might also like